Variabilitas dan seleksi awal populasi tanaman teh hasil persilangan buatan

dokumen-dokumen yang mirip
Heri Syahrian Khomaeni, Vitria Puspitasari Rahadi, Endi Ruhaendi, dan Budi Santoso

Daya tumbuh setek klon-klon teh hasil persilangan buatan

Pengujian daya tumbuh setek klon teh (Camellia sinensis) hasil persilangan klon-klon generasi pertama

KERAGAMAN DAN KEKERABATAN GENETIK KOLEKSI PLASMA NUTFAH TEH BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI DAUN DAN KOMPONEN HASIL

Analisis kemiripan morfologi daun beberapa klon teh generasi pertama

Seleksi klon teh assamica unggul berpotensi hasil dan kadar katekin tinggi

HASIL DAN KERAGAMAN GENETIK TUJUH KLON TEH (Camellia sinensis (L.) Kuntze) DI DUA LOKASI DENGAN KETINGGIAN BERBEDA

SELEKSI PERDU TEH (Camellia sinensis (L.) Kuntze) HASIL PERSILANGAN DIALEL UNTUK SIFAT BERAT PUCUK

DAYA WARIS DAN HARAPAN KEMAJUAN SELEKSI KARAKTER AGRONOMI KEDELAI GENERASI F 2

Hajroon Jameela *), Arifin Noor Sugiharto dan Andy Soegianto

KARAKTERISASI DAN ANALISIS DAYA HASIL TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) SEBAGAI POHON INDUK

KERAGAMAN GENETIK, HERITABILITAS, DAN RESPON SELEKSI SEPULUH GENOTIPE KEDELAI DI KABUPATEN TULUNGAGUNG

I. PENDAHULUAN. Produksi tanaman tidak dapat dipisahkan dari program pemuliaan tanaman.

EVALUASI KLON-KLON HARAPAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) KETURUNAN TRI 2024 PS I PADA LINGKUNGAN BERBEDA

HERITABILITAS DAN KEMAJUAN GENETIK HARAPAN POPULASI F2 PADA TANAMAN CABAI BESAR (Capsicum annuum L.)

I. PENDAHULUAN. padi karena banyak dibutuhkan untuk bahan pangan, pakan ternak, dan industri.

PERAKITAN VARIETAS UNGGUL PADI BERAS HITAM FUNGSIONAL TOLERAN KEKERINGAN SERTA BERDAYA HASIL TINGGI

I. PENDAHULUAN. Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman penghasil

BAB I PENDAHULUAN. kopi, dan kakao. Pada tahun 2012, volume perusahaan pemerintah pada

Materi 06 Pemuliaan Tanaman untuk Masa Depan Pertanian. Benyamin Lakitan

KAJIAN GENETIK DAN SELEKSI GENOTIPE S5 KACANG HIJAU (Vigna radiata) MENUJU KULTIVAR BERDAYA HASIL TINGGI DAN SEREMPAK PANEN

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai sumber utama protein nabati. Kontribusi kedelai sangat

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang. Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen

METODE PEMULIAAN TANAMAN MENYERBUK SENDIRI

HAKIM: HERIBILITAS DAN HARAPAN KEMAJUAN GENETIK KACANG HIJAU

Kemajuan Genetik Dan Heritabilitas Karakter Agronomi Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) Generasi F 2 Persilangan Wilis Dan Mlg 2521

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

PARAMETER GENETIK (Ragam, Heritabilitas, dan korelasi) Arya Widura R., SP., MSi PS. Agroekoteknologi Universitas Trilogi

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan sumber protein penting di Indonesia. Kesadaran masyarakat

ANALISIS LINTAS BEBERAPA KARAKTER TANAMAN LADA PERDU DI KEBUN PERCOBAAN PAKUWON

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman sumber protein

PEMBAHASAN Potensi Pucuk

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. fenotipe yang diamati menunjukkan kriteria keragaman yang luas hampir pada

KERAGAAN DAN POTENSI HASIL KARET DARI BEBERAPA GENOTIPE HASIL PERSILANGAN ANTAR TETUA TANAMAN BERKERABAT JAUH

EVALUASI DAN SELEKSI 24 GENOTIPE JAGUNG LOKAL DAN INTRODUKSI YANG DITANAM SEBAGAI JAGUNG SEMI

PENDUGAAN VARIABILITAS DAN HERITABILITAS 18 FAMILI F5 CABAI MERAH BESAR (Capsicum annuum L.)

PEMBAHASAN. Analisis Petik. Tabel 7. Jenis Petikan Hasil Analisis Petik Bulan Maret - Mei 2011

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.3, Juni (606) :

I. PENDAHULUAN. Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai ton. Namun,

I. PENDAHULUAN. Indonesia tinggi, akan tetapi produksinya sangat rendah (Badan Pusat Statistik,

Karakterisasi dan Seleksi 139 Galur Kentang

VARIABILITAS GENETIK DAN HERITABILITAS KARAKTER MORFOLOGIS BEBERAPA GENOTIPE KENTANG

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditi pangan utama

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di

Pokok Bahasan: Pemuliaan untuk Tanaman Menyerbuk Sendiri. Arya Widura R., SP., MSI PS. Agroekoteknologi Universitas Trilogi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak, berasal

Penilaian hubungan genetik klon teh berdasarkan komponen senyawa kimia utama dan potensi hasil

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki

Variabilitas Genetik dan Heritabilitas Karakter Agronomi Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) Generasi F 5 Hasil Persilangan WILIS X B 3570

SELEKSI DINI POHON INDUK TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.) DARI HASIL PERSILANGAN RRIM 600 X PN 1546 BERDASARKAN PRODUKSI LATEKS DAN KAYU

I. PENDAHULUAN. Pemuliaan tanaman adalah suatu metode yang secara sistematik merakit

PENAMPILAN HIBRIDA, PENDUGAAN NILAI HETEROSIS DAN DAYA GABUNG GALUR GALUR JAGUNG (Zea mays L.) FAHMI WENDRA SETIOSTONO

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan

POLA PEWARISAN SIFAT-SIFAT AGRONOMIS DAN MUTU BIJI PADA POPULASI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merril)

DASAR SELEKSI DAN SISTEM PERKAWINAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. unggul yang telah dihasilkan dibagi menjadi empat generasi, yaitu: Generasi-1 ( ) : Seedling selected

KERAGAAN FENOTIPE BERDASARKAN KARAKTER AGRONOMI PADA GENERASI F 2 BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max L. Merril.) S K R I P S I OLEH :

Respon Seleksi Domba Garut... Erwin Jatnika Priyadi RESPON SELEKSI BOBOT LAHIR DOMBA GARUT PADA INTENSITAS OPTIMUM DI UPTD BPPTD MARGAWATI GARUT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai

Lindiana 1*), Nyimas Sa diyah 1, Maimun Barmawi 1 ABSTRACT

SELEKSI NOMOR- NOMOR HARAPAN KEDELAI (Glycine max [L.] Merril) GENERASI F 5. HASIL PERSILANGAN WILIS x MLG 2521

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung

HERITABILITAS DAN KEMAJUAN GENETIK HARAPAN 7 FAMILI POPULASI F3 HASIL PERSILANGAN CABAI BESAR (Capsicum annuum L.) TW 2 X PBC 473

karakter yang akan diperbaiki. Efektivitas suatu karakter untuk dijadikan karakter seleksi tidak langsung ditunjukkan oleh nilai respon terkorelasi

Seleksi Individu Berdasarkan Karakter Umur Genjah dan Produksi Tinggi Persilangan Kedelai (Glycine Max L. Merr.) pada Generasi F 3

SELEKSI FAMILI F3 BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) POLONG KUNING DAN BERDAYA HASIL TINGGI

SELEKSI YANG TEPAT MEMBERIKAN HASIL YANG HEBAT

VARIABILITAS DAN HERITABILITAS BERBAGAI KARAKTER TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) HASIL SELFING PADA GENERASI F2 SKRIPSI. Oleh: ABDILLAH

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merril) merupakan tanaman yang banyak dimanfaatkan

Variabiltas Genetik, Fenotipik dan Heritabilitas Galur Elite Kedelai pada Cekaman Genangan

I. PENDAHULUAN. secara signifikan. Melalui proses seleksi tanaman yang diikuti dengan penyilangan

BEBERAPA SIFAT PENTING UNTUK PERBAIKAN VARIETAS UNGGUL TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)

INDUKSI KERAGAMAN GENETIK DENGAN MUTAGEN SINAR GAMMA PADA NENAS SECARA IN VITRO ERNI SUMINAR

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat

DAFTAR ISI (Table of Contents)

Kata kunci gilir petik, klon, hasil, pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan

KERAGAMAN GENETIK PADA GENERASI F3 CABAI (Capsicum annuum L.) THE GENETIC VARIABILITY OF GNERATION F3 CHILLI (Capsicum annuum L.)

Identifikasi kandungan katekin dan derivatnya pada klon aksesi kolerasi plasma nutfah teh

Teknik pemuliaan kedelai pada umumnya

Keragaman Fenotipe dan Heritabilitas Kedelai (Glycine Merril) Generasi F 6 Hasil Persilangan Wilis X Mlg 2521

I. PENDAHULUAN. yang dapat tumbuh di Indonesia sepanjang tahun. Pemanfaatan ubikayu sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. spesies. Klasifikasi tanaman ubikayu adalah sebagai berikut:

Variabilitas dan Heritabilitas Karakter Penting beberapa Genotip Padi Sawahpada Cekaman Salinitas Tinggi

PENDUGAAN NILAI DAYA GABUNG DAN HETEROSIS JAGUNG HIBRIDA TOLERAN CEKAMAN KEKERINGAN MUZDALIFAH ISNAINI

I. PENDAHULUAN. Kedelai termasuk salah satu komoditas yang dibutuhkan, karena protein yang

I. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata [Sturt.] Bailey) merupakan salah satu

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Kuadrat Nilai Tengah Gabungan untuk Variabel Vegetatif dan Generatif

Pengaruh pupuk majemuk NPK (27%:6%:10%) dibanding dengan pupuk tunggal pada tanaman teh menghasilkan klon GMB 7 di tanah Andisols

Karakterisasi 88 Aksesi Pepaya Koleksi Balai Penelitian Tanaman Buah

SELEKSI PROGENI F1 HASIL PERSILANGAN TETUA BETINA IRR 111 DENGAN BEBERAPA TETUA JANTAN TAHUN PADA TANAMAN KARET

KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF BEBERAPA VARIETAS CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.) DI LAHAN GAMBUT

SELEKSI GALUR-GALUR HARAPAN KACANG PANJANG (Vigna sesquipedalis L. Fruwirth) UNIBRAW

KERAGAMAN GENETIK POPULASI BULK F2, F3 DAN F4 KACANG PANJANG (Vigna sesquipedalis (L) Fruwirth) HASIL PERSILANGAN PS x MLG 15151

Agrivet (2015) 19: 30-35

ANALISIS LINTAS KOMPONEN PERTUMBUHAN, KOMPONEN HASIL DENGAN HASIL TANAMAN PADI SAWAH ABSTRAK

homozigot lebih banyak didapatkan pada tanaman BC2F2 persilangan Situ Bagendit x NIL-C443 dan Batur x NIL-C443 dibandingkan dengan Situ Bagendit x

Transkripsi:

Jurnal Penelitian Teh dan Kina 14(2) 2011: 72-77 Variabilitas dan seleksi awal populasi tanaman teh hasil persilangan buatan Variability and early selection for tea plant population derived from artificial crossings Heri Syahrian Khomaeni dan Bambang Sriyadi Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung Pasirjambu, Kabupaten Bandung; Kotak Pos 1013 Bandung 40010 Telepon 022 5928780, Faks. 022 5928186 Diajukan: 12 September 2011; diterima: 12 Oktober 2011 Abstract The purpose of tea breeding is to develope new elite clones. Artificial crossings is the method for developing a new population with high genetic variability in respective traits followed by selection process. Genetic variability information is important in selection method. A hundred and five F 1 plants were planted in 1991. These F 1 plant were selected from F 1 generations of several parental cross combinations between PS 1, PS 354, TRI 777, TRI 2024, TRI 2025, Kiara 8, KP 4, and Cin 143. The crosses were made in 1989. Observed variables were yield per bush, number of pekoe, number of dormant shoot (banji), weight of p+3 (pekoe with three leafs below), weight of p+2 (pekoe with two leafs below), and weight of banji. Phenotypic variance and standard deviation were made. The level of variability of all characters were evaluated. All plants with performance level greater than general mean plus one and a half standard deviation were selected for respective traits. Results showed that yield per bush, number of pekoe, and number of banji had wide variability. The variability of p+3, p+2, and banji had narrow variability. Eight bushes were selected with yield potential ranging from 4,290 kg/ha/year and 6,261 kg/ha/year. Keywords: variability, selection, tea, cross pollination Abstrak Tujuan pemuliaan teh adalah menghasilkan klon unggul baru, salah satu caranya dengan melakukan persilangan antara tetua yang memiliki karakater yang diinginkan dan dilanjutkan dengan proses seleksi. Dalam proses seleksi, informasi mengenai variabilitas populasi yang akan diseleksi sangat penting. Materi tanaman yang diuji merupakan tanaman F1 asal biji hasil dari kombinasi persilangan pada tahun 1989 antara klon PS1, PS 354, TRI 777, TRI 2024, TRI 2025, Cin 143, Kiara 8, dan KP 4, yang ditanam di lapangan pada tahun 1991 sebanyak 105 perdu. Parameter yang diamati adalah hasil petik per perdu sebanyak 13 kali petikan, bobot petikan per perdu, jumlah peko, jumlah pucuk burung, bobot p+3, bobot p+2, bobot pucuk burung. Data dari setiap karakter dilakukan analisis varians dan standar deviasinya. Nilai varians yang diperoleh merupakan nilai varians fenotipik (σf2) dan luas sempitnya variabilitas ditentukan dengan membandingkan nilai varians fenotipik dengan standar deviasinya (Sdσf2). Seleksi dilakukan pada 72

Variabilitas dan seleksi awal populasi tanaman teh hasil persilangan buatan (Heri Syahrian Khomaeni dan Bambang Sriyadi) tanaman yang memiliki nilai rata-rata yang lebih besar dari nilai rata-rata keseluruhan tanaman ditambah dengan 1,5 standar deviasinya (X+1,5 Sdσf2). Untuk karakter hasil per perdu, jumlah peko, dan jumlah pucuk burung menunjukkan variabilitas yang luas. Sedangkan karakter bobot p+3, bobot p+2 dan bobot pucuk burung tergolong sempit variabilitasnya Dari 105 pohon induk yang diamati, terseleksi sebanyak 8 perdu yang memiliki potensi hasil terendah 4,290 kg/ha/th dan yang tertinggi 6,261 kg/ha/th. Kata kunci: variabilitas, seleksi, teh, persilangan PENDAHULUAN Tujuan pemuliaan teh adalah menghasilkan klon unggul baru yang memiliki karakter unggul di dalamnya. Untuk memperoleh suatu genotipe tanaman teh yang mempunyai beberapa karakter unggul memerlukan waktu lama dan sulit (Njuguna, 1984 dalam Sriyadi et al, 1998). Salah satu usaha dalam program pemuliaan teh adalah dengan melakukan persilangan antara tetua yang memiliki karakter yang diinginkan dan dilanjutkan dengan proses seleksi. Tanaman teh merupakan tanaman yang menyerbuk silang sehingga memiliki konstitusi genetik yang heterozigous. Pada tanaman F 1 hasil persilangan, gen-gen masih bersegregasi dan belum mencapai kesetabilan, hal ini berdampak pada tampilan fenotipik yang sangat beragam dari populasi hasil persilangan. Pada populasi tersebut akan ada tanaman yang memiliki karakter baik ataupun buruk. Pada tanaman teh, yang diperbanyak secara vegetatif, efek dari segregasi gen tersebut secara otomatis tidak ada. Klon teh yang diperoleh dari perbanyakan secara vegetatif dari tanaman induk asal biji yang mempunyai kelebihan dalam sifat tertentu akan memiliki susunan genetik yang sama sebagai hasil pembelahan mitosis (Sriyadi et al., 1999). Tanaman F 1 hasil persilangan yang memiliki karakter baik dapat langsung diperbanyak tanpa harus menunggu gen-gen tersebut berhenti bersegregasi. Informasi mengenai variabilitas suatu populasi seleksi penting untuk diketahui. Luas atau sempitnya variabilitas suatu populasi seleksi akan menentukan keberhasilan proses seleksi. Variabilitas merupakan tingkat atau ukuran keragaman dari suatu populasi, variabilitas yang sempit akan mengakibatkan kesulitan bagi pemulia untuk melakukan seleksi, karena tingkat keseragaman dari populasi yang tinggi. Lain halnya bila variabilitas suatu populasi luas, maka pemulia dapat melakukan seleksi secara efektif karena tingkat keseragaman yang rendah. Dalam usaha perbaikan kultivar, diperlukan adanya plasma nutfah dengan variabilitas genetik yang cukup luas agar tujuan yang hendak diraih dapat dicapai dalam waktu yang lebih cepat. Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung telah melepas 11 klon unggul baru sejak tahun 1988, klon GMB 1-GMB 5 (Astika et al.,1990), dan klon GMB 6-GMB 11 pada tahun 1998 (Astika et al., 1999). Klon-klon unggul tersebut diperoleh dari hasil persilangan buatan dan memiliki keunggulan potensi hasil yang tinggi dan tahan serangan penyakit cacar. Tujuan persilangan buatan adalah untuk menciptakan populasi baru dimana sebagian besar individu anggotanya memiliki karakter keturunan yang baik (Sayurandi, et al., 2008). 73

Jurnal Penelitian Teh dan Kina 14(2) 2011: 72-77 Melalui persilangan buatan arah pemuliaan dapat dirancang lebih baik dibandingkan dengan seleksi pohon induk terhadap tanaman asal biji yang masing-masing tetuanya tidak diketahui secara jelas (Astika et al., 2001), yang nantinya akan mempermudah pemulia dalam melakukan seleksi. Pada pemuliaan tanaman membiak vegetatif, pemilihan tetua persilangan sangat penting karena tetua persilangan merupakan satu-satunya sumber variabilitas genetik populasi tanaman tersebut (Rachmadi, 2000). Penentuan tetua persilangan sangat menentukan besarnya kemajuan genetik akibat seleksi, selain juga intensitas seleksi yang diterapkan (Rachmadi, 2000). Tetua dari populasi persilangan ini merupakan klon-klon anjuran generasi pertama yaitu klon PS 1, PS 354, TRI 777, TRI 2024, TRI 2025, Kiara 8, KP 4, dan Cin 143. Diharapkan melalui seleksi terhadap populasi tanaman F 1 hasil persilangan ini dapat dihasilkan klon unggul baru yang memiliki potensi hasil yang lebih tinggi, tahan terhadap penyakit cacar teh dan hama, serta memiliki ketahanan terhadap kekeringan. Akhirnya para pekebun pun akan mendapatkan pilihan yang lebih banyak akan klon-klon unggul yang akan ditanam. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di KP Gambung, Kab. Bandung, Jawa Barat, pada ketinggian tempat 1.300 m dpl dengan jenis tanah Andisol, mulai bulan Mei 2009 hingga Oktober 2009. Materi tanaman yang diuji merupakan tanaman F1 asal biji hasil dari kombinasi persilangan pada tahun 1989 antara klon PS1, PS 354, TRI 777, TRI 2024, TRI 2025, Cin 143, Kiara 8, dan KP 4, yang ditanam di lapangan pada tahun 1991 sebanyak 105 perdu. Parameter yang diamati adalah hasil petik per perdu sebanyak 13 kali petikan, bobot petikan per perdu, jumlah peko, jumlah pucuk burung, bobot p+3, bobot p+2, bobot pucuk burung. Data dari setiap karakter dilakukan analisis varians dan standar deviasinya. Luas sempitnya variabilitas ditentukan dengan membandingkan nilai varians dengan standar deviasinya (Sdσ2) sesuai ketentuan dari Anderson dan Bancroft (1952) yang dikutip oleh Pinaria et al., (1995). Variabilitas dinyatakan luas bila nilai varians lebih besar dari dua kali standar deviasinya (σ2> 2Sdσ2), sebaliknya variabilitas dinyatakan sempit bila nilai variansnya lebih kecil atau sama dengan dua kali nilai standar deviasinya (σ2 2Sdσ2). Seleksi dilakukan pada tanaman yang memiliki nilai rata-rata yang lebih besar dari nilai rata-rata keseluruhan tanaman ditambah dengan 1,5 standar deviasinya (X+1,5 Sdσ2) setara dengan intensitas seleksi sekitar 93%, dengan terlebih dahulu data diuji normalitas sebarannya menggunakan software MINITAB ver. 14. HASIL DAN PEMBAHASAN Penampilan fenotipik suatu tanaman merupakan resultant dari faktor genetik tanaman tersebut, lingkungan, dan interaksi antara genetik tanaman tersebut dengan lingkungannya. Variabilitas karakter-karakter yang diamati tercantum dalam Tabel 1. Untuk karakter hasil per perdu, jumlah peko, dan jumlah pucuk burung menunjukkan variabilitas yang luas. Sedangkan karakter bobot p+3, bobot p+2 dan bobot 74

Percent Variabilitas dan seleksi awal populasi tanaman teh hasil persilangan buatan (Heri Syahrian Khomaeni dan Bambang Sriyadi) pucuk burung tergolong sempit variabilitasnya. Hal ini menunjukkan bahwa karakter hasil per perdu, jumlah peko, dan jumlah pucuk burung memiliki keragaman yang luas, sedangkan untuk karakter bobot p+3, p+2, dan pucuk burung memiliki keragaman yang sempit atau dengan kata lain, bahwa bobot untuk karakter tersebut dari masing-masing perdu hampir seragam. Seleksi akan berlangsung efektif bila variabilitas suatu populasi luas. Berdasarkan Tabel 1, seleksi akan efektif untuk dilakukan pada karakter hasil/perdu, jumlah peko, dan jumlah pucuk burung. Mengingat karakter yang memiliki dampak ekonomi untuk tanaman teh adalah karakter hasil, maka seleksi dilakukan dengan menggunakan karakter hasil/perdu sebagai acuan. Uji kenormalan data yang digunakan adalah metode Kolmogorov-Smirnov, dalam Gambar 1 terlihat bahwa nilai statistik Kolmogorov-Smirnov (KS) hasil perhitungan adalah 0,107 sedangkan nilai statistik Kolmogorov-Smirnov pada α 0,05 berdasarkan tabel adalah 0,133. Nilai KS hasil perhitungan lebih kecil dari KS α 0,05 oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa data hasil per perdu mengikuti distribusi normal. TABEL 1 Variabilitas karakter hasil dan komponen hasil Karakter Varians Standar deviasi Variabilitas Hasil/ perdu 242,8862 31,1696 Luas Jumlah Peko 67,0862 16,3812 Luas Jumlah Pucuk Burung 168,0344 25,9256 Luas Bobot P+3 0,0386 0,3930 Sempit Bobot P+2 0,2696 1,0385 Sempit Bobot Pucuk Burung 0,0122 0,2210 Sempit uji normalitas hasil per perdu tanaman hasil persilangan Normal 99.9 99 95 90 80 70 60 50 40 30 20 10 5 Mean 42.95 StDev 15.58 N 105 KS 0.107 P-Value <0.010 1 0.1 0 20 40 60 hasil per perdu (gr) 80 100 GAMBAR 1 Grafik uji normalitas hasil/perdu tanaman hasil persilangan 75

Jurnal Penelitian Teh dan Kina 14(2) 2011: 72-77 TABEL 2. Nomor tanaman yang terpilih No Nomor tanaman Hasil per perdu (g) Potensi hasil (kg/ha/th) 1. 156 (TRI 777 x PS1) 100,35 6261,98 2. 99/GC 2/3 (Kiara 8xTRI 2025) 83,79 5228,26 3. 22/EB 4/1 (PS 354xTRI 2024) 76,69 4785,22 4. X4 (TRI 2025 x PS1) 76,59 4778,93 5. 41/FA 43/2 (TRI 777xPS 1) 75,56 4715,04 6. 136/GH 3/3 (TRI 777xKP 4) 72,82 4543,97 7. 38/FA 40/1 (TRI 777xPS 1) 72,34 4513,73 8. 45/FA 48 (TRI 777xPS 1) 68,75 4290,00 Keterangan: X + 1,5 1,5 Sdσf 2 = 66,33 gram Pengamatan sebanyak 13 kali petik dari 105 perdu menunjukkan keragaman hasil petikan mulai dari 16,37 gr/perdu hingga yang tertinggi 100,35 gr/perdu atau setara dengan potensi hasil 1021 kg/ha/th hingga 6.261 kg/ha/th. Dari 105 perdu yang diamati, hanya sebanyak delapan nomor yang berada dalam daerah seleksi (lebih tinggi dari + 1,5 Sdσf2 = 66,33 gr/perdu) atau sekitar 7,62% dari total populasi (Tabel 2). Tabel 2 menunjukkan bahwa perdu dengan hasil tertinggi adalah perdu nomor 156 berasal dari kombinasi persilangan klon TRI 777 x PS 1 dengan hasil per perdu sebesar 100,35 gr, atau setara dengan potensi hasil 6.261,98 kg/ha/th. Hasil kombinasi persilangan antara klon Kiara 8 x TRI 2025, dan PS 354 x TRI 2024, yaitu perdu nomor 99 dan 22 berada pada posisi kedua dan ketiga, dengan rata-rata hasil per perdu 83,79 dan 76,69 gram setara dengan potensi hasil 5.228,26 kg/ha/th dan 4.785,22 kg/ha/th. Potensi hasil terendah diperoleh dari kombinasi persilangan yang sama dengan perdu yang potensi hasilnya tertinggi, yaitu perdu nomor 45, dengan potensi hasil sekitar 4.290 kg/ha/th atau setara dengan 68,75 gr/perdu. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun kombinasi persilangan yang sama antara tetua jantan dan betinanya (TRI 777 x PS 1), namun menghasilkan turunan yang berbeda. Tanaman teh yang menyerbuk silang memiliki konstitusi genetik yang heterozigous, dan bila terjadi persilangan maka gengen akan bersegregasi. Akibat dari segregasi gen-gen ini yang menjadikan turunan F1 dari hasil persilangan beragam. Sriyadi et al., (1999) melaporkan kombinasi gamit dari kedua tetua klon seri TPS yang mengalami segregasi akan menimbulkan perbedaan karakter yang dapat digunakan untuk membedakan antar klon seri TPS. Dengan memperhatikan data karakterkarakter yang diamati, khususnya hasil per perdu, tampak bahwa perdu-perdu yang terpilih berpeluang untuk dilakukan pengujian lebih lanjut hingga akhirnya diharapkan diperoleh klon unggul baru dengan potensi hasil yang tinggi dan keunggulan lainnya. 76

Variabilitas dan seleksi awal populasi tanaman teh hasil persilangan buatan (Heri Syahrian Khomaeni dan Bambang Sriyadi) KESIMPULAN 1. Variabilitas karakter hasil dan komponen hasil menunjukan bahwa karakter hasil per perdu, jumlah peko, dan jumlah pucuk burung menunjukan variabilitas yang luas, sedangkan karakter bobot p+3, bobot p+2 dan bobot pucuk burung tergolong sempit variabilitasnya. 2. Dari 105 pohon induk yang diamati, terseleksi sebanyak delapan perdu yang memiliki potensi hasil yang tinggi di atas 4.138 kg/ha/th, yaitu perdu no. 156, no. 99, no. 22, no. X4, no. 41, no 136, no 38, dan no.45, dengan potensi hasil tertinggi 6.261,98 kg/ha/th dan terendah 4.290,00 kg/ha/th. 3. Perdu-perdu yang terpilih perlu diuji lebih lanjut untuk karakter perakaran, ketahanan hama dan penyakit, potensi kualitas, dan uji baris agar hasil penelitian lebih objektif. DAFTAR PUSTAKA Astika,W., D. Muchtar, dan Sutrisno. 1990. Pelepasan klon teh unggul. Warta Teh dan Kina 1(1): 20-22. Astika,W., D. Muchtar, S. Danimihardja, B. Sriyadi, dan Sutrisno. 1999. Pelepasan klon teh seri PPS 1, PPS 2, MPS 5, MPS 6, MPS 7, dan GPPS 1. Prosiding Pertemuan Teknis Teh Nasional 1999, Bandung, 8-9 November: 34-42. Astika, W., Sutrisno, dan B. Sriyadi. 2001. Pengujian daya perakaran calon klon dari hasil seleksi pohon induk. Laporan Hasil Penelitian Tahun Anggaran 2000: 33-36. Pinaria, A., Achmad Baihaki, Ridwan Setiamihardja, dan Aan A. Daradjat. 1995. Variabilitas genetik dan heritabilitas karakter-karakter biomassa 53 genotipe kedelai. Zuriat 6(2): 88-92. Rachmadi, M. 2000. Pengantar Pemuliaan Tanaman Membiak Vegetatif. Laboratorium Pemuliaan Tanaman. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Bandung. Sayurandi dan Sekar Woelan. 2008. Teknik hibridisasi dalam perakitan klon karet unggul. Warta Perkaretan 27 (2): 1-9. Sriyadi, B., W. Astika, dan D. Muchtar 1998. Seleksi tanaman teh muda klon seri TPS. Jurnal Penelitian Teh dan Kina 1(2-3): 88-93. Sriyadi, B., W. Astika, D. Muchtar, dan Sutrisno. 1999. Karakter pembeda pada klon-klon seri TPS. Jurnal Penelitian Teh dan Kina 2(1-3): 45-52. Sriyadi, B., W. Astika, D. Muchtar, dan Sutrisno. 1999. Evaluasi pendahuluan pertumbuhan tanaman muda beberapa klon teh di perkebunan Nittoh Malino. Jurnal Penelitian Teh dan Kina 2(1-3): 37-44. 77