II. TINJAUAN PUSTAKA. Darah merupakan media transportasi yang membawa nutrisi dari saluran

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan

I. PENDAHULUAN. Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein

II. TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur juga dapat dimanfaatkan sebagai ternak penghasil daging

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

I. PENDAHULUAN. Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daging broiler diperoleh, dipasarkan atau dikonsumsi dalam waktu yang relatif

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan penduduk yang semakin pesat, permintaan produk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam ras petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan

TINJAUAN PUSTAKA. banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daging broiler diperoleh, dipasarkan atau dikonsumsi dalam waktu yang relatif

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam tipe petelur yang jantan dikenal dengan sebutan ayam jantan tipe medium,

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Puyuh

I. PENDAHULUAN. pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya

PENDAHULUAN. Tingkat keperluan terhadap hasil produksi dan permintaan masyarakat berupa daging

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

TINJAUAN PUSTAKA Probiotik

I. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Total Protein Darah Ayam Sentul

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan bobot tubuh yang dicapai oleh ayam, maka dikenal tiga tipe ayam

Gambar 3. Kondisi Kandang yang Digunakan pada Pemeliharaan Puyuh

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan bobot tubuh yang dapat dicapai oleh ayam, maka dikenal tiga tipe

PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Konsumsi Ransum Ayam Broiler

TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

1. PENDAHULUAN. Produktivitas ayam petelur selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan baru

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem

I. PENDAHULUAN. Sektor peternakan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan gizi. Sumber daya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam penghasil daging dalam jumlah yang

I. PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat dan meningkatkan. kesejahteraan peternak. Masalah yang sering dihadapi dewasa ini adalah

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan broiler merupakan suatu alternatif dalam menjawab tantangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus

I. PENDAHULUAN. Broiler merupakan salah satu sumber protein hewani yang dapat memenuhi

I PENDAHULUAN. Ternak itik mulai diminati oleh masyarakat terutama di Indonesia. Karena,

TINJAUAN PUSTAKA. genetis ayam, makanan ternak, ketepatan manajemen pemeliharaan, dan

HASIL DAN PEMBAHASAN. ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggul dari tetuanya (Sudaryani dan Santosa, 2000). Menurut Suharno (2012)

TINJAUAN PUSTAKA. (Setianto, 2009). Cahaya sangat di perlukan untuk ayam broiler terutama pada

PENDAHULUAN. jualnya stabil dan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ayam broiler, tidak

THERMOREGULATION SYSTEM ON POULTRY

HASIL DAN PEMBAHASAN. sangat berpengaruh terhadap kehidupan ayam. Ayam merupakan ternak

I. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Masyarakat saat ini mengenal tiga tipe ayam yaitu ayam tipe ringan, tipe medium

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Data Suhu Lingkungan Kandang pada Saat Pengambilan Data Tingkah Laku Suhu (ºC) Minggu

HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam jangka waktu tertentu. Tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Suhu Kandang Selama Lima Minggu Penelitian Pengukuran Suhu ( o C) Pagi Siang Sore 28-32

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan sekitarnya, sehingga lebih tahan terhadap penyakit dan cuaca. dibandingkan dengan ayam ras (Sarwono, 1991).

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau

PENDAHULUAN. puyuh (Cortunix cortunix japonica). Produk yang berasal dari puyuh bermanfaat

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat

KAJIAN KEPUSTAKAAN. beriklim kering. Umumnya tumbuh liar di tempat terbuka pada tanah berpasir yang

I. PENDAHULUAN. umur 4 5 minggu. Sifat pertumbuhan yang sangat cepat ini dicerminkan dari. modern mencapai di bawah dua (Amrullah, 2004).

Peningkatan jumlah penduduk diikuti dengan meningkatnya kebutuhan akan. bahan pangan yang tidak lepas dari konsumsi masyarakat sehari-hari.

I. PENDAHULUAN. tinggi. Fakta ini menyebabkan kebutuhan yang tinggi akan protein hewani

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian

RESPON FISIOLOGIS AYAM JANTAN TIPE MEDIUM DI KANDANG PANGGUNG DENGAN KEPADATAN BERBEDA

PENDAHULUAN. dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada

I. PENDAHULUAN. banyak dan menyebar rata di seluruh daerah Indonesia. Sayang, ayam yang besar

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang. Peningkatan cekaman panas yang biasanya diikuti dengan turunnya produksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit atau parent stock (PS) adalah ayam penghasil final stock

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adanya wabah flu burung pada unggas, tidak mustahil untuk memenuhi kebutuhan

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang relatif singkat (Murtidjo, 2001). Menurut Kartasudjana dan Suprijatna

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan protein hewani,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata jumlah

1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

I. PENDAHULUAN. Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. serta meningkatnya kesadaran akan gizi dan kesehatan masyarakat. Akan

I. TINJAUAN PUSTAKA. hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh disebut ayam ras pedaging,

I. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam petelur merupakan ayam yang dipelihara khusus untuk diambil

Ilmu Pengetahuan Alam

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umumnya dipanen pada umur 5 6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil

PENDAHULUAN. relatif singkat, hanya 4 sampai 6 minggu sudah bisa dipanen. Populasi ayam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Purbowati, 2009). Domba lokal jantan mempunyai tanduk yang kecil, sedangkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Ternak babi bila diklasifikasikan termasuk ke dalam kelas Mamalia, ordo

HASIL DAN PEMBAHASAN. Puyuh mengkonsumsi ransum guna memenuhi kebutuhan zat-zat untuk

I. PENDAHULUAN. Lampung merupakan daerah yang berpotensi dalam pengembangan usaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam kedu termasuk ragam ayam kampung dari spesies Gallus gallus yang

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi dalam

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Darah Darah merupakan media transportasi yang membawa nutrisi dari saluran pencernaan ke jaringan tubuh, membawa kembali produk sisa metabolisme sel ke organ eksternal, mengalirkan oksigen ke dalam sel tubuh dan mengeluarkan karbondioksida dari sel tubuh, dan membantu membawa hormon yang dihasilkan kelenjar endokrin ke seluruh bagian tubuh. Selain itu, darah juga membantu regulasi temperatur tubuh, menjaga kestabilan konsentrasi air dan elektrolit di dalam sel tubuh, membantu regulasi konsentrasi ion hidrogen, dan mempertahankan tubuh dari mikroorganisme (Swenson, 1984). Darah tersusun atas cairan plasma, garam-garam, bahan kimia lainnya, sel darah merah, dan sel darah putih (Hartono dkk., 2002). Darah termasuk cairan intravaskuler yaitu cairan merah yang terdapat dalam pembuluh darah. Bagian darah yang padat meliputi sel darah merah, sel darah putih, dan keping darah. Darah juga berperan dalam sistem buffer seperti bikarbonat dalam air. Darah yang kekurangan oksigen akan berwarna kebiru-biruan yang disebut sianosis (Frandson, 1993).

8 1. Sel darah merah (SDM) Menurut Frandson (1993), sel darah merah (eritrosit) memiliki diameter rata-rata 7,5 mikro dengan spesialis untuk pengangkutan oksigen. Sel-sel ini berbentuk cakram (disk) yang bikonkaf dengan pinggiran sirkuler yang tebal 1,5 mikro dan pusat yang tipis. Jumlah sel darah merah dapat dijadikan sebagai parameter untuk mengetahui kesehatan probandus pada suatu saat. Menurut Tambayong (1995) dalam penelitiannya dengan isotope tracer (alat penelusur isotop) menunjukkan bahwa sel-sel darah merah hanya hidup selama hampir 120 hari. Sel darah merah adalah sel yang fungsinya mengangkut oksigen. Pembentukkan sel darah merah pada hewan maupun manusia dewasa normalnya terjadi dalam sumsum tulang merah, sedangkan pada janin atau fetus dihasilkan dalam hati, limpa, dan nodus limpatikus. Sel darah merah terdiri dari air 62--72% dan sisanya berupa solid terkandung hemoglobin 95% dan sisanya berupa protein pada stroma dan membran sel, lipid, enzim, vitamin dan glukosa serta urin (Guyton, 1986). Sel darah merah mamalia tidak berinti, tetapi sel darah merah muda memiliki inti. Dalam sel darah merah burung diketemukan inti sepanjang kehidupan sel darah merah tersebut. Kebanyakan sel darah merah mengalami disentegrasi dan ditarik dari aliran darah oleh sistem retikuloendotelial. Pada proses ini dihasilkan pigmen empedu yang dinamakan bilirubin dan biliverdin. Apabila di dalam aliran darah banyak mengandung kedua bentuk pigmen itu maka membran mukosa mata dan mulut akan berwarna kuning, keadaan ini disebut ikterus (Hartono dkk., 2002).

9 Adanya hemoglobin di dalam eritrosit memungkinkan timbulnya kemampuan untuk mengangkut oksigen, serta menjadi penyebab warna merah pada darah. Berbeda dengan eritrosit mamalia, eritrosit unggas memiliki inti sel. Jumlah sel darah merah unggas berkisar 2,5--3,5 x 10 6 /mm 3 (Nesheim dkk., 1979). Suprijatna dkk. (2005) menyatakan bahwa darah broiler mengandung sekitar 2,5-- 3,5 x 10 6 /mm 3, sedangkan menurut Sturkie (1976), rata-rata sel darah merah dalam kondisi normal pada ayam umur 26 hari adalah 2,7 x 10 6 / mm 3. Faktor -faktor yang memengaruhi jumlah eritrosit dalam darah bukan hanya konsentrasi hemoglobin tetapi juga umur, latihan, status nutrisi, laktasi, kehamilan, produksi telur, peningkatan epinephrine, volume darah, pemeliharaan, waktu, temperatur lingkungan, ketinggian, dan faktor iklim (Swenson, 1984). Menurut Sturkie (1976), apabila perubahan fisiologis terjadi pada tubuh hewan, maka gambaran total sel darah merah juga ikut mengalami perubahan. Menurut Suprijatna dkk. (2005), salah satu fungsi dari sel darah merah adalah mengikat oksigen oleh hemoglobin ke dalam sel tubuh dan mengeluarkan karbondioksida dari sel tubuh, pengikatan oksigen oleh hemoglobin erat kaitannya dengan total sel darah merah dan juga berhubungan dengan organ-organ pernafasan. Semakin banyak total sel darah merah maka frekuensi pernafasan akan semakin baik pula karena oksigen yang diikat oleh hemoglobin untuk diedarkan ke seluruh tubuh semakin banyak.

10 2. Kadar hemoglobin Hemoglobin merupakan zat padat dalam darah yang menyebabkan warna merah dan molekul protein pada sel darah merah. Hemoglobin merupakan bagian dari sel darah merah yang mengangkut oksigen. Hemoglobin merupakan petunjuk kecukupan oksigen yang diangkut (Kimball, 1988). Menurut Swenson (1984) kandungan oksigen dalam darah yang rendah menyebabkan peningkatan produksi hemoglobin dan jumlah eritrosit. Adanya hemoglobin dalam darah memungkinkan timbulnya kemampuan untuk mengangkut oksigen, serta menjadi timbulnya warna merah pada darah (Frandson, 1993). Fungsi dari hemoglobin adalah mengangkut CO 2 dari jaringan, mengambil O 2 dari paru-paru, memelihara keseimbangan asam-basa, dan merupakan sumber bilirubin. Jumlah hemoglobin di dalam darah dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, keadaan fisik, cuaca, tekanan udara, dan penyakit. Kadar hemoglobin berbanding lurus dengan jumlah sel darah merah. Semakin tinggi sel darah merah maka semakin tinggi pula kadar hemoglobin dalam sel darah merah tersebut (Haryono, 1978). Menurut Azhar (2009), kadar atau jumlah hemoglobin pada ayam dan unggas (mg/100ml darah atau mg%) pada kisaran yang hampir sama dengan yang dimiliki mamalia, yaitu 11 mg% pada ayam, dan 13,7 mg% pada burung dara. Kadar 6--9 mg% pada ayam masih merupakan kisaran yang normal. Pada ternak sapi dan babi, kadar hemoglobinnya 12 mg/100 ml, untuk kuda kadar hemoglobinnya mencapai 12,5 mg/100 ml, dan untuk domba hanya 11 mg/100ml.

11 3. Nilai hematokrit Nilai hematokrit merupakan panjangnya endapan sel darah merah yang dinyatakan dalam persentase volume darah di dalam tabung hematokrit, nilai ini berbanding lurus dengan jumlah sel darah merah. Nilai hematokrit adalah persentase volume endapan eritrosit setelah sampel darah dipisahkan dalam waktu dan kecepatan tertentu (Azhar, 2009). Nilai hematokrit merupakan cara yang sering digunakan dalam menentukan jumlah sel darah merah yang terlalu tinggi, terlalu rendah, atau normal. Hematokrit sejatinya merupakan ukuran yang menentukan seberapa banyak jumlah sel darah merah dalam satu militer darah atau dengan kata lain perbandingan antara sel darah merah dengan komponen darah lain. Faktor-faktor yang memengaruhi nilai hematokrit adalah jenis kelamin, spesies, dan jumlah sel darah merah. Selain itu, aktivitas dan keadaan patologis, serta ketinggian tempat juga memengaruhi nilai hematokrit, karena pada tempat yang tinggi seperti pegunungan kadar oksigen dalam udara berkurang, sehingga untuk menjaga keseimbangan maka sumsum tulang belakang memproduksi sel-sel darah merah dalam jumlah banyak. Nilai hematokrit berbanding lurus dengan jumlah sel darah merah, apabila jumlah sel darah merah meningkat maka nilai hematokrit juga akan mengalami peningkatan. Nilai hematokrit pada ayam bervariasi yaitu pada jantan dewasa 30--35 % dan 33--35 % pada anak ayam (Azhar, 2009). Hasil penelitian Riduan (2011), rata-rata nilai hematokrit ayam jantan medium umur 5 minggu adalah 29,33--33,67 %.

12 B. Ayam Jantan Tipe Medium Ayam jantan tipe medium merupakan hasil sampingan (by product) dari usaha penetasan. Pada usaha pembibitan peluang untuk menghasilkan ayam betina dan ayam jantan setiap kali penetasan adalah 50 %. Satu hari setelah penetasan anak ayam petelur betina segera dipasarkan, tetapi anak ayam jantan tidak dimanfaatkan karena belum mendapat perhatian dari masyarakat. Sementara itu, pemanfaatan anak ayam petelur jantan di negara maju bidang peternakannya adalah dengan memproses anak ayam jantan dijadikan makanan ternak (Darma, 1982). Ayam betina merupakan ayam yang biasa digunakan sebagai ternak penghasil telur, sedangkan ayam jantan digunakan sebagai ternak penghasil daging (Riyanti, 1995). Dengan demikian, kemungkinan anak ayam jantan tipe medium digunakan sebagai ternak penghasil daging cukup besar. Pemanfaatan ayam jantan tipe medium sebagai ternak penghasil daging didasarkan oleh beberapa hal, antara lain pertumbuhan dan bobot hidupnya yang lebih tinggi dibandingkan dengan ayam betina petelur, dan harga day old chick (DOC) ayam jantan tipe medium lebih murah dibandingkan dengan DOC ayam pedaging (Wahju, 1992). Ayam jantan tipe medium mempunyai kadar lemak rendah yang hampir menyerupai ayam buras, sehingga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang lebih menyukai ayam berlemak rendah (Darma, 1982). Penelitian Daryanti (1982) yang dilakukan pada ayam jantan tipe medium Harco dan Decalb menyatakan bahwa persentase lemak ayam jantan tipe medium Harco pada umur enam minggu adalah 2,36 %; sedangkan ayam jantan tipe medium Decalb

13 3,39 %. Persentase lemak ini masih rendah daripada persentase lemak broiler, yaitu 6,65 %. Menurut Wahju (1992), ayam jantan mempunyai kandungan lemak lebih rendah dibandingkan dengan betina. Ayam hasil persilangan antara galur Ross dengan galur Arbor acres menghasilkan ayam jantan dengan kandungan lemak sebesar 2,6 % sedangkan betina 2,8 % (Sizemore dan Siegel, 1993). Dilihat dari segi pertumbuhan, ayam jantan tipe medium lebih baik daripada ayam tipe ringan. Hal ini ditunjukkan oleh laporan Dwiyanto (1979), bahwa ayam jantan tipe medium Brownick, pertumbuhannya lebih baik daripada ayam jantan tipe ringan Kimber. Selain itu, pada perusahaan penetasan berskala besar, anak ayam jantan tipe medium tidak ada nilai ekonomisnya (Pandelaki, 1979). Oleh karena itu, besar peluang untuk mengembangkan usaha ayam jantan tipe medium sebagai ternak penghasil daging. C. Kepadatan Kandang Penggunaan kandang harus disesuaikan dengan kapasitasnya. Populasi yang terlalu padat mengakibatkan ayam menderita cekaman (stres) sehingga menurunkan laju pertumbuhan. Selain itu, efesiensi penggunaan pakan juga rendah. Sebaliknya, populasi yang terlalu rendah mengakibatkan efisiensi penggunaan kandang rendah. Semua itu berdampak pada berkurangnya keuntungan secara ekonomis (Suprijatna dkk., 2005).

14 Tingkat kepadatan kandang ayam dinyatakan dengan luas lantai yang tersedia bagi setiap ekor ayam atau jumlah ayam yang dipelihara bagi setiap ekor ayam atau jumlahnya yang dipelihara pada satu satuan luas lantai kandang. Luas lantai untuk setiap ekor ayam antar lain tergantung dari tipe lantai, tipe ayam, jenis kelamin, dan periode produksi (North and Bell, 1990). Kepadatan yang tinggi lebih disukai oleh peternak dibandingkan dengan kepadatan yang rendah, karena pada kepadatan yang tinggi akan diperoleh pendapatan yang lebih besar per satuan luas kandang (Proudfoot dkk., 1979). Kepadatan kandang yang terlalu tinggi akan memyebabkan suhu dan kelembaban yang tinggi sehingga akan mengganggu fungsi fisiologis tubuh ayam dan menyebabkan mortalitas meningkat sehingga terjadi kanibalisme pada ternak (Rasyaf, 2005). Selain itu, tingkat kepadatan kandang yang melebihi kebutuhan optimal dapat menurunkan konsumsi ransum dan nilai konversi ransum yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan ternak dan menurunnya bobot akhir (Rasyaf, 2001). Apabila kepadatan kandang rendah maka pemborosan ruang kandang per ekor ayam karena pertumbuhan ayam jantan tipe medium tidak secepat ayam betina dan pertumbuhan akan terhambat jika ayam banyak bergerak yang akan menyebabkan banyak energi yang terbuang (Fadilah, 2005). Rasyaf (2001) menyarankan untuk dataran rendah kepadatan kandang yang baik adalah 8--9 ekor m -2, sedangkan untuk dataran tinggi 11--12 ekor m -2 pada broiler. Menurut Creswell dan Hardjosworo (1979), luas lantai kandang untuk kondisi di Indonesia sebesar 10 m -2. Hasil penelitian Marlina (2011)

memperlihatkan bahwa kepadatan kandang 22 ekor m -2 ayam jantan tipe medium pada kandang panggung masih dapat digunakan secara fisiologis. 15 D. Kandang Panggung Kandang merupakan tempat tinggal ayam dan tempat ayam beraktifitas sehingga kandang yang nyaman (comfort zone) sangat berpengaruh pada pencapaian produktivitas sehingga akan diperoleh pertumbuhan optimal dan menghasilkan performans yang baik. Selain itu, kandang juga berfungsi menyediakan lingkungan yang nyaman agar tenak terhindar dari stres (Suprijatna dkk., 2005). Menurut Siregar (1993), kandang tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal saja, akan tetapi harus dapat memberi perlindungan dari segala aspek yang mengganggu, misalnya gangguan dari hewan-hewan pemangsa atau pencurian. Menurut Sudaryani dan Santosa (1999), kandang panggung adalah kandang dengan lantai renggang dan ada jarak dengan tanah serta terbuat dari bilah-bilah bambu atau kayu. Suprijatna dkk. (2005) menyatakan bahwa kandang panggung merupakan kandang yang lantainya menggunakan bahan berupa bilah-bilah yang disusun memanjang sehingga lantai kandang bercelah-celah. Menurut Fadilah (2004), kandang panggung merupakan bentuk kandang yang paling banyak dibangun untuk mengatasi temperatur panas. Kandang panggung mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan kandang pangggung adalah laju pertumbuhan ayam tinggi, efisien dalam penggunaan ransum, dan kotoran mudah dibersihkan (Suprijatna dkk., 2005). Menurut Fadillah (2004), kandang panggung mempunyai ventilasi yang berfungsi lebih

16 baik karena udara bisa masuk dari bawah dan samping kandang. Oleh karena itu, pergerakan (sirkulasi) udara di dalam kandang menjadi baik sehingga temperatur di dalam kandang relatif lebih rendah dan ayam merasa lebih nyaman. Kekurangan kandang panggung antara lain tingginya biaya peralatan dan perlengkapan, tenaga dan waktu untuk pengelolaan meningkat, ayam mudah terluka, dan telapak kaki mengeras (bubulen) sehingga ayam kesakitan dan stres (Suprijatna dkk., 2005).