BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Lingkungan, dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Riset Kimia, Laboratorium Riset

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Riset Kimia, Laboratorium Riset

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan sejak bulan Februari sampai dengan bulan Juni

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dari daerah Soreang dan Sumedang. Tempat penelitian menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Januari 2015 sampai dengan Juni

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. menjadi 5-Hydroxymethylfurfural dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dimulai pada bulan Juli 2013 sampai dengan bulan November

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Lingkungan Jurusan

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode penelitian yang telah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

3. Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fisik Universitas

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2014 Mei 2015 di UPT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari - Juli tahun 2012

BAB III METODE PENELITIAN. Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alat yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu untuk sintesis di antaranya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Agustus Penelitian

3 Percobaan. 3.1 Tahapan Penelitian Secara Umum. Tahapan penelitian secara umum dapat dilihat pada diagram alir berikut :

3 Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Preparasi selulosa bakterial dari limbah cair tahu dan sintesis kopolimer

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica charantia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus 2013 di Laboratorium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

3 Percobaan. Garis Besar Pengerjaan

METODE PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian terhidung sejak bulan Juni 2013 sampai dengan

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

BAB III METODE PENELITIAN. Neraca analitik, tabung maserasi, rotary evaporator, water bath,

3 Metodologi penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3 Metodologi Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Januari 2012 sampai bulan Juni 2012 di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Agustus 2011 di laboratorium Riset Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Pendidikan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada Oktober 2014 sampai dengan Februari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. polyanthum) asal NTB. Untuk memastikan identitas dari tanaman salam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari - Mei 2015 di Laboratorium Kimia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang

III. METODE PENELITIAN di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daun pohon suren (Toona sinensis

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Riset Jurusan Pendidikann Kimia UPI. Karakterisasi dengan

Metodologi Penelitian

Transkripsi:

34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Lingkungan, dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia. Penelitian ini dimulai dari bulan April 2009 sampai dengan bulan Februari 2010. 3.2 Sistematika Penelitian Penelitian ini terdiri dari lima tahap yang meliputi : 1. Tahap Preparasi Sampel Pada tahap ini, simplisia DYT basah dibersihkan dan dikeringkan di udara terbuka kemudian dihaluskan menggunakan blender. Simplisia kering yang telah halus kemudian digunakan untuk perlakuan selanjutnya. 2. Tahap Isolasi Senyawa Aktif Bioflokulan DYT Isolasi senyawa aktif bioflokulan DYT dilakukan dengan cara maserasi. Simplisia kering dimaserasi menggunakan pelarut (air, larutan 0,01M MgCl 2, larutan 0,1M MgCl 2, larutan 1M MgCl 2 ). Langkah selanjutnya adalah penghilangan senyawa nonpolar menggunakan n-heksan dan kloroform, kemudian dilakukan freez-drying untuk mengilangkan air.

35 3. Tahap Pemurnian Senyawa Aktif Bioflokulan DYT Senyawa aktif bioflokulan DYT dimurnikan dengan cara kristalisasi dan pencucian kristal mengunakan pelarut metanol, untuk hasil maserasi yang menggunakan pelarut (air, larutan 0,01M MgCl 2, larutan 0,1M MgCl 2 ). Sementara itu, pemurnian untuk hasil maserasi yang menggunakan larutan 1M MgCl 2 dilakukan dengan cara rekristalisasi menggunakan pelarut metanol. 4. Tahap Karakterisasi Kristal Bioflokulan DYT Pada tahap ini, kristal bioflokulan DYT dikarakterisasi menggunakan Spekroskopi UV, High Performance Liquid Chromatography (HPLC), spektrofotometri Fourier Transform Infra Red (FTIR), Nuclear magnetic resonance (NMR) 1 H, Liquid chromatography-mass spectrometry (LCMS), dan X-Ray Difraction (XRD). 5. Tahap Uji Aktivitas Flokulasi Tahap uji aktivitas flokulasi dilakukan untuk menguji efektivitas flokulasi kristal bioflokulan-dyt yang dihasilkan. Bagan alir dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1.

36 Simplisia DYT Basah Simplisia Kering Ekstrak Maserasi - Dikeringkan - Dihaluskan - Dimaserasi selama 9 hari - Diekstraksi dengan n-heksan Fasa n-heksan Padatan hasil freezdrying a. Difreez-drying Fasa Kloroform b. Diekstraksi dengan kloroform Padatan hasil freezdrying - Difreez-drying Uji Flokulasi Data Turbiditas Kristal - Dicuci dengan metanol Dikarakterisasi UV, HPLC, IR, NMR 1 H, LCMS, XRD Kristal - Direkristalisasi dengan metanol 1:1 (g/ml) Dikarakterisasi UV, HPLC, IR, NMR 1 H, LCMS, XRD Uji Flokulasi Data Turbiditas Data kristal yang dimaserasi oleh Air, 0,01 M MgCl 2, 0,1 M MgCl 2 Data karakterisasi kristal yang dimaserasi oleh 1M MgCl 2 Gambar 3.1 Bagan Alir Penelitian

37 3.3 Alat dan Bahan 3.3.1 Alat Peralatan yang digunakan pada tahap isolasi dan pemurnian adalah 1 buah blender merek Philips yang digunakan untuk menghaluskan simplisia, 2 set kotak kaca yang digunakan untuk proses maserasi, kemudian 1 set neraca digital, 1 buah corong Buchner, 1 buah labu erlenmeyer berpenghisap 500 ml, 4 buah gelas kimia (masing-masing 25 ml, 100 ml dan 250 ml), 1 buah gelas kimia (masingmasing 600 ml, 1000 ml dan 2000 ml) 1 buah gelas ukur masing-masing 50 ml dan 250 ml, 2 buah corong pisah 500 ml, 5 buah kaca arloji, aluminium foil dan 1 buah magnetik stirer. Selain itu, peralatan yang digunakan pada tahap karakterisasi kristal bioflokulan DYT adalah 1 set Spektrofotometer UV/VIS merek Shimadzu tipe 1240, 1 set alat HPLC merek Hitachi tipe D-7000, 1 set Spektrofotometer FTIR merek Shimadzu tipe 8400, 1 set alat XRD tipe N.N.-999 merk PANalytical, 1 set alat NMR 400Mhz dan 1 set alat LCMS Hitachi L 6200. Pada tahap uji aktivitas flokulasi peralatan yang digunakan adalah 2 set alat pengaduk mekanik merek Eyela Mazela tipe 1100, 1 set alat Turbidimeter, 1 set ph meter, 1 buah labu ukur 250 ml, 1 buah labu ukur 10 ml, 2 buah mikropipet merek Sibata masing-masing 5 ml dan 10 ml, 5 buah gelas kimia 250 ml, 1 set neraca digital, dan 1 buah botol timbang

38 3.3.2 Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah simplisia bioflokulan DYT, aquades, MgCl 2, NaOH, n-heksan, kloroform, alum (tawas), dan KPE (kation polielektrolit). 3.4 Prosedur Kerja 3.4.1 Pembuatan Larutan 1. Pembuatan Larutan MgCl 2 1M Padatan MgCl 2 ditimbang sebanyak 95 gram kemudian dilarutkan dengan aquades pada ph 10 dan dimasukan ke dalam labu ukur 1 L. Setelah itu, ditambahkan aquades pada ph 10 sampai volume larutan mencapai tanda batas. 2. Pembuatan Larutan MgCl 2 0,1M Padatan MgCl 2 ditimbang sebanyak 9,5 gram kemudian dilarutkan dengan aquades pada ph 10 dan dimasukan ke dalam labu ukur 1 L. Setelah itu, ditambahkan aquades pada ph 10 sampai volume larutan mencapai tanda batas. 3. Pembuatan Larutan MgCl 2 0,01M Padatan MgCl 2 ditimbang sebanyak 0,95 gram kemudian dilarutkan dengan aquades pada ph 10 dan dimasukan ke dalam labu ukur 1 L. Setelah itu, ditambahkan aquades pada ph 10 sampai volume larutan mencapai tanda batas. 4. Pembuatan Larutan Al 2 (SO 4 ) 3 10.000 ppm Padatan Al 2 (SO 4 ) 3.18H 2 O ditimbang sebanyak 2,5 g kemudian dilarutkan dengan aquades dan dimasukkan ke dalam dalam labu ukur 250 ml. Setelah itu, ditambahkan aquades sampai volume larutan mencapai tanda batas.

39 5. Pembuatan larutan Flokulan KPE Padatan KPE ditimbang sebanyak 1 g kemudian dilarutkan dengan aquades dan dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml. Setelah itu, ditambahkan aquades sampai volume larutan mencapai tanda batas. 6. Pembuatan larutan Bioflokulan DYT Padatan kristal bioflokulan DYT ditimbang sebanyak 1 g kemudian dilarutkan dengan aquades dan dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml. Setelah itu, ditambahkan aquades sampai volume larutan mencapai tanda batas. 3.4.2 Tahap Preparasi Sampel Simplisia DYT basah dikumpulkan lalu ditimbang massa basahnya dan dibersihkan dari kotoran-kotoran yang menempel. Setelah itu, simplisia dikeringkan dengan cara diangin-angin di udara terbuka selama beberapa hari. Selama pengeringan, daun dihindarkan dari sinar matahari langsung serta dijaga agar tidak membusuk. Simplisia yang telah kering kemudian dihaluskan menggunakan blender. Setelah itu, daun ditimbang massa keringnya. Bagan alir tahap preprasi sampel dapat dilihat pada Gambar 3.2. Simplisia DYT Basah Simplisia Kering - Dibersihkan dan ditimbang - Dikeringkan - Dihaluskan - Ditimbang Serbuk Simplisia Kering Gambar 3.2 Bagan Alir Preparasi Sampel

40 3.4.3 Tahap Isolasi Senyawa Aktif Bioflokulan DYT Sampel simplisia kering dimasukkan ke dalam kotak ka0ca. Kemudian ditambahkan pelarut (air, larutan garam MgCl 2 0,01M, larutan garam MgCl 2 0,1M, larutan garam MgCl 2 1M) sampai semua simplisia terendam. Setelah itu, campuran dimaserasi selama 9 hari lalu disaring. Filtrat yang diperoleh kemudian diekstraksi menggunakan pelarut n-heksan dengan perbandingan volume 1:1. Ekstraksi tersebut dilakukan sampai fasa n-heksan tak berwarna. Fasa air yang diperoleh lalu dibagi dua, pertama dilanjutkan untuk dikristalisasi dan kedua diekstraksi menggunakan pelarut kloroform dengan perbandingan volume 1:1 sampai fasa kloroform tidak berwarna. Fasa air yang diperoleh lalu dikristalisasi. Bagan alir tahap isolasi dapat dilihat pada Gambar 3.3 Serbuk simplisia kering Simplisia kering (kotak kaca) - Dimasukkan ke dalam kotak kaca - Ditambah pelarut (Air, larutan garam MgCl 2 0,01M, MgCl 2 0,1M, MgCl 2 1M) - Dimaserasi selama 9 hari Filtrat Residu - Diekstraksi dengan n-heksan Fasa n-heksan - Diekstraksi dengan kloroform Fasa kloroform Gambar 3.3 Bagan Alir Isolasi Senyawa Aktif Bioflokulan DYT

41 3.4.4 Tahap Pemurnian Senyawa Aktif Bioflokulan DYT Proses pemurnian dilakukan dengan cara kristalisasi. Ekstrak fasa air yang diperoleh, dilakukan freez-drying untuk menghilangkan air sampai terbentuk kristal. Kristal yang masih bercampur dengan pengotor, dicuci berulang kali dengan metanol sampai diperoleh filtrat yang hampir tidak berwarna dan dibantu dengan menggunakan magnetik stirer (untuk hasil maserasi air, larutan garam MgCl 2 0,01M dan larutan garam MgCl 2 0,1M). Setelah itu disaring menggunakan corong buchner Sementara itu, kristal yang diperoleh dari ekstraksi larutan garam MgCl 2 1M direkristalisasi untuk mendapatkan kualitas kristal yang lebih baik. Beberapa gram kristal ditambah metanol dengan perbandingan 1:1 (g/ml) sampai semua kristal larut dan disimpan di dalam lemari pendingin selama 1 hari. Kemudian dikeluarkan dari lemari pendingin, dan dibiarkan sampai sebagian metanolnya menguap. Kristal akan terbentuk dan kemudian disaring menggunakan corong buchner. Bagan alir pemurnian senyawa aktif bioflokulan DYT dapat dilihat pada Gambar 3.4 a. difreez-drying Padatan hasil freezdrying - Dicuci / dilarutkan dengan metanol Kristal Padatan hasil freezdrying Kristal b. Diekstraksi dengan kloroform Fasa kloroform - Dicuci / dilarutkan dengan metanol Gambar 3.4 Bagan Alir Pemurnian Senyawa Aktif Bioflokulan DYT

42 3.4.5 Tahap Karakterisasi Kristal Bioflokulan DYT 3.4.5.1 Panjang Gelombang Maksimum Serapan Larutan Bioflokulan DYT Gambar 3.5 Spektrofotometer UV/VIS Shimadzu 1240 Analisis ini dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer UV/VIS Shimadzu 1240. Larutan bioflokulan DYT dibuat dengan melarutkan sekitar 0,01 gram kristal bioflokulan DYT dengan aquabides sampai volume 10 ml. Absorbansi larutan di-scan pada rentang panjang gelombang 190-390 nm sehingga diperoleh nilai panjang gelombang maksimumnya. Panjang gelombang ini digunakan untuk analisis jumlah komponen menggunakan High Performance Liquid Chromatography (HPLC). 3.4.5.2 Jumlah Komponen Kristal Bioflokulan DYT Analisis ini dilakukan dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi fasa terikat menggunakan alat HPLC Hitachi D-7000 (Gambar 3.6). Larutan kristal bioflokulan DYT disuntikkan sebanyak 20 µl ke dalam kolom C18 bersuhu 40 C. Fasa gerak metanol:air (1:1) dialirkan dengan laju alir 0,500 ml/menit. Komponen yang keluar dari kolom, dideteksi menggunakan detektor UV.

43 Gambar 3.6 Alat HPLC Hitachi D-7000 3.4.5.3 Gugus Fungsi Kristal Bioflokulan DYT Analisis ini menggunakan metode spektrofotometri Fourier Transform Infra Red (FTIR). Alat yang digunakan adalah spektrofotometer FTIR Shimadzu 8400 (Gambar 3.7). Beberapa miligram kristal bioflokulan DYT dicampur dengan serbuk KBr dan digerus di dalam alat mortir agate sampai halus dan campurannya merata. Campuran tersebut kemudian dimasukkan ke dalam suatu cetakan dan ditekan dengan penekan hidrolik sehingga diperoleh suatu lempeng tipis yang transparan. Setelah itu, lempeng tipis dimasukkan ke dalam pellet holder dan ditempatkan di dalam alat FTIR. Gambar 3.7 Spektrofotometer FTIR Shimadzu 8400

44 3.4.5.4 Pengukuran Nuclear Magnetic Resonance (NMR) 1 H Pengukuran NMR menggunakan pengukuran proton untuk mengetahui struktur senyawa dengan informasi posisi atom H (proton). Sampel dilarutkan dengan suatu pelarut yang dapat melarutkan sampel dengan baik. Pelarut yang digunakan merupakan pelarut yang terdeuneutrasi pada atom Hidrogennya. Pengukuran dilakukan dengan cara memasukkan sampel yang telah dilarutkan ke dalam tabung khusus untuk pengukuran NMR, sampel yang telah ada di tabung dimasukkan ke dalam alat NMR untuk diukur. Gambar 3.8 Nuclear Magnetic Resonance (NMR) 3.4.5.5 Pengukuran Liquid Chromatography Mass Spectra (LCMS) Dari pengukuran dengan menggunakan LCMS ini diharapkan dapat diperoleh massa relatif dari molekul komponen dan massa relatif hasil pecahannya. Parameter pengukurannya adalah jumlah sampel yang diinjeksikan 20 µ l, flow rate 1ml/min, eluen yang digunakan MeOH+Air = 80 + 20, LC: Hitachi L 6200, System ESI (Electrospray Ionisation), Positive ion mode, Kolom C18 (RP 18) Supelco, Column length : 150 mm, ID : 2 mm, Particle size : 5 µm.

45 Gambar 3.9 Perangkat Liquid Chromatography Mass Spectra (LCMS) 3.4.5.7 Difraksi Sinar-X (XRD) Uji difraksi sinar-x dilakukan dengan menggunakan instrumentasi XRD. Uji ini dilakukan dengan cara kristal diambil kira-kira seujung spatula kemudian digerus dalam lumpang, setelah halus Kristal diletakkan dalam preparat dan diratakan permukaanya dengan sentuhan spatula. Kemudian Kristal dimasukan ke dalam XRD dan parameter pengukuran diset melalui portable computer yang terintegrasi langsung ke alat XRD. Parameter pengukuran tersebut yaitu Start Position [ o 2Th] =5.0084, End position [ o 2Th] = 79.9954, Step Size [ o 2Th] = 0.0170, Scan Step Time [s] = 4.1750, Scan Type = continous, Specimen Length [mm] = 10.00, Measurement Temperature [ o C] = 25.00, Anoda Material : Cu, K- Alpha1 [A] = 1.54060, Generator Setting : 30 ma, 40 kv. Setelah parameter diset maka langkah selanjutnya adalah scanning kristal yang datanya kemudian langsung terintegrasi ke dalam komputer.

46 Gambar 3.10 X-Ray Difraction (XRD) 3.4.6 Tahap Uji Aktivitas Flokulasi Aktivitas flokulasi bioflokulan DYT dilihat dari kemampuannya dalam menurunkan turbiditas limbah. Keaktifan bioflokulan DYT dalam menurunkan turbiditas limbah dilihat dari nilai efisiensi penurunan turbiditas limbah (EPT). Efisiensi penurunan turbiditas dinyatakan dalam persentase perbandingan antara penurunan turbiditas limbah hasil olahan dengan turbiditas limbah sebelum diolah yang secara matematis dirumuskan sebagai berikut : Keterangan : T 0 = Turbiditas limbah awal T = Turbiditas limbah setelah diolah EPT = x 100% Prosedur: Sebelum diberi perlakuan, turbiditas dan ph limbah diukur untuk mengetahui kondisi parameter awal sampel limbah. Pada pelaksanaan perlakuan untuk mengetahui aktivitas flokulan, limbah diatur terlebih dahulu untuk

47 dihomogenkan dengan cara diaduk. Sebanyak 100 ml limbah yang telah di prakondisi tersebut dimasukkan ke dalam gelas kimia 250 ml, yang dilengkapi dengan stirer. Setelah stirer dijalankan pada kecepatan 140 rpm, ke dalam limbah tersebut ditambahkan koagulan sebanyak 4 ml. Dalam selang waktu 5 menit berikutnya ditambahkan flokulan sebanyak 1 ml pada kecepatan 40 rpm. Pengadukan dihentikan 15 menit kemudian terhitung dari saat penambahan flokulan. Hasil olahan dibiarkan selama 15 menit untuk memberikan kesempatan terjadinya proses pengendapan. Turbiditas dan ph cairan hasil olahan ditentukan sebagaimana dilakukan terhadap limbah awal. Bagan alir uji aktivitas flokulasi dapat dilihat pada Gambar 3.11 Limbah cair - Diukur turbiditas dan ph-nya - Diambil 100 ml 100 ml limbah cair Limbah setelah pengolahan - Dihomogenkan - Ditambah 4 ml larutan Al(OH) 3 10.000 ppm - Diaduk 140 rpm selama 5 menit - Ditambah 1 ml flokulan ( larutan KPE / larutan bioflokulan DYT) - Diaduk 40 rpm selama 15 menit - Dibiarkan selama 15 menit Supernatan Endapan Data limbah akhir - Diukur turbiditas dan ph-nya Gambar 3.11 Bagan Alir Uji Aktivitas Flokulasi