ANALISIS YURIDIS TERHADAP WAKAF TUNAI MENURUT UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DALAM PERSFEKTIF FIKIH ISLAM (STUDI DI BAITUL MAL PIDIE JAYA)

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN BADAN WAKAF INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN HARTA BENDA WAKAF BERGERAK BERUPA UANG

BAB I PENDAHULUAN. Di tengah problem sosial masyarakat Indonesia dan tuntutan terhadap

BAB I P E N D A H U L U A N

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MANFAAT DAN HAMBATAN DALAM PENGELOLAAN WAKAF UANG * Oleh Drs. H. Asrori, S.H., M.H

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III WAKAF HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL DALAM PASAL 16 UNDANG-UNDANG NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF

PERATURAN BADAN WAKAF INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN HARTA BENDA WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah SAW bersabda, apabila manusia meninggal dunia, maka

BAB IV ANALISIS WAKAF UANG DI KSPPS BMT MANDIRI SEJAHTERA KARANGCANGKRING JAWA TIMUR CABANG BABAT

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGELOLAAN WAKAF UANG DI BAITUL MAAL HIDAYATULLAH SEMARANG

Oleh Mulya E. Siregar, Direktur Perbankan Syariah Bank Indonesia.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Wakaf menurut bahasa arab berarti al-habsu ( ) dan berarti mewakafkan harta karena Allah SWT 1. Sedangkan,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS PERWAKAFAN DI KJKS BMT AL-FATTAH PATI. A. Praktek Perwakafan Uang di KJKS BMT AL-FATTAH Pati

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan syari ah, terutama perbankan syari ah. Demikian pula Baitul

TATA CARA DAN PENGELOLAAN WAKAF UANG DI INDONESIA

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2006 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF

WAKAF SEBAGAI ALTERNATIF PENDANAAN PENGUATAN EKONOMI MASYARAKAT INDONESIA

KAJIAN ATAS GANTI RUGI TANAH DAN/ATAU BANGUNAN WAKAF DALAM PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM

ANALISIS PERATURAN BADAN WAKAF INDONESIA NO 1 TAHUN 2009 TERHADAP IMPLEMENTASI SETORAN WAKAF YANG DI BANK SYARIAH MANDIRI

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG ADMINISTRASI PENDAFTARAN WAKAF UANG

BAB I PENDAHULUAN. Sejak datangnya agama Islam di Indonesia pada abad ke-7 Masehi,

Keuangan mulai tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat. Hal ini dapat. dilihat dari terus meningkatnya perkembangan Ekonomi Syariah di Indonesia

BAB IV ANALISIS HUKUM EKSISTENSI WAKAF UANG DAN PROSES IKRAR WAKAF MENURUT UNDANG UNDANG NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

RESUME TESIS WAKAF DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM (Study Naratif Wakaf Produktif dan Pengembangannya melalui Investasi)

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TEORI WAKAF TUNAI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya pada unsur kebajikan (birr), kebaikan (ihsan) dan persaudaraan

PERATURAN BADAN WAKAF INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN DAN PENGGANTIAN NAZHIR HARTA BENDA WAKAF TIDAK BERGERAK BERUPA TANAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN WAKAF INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pasal 215 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam menyatakan bahwa wakaf

OPTIMALISASI PENGELOLAAN WAKAF UANG UNTUK KESEJAHTERAAN UMUM THE OPTIMALIZATION OF WAKAF MONEY FOR PUBLIC PROSPERITY. Oleh: Muhammad Alfin Syauqi *)

BAB I PENDAHULUAN. badan hukum dengan menyerahkan sebagian dari harta bendanya untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah maslahat bagi manusia dan yang dikehendaki Allah SWT. (M. Umer

BAB I PENDAHULUAN. Perolehan dan peralihan hak atas tanah dapat terjadi antara lain melalui: jual

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara besar dengan mayoritas penduduknya beragama

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Implementasi Wakaf Uang di BNI Syariah Cabang Pekalongan

BAB I PENDAHULUAN. tahan lama (zatnya) kepada seseorang atau nadzir (penjaga wakaf), baik berupa

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2006 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ, SHODAQOH DAN WAKAF

BAB II KONSEP WAKAF DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DAN KONSEP TANAH FASUM (FASUM) DALAM HUKUM PERTANAHAN DI INDONESIA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO 41 TAHUN 2004 TERHADAP PENERAPAN WAKAF BERJANGKA DI BANK SYARIAH BUKOPIN CABANG WARU SIDOARJO

PENDAHULUAN. Belakangan ini di Indonesia muncul berita yang mengejutkan berbagai

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2006 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2006 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ALIH FUNGSI WAKAF PRODUKTIF KEBUN APEL DI DESA ANDONOSARI KECAMATAN TUTUR KABUPATEN PASURUAN

BAB I PENDAHULUAN. Propinsi Jawa Tengah. Terletak di sepanjang Pantai Utara Laut Jawa,

WAKAF PRODUKTIF DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

III. Upaya Strategis Pengembangan Wakaf Salah satu upaya strategis pengembangan wakaf yang dilakukan oleh Pemerintah C.q. Departemen Agama adalah

BAB I PENDAHULUAN. telah menyebar ke berbagai belahan dunia. 1

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NAZHIR. Kata nazhir secara etimologi berasal dari kata nazira-yandzaru yang berarti menjaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2006 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan uraian sebelumnya, maka rumusan kesimpulan yang

BAB II TAHUN 2004 TENTANG WAKAF. A. Dasar pemikiran lahirnya UU No 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2006 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF

BAB I PENDAHULUAN. hidup atau sudah meninggal, sedang hakim menetapkan kematiannya. Kajian

BAB IV PRAKTEK PEMBINAAN NAZHIR DI WILAYAH KECAMATAN KEBONAGUNG KABUPATEN DEMAK MENURUT PP NO 42 TAHUN 2006

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan wakaf sangat dianjurkan dalam agama Islam, dimana kita

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan dimaksud adalah tersebut dalam Pasal 25 ayat (3) Undang -Undang

Tanab Wakaf. \ ~eri\lnterian Agama RI Direktorat jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Wakaf. Tahun zou

BAB 1 PENDAHULUAN. Muhammad dan Idrus Al-Kaff, (Jakarta: Lentera, 2007), hal. 635.

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

Peluang Wakaf Produktif untuk Pembiayaan Pendidikan Islam

BAB I PENDAHULUAN. hidup saling tolong menolong antara satu dengan yang lain, sebagaimana. firman Alloh SWT dalam Al Qur an surat Al Maidah ayat 2:

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pemerintah sedang mencari jalan keluar untuk mengatasi

Al-Hikmah Jurnal Kependidikan dan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam, 2007) h. 8

STATUS TANAH WAKAF YANG BELUM TERDAFTAR BILA TERJADI GUGATAN AHLI WARIS (STUDI DI KECAMATAN UJUNG BATU KABUPATEN ROKAN HULU) BAMBANG EDRIYANTO

17. Qahaf, Mundzir, 2005, Manajemen Wakaf Produktif, Khalifa, Jakarta 18. Soekamto, Soerjono, 2007, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Islam merupakan agama yang pemeluknya terbanyak di dunia, agama

Sukuk Ijarah. 1 Al Ma'ayir as Syar'iyyah, hal Dr. Hamid Mirah, Sukuk al Ijarah, hal

BAB I PENDAHULUAN. wakaf yaitu, ajaran Islam mengenai wakaf, peraturan perundang-undangan dan

BAB IV PENARIKAN HARTA WAKAF MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana di ketahui bahwa negara Indonesia mayoritas. kepentingan keagamaan, seperti pembangunan rumah ibadah maupun kegiatan

PENGELOLAAN WAKAF UANG DI BAITULMÂL MUAMALAT DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat dalam rangka ibadah ijtima iyah (ibadah sosial). kepada Allah SWT dan ikhlas karena mencari ridho-nya.

Lex Privatum, Vol. III/No. 3/Jul-Sep/2015

BAB II TINJAUAN HUKUM TERHADAP WAKAF

PROSES PERALIHAN HAK ATAS TANAH WAKAF (Studi kasus di KUA Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo)

FATWA NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG KEDUDUKAN HASIL HARTA WAKAF MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP TUGAS NADIR LANGGAR WAKAF AL QADIR DESA JEMUR NGAWINAN KECAMATAN WONOCOLO SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Islam yang sudah mapan. Dalam hukum Islam, wakaf tersebut termasuk

2 UUPA harus memberikan tercapainya fungsi bumi, air, dan ruang angkasa yang sesuai dengan kepentingan rakyat dan negara serta memenuhi keperluannya m

SISTEM EKONOMI ISLAM DAN KESEJAHTERAAN UMAT

BAB V PENUTUP. bahwa pergeseran pemahaman wakaf tuan guru di Lombok menjiwai karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB IV ANALISIS. A. Persamaan dan Perbedaan Pendapat Mazhab Syafi i dan Mazhab Hanbali Tentang Hukum Menjual Reruntuhan Bangunan Masjid

Transkripsi:

BARON SIDIK S 1 ANALISIS YURIDIS TERHADAP WAKAF TUNAI MENURUT UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DALAM PERSFEKTIF FIKIH ISLAM (STUDI DI BAITUL MAL PIDIE JAYA) BARON SIDIK S ABSTRACT The word Wakaf (Benefaction) literally means Habs ( to endow ). It is like what was said by a Waqafa Yafiqu Waqafan, which means Habasa Yahbisu Habsan. Meanwhile, in Islamic view, a Wakaf means to endow one s personal belongings or wealth and to grant its benefits in Allah s (God s) way. Cash wakaf is the wakaf made by an individual, a group of people, an institution or a legal entity in the form of cash. What is defined by money includes securities such as shares, cheque, etc. The law of cash wakaf is still in debate by scholars; some scholars allow it while some others do not. The scholars who allow the cash wakaf are Imam al Zuhri and Hanafi Sect. On the other hand; the scholars who do not allow cash wakaf are Ibn Abidin and Syafi i Sect. Based on the research results, it can be seen: 1). Implementation of Cash Waqf in Islamic Fiqh Perspective is allowed origin of the money was invested in the effort for the results (mudaraba), then profits distributed in accordance with the purpose of waqf. Diwakafkan so that the money stays, while being delivered to mauquf 'alaih is the result of the development of the cash waqf. Meanwhile, according to Law No. 41 Year 2004 on Waqf that the management and development of properties, especially cash waqf endowments performed with Islamic principles. Among other things can be done through financing mudaraba, murabaha, musharakah, or Ijarah. 2). Empowerment cash waqf (money) for the welfare of the people there are four main benefits of cash waqf. Keywords: Cash Wakaf, Implementation of Cash Wakaf, Islamic principles. I. Pendahuluan Wakaf merupakan salah satu institusi filantropi Islam yang bisa diandalkan menunjang agenda keadilan sosial khususnya di kalangan masyarakat Islam. Hal ini telah dibuktikan dalam sejarah filantropi Islam abad pertengahan, yang jejak keagungannya masih dapat disaksikan di negeri-negeri Muslim, seperti Turki dan Mesir. Wakaf pada masa itu bukan hanya didirikan untuk santunan fakir dan miskin atau untuk kegiatan keagamaan, melainkan hadir untuk membangun dan memelihara fasilitas umum non-keagamaan. Misalnya, ada wakaf untuk jembatan, wakaf untuk menara kontrol lalu lintas kapal laut, wakaf untuk irigasi pertanian, wakaf untuk pemandian dan air minum umum, serta wakaf untuk taman

BARON SIDIK S 2 perkotaan. Bahkan ada wakaf untuk memberi makan burung di musim dingin, seperti yang sekarang ini masih dipraktikkan di Turki. 1 Secara umum orang lebih mengenal istilah wakaf hanya untuk orang muslim (orang yang beragama Islam), keberadaan wakaf di Indonesia adalah digunakan untuk masjid, musholla, sekolah, rumah, tanah pertanian, yatim piatu. Pemanfaatan tersebut dilihat dari segi sosial khususnya untuk kepentingan peribadatan memang efektif, tetapi dampaknya kurang berpengaruh positif dalam kehidupan ekonomi masyarakat. Apabila peruntukan wakaf hanya terbatas pada hal-hal di atas tanpa diimbangi dengan wakaf yang dikelola secara produktif, maka kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat yang diharapkan dari lembaga Wakaf, tidak akan dapat terealisasi secara optimal. Wakaf secara umum telah dikenal oleh masyarakat sejak lama, yakni sejak awal Islam, dan bahkan jauh sebelum Islam, wakaf juga sudah dipraktikkan oleh masyarakat, dalam pengertian memisahkan harta untuk kepentingan bersama, bukan wakaf. 2 Peruntukan wakaf di Indonesia sampai saat ini kurang mengarah kepada pola wakaf produktif. Masyarakat lebih mengenal wakaf sebagai kegiatan ibadah khusus dan sebatas pada benda tidak bergerak saja. Pengelolaan dan pengembangan wakaf yang ada di Indonesia diperlukan komitmen bersama pemerintah, ulama dan masyarakat. Selain itu juga harus dirumuskan kembali mengenai berbagai hal yang berkenaan dengan wakaf, termasuk harta yang diwakafkan, peruntukkan wakaf dan nazhir serta pengelolaan wakaf secara profesional. Selanjutnya wakaf harus diserahkan kepada orang-orang atau suatu badan khusus yang mempunyai kompetensi memadai sehingga bisa mengelola secara profesional dan amanah. Badan khusus yang dimaksud adalah Badan Wakaf Indonesia (BWI), sebagaimana diatur dalam Pasal 47 ayat (1) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf dinyatakan bahwa : dalam rangka memajukan dan mengembangkan perwakafan nasional, dibentuk Badan Wakaf Indonesia. Badan ini diharapkan dapat mengelola wakaf secara 1 Baunt Kube, Wakaf di Indonesia, Melalui http://bmtkube036.wordpress.com/ 2011/05/31/wakaf-di-indonesia-why-not/, Diakses 16 Maret 2014. 2 Harto Banjarnaho, Materi Hukum Wakaf, Melalui http://www.slideshare.net/ hartobanjarnahor/materi-ii-hukum-wakaf, diakses pada tanggal 18 Maret 2014.

BARON SIDIK S 3 produktif dan profesional, khususnya wakaf uang dengan berdasarkan perumusan Fiqih Wakaf baru. Dalam pengelolaan wakaf uang, nantinya Badan Wakaf Indonesia (BWI) harus bekerja sama dengan lembaga profesional dan bank-bank syariah. Dengan demikian, harta Wakaf dapat berkembang dengan baik dan hasilnya benar-benar dapat dirasakan manfaatnya bagi masyarakat. Pengelolaan dan pengembangan wakaf yang ada di Indonesia diperlukan komitmen bersama pemerintah, ulama dan masyarakat. Selain itu juga harus dirumuskan kembali mengenai berbagai hal yang berkenaan dengan wakaf, termasuk harta yang diwakafkan, peruntukkan wakaf dan nazhir serta pengelolaan wakaf secara profesional. Selanjutnya wakaf harus diserahkan kepada orang-orang atau suatu badan khusus yang mempunyai kompetensi memadai sehingga bisa mengelola secara profesional dan amanah. Badan khusus yang dimaksud adalah Badan Wakaf Indonesia (BWI), sebagaimana diatur dalam Pasal 47 ayat (1) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf dinyatakan bahwa : dalam rangka memajukan dan mengembangkan perwakafan nasional, dibentuk Badan Wakaf Indonesia. Badan ini diharapkan dapat mengelola wakaf secara produktif dan profesional, khususnya wakaf uang dengan berdasarkan perumusan Fiqih Wakaf baru. Dalam pengelolaan wakaf uang, nantinya Badan Wakaf Indonesia (BWI) harus bekerja sama dengan lembaga profesional dan bank-bank syariah. Dengan demikian, harta Wakaf dapat berkembang dengan baik dan hasilnya benar-benar dapat dirasakan manfaatnya bagi masyarakat. Barang-barang yang diwakafkan hendaknya tidak dibatasi pada bendabenda yang tidak bergerak saja, tetapi juga benda bergerak seperti wakaf uang, saham dan lain-lain. Berdasarkan rumusan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf menyatakan bahwa wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian dari harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah. Pengertian wakaf sebagaimana tersebut dalam Pasal 1 Undang- Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf, diperluas lagi berkaitan dengan Harta Benda Wakaf (obyek wakaf) yang diatur dalam Pasal 16 ayat (1) yang menyatakan Harta Benda Wakaf meliputi :

BARON SIDIK S 4 a. Benda tidak bergerak; dan b. Benda bergerak. Selanjutnya dalam Pasal 16 ayat (2) huruf a-e Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf yang dimaksud wakaf benda tidak bergerak meliputi: hak atas tanah, bangunan, tanaman, hak milik satuan rumah susun, dan benda tidak bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan peraturan perundangundangan yang berlaku. Sedangkan wakaf benda bergerak salah satunya adalah uang. (Pasal 16 ayat (3) huruf a Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf). Dengan demikian yang dimaksud wakaf tunai/uang adalah wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok orang dan lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang. Juga termasuk kedalam pengertian uang adalah surat-surat berharga, seperti saham, cek dan lainnya. 3 Wakaf tunai/uang juga dapat menjadi instrumen ekonomi untuk menyelesaikan masalah perekonomian yang membelit. Paling tidak, wakaf uang yang diperkenalkan oleh Mannan melalui pendirian Social Investment Bank Limited (SIBL) di Bangladesh. SIBL menancapkan tonggak sejarah dalam dunia perbankan dengan mengenalkan Cash Wakaf Certificate atau sertifikat Wakaf tunai. Dapat dikatakan bahwa wakaf tunai/uang ini merupakan sumber pendanaan yang dihasilkan dari swadaya masyarakat karena sertifikat wakaf uang ini adalah untuk menggalang tabungan sosial serta mentransformasikannya menjadi modal sosial dan membantu mengembangkan pasar modal sosial. Selanjutnya melalui sertifikat ini berarti menyisihkan sebagian keuntungan dari sumber daya orang kaya kepada fakir miskin. Dengan demikian akan menumbuhkan tanggungjawab sosial mereka pada masyarakat sekitarnya yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan umat. Wakaf uang produktif dianggap sebagai sumber dana yang sangat bisa diandalkan untuk mensejahterakan dan kemaslahatan ummat Islam pada umumnya. 3 Departemen Agama RI, Pedoman Pengelolaan Wakaf Uang, (Jakarta; Direktorat Jenderal Pengembangan Zakat dan Wakaf Direktorat Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, 2005) hal 1.

BARON SIDIK S 5 Perumusan masalah penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengaturan wakaf tunai dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004Tentang Wakaf dan Fiqih Islam? 2. Apakah pelaksanaan wakaf tunai sudah sesuai dengan ketentuan-ketentuan tentang pemanfaatan wakaf menurut Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang wakaf dan Fiqih Islam di Baitul Mal Pidie Jaya? 3. Apakah yang menjadi kendala bagi nazhir dalam pelaksanaan wakaf tunai? Sesuai dengan perumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini ialah : 1. Untuk mengetahui dan memahami pengaturan wakaf tunai menurut Undang- Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf dan dalam Fiqih Islam. 2. Untuk mengetahui dan memahami apakah pelaksanaan wakaf tunai sudah sesuai dengan ketentuan-ketentuan tentang pemanfaatan wakaf. 3. Untuk mengetahui dan memahami kendala bagi nazhir dalam pelaksanaan wakaf tunai. II. Metode Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif. Jenis penelitian yang digunakan adalah hukum normatif (yuridis normatif). Sumber data yang dipergunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri dari : a. Bahan hukum primer, yang terdiri dari : 1) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf. 2) Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004. 3) Peraturan Menteri Agama Nomor 4 Tahun 2009 tentang Administrasi Pendaftaraan Wakaf Uang. 4) Kompilasi Hukum Islam (KHI). b. Bahan hukum sekunder biasanya berupa bahan-bahan hukum seperti bacaan hukum, jurnal-jurnal yang memberikan penjelasan mengenai bahan primer, berupa buku teks, konsideran, artikel dan jurnal, sumber data elektronik

BARON SIDIK S 6 berupa internet, majalah dan surat kabar serta berbagai kajian dalam perspektif Islam. c. Bahan hukum tertier, yaitu bahan pendukung diluar bidang hukum seperti kamus ensiklopedia atau majalah yang terkait dengan masalah penelitian. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan ini adalah menggunakan : metode penelitian kepustakaan (library research). Untuk lebih mengembangkan data penelitian ini, dilakukan pula wawancara dengan beberapa informan atau narasumber di Kantor Baitul Mal Pidie Jaya. III. Hasil Penelitian dan Pembahasan Berdasarkan rumusan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf menyatakan bahwa wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian dari harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah Dalam UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf, masalah wakaf tunai disebutkan pada empat pasal, bahkan wakaf tunai secara khusus dibahas pada bagian kesepuluh Undang-Undang tersebut dengan titel Wakaf Benda Bergerak Berupa Uang. Pasal 28 Undang-Undang Wakaf berbunyi sebagai berikut: Wakif dapat mewakafkan benda bergerak berupa uang melalui lembaga keuangan syariah yang ditunjuk oleh Menteri. Selanjutnya, Pasal 29 UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf menyebutkan: 1. Wakaf benda bergerak berupa uang sebagaimana dimaksud dalam pasal 28 dilaksanakan oleh wakif dengan pernyataan kehendak wakif yang dilakukan secara tertulis. 2. Wakaf benda bergerak berupa uang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan dalam bentuk sertifikat wakaf uang.

BARON SIDIK S 7 3. Sertifikat wakaf uang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterbitkan dan disampaikan oleh lembaga keuangan syariah kepada wakif dan nazhir sebagai bukti penyerahan harta benda wakaf. Waqafa Yaqifu Waqfan, sama artinya dengan Habasa Yahbisu Habsan. Dan kata Al-Waqf dalam bahasa arab mengandung beberapa pengertian, Yang artinya : Menahan harta untuk diwakafkan, tidak dipindah milikkan. 4 Pengembangan wakaf dalam bentuk uang yang dikenal dengan cash wakaf atau wakaf tunai sudah dilakukan sejak lama. Bahkan dalam sejarah Islam, wakaf tunai sudah dipraktekkan sejak abad kedua Hijriyah. Diriwayatkan oleh Imam Bukhari bahwa Imam az Zuhri, salah seorang ulama terkemuka dan peletak dasar tadwin al hadits, memberikan fatwanya untuk berwakaf dengan Dinar dan Dirham agar dapat dimanfaatkan sebagai sarana pembangunan, dakwah, sosial, dan pendidikan umat Islam. Cara yang dilakukan adalah dengan menjadikan uang tersebut sebagai modal usaha (modal produktif) kemudian menyalurkan keuntungannya sebagai wakaf. 5 Kebolehan wakaf tunai juga dikemukakan oleh Mazhab Hanafi dan Maliki. Bahkan sebagian ulama Mazhab Syafi i juga membolehkan wakaf tunai sebagaimana yang disebut Al-Mawardy. Abu Tsaur meriwayatkan dari Imam Syafi i tentang kebolehan wakaf dinar dan dirham. 6 Pendapat rapat Komisi Fatwa MUI pada hari Sabtu tanggal 11 Mei 2002 tentang perumusan definisi wakaf, yakni: menahan harta yang dapat diimanfaatkan tanpa lenyap bendanya atau pokoknya, dengan cara tidak melakukan tindakan hukum terhadap benda tersebut (misal: menjual, memberikan, atau mewariskannya), untuk disalurkan (hasilnya) pada sesuatu yang mubah (tidak haram). Keluarnya fatwa MUI ini disambut beragam oleh masyarakat. Perjuangan untuk membuat payung hukum kegiatan wakaf dalam bentuk undang-undang terus berlaku. 7 4 Departemen Agama RI, Fiqih Waqaf, (Jakarta : Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam, 2007), hal. 1. 5 Abu Su ud Muhammad, Risalah fi Jawazi Waqf al-nuqud, (Beirut, Dar Ibn Hazm, 1997), hal. 20-21. 6 Al-Mawardy Al-Hawi al-kabir, Tahqiq, Mahmud Mukhraji, (Beirut Dar al-fikri, 1994), hal. 379. 7 Suhrawardi K Lubis, Wakaf & Pemberdayaan Umat, (ed.), Bahdin Nur Tanjung dan Farid Wajdi, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010) hal.107.

BARON SIDIK S 8 Wakaf atas benda bergerak berupa uang dilaksanakan oleh wakif secara tertulis kepada pengelola Lembaga Keuangan Syariah (LKS). Kemudian diterbitkan sertifikat wakaf uang, selanjutnya sertifikat wakaf uang yang telah diterbitkan itu disampaikan LKS kepada wakif dan nazhir sebagai bukti penyerahan harta benda wakaf. 8 Selanjutnya Lembaga Keuangan Syariah atas nama nazhir mendaftarkan harta benda wakaf berupa uang kepada Menteri selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak diterbitkannya sertifikat wakaf uang. 9 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 4 Tahun 2009 Tentang Administrasi Pendaftaran Wakaf Uang, disebutkan bahwa masyarakat dapat melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas nazhir. 10 Bagi seorang wakif yang akan mewakafkan uangnya diwajibkan untuk: a. Hadir di Lembaga Keuangan Syariah penerima wakaf uang (LKSPWU) untuk menyatakan kehendak wakaf uangnya; b. Menjelaskan kepemilikan dan asal usul yang diwakafkan; c. Menyetor secara tunai sejumlah uang ke LKS-PWU; d. Mengisi form pernyataan kehendak wakif yang berfungsi sebagai Akta Ikrar Wakaf (AIW). 11 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf Wakaf juga menetapkan bahwa seluruh benda wakaf harus didaftarkan kepada Menteri Agama dan BWI serta akan diumumkan. Pengelolaan dan pengembangan Harta Benda Wakaf dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf ini tegas dinyatakan bahwa pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf dilakukan dengan prinsip syariah. Antara lain dapat dilakukan melalui pembiayaan mudharabah, murabahah, musharakah, atau ijarah. Selain itu untuk memproduktifkan harta benda wakaf dimungkinkan dengan cara investasi, penanaman modal, produksi, kemitraan, perdagangan, agrobisnis, pertambangan, perindustrian, pengembangan teknologi, pembangunan gedung, apartemen, rumah susun, pasar swalayan, pertokoan, perkantoran, sarana pendidikan ataupun sarana kesehatan dan usaha-usaha yang tidak bertentangan dengan syariah. UU Wakaf 8 Pasal 29 Undang-Undang No. 41 Tahun 2004. 9 Pasal 30 Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 10. Pasal 13 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 4 Tahun 2009. 11 Pasal 22 ayat (3) Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2006.

BARON SIDIK S 9 secara eksplisit juga menyebut keberadaan lembaga penjamin syariah (asuransi syariah) untuk menghindari habisnya harta benda wakaf karena kerugian ketika diinvestasikan. Dalam hukum Islam, wakaf tidak terbatas pada benda tidak bergerak tetapi juga benda bergerak termasuk uang. Di beberapa negara seperti Mesir, Yordania, Saudi Arabia, Turki, Kuwait, wakaf selain berupa sarana dan prasarana ibadah dan pendidikan juga berupa tanah pertanian, perkebunan, flat, hotel, pusat perbelanjaan, uang, saham, real estate dan lain-lain yang semuanya dikelola secara produktif. Dengan demikian hasilnya benar-benar dapat dipergunakan untuk mewujudkan kesejahteraan umat. Sepanjang sejarah Islam, wakaf telah berperan sangat penting dalam pengembangan kegiatan-kegiatan sosial, ekonomi dan kebudayaan masyarakat Islam serta telah menfasilitasi sarjana dan mahasiswa dengan sarana dan prasarana yang memadai yang memungkinkan mereka melakukan berbagai kegiatan seperti riset dan menyelesaikan studi mereka. Substansi wakaf tunai sebenarnya telah lama muncul, bahkan dalam kajian fiqih klasik sekalipun seiring dengan munculnya ide revitalisasi fiqih muamalah dalam perspektif filosofi dan tujuan syariah yang dalam pandangan Umar Capra bermuara pada al- maslahah al- mursalah (kemaslahatan universal) termasuk upaya mewujudkan kesejaahteraan sosial melalui keadilan distribusi pendapatan dan kekayaan. Untuk merealisasi dan merepotensi tujuan wakaf, pemerintah telah memberikan payung hukum di bidang perwakafan ini dengan instrumen Undang- Undang yaitu UU No. 41 Tahun 2004, yang didalamnya lebih menegaskan kedudukan nazhir dalam perwakafan dan adanya batasan imbalan nazhir dalam mengelola harta wakaf. Selama ini belum jelas batasan imbalan bagi para nazhir baik dalam PP No. 28 Tahun 1977 tentang perwakafan tanah milik dan Kompilasi Hukum Islam yang berdasarkan atas penetapan dari Majelis Ulama Kecamatan dan Kepala Kantor Urusan Agama. Dalam Ketentuan Umum Pasal 1 ayat (4) UU No. 41 tahun 2004 nazhir adalah pihak yang menerima harta benda wakaf dari wakif untuk dikelola dan dikembangkan sesuai dengan peruntukannya. Selain itu nazhir juga salah satu unsur terpenting setelah wakif, disamping harus adanya

BARON SIDIK S 10 unsur harta benda wakaf, ikrar wakaf, peruntukan hata benda wakaf dan jangka waktu wakaf. Wakaf yang diharapkan dapat memberi kesejahteraan pada umat, kadangkala biaya pengelolaannya terus-menerus tergantung pada zakat, infaq dan shadaqah masyarakat. Pada hal andaikata, nazhirnya kreatif, dia bisa mengelola wakafnya secara produktif. Di samping nazhirnya kurang kreatif, uang yang diwakafkan juga jumlahnya belum merupakan modal yang cukup untuk mengambangkan wakaf uang tersebut. Untuk mengatasi masalah ini, hendaknya calon wakif sebelum berwakaf memperhatikan lebih dahulu apa yang diperlukan masyarakat, dan dalam memilih nazhir hendaknya mempertimbangkan kompetensinya. Di samping itu harus disosialisasikan kepada masyarakat perlunya dikembangkan wakaf uang. IV. Kesimpulan Dan Saran A. Kesimpulan 1. Pengaturan wakaf tunai dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf diatur dalam Pasal 28,29,30 dan 31, Pasal 28 berbunyi sebagai berikut: Wakif dapat mewakafkan benda bergerak berupa uang melalui lembaga keuangan syariah yang ditunjuk oleh Menteri, dan dalam Pasal 31 berbunyi sebagai berikut : Ketentuan lebih lanjut mengenai wakaf benda bergerak berupa uang sebagaimana dimaksud dalam pasal, 28, 29, 30 diatur dengan peraturan pemerintah. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004, masalah cash waqaf/wakaf tunai diatur pada pasal 22,23,24, 25, 26 dan 27. Sedangkan dalam Fiqih Islam pengaturan wakaf tunai menurut Para Ulama mendasarkan disyariatkannya wakaf pada dalil Al-Quran, Sunnah, Ijma, dan Qiyas yang sangat banyak sekali, dan tujuan wakaf tersebut difungsikan bagi upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat yang beragama Islam dimana uang hasil wakaf tersebut diinvestasikan dalam usaha bagi hasil (mudharabah), kemudian keuntungannya disalurkan sesuai dengan tujuan wakaf. 2. Pelaksanaan wakaf tunai di Baitul Mal Pidie Jaya sudah sesuai dengan

BARON SIDIK S 11 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang wakaf dengan alasan bahwa pelaksanaan wakaf tunai tersebut dilakukan berdasarkan fiqih Islam dan juga ketentuan perundang-undangan nasional yang mengatur perihal wakaf yang pelaksanaannya telah sesuai dengan aturan tersebut yaitu Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf yang didalamnya kedudukan wakaf uang semakin jelas, tidak saja dari segi fiqh (hukum Islam), tetapi juga dari segi tata hukum nasional, sehingga persoalan khilafiyah tentang wakaf tunai telah selesai. 3. Kendala bagi nazhir dalam pelaksanaan wakaf tunai adalah belum mampunyai nazhir yang profesional dan belum kreatif dalam mengelola wakaf tunai tersebut yang diharapkan manfaat dari wakaf tunai dapat memberi kesejahteraan pada umat, dan biaya pengelolaannya terus-menerus tidak tergantung pada zakat, infaq dan shadaqah masyarakat, karena pengelolaan wakafnya secara produktif dan peraturan pelaksananya belum diatur secara terperinci. B. Saran 1. Hendaknya pengaturan tentang wakaf harus dilakukan penyempurnaan regulasi di bidang perwakafan, agar secara jelas dan terperinci mengatur apaapa saja yang dilakukan dalam pelaksanasan wakaf tunai yang ada di Indonesia. 2. Hendaknya pelaksanaan pengawasan terus menerus dilakukan dari instansi yang mempunyai kewenangan untuk pengawasan terhadap jalannya proses wakaf uang mulai dari penyerahan harta benda wakaf, nazhir, lembaga keuangan syariah penerima wakaf uang sampai pada penyaluran wakaf tersebut, agar sesuai dengan syari at Islam dan manfaatnya agar dapat mengentaskan dan memberikan pemberdayaan bagi umat dan bangsa ini. 3. Perlu ada kajian/penelitian dan pelatihan bagi nazhir yang mengelola wakaf tunai/ uang ini, sehingga hasilnya/manfaat dari pengelolaan wakaf tunai dapat memberikan kesejahteraan pada umat karena dikelola secara produktif.

BARON SIDIK S 12 V. Daftar Pustaka Al-Kabir, Al-Mawardy Al-Hawi, Tahqiq, Mahmud Mukhraji, Beirut :Dar al-fikri, 1994. Lubis, Suhrawardi K, Wakaf & Pemberdayaan Umat, (ed.), Bahdin Nur Tanjung dan Farid Wajdi, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010. Muhammad, Abu Su ud, Risalah fi Jawazi Waqf al-nuqud, Beirut, Dar Ibn Hazm, 1997. RI, Departemen Agama RI, Fiqih Waqaf, Jakarta : Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam, 2007. RI, Departemen Agama, Pedoman Pengelolaan Wakaf Uang, Jakarta; Direktorat Jenderal Pengembangan Zakat dan Wakaf Direktorat Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, 2005. Baunt Kube, Wakaf di Indonesia, Melalui http://bmtkube036.wordpress.com/ 2011/05/31/wakaf-di-indonesia-why-not/, Diakses 16 Maret 2014. Harto Banjarnaho, Materi Hukum Wakaf, Melalui http://www.slideshare.net/ hartobanjarnahor/materi-ii-hukum-wakaf, diakses pada tanggal 18 Maret 2014.