BAB I. Pendahuluan. Keberagaman suku bangsa dan agama di Indonesia adalah sumber

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara majemuk yang kaya akan keragaman suku,

BAB I PENDAHULUAN. masa silam. Tidak heran bahwa setiap daerah yang ada di Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam budaya Batak Toba terdapat jenis Ragam Hias (Ornamen) yang

BAB. I PENDAHULUAN. Negara Indonesia yang merupakan Negara kepulauan, memiliki

UKDW BAB I PENDAHULUAN

Disampaikan pada Peningkatan Kompetensi Pengelola di Bidang Kepercayaan terhadap Tuhan YME dan Tradisi Semarang, 25 Oktober 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumatera Utara pada umumnya dan Kota Medan khususnya adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suku Batak merupakan salah satu suku yang tersebar luas dibeberapa

BAB. 1. PENDAHULUAN. Kemajemukan tersebut dapat dilihat dengan adanya perbedaan-perbedaan yang

BAB I PENDAHULUAN. umum dikenal dengan masyarakat yang multikultural. Ini merupakan salah satu

AGAMA DAN NEGARA DALAM PERSPEKTIF PANCASILA

TANTANGAN YANG DIHADAPI MASYARAKAT ADAT/ BANGSA PRIBUMI DI INDONESIA DALAM MEWUJUDKAN HAK KEBEBASAN BERAGAMA ATAU BERKEPERCAYAAN 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dasar, kode etik, kode moral, kode perilaku, aspirasi-aspirasi, keyakinan-keyakinan,

BAB I PENDAHULUAN. heterogen, keberagaman suku, budaya dan agama menciptakan pluralisme

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil laporan, deskripsi serta pembahasan hasil penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal dengan keanekaragaman Suku, Agama, Ras dan Antar

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan semua peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Samosir dikenal masyarakat Indonesia karena kekayaan budaya yang

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP PARMALIM DI DESA HUTATINGGI KECAMATAN LAGUBOTI KABUPATEN TOBA SAMOSIR SKRIPSI

TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal)

BAB I PENDAHULUAN. dan yang menjadi sumber mata pencaharian sehari-hari yaitu dengan bercocok

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jovi Nuriana Putra, 2015 Pewarisan Nilai Adat Pikukuh Tilu dalam Kepercayaan Sunda Wiwitan

BAB II ONAN RUNGGU. atas permukaan laut. Wilayah Onan Runggu memiliki luas sekitar 60,89 Km 2

SOAL CPNS PANCASILA. Petunjuk! Pilihlah jawaban yang paling tepat!

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga merupakan unit terkecil dalam suatu masyarakat yang terdiri atas

Pendidikan Intoleransi

BAB I PENDAHULUAN. pasti saling membutuhkan satu sama lain. Selama manusia itu hidup, ia akan

KODE ETIK DOSEN AKADEMI KEPERAWATAN HKBP BALIGE 2012 KEPUTUSAN DIREKTUR AKADEMI KEPERAWATAN TENTANG KODE ETIK DOSEN AKPER HKBP BALIGE MUKADIMAH

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Kehidupan berbangsa dan bernegara mempengaruhi pembentukan pola

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada

Kumpulan Soal CPNS Pancasila

PENDIDIKAN PANCASILA. Pancasila Sebagai Ideologi Negara. Modul ke: 05Fakultas EKONOMI. Program Studi Manajemen S1

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

I. PENDAHULUAN. mempunyai cara-cara hidup atau kebudayaan ada di dalamnya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat material atau sosiologi, dan/atau juga unsur-unsur yang bersifat. Kristen, Katholik, Hindu, Budha dan Konghuchu.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara multikulturalis yang memiliki ribuan pulau,

LOGO. Pemuda Penghayat OLEH: WANRI LUMBANRAJA

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB V PENUTUP. aliran kepercayaan disetarakan statusnya layaknya agama resmi lainnya (Mutaqin

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas dari bantuan atau

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat

PEMERINTAH KOTA SEMARANG DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 37 SEMARANG

PENGATURAN PERKAWINAN SEAGAMA DAN HAK KONSTITUSI WNI Oleh: Nita Ariyulinda Naskah diterima : 19 September 2014; disetujui : 3 Oktober 2014

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman budaya, suku, ras, agama dan lain-lain. Keberagaman yang dimiliki

HILANGNYA KEDUDUKAN NILAI-NILAI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia, sesuatu yang sangat unik, yang tidak dimiliki oleh semua

BAB IV ANALISIS KORELASI AJARAN WU CHANG TERHADAP PERILAKU EKONOM. A. Ajaran Wu Chang (lima kebajikan) dalam Agama Khonghucu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam suku, bahasa, adat istiadat dan agama. Hal itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. prasejarah. Pada zaman yunani kuno misalnya, sudah mulai mempertanyakan

Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hak asasi bagi setiap orang, oleh karena itu bagi suatu Negara dan

Pancasila; sistem filsafat dan ideologi Negara

PANCASILA. Makna dan Aktualisasi Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Kehidupan Bernegara. Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.

BAB I PENDAHULUAN. kenal dengan istilah agama primitif, agama asli, agama sederhana. 1 Agama suku adalah

d. bahwa dalam usaha mengatasi kerawanan sosial serta mewujudkan, memelihara dan mengembangkan kehidupan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Setiap manusia hidup dalam suatu lingkaran sosial budaya tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengenali apa saja terdapat di daerah itu. Keberagaman kebudayaan tersebut

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

Bab I Pendahuluan. Dorongan beragama bagi manusia merupakan tuntutan yang tidak dapat dihindari.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaan merupakan cabang ilmu. cita cita bangsa. Salah satu pelajaran penting yang terkandung dalam

BAB I PENDAHULUAN UKDW

SUMBER-SUMBER DAN NILAI DALAM PERILAKU ETIKA. Week 6

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. pribadi atau Badan) oleh negara atau institusi yang fungsinya setara dengan negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh

1. Pancasila sbg Pandangan Hidup Bangsa

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN PENGANGKATAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pengaturan-nya. Namun berbeda dengan mahluk Tuhan lainnya, demi menjaga

BAB I PENDAHULUAN. cukup kaya akan nilai sejarah kebudayaannya.

Gumgum Gumilar, S.Sos., M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beranekaragam kebudayaan. Sebagaimana telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. Bakkara (2011) ada 3 Bius induk yang terdapat di Tanah Batak sejak awal peradaban bangsa

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

SAMBUTAN KETUA DPRD KABUPATEN KEBUMEN P A D A MALAM TASYAKURAN HARI ULANG TAHUN PROKLAMASI KE 72 TAHUNREPUBLIK INDONESIA Rabu, 16 Agustus 2017

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013

PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang.

RATIOLEGIS HUKUM RIDDAH

BAB I PENDAHULUAN. satunya Indonesia, Indonesia sendiri memiliki berbagai macam suku

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju mensyaratkan para pekerja yang cakap, profesional dan terampil.

BAB I PENDAHULUAN. Gereja Methodist adalah suatu gereja Kristus (yang mengikuti ajaran

Transkripsi:

BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Keberagaman suku bangsa dan agama di Indonesia adalah sumber kekayaan yang tidak ternilai harganya. Sebelum masuknya agama-agama besar ke Indonesia ternyata di Indonesia sendiri telah ada agama yang menjadi nilai luhur yang di pedomani dan di ikuti oleh para pengikutnya dan terbukti mampu mendorong pengikutnya menuju kehidupan yang lebih baik dan ternyata juga ajarannya mampu menggiring para pengikutnya mengikuti perkembangan jaman sehingga para pengikutnya mampu hidup dan bersaing secara sosial dan ekonomi dengan para pemeluk agama besar lainnya. Indonesia adalah sebuah negara yang sangat kaya akan keberadaan suku bangsa. Secara horizontal dalam struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan perbedaan-perbedaan agama, adat dan perbedaan kedaerahan (Nasikun, 1993). Salah satu unsur dari keberagaman bangsa Indonesia adalah keberagaman keagamaan. Aliran kepercayaan merupakan suatu ajaran pandangan hidup berkepercayaan kepada Tuhan YME yang tidak bersandarkan sepenuhnya kepada ajaran agama-agama yang ada. Dengan kata lain, dalam kehidupan moralnya maupun dalam rangka "menyembah kepada Tuhan" penganut paham "aliran

kepercayaan" tidak berpegang ataupun tidak menganut pada suatu ajaran agama tertentu (http://www.indopubs.com/archives>apakabar@saltmine.radix.net). Sudah di akui secara umum oleh para pengkaji bahwa semua masyarakat yang dikenal di dunia ini, bersifat relijius. Bangsa Indonesia juga merupakan masyarakat yang relijius yang mana hal ini juga tertulis pada dasar negara yaitu pancasila, sila ketuhanan yang maha esa. Hal tersebut, tercermin baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun dalam kehidupan bernegara. Dalam lingkungan masyarakat terlihat terus meningkat kesemarakan dan kekhidmatan kegiatan keagamaan baik dalam bentuk ritual, maupun dalam bentuk sosial keagamaan. Secara filosofis, sosio- politis dan historis agama bagi bangsa Indonesia sudah berurat dan berakar dalam kehidupan bangsa. Agama juga telah menjadi bagian dari sistem kenegaraan sebagai hasil konsensus nasional dan konvensi dalam praktek kenegaraan Republik Indonesia (WWW.depag.go.id, 19 Februari 2010 : 20: 34 WIB). Keberadaan agama di Indonesia telah ditetapkan pemerintah yang mengacu pada ketetapan presiden Nomor 1 tahun 1965. Dalam penjelasannya disebutkan bahwa agama Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Budha adalah agama-agama yang dipeluk oleh penduduk di Indonesia. Selain dari pada itu agama-agama dan kepercayaan lain boleh tumbuh dan berkembang di Indonesia. Pemerintah mempunyai kewajiban untuk mendorong dan membantu perkembangan agama-agama tersebut. Negara memiliki tugas memberikan perlindungan, pelayanan dan membantu pembangunan dan pemeliharaan sarana

peribadatan serta mendorong pemeluk agama yang bersangkutan agar menjadi pemeluk agama yang baik. Kepercayaan terhadap tuhan yang maha esa telah ada sejak dahulu kala. Sebagian aliran kepercayaan ini membawa dampak, yaitu adanya usaha agar aliran kepercayaan tersebut disejajarkan sebagai agama. Sebelum agama-agama resmi masuk ke nusantara, di setiap daerah telah ada agama-agama atau kepercayaan asli, seperti agama sunda Wiwitan yang kini tersisa pada etnis Baduy di kanekes (Banten); agama sunda wiwitan aliran madrais, juga dikenal sebagai agama cigugur di kuningan, jawa barat; agama buhun di jawa barat ; kejawen di jawa tengah dan jawa timur; agama parmalim, agama asli batak; agama kaaringan di Kalimantan; keercayaan tonaas walian di minahasa, Sulawesi utara ; tolottang di Sulawesi selatan; wetu telu di Lombok; naurus di pulau seram di propinsi Maluku, dan lain sebagainya ( WWWP.presidenby.info, 21 Februari 2010 : 21: 30). Agama menurut Yinger, adalah sistem kepercayaan dan peribadatan yang digunakan oleh berbagai bangsa dalam perjuangan mereka mengatasi persoalanpersoalan tertinggi dalam kehidupan manusia (Scharf 2004:35). Agama memiliki peran sentral dalam perkembangan sebuah komunitas dan sebuah negara, agama mampu mendorong terciptanya sebuah kondisi yang baik melalui ajaran-ajaran dan dogma-dogma agamanya. Seperti yang telah diuraikan oleh Max Weber dalam The Protestant Ethic and the The Spirit Capitalisme yang diterbitkan pada tahun 1904, dimana ditampilkan mengenai bukti-bukti mengenai hubungan antara

berbagai bentuk tertentu agama protestan dan perkembangannya yang sangat cepat menuju kapitalisme. Max Weber menemukan bahwa bagi pemeluk agama protestan bekerja adalah nilai intrinsic, bukan sekedar konsekuensi dari tuntutan hukum atas diri Adam. Dalam Calvinisme, bukan ajaran Katholik atau Lutheran, menekankan kebebasan untuk memilih panggilan, bukan kewajiban untuk menerima ketetapan yang diberikan kepada manusia ketika dilahirkan. Kedua aspek dari doktrin panggilan ini, yakni kesungguhan dalam bekerja dan hak serta tugas individu untuk memilih bidang kegiatannya, jelas akan membantu perkembangan ekonomi bila keduanya tidak hanya diajarkan, tetapi dipraktekkan secara actual. Weber berkeyakinan bahwa kedua aspek tersebut secara merata dipraktekkan di mana saja doktrin Calvinisme tentang takdir dipegang secara sungguh-sungguh. Konsekuensinya, mereka berada dalam aktivitas yang tiada henti-hentinya, dalam disiplin pribadi yang kuat, dan dalam meraih tujuan-tujuan mereka secara metodik, disertai keyakinan bahwa mereka benar-benar termasuk di antara orang-orang yang terpilih (oleh tuhan untuk diselamatkan) Betty R. Scharf, 2004. Parmalim adalah salah satu kepercayaan yang di anut oleh masyarakat yang ada di provinsi sumatera utara. Penganut parmalim menyebutnya sebagai Ugamo malim yang merupakan agama asli suku batak toba dan merupakan kelanjutan dari agama lama (Situmorang, 1993: 230). Dasar kepercayaan agama ini adalah melaksanakan tita-titah yang dipercayai berasala dari tuhan debata mulajadi nabolon ( tuhan yang maha esa ) sebagai pencipta manusia, langit, bumi,

dan segala isi alam semesta dan roh nenek moyang. Segala perintah dan ajaranajaran debata mulajadi nabolon disampaikan melalui raja nasiakbagi yaitu sisingamangaraja yang disebut juga nabi parmalim. Sisingamangaraja adalah salah satu roh yang diyakini kesaktiannya, karena dialah yang maningahon adat dohot uhum (menyampaikan segala perintah hukum dan adat istiadat kepada keturunannya). Agama ini pada saat ini dipimpin oleh seorang oleh seseorang pimpinan tertinggi yaitu, raja Marnangkok Naipospos dan berpusat di desa pardomuan nauli dan di bawah pimpinan tertinggi ada juga pimpinan yang ada di luar daerah yaitu pimpinan di setiap cabang parmalim yang di sebut ulu punguan, yang bertugas memimpin dan mengontrol penganut parmalim diberbagai daerah. Parmalim mempunyai keperayaan terhadap ajaran-ajaran ataupun perintah debata mulajadi nabolon yang harus di amalkan dalam kehidupan bermasyarakat. Ada beberapa pendapat yang mengatakan seputar kapan timbulnya ajaran kepercayaan parmalim. Menurut karl helbig dan paderson, ajaran kepercayaan parmalim timbul sekitar tahun 1870 (sidjabat, 1982: 326), dan (hortling, 1913: 163) berpendapat bahwa kepercayaan parmalim timbul sekitar tahun 1892. Dalam buku sitomorang, agama parmalim didirikan oleh seorang tokoh spiritual yaitu guru somalaing pardede pada tahun 1890-an yang merupakan penasehat dan pembantu utama sisingamangaraja XII dlam masa perlawanan penjajahan Belanda. Dalam hal ini kepercayaan ini menjadikan sisingamnagraja sebagai

tokoh sentral karena dianggap titisan mulajadi nabolon ( sitomorang, 2004 ; 65-72). Berdasarkan pendapat-pendapat yang berbeda sebenarnya sulit ditentukan sejak kapan pastinya agama parmalim itu muncul. Apabila kita lihat dari sistem kepercayaan dan tata aturan yang di jalankan oaleh penginkutnya bahwa ajaran ini telah ada sejak dahulu, namun belum terlembaga menjadi sebuah agama. Pusat penyebaran agama ini terdapat di Kabupaten Toba Samosir dan tersebar 34 cabang di seluruh Indonesia. Jumlah pengikutnya di Kabupaten Toba Samosir diperkirakan 1000 kk, sedangkan jumlah penganut yang tercatat di seluruh Indonesia sekitar 500 kk ( Tempo, edisi Hari Kemerdekaan, 2006 hal; 41). Desa huta tinggi adalah tempat berdirinya salah satu pusat kegiatan dan peribadatan agama parmalim. Dalam perkembangannya desa hutatinggi itu di gabung dengan desa-desa kecil menjadi satu kesatuan desa yang besar yang di sebut desa pardomuan Nauli. Di desa inilah pusat agama parmalim berkembang yang di pimpin oleh raja marnangkok naipospos. Jumlah pengikut agama parmalim yang kecil menunjukkan adanya perubahan sistem religi pada masyarakat batak asli di desa Pardomuan Nauli ini. Agama parmalim merupakan agama kuno yang hampir dilupakan oleh negara. Hal tersebut berpengaruh terhadap kehidupan penganutnya dalam bermasyarakat maupun bernegara. Dimana penganutnya mengalami diskriminasi sebagai kelompok minorotas dan tidak mendapat pengakuan sebagai agama resmi.

Tapi walaupun dalam kondisi demikian agama ini sampai sekarang mampu bertahan dan agama ini melalui lembaga-lembaga sosialnya bisa menaikkan taraf hidup penganutnya menuju kesejahteraan. Salah satu lembaga sosial milik masyarakat parmalim adalah lembaga ugasan torop. Lembaga ugasan torop lahir melalui inisiatif dari dari seorang raja yang pernah memimpin masyarakat parmalim, raja nasiak bagi mengajarkan untuk mendirikan Ugasan Torop, setiap tahun masing-masing warga mengumpulkan sejumlah tertentu padi atau uang dalam lumbung (kas), tujuannya menyantuni kehidupan warga yang tidak mampu, yatim piatu dan warga miskin dijamin oleh harta bersama ini. Yang kurang mampu tidak diwajibkan untuk memberikan sumbangan hingga kehidupannya lebih baik, namun memiliki hak yang sama. Parmalim tidak mengenal konsep panti karena dalam budaya batak adat do palomehon pinahan, alai tihas do palumehon jolma, memliharakan ternak adalah hal biasa dengan konsep bagi hasil, namun memeliharakan ( karena cacat, miskin dan jompo) manusia adalah pantangan besar. Bentuk apapun manusia yang di anugerahkan kepada keluarga adalah menjadi tanggung jawabnya dan komunitasnya. Konsep itu tetap hidup dalam parmalim sehingga warga parmalim dalam keadaan apapun tidak dia anjurkan masuk apnti asuhan dan tidak berusaha membentuk panti. Kehidupan dijamin dengan adanya ugasan torop.

Sebuah konsep kelembagaan yang bentuknya mirip dengan Ugasan Torop adalah Baitul Maal atau balai usaha terpadu, sebuah lembaga yang memadukan kegiatan ekonomi dan sosial masyarakat setempat. Kegiatan ekonomi tersebut adalah dengan mendorong kegiatan menabung, dan membantu pembiayaan usaha ekonomi anggota dan masyarakat lingkungan. Sedangkan fungsi sosialnya adalah dengan menggalang dana titipan sosial untuk kepentingan masyarakat seperti ZIS (Zakat, Infak, dan Sadaqah). Bertitik tolak dari kenyataan ini penulis mencoba memaparkan lembaga Ugasan Torop milik masyarakat Parmalim. Pada kenyataanyya komunitas pemeluk agama parmalim hanyalah komunitas kecil yang masih berpegang teguh pada ajaran dan norma adatnya, namun di tengah segala keterbatasan dan diskriminasi yang di hadapi oleh kepercayaan ini para penganutnya membuktikan mereka mampu bangkit dan membuktikan eksistensinya di masyarakat. Dari pengamatan sementara dari penulis di dapat sebuah fenomena yang luar biasa dimana ugasan torop mampu memberikan bantuan kepada para anak-anak dari pengikut agama parmalim untuk berkuliah di luar negeri, dan hal ini semakin menguatkan penulis untuk meneliti seperti apakah sistem yang terdapat di lembaga ini sehingga mampu membuat agama ini secara perlahan-lahan menuju kesejahteraannya.

1.2. Perumusan Masalah Mengacu kepada pernyataan moleong (1996:62) bahwa; masalah adalah suatu keadaan yang bersumber dari hubungan antara dua factor atau lebih yang menghasilkan situasi yang membingungkan yaitu suatu yang tidak di pahami atau tidak dapat diterangkan waktu itu. Berangkat dari latar belakang masalah berikut uraian-uraian yang telah dikemukakan di atas, penulis mencoba untuk menarik suatu permasalahan agar lebih mengarah pada penelitian yang di maksud yaitu: 1. Bagaimana pengelolaan lembaga ugasan torop dalam masyarakat parmalim?

2. Mengapa lembaga Ugasan Torop tetap eksis dan bertahan sampai sekarang ini? 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian yang akan dilakukan adalah: 1. Untuk mengetahui pengelolaan lembaga Ugasan Torop milik masyarakat Parmalim. 2. Untuk mengetahui mengapa lembaga Ugasan Torop tetap eksis dan bertahan sampai sekarang. 1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang di harapkan dalam penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis Untuk melatih dan mengembangkan kemampuan penulis dalam melakukan penelitian di bidang ilmu sosial, khususnya dalam ilmu sosiologi. Hasil dari penelitian ini bisa menjadi kajian ilmiah bagi mahasiswa khususnya mahasiswa sosiologi, masyarakat maupun instansi terkait pada umumnya dalam mengetahui keberadaan lembaga Ugasan Torop dan perannya terhadap masyarakat Parmalim.

2. Manfaat Praktis Untuk memberikan masukan-masukan yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait dalam melihat keberadaan lembagalembaga yang ada di sebuah aliran kepercayaan. Mensosialisasikan keberadaan lembaga Ugasan Torop dengan harapan prinsip-prinsip dasar dan kelebian-kelebihan lembaga tersebut juga dapat diterapkan di komunitas lainnya. 1.5. Definisi konsep Dalam penelitian ilmiah, definisi konsep sangat diperlukan untuk mempermudah dalam memfokuskan penelitian. Agar tidak menimbulkan polemik atau kesalahpahaman konsep yang di pakai dalam penelitian, maka di buat batasan-batasan makna dan arti konsep yang di pakai, yaitu: 1. Agama Secara sosiologis agama dilihat sebagai pemahaman dan pengalaman masyarakat, bukan ajaran atau wahyu tuhan ( Sachari, 2003: 12). Arti agama dapat dilihat sebagai berikut: Secara eksklusif, agama merupakan seperangkat keprecayaan dan simbolis yang berkaitan dengan perbedaan antara sumber empiris dan super empiris.

Secara inklusif, agama adalah suatu sistem kepercayaan yang disatukan oleh praktek-praktek yang bertalian dengan hal-hal yang suci, hal-hal yang dibolehkan dan dilarang. Menurut Pemerintah Indonesia parmalim merupakan aliran kepercayaan dan telah disahkan pada departemen pendidikan dan kebudayaan RI dengan nomor invebatarisasi: I. 136/F.3/1.1/1980. 2. keyakinan Kepercayaan mengandung pengertian: kebatinan yang mengandaikan adanya ruang lingkup di dalam diri manusia yang bersifat kekal; kejiwaan yang mengajarkan psychotehnik (tekhnik kejiwaan) manusia menyadari apa yang ada di luar dirinya; kerohanian yang memperhatikan jalan ( Hadikusuma, 1993: 19). Dalam hal ini konsep kepercayaan yang menyangkut dengan kepercayaan Agama Parmalim. 3. Lembaga Lembaga sosial dalam kehidupan sehari-hari biasanya adalah badan ilmiah, ikatan sarjana atau berbagai bentuk organisasi yang mempunyai tujuan amal atau memelihara dan memepreluas pengetahuan dan lain sebagainya. Namun dalam sosiologi, lembaga / social institution yaitu suatu kompleks atau sistem peraturan peraturan dan adat istiadat yang mempertahankan nilai nilai yang penting.

Lembaga itu bertujuan untuk mengatur antar hubungan yang diadakan untuk memenuhi kebutuhan manusia yang paling penting. Bruce J. Cohen: Lembaga sosial merupakan sistem pola sosial yang tersusun rapi dan secara relatif bersifat permanen serta mengandung perilaku tertentu yang kokoh dan terpadu demi pemuasan dan pemenuhan kebutuhan manusia Dalam pengertian ini lembaga sebagai suatu jaringan sarana hidup berisi peranan yang menjalankann fungsi masyarakat secara terus menerus dan berulang-ulang. Secara umum lembaga lahir dari cara-cara berbuat (Usage) yang menjadi kebiasaan ( Folksway ), lalu tumbuh menjadi tata-kelakuan ( mores), dan apabila tata kelakuan ini bertambah matang, disertai adanya aturan dan pengenaan sanksi yang relative berat terhadap pelanggar tersebut, maka berarti telah terbentuk apa yang disebut sebagai adat-istiadat ( Customs). Dengan kata lain lembaga merupakan kebiasaan berbuat yang dilakukan secara sadar, bersifat permanen dan rasional ( super folksway) ( www.pdfsearchengine.com). 4. Parmalim Kata Parmalim berasal dari bahasa Batak Toba yang berarti pengikut ajaran kesucain (Hamalimon), Par adalah pengikut dan dan malim adalah suci, sedangkan hamalimon berarti kesucian. Agama Parmalim atau disebut juga Ugamo Malim menurut Guru Somalaing Pardede merupakan kelanjutan dari agama lama, tetapi cara peribadatannya dipengaruhi agama-agama lain. Mereka berkumpul uantuk berdoa kepada tuhan yang maha pencipta yang disebut dengan

Debata Mulajadi Nabolon. Adakalanya mereka menggunakan istilah Jahowa yang berasal dari Yehowa dalam injil Agama Parmalim adalah suatu bentuk keyakinan, kepercayaan ( agama) pada masyarakat batak yang menganggap bahwa manusia tidak lepas dari eksistensi alam dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan leluhur yang dianggap mengawasi kehidupan mereka sehari-hari. 5. Lembaga Ugasan Torop Pengurus dari ugasan torop tidak mendapat insentif dari perkembangan harta ini karena berprinsip mengabdikan diri terhadap pesan raja sisingamangaraja- raja nasiakbagi. Ugasan torop banyak digunakan sebagai modal awal keluarga baru yang memulai kehidupan baru sehingga semakin berkembang. Pengelolaannya pun semakin berkembang, yang semula orientasi sosial semata, namun karena memberi kehidupan yang lebih baik oleh yang menggunakannya sehingga lajim memberikan ginugur bagian dari laba usahanya yang tidak dipatok. Target dalam pengertian yang lebih luas, ugasan torop diharapkan mampu menyantuni warga ( seluruhnya ) bila mengalami kegagalan panen, atau usaha sehingga terancam kehidupannya dalam satu tahun berjalan. Ugasan torop memiliki sebuah aplikasi nyata yang dapat membuat masyarakat parmalim bertahan sampai sekarang, salah satu factor yang

melatarbelakangi terciptanya hal ini adalah kuatnya penanaman trust yang berkembang menjadi modal sosial, modal sosial dapat didiskusikan dalam konteks komunitas yang kuat, masyarakat sipil yang kokoh, maupun identitas negara bangsa. Modal sosial termasuk elemen-elemen didalamnya seperti keercayaan, kehesifitas, altruism, gotong royong, jaringan dan kolaborasi sosial memiliki pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi melalui berbagai mekanisme, seperti meningkatnya rasa tanggungb jawab terhadap kepentingan public, meluasnya partisipasi dalam proses demokrasi, menguatnya keserasian masyarakat dan menurunnya tingkat kekerasan dan kejahatan ( Barkeley dan Suggate, 1997 a;suharto, 2005a;suharto2005b;). Para Pengelola Ugasan Torop ini disebut juga Suhi Ni Ampang Naopat. Mereka ada di setiap cabang dan mengelola secara mandiri. Di Pusat disebut juga Suhi Ni Ampang Naopat, tugasnya mengevaluasi perkembangan Ugasan Torop dan melakukan kebijakan croos subsidi. Bila di salah satu cabang ada masalah yang harus disantuni Ugasan Torop dan harta mereka tidak mencukupi, kas dari cabang lainnya dapat digunakan untuk mengatasi masalah itu.