KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SD MELALUI CIRCUIT LEARNING

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN PENELITIAN. Dibiayai oleh anggaran Penerimaan dan Belanja Universitas Muria Kudus Tahun Anggaran 2015/2016. PUSAT STUDI : SAINS dan TEKNOLOGI

Pembelajaran Melalui Strategi REACT Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Sekolah Menengah Kejuruan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang diperoleh dalam setiap tahapan penelitian yang telah dilakukan. Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengumpulan data penelitian, hasil analisis data dan pembahasannya. Dari uraian

PERBANDINGAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA YANG MENDAPATKAN METODE PEMBELAJARAN PSI DENGAN KONVENSIONAL

Beny Yosefa dan Wiwin Hesvi Universitas Pasundan Bandung

Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN

PENERAPAN METODE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS MAHASISWA PADA MATA KULIAH KALKULUS I

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Muhamad Soeleman Universitas Suryakancana Cianjur

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa dengan Metode Pembelajaran Personalized System of Instruction

PROSIDING Kajian Ilmiah Dosen Sulbar ISBN:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PERBEDAAN PENGGUNAAN METODE JARIMATIKA DAN METODE EKSPOSITORY TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SD

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK MELALUI PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian dengan pendekatan saintifik berbasis Problem Based

PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK

PENGARUH PEMBELAJARAN STRATEGI REACT TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MAHASISWA PGSD TENTANG KONEKSI MATEMATIS

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 15 BULUKUMBA

Jaya Dwi Putra. Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Riau Kepulauan Batam Korespondensi:

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF BERBANTUAN ALTERNATIVE SOLUTIONS WORKSHEET UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperiment yang dilakukan di

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF MELALUI AKTIVITAS MENULIS MATEMATIKA DAN PEMBELAJARAN LANGSUNG TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA KANTONG BILANGAN TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PENJUMLAHAN BILANGAN SECARA BERSUSUN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sedangkan untuk data kuantitatif diperoleh dari hasil pretes dan postes kemampuan

III. METODE PENELITIAN. bulan November 2010 di SMP Negeri 19 Bandar Lampung.

BAB III METODE PENELITIAN. peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan generik sains pada

BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab ini akan menguraikan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian, deskripsi

Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Matematika Vol. 1 No. 1, hal. 7-12, September 2015

84 Jurnal Pendidikan Matematika Vol 6 No 7 Tahun 2017

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TPS BERBASIS RME UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN CIRCUIT LEARNING: SUATU UPAYA DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

EFEKTIVITAS PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 SUKAMAJU

Didaktik : Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, ISSN : Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Subang Volume I Nomor 1, Desember 2015

PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS SCIENTIFIC DISCOVERY

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALLY, REPETITION (AIR) TERHADAP PENINGKATAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

PENGARUH PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA MATERI SEGIEMPAT DI SMP

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. bentuk Pre-Experimental Design. Penelitian ini terdiri dari satu variabel

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap pada bulan April tahun. pelajaran 2014/2015 di SMP Negeri 2 Jati Agung

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INDEX CARD MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN INSTRUMENTAL DAN RELASIONAL SISWA SMP.

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP PERCUT SEI TUAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

BAB III METODE PENELITIAN. ini digunakan dua kelas sebagai sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas. Desain pada penelitian ini berbentuk:

J. Pijar MIPA, Vol. XI No.2, September 2016: ISSN (Cetak) ISSN (Online)

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK SISWA SMK MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING

Mosharafa Jurnal Pendidikan Matematika Volume 3, Nomor 3, September 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL REACT TERHADAP PENGUASAAN KONSEP FISIKA SISWA SMA KABUPATEN PAMEKASAN

PENERAPAN STRATEGI THINK TALK WRITE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kemampuan pemahaman matematik siswa dan data hasil skala sikap.

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol.4 No 1 Pebruari 2017 ISSN

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol.3, No.03. pp. 8-12, September 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

III. METODE PENELITIAN. Pringsewu yang terdiri dari enam kelas, yaitu VIII-1 sampai VIII-6 dengan ratarata

Nego Linuhung Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah Metro Abstract

PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS PADA MATERI TRIGONOMETRI

Sri Sugianti Guru SDN Wilayah 1 Tanralili Kab. Maros

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI PESAWAT SEDERHANA

MODEL INQUIRY TRAINING DENGAN SETTING KOOPERATIF DALAM PEMBELAJARAN IPA-FISIKA DI SMP

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION TERHADAP HASIL BELAJAR TEKNIK DASAR PASSING BOLA BASKET

USING PROBLEM BASED LEARNING MODEL TO INCREASE CRITICAL THINKING SKILL AT HEAT CONCEPT

InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 1, No.2, September 2012

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pretest dan posttest kreativitas belajar serta pretest dan posttest prestasi belajar.

Pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining terhadap pemahaman matematik peserta didik

PEMBELAJARAN PENEMUAN UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret 2013 di SMP Negeri 2

Citra Yunita dan Khairul Amdani Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan

PENERAPAN PEMBELAJARAN TSTS DENGAN AKTIFITAS WINDOW SHOPPING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BANGUN RUANG SISI DATAR

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN AIR (AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION) SETTING KOOPERATIF TIPE NHT.

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING BERBANTUAN LEMBAR KEGIATAN SISWA. Abstrak. Abstract. Gallant Alim Purbowo, Mashuri, Putriaji Hendikawati

GERAM (Gerakan Aktif Menulis) P-ISSN Volume 5, Nomor 1, Juni 2017 E-ISSN X

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DISERTAI METODE DEMONSTRASI DALAM PEMBELAJARAN IPA-FISIKA DI SMP

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperiment yang dilakukan di

Pengaruh Penggunaan Model Problem Based Learning terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Mahasiswa pada Mata Kuliah Kalkulus III

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

Monif Maulana 1), Nur Arina Hidayati 2) 1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UAD

Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematik Peserta Didik dengan Menggunakan Model Pembelajaran Means Ends Analysis (MEA)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING BERBASIS ETNOMATEMATIKA TERHADAP KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIKA

Siva Fauziah, Purwati Kuswarini Suprapto, Endang Surahman

Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia Vol. 2 No. 2 Tahun 2017

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE

Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematik Peserta Didik Menggunakan Model Problem Based Learning (PBL) dengan Berbantuan Software Geogebra

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah pada bulan Mei semester genap Tahun Pelajaran

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

Ilham Baharuddin Jurusan Matematika, Fakultas MIPA Universitas Negeri Makassar. Abstrak

BAB III METODE PENELITIAN. pemecahan masalah matematis dan self-regulated learning siswa yang

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 2 No. 1 ISSN

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE SCRIPT TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA Rusdian Rifa i 1

Transkripsi:

KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SD MELALUI CIRCUIT LEARNING Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Muria Kudus jayanti.putri@umk.ac.id Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji: (1) perbedaan rata -rata antara hasil tes kemampuan koneksi matematis siswa dengan Kriteria Kentutasan Maksimum (KKM) pada siswa yang belajar melalui circuit learning; (2) kemampuan koneksi matematis siswa yang belajar melalui circuit learning mencapai ketuntasan klasikal 75%; (3) circuit learning dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa; dan (4) respon siswa tehadap pembelajaran matematika melalui circuit learning. Metode penelitian yang digunakan adalah pre experimental design, dengan desain one group pretest-posttest. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas IV pada salah satu SD di Kabpuaten Kudus dengan banyaknya siswa adalah 20 siswa. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu tes kemampuan koneksi matematis, perangkat pembelajaran, skala sikap siswa dan lembar observasi. Hasil penelitian menyatakan: (1) terdapat perbedaan rata-rata antara hasil tes kemampuan koneksi matematis siswa dengan Kriteria Kentutasan Maksimum (KKM) pada siswa yang belajar melalui circuit learning; (2) kemampuan koneksi matematis siswa yang belajar melalui circuit learning mencapai ketuntasan klasikal 75%; (3) circuit learning dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa; dan (4) siswa merespon positif tehadap pembelajaran matematika melalui circuit learning. Kata Kunci: Kemampuan Koneksi Matematis, Circuit Learning Abstract. This study aims to assess: (1) the different average between the results of students' mathematic connection ability test with the Kriteria Kentutasan Maksimum (KKM) on students who learn through the learning circuit; (2) the ability of students mathematic connections who learn through circuit learning reaches classical completeness 75%; (3) circuit learning can improve students' mathematic connections ability; and (4) the students respons of learning mathematics through circuit learning. The method of the research used is pre experimental design, with one group pretest-posttest design. Subjects in this study are students of grade IV at one of the primary school in the Kudus Regency with the number of students is 20 students. The research instrument used is the mathematic connection ability test, learning tools, students' attitudes scale and observation sheet. The study states: (1) there is a difference between the average the results of students' mathematic connection ability test with the Kriteria Kentutasan Maksimum (KKM) on students who learn through the learning circuit; (2) the ability of students mathematic connections who learn through circuit learning reaches classical completeness 75%; (3) circuit learning can improve students' mathematic connections ability; and ( 4) students respond positively on mathematic learning through circuit learning. Keywords: Mathematic Connection Ability, Circuit Learning 125

A. Pendahuluan Upaya yang dapat dilakukan manusia untuk bertahan hidup dalam keadaan yang selalu berubah dan kompetitif salah satunya dengan adanya pendidikan. Dengan demikian, tujuan dari pendidikan dapat tercapai dengan maksimal apabila guru dapat mengembangkan pembelajaran yang sesuai perkembangan zaman dan teknologi. Kurikulum yang ada di Indonesia dewasa ini lebih menekankan pada student centered daripada teacher centered. Hal ini berarti pendidikan lebih diorientasikan pada penempatan siswa sebagai subjek perhatian. Hal ini mengakibatkan guru dituntut lebih kreatif dalam memilih pembelajaran yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa. Pada kehidupan sehari-hari semua orang pasti memiliki masalah tidak terkecuali siswa-siswi di Sekolah Dasar. Oleh karena itu, pengembangan kemampuan siswa dalam berpikir melalui proses pendidikan sangat penting untuk dilakukan. Hal ini dikarenakan kemampuan berpikir tersebut digunakan siswa untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya. Salah satu cara dalam pendidikan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut yaitu melalui pembelajaran matematika. Matematika merupakan sarana berpikir sebab hampir semua pertimbangan yang akan diambil ketika akan menyelesaikan suatu masalah pasti dilalui dengan proses berpikir logis dengan mempertimbangkan untung rugi, sebab akibat ataupun perkiraan lain yang akan terjadi. Hal ini sesuai dengan konsep matematika yang pada hakikatnya disusun secara logis, hierarkis, terstruktur dan sistematis dari mulai konsep yang sederhana sampai pada konsep yang paling kompleks. Ruseffendi (1991) berpendapat bahwa matematika penting baik sebagai alat bantu, ilmu, pembimbing pola` pikir maupun pembentuk sikap. Sebagai ilmu yang terstruktur, matematika memiliki keterkaitan antara konsep satu dengan konsep lainnya. Sifat matematika yang abstrak mengharuskan siswa memiliki pengetahuan prasyarat yang cukup untuk mempelajari materi berikutnya. 126

Dengan demikian, pengembangan kemampuan koneksi matematis sangat penting untuk dilakukan. Wahyudin (2008) juga menyatakan bahwa kemampuan matematis yang perlu dimiliki siswa diantaranya adalah koneksi matematis. Lebih luas, Wahyudin (2008) berpendapat bahwa apabila siswa dapat menghubungkan gagasan-gagasan matematis, maka pemahaman mereka akan lebih dalam dan bertahan lama. Hal ini dapat diartikan bahwa pembelajaran matematika akan lebih bermakan apabila setiap siswa dapat mengkoneksikan semua pengetahuan yang dimilikinya. bahwa Sumarmo ( 2007) menjelaskan Kemampuan yang tergolong koneksi matematik diantaranya adalah: (1) mencari hubungan berbagai representasi konsep dan prosedur; (2) Memahami hubungan antar topik amtematika; (3) Menerapkan matematika dalam bidang lain tau dalam kehidupan sehari-hari; (4) Memahami representasi ekuivalen suatu konsep; (5) Mencari hubungan satu prosedur dengan prosedur lain dalam representasi yang ekuivalen; dan (6) Menerapkan hubungan antar topik matematika dan antara topik matematika dengan topik di luar matematika. Walaupun kemampuan matematis merupakan kemampuan yang penting untuk dikembangkan dan dipelajari di sekolah namun kenyataannya pengembangan kemampuan tersebut belum optimal. Hasil wawancara dan observasi penulis di tempat penelitian menunjukkan bahwa siswa SD memiliki kemampuan koneksi yang rendah. Mereka beranggapan bahwa belajar matematika sangat membosankan karena termasuk pelajaran yang susah. Mereka juga menganggap bahwa materi matematika yang satu tidak ada hubungannya dengan materi matematika yang lain. Pada umumnya, kegiatan belajar mengajar di sekolah lebih menekankan pada teacher centered daripada student centered yang mengakibatkan tidak berkembangnya berbagai kemampuan matematis siswa. Rendahnya kemampuan matematis siswa juga ditunjukkan oleh studi yang dilakukan Haety (Pasaribu an Taura, 2015) yang menyatakan bahwa pada proses pembelajaran, masih banyak guru yang 127

menggunakan teacher centered dimana peran aktif siswa menjadi terbatas. Hal tersebut mengakibatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal koneksi matematis tergolong rendah. Pembelajaran dalam matematika yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematis diantaranya yaitu circuit learning. Huda (2014) menjelaskan bahwa circuit learning merupakan pembelajaran yang memaksimalkan pemberdayaan pikiran dan perasaan dengan pola penambahan (adding) dan (repetition). Biasanya, pembelajaran ini diawali dengan tanya jawab tentang materi yang akan dipelajari, penyajian peta konsep, penjelasan mengenai peta konsep, membagi kelompok, mengisi lembar kerja siswa beserta peta konsep, penjelasan tentang cara pengisian, pelaksanaan presentasi kelompok dan pemberian pujian atau hadiah (reward). Lebih khusus lagi, sintak dari circuit learning sebagaimana diungkapkan oleh Huda (2014) sebagai berikut: a. Tahap 1: Persiapan 1) Apersepsi. 2) Menjelaskan tujuan pembelajaran. 3) Menjelaskan materi dan kegiatan yang akan dilakukan. b. Tahap 2: Kegiatan Inti 1) Melakukan diskusi tentang materi yang sedang dibahas. 2) Menempelkan gambar tentang materi tersebut di papan tulis. 3) Mengajukan serangkaian pertanyaan yang berkaitan dengan gambar yang ditempel. 4) Menempelkan peta konsep yang telah dibuat. 5) Menjelaskan peta konsep yang telah ditempel. 6) Membagi siswa ke dalam bentuk kelompok. 7) Memberikan lembar kerja kepada siswa. 8) Menjelaskan bahwa siswa harus mengisi lembar kerjanya dan mengisi bagian dari peta konsep sesuai dengan bahasanya sendiri 9) Menjelaskan kepada siswa bahwa hasil kerja mereka nantinya akan dipresentasikan. 10) Melaksanakan presentasi. 11) Mengoreksi hasil kerja siswa 12) Memberikan penguatan berupa hadiah atau pujian atas hasil prestasi yang bagus serta memberikan semangat kepada mereka yang belum mendapatkan hadiah atau pujian agar terus giat belajar. c. Tahap 3: Penutup 1) Meminta siswa untuk membuat rangkuman. 2) Melakukan penilaian terhadap hasil kerja siswa. 128

Circuit learning memiliki kelebihan yaitu meningkatkan berbagai kemampuan siswa, salah satunya adalah kemampuan koneksi matematis siswa, yang menghubungkan informasi baru dengan informasi lama yang dimiliki siswa. Selain itu, adanya peta konsep yang diajukan oleh guru dalam circuit learning dapat melatih siswa untuk tetap fokus terhadap masalah yang diberikan. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Apakah terdapat perbedaan ratarata antara hasil tes kemampuan koneksi matematis siswa dengan Kriteria Kentutasan Maksimum (KKM) pada siswa yang belajar melalui circuit learning? 2. Apakah kemampuan koneksi matematis siswa yang belajar melalui circuit learning mencapai ketuntasan klasikal 75%? 3. Apakah circuit learning dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa? 4. Bagaimanakah respon siswa tehadap pembelajaran matematika melalui circuit learning? Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini yaitu: (1) terdapat perbedaan ratarata antara hasil tes kemampuan koneksi matematis siswa dengan Kriteria Kentutasan Maksimum (KKM) pada siswa yang belajar melalui circuit learning; dan (2) kemampuan koneksi matematis siswa yang belajar melalui circuit learning mencapai ketuntasan klasikal 75%. B. Metodologi Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode pre experimental design. Hal ini dikarenakan penelitian yang dilakukan hanya menggunakan satu kelompok eksperimen yaitu kelompok siswa yang menggunakan circuit learning. Desain penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah one group pretestposttest (desain pretes dan postes sebuah kelompok). Dengan demikian, pada kelompok siswa yang menggunakan circuit learning diberikan pretest sebelum perlakuan 129

diberikan. Kemudian setelah perlakuan diberikan, pada kelompok tersebut diberikan pula posttest. Soal yang diberikan pada saat pretest dan posttest adalah soal yang serupa. Secara ringkas, Ruseffendi (2010) menggambarkan desain tersebut adalah sebagai berikut: O X O Keterangan: O = Pretest dan posttest kemampuan koneksi matematis siswa X = Pembelajaran matematika menggunakan circuit learning Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV pada salah satu SD di Kabpuaten Kudus. Karena populasinya relatif kecil yaitu 20 siswa maka digunakan teknik pengambilan sampel jenuh. Dengan demikian, sampel yang diambil terdiri dari satu kelas yaitu kelas IV di SD tersebut. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri tes kemampuan koneksi matematis, perangkat pembelajaran, angket skala sikap dan lembar observasi. Tes kemampuan koneksi matematis dimaksudkan untuk mengukur kemampuan koneksi matematis siswa. Angket skala sikap dimaksudkan untuk mengetahui respon siswa terhadap circuit learning. Sementara lembar observasi digunakan untuk memperoleh gambaran tentang suasana pembelajaran yang terkait dengan aktivitas siswa pada circuit learning. Untuk menunjang pembelajaran, penulis juga merancang dan mengembangkan beberapa perangkat pembelajaran berupa silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, dan Lembar Kerja Siswa. Perangkat pembelajaran tersebut dirancang oleh penulis berdasarkan pembelajaran yang dilakukan yaitu circuit learning. Adapun prosedur penelitian yang dilakukan yaitu: (1) Melakukan observasi ke sekolah; (2) Menyusun dan menetapkan pokok bahasan yang digunakan dalam penelitian; (3) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dan perangkat pembelajaran (Silabus, RPP, dan LKS); (4) Menyusun instrumen penelitian; (5) Melakukan uji coba instrumen penelitian; (6) Analisis uji coba instrumen.; (7) Memberikan pretest; (8) Melaksanakan kegiatan pembelajaran melalui circuit learning; (9) Melaksanakan observasi; 130

(10) Melaksanakan posttest; (11) Melakukan Analisis data; dan (12) Melakukan Penyusunan Laporan. C. Hasil Penelitian dan Pembahasan Gambaran umum data hasil skor pretest, posttest dan N-gain dari kemampuan koneksi matematis siswa disajikan pada Tabel 1 berikut. Tabel 1.1 Data Hasil Skor Pretest, Posttest, dan N-Gain Kemampuan Koneksi Matematis Pretest Posttest N-gain Rata-rata 22,75 79 0,74 Median 20 80 0,75 Modus 20 85 0,75 Minimum 10 65 0,59 Maximum 40 90 0,85 Standar Deviasi 10,19 8,21 0,07 Variansi 103,88 67,37 0,06 Skewness 0,40-0,44-0,53 Kurtosis -1,11-0,78-0,57 Keterangan: Skor maksimum ideal = 100 Banyaknya siswa dalam penelitian = 20 siswa Berdasarkan Tabel 1.1 rata-rata kanan menunjukkan bahwa distribusi skor n-gain kemampuan koneksi matematis siswa adalah 0,74 sehingga termasuk dalam kategori peningkatan tinggi. Pada data skor n-gain, nilai median sama dengan nilai modus sedangkan rata-rata < median atau ratarata < modus. Dengan demikian, kurva normalnya akan menceng ke arah kanan. Kemencengan kurva ke arah tersebut tidak simetris dengan ekor memanjang ke arah nilai positif. Nilai kurtosis pada data tersebut kurang dari tiga sehingga puncak distribusinya agak mendatar dengan ekor relatif pendek (platikurtis). Standar deviasi yang diperoleh kecil sehingga semakin kecil pula jarak skor n-gain setiap siswa dibandingkan dengan rata-rata 131

skor n-gain secara keseluruhan. Adapun gambar 1 adalah gambar histogram skor n-gain. Gambar 1 Histogram Skor N-Gain Kemampuan Koneksi Matematis Untuk mengetahui apakah normalitas ini dilakukan dengan terdapat perbedaan rata-rata antara hasil tes kemampuan koneksi matematis siswa dengan Kriteria Kentutasan Maksimum (KKM) pada siswa yang belajar melalui learning circuit maka dilakukan uji t-satu pihak ( one sample t-test). Akan tetapi sebelum pengujian tersebut dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas untuk mengetahui apakah data posttest berdistribusi normal. Uji Kelas menggunakan uji statistik Kolmogorof Smirnov dengan taraf signifikansi = 0,05. Kriteria pengambilan keputusan yaitu apabila < 0,05 maka 0 ditolak. Sebaliknya, 0 diterima apabila 0,05. Hasil perhitungan uji normalitas skor pretest kemampuan berpikir kreatif matematis dengan bantuan program SPSS 17.0 for windows disajikan pada Tabel 1.2 berikut. Tabel 1.2 Hasil Uji Normalitas Skor Posttest Kemampuan Koneksi Matematis Kolmogorof Smirnov Statistic df Sig. Ket. Circuit Learning 0,168 20 0,143 H0 Diterima Kesimpulan Data berdistribusi normal 132

Tabel 1.2 menunjukkan bahwa dengan menggunakan uji Kolmogorof Smirnov data skor posttest memperoleh nilai signifikansi yang lebih dari = 0,05. Karena nilai signifikansi lebih dari, maka Ho diterima. Artinya data skor posttest kemampuan koneksi matematis siswa pada kelas circuit learning berdistribusi normal. Oleh karena itu, selanjutnya dilakukan uji t- satu pihak ( one sample t-test) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata antara hasil tes kemampuan koneksi matematis siswa dengan Kriteria Kentutasan Maksimum (KKM) pada siswa yang belajar melalui circuit learning. KKM yang ditentukan di sekolah penelitian adalah 75. Taraf signifikansi ( ) yang diambil adalah 0,05. Kriteria pengambilan keputusan yaitu apabila (2 ) < 0,05 maka 0 ditolak. Sebaliknya, 0 diterima apabila (2 ) 0,05. Adapun hasil uji kesamaan ratarata skor posttest kemampuan koneksi matematis dengan bantuan program SPSS 17.0 for windows dapat dilihat pada Tabel 1.3 berikut: Tabel 1.3 Hasil Uji Perbedaan Skor Posttest Kemampuan Koneksi Matematis Test Value = 75 thitung Df Sig.(2-tailed) Keterangan 2,179 19 0,042 H 0 Ditolak Apabila dibandingkan dengan Kentutasan Maksimum (KKM) pada KKM, secara deskriptif rata-rata siswa yang belajar melalui circuit posttest kemampuan koneksi matematis learning. > KKM (79 > 75). Jika ditinjau Untuk melihat apakah berdasarkan statistik, nilai (2 kemampuan koneksi matematis siswa ) kurang dari 0,05 (0,042 < yang belajar melalui circuit learning 0,05). Oleh karena itu, H0 ditolak. mencapai ketuntasan klasikal 75% Artinya pada tingkat kepercayaan 95%, maka dilakukan uji proporsi. Uji terdapat perbedaan rata-rata antara proporsi atau uji z adalah pengujian hasil tes kemampuan koneksi hipotesis dalam penelitian yang matematis siswa dengan Kriteria menggunakan persentase. Uji proporsi 133

yang digunakan dalam penelitian ini 0,05. Hasil perhitungan uji proporsi menggunakan uji pihak kanan dengan skor posttest kemampuan koneksi kriteria 0 ditolak jika, matematis dengan bantuan program dan terima 0 jika <,. Taraf Micrrosoft Excel 2010 disajikan pada signifikan yang digunakan adalah = Tabel 1.4. berikut: Tabel 1.4 Hasil Uji Proporsi Kemampuan Koneksi Matematis zhitung ztabel Kesimpulan 0,52-1,64 H 0 Ditolak Berdasarkan Tabel 1.4, dapat dilihat bahwa nilai zhitung >ztabel yaitu 0,52 > -1,64. Dengan demikian, H0 ditolaj. Artinya, kemampuan koneksi siswa yang menggunakan circuit learning lebih dari ketuntasan klasikal 75%. Artinya, kemampuan koneksi matematis siswa yang belajar melalui circuit learning mencapai ketuntasan klasikal 75%. Untuk mengetahui apakah circuit learning dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa digunakan rumus gain ternormalisasi (Normalized Gain) yang dikembangkan oleh Hake (Meltzer, 2002). Data gain ternormalisasi menunjukkan klasifikasi peningkatan skor siswa dibandingkan dengan skor maksimal idealnya. Berdasarkan Tabel 1.1, apabila ditinjau secara keseluruhan rata-rata peningkatan kemampuan koneksi matematis dengan circuit learning tergolong dalam kriteria sedang (0,66). Dengan demikian, circuit learning dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematis. Respon siswa tehadap pembelajaran matematika melalui circuit learning dapat diketahui melalui data skala sikap siswa. Analisis data sikap siswa dilakukan dengan membandingkan persentase jumlah siswa yang merespon negatif dibandingkan dengan persentase jumlah siswa yang merespon positif. Ringkasan hasil analisis data sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dan analisis sikap siswa terhadap pembelajaran matematika menggunakan circuit learning, serta sikap siswa terhadap soal kemampuan koneksi matematis disajikan pada Tabel 1.5 berikut: 134

Tabel 1.5 Analisis Sikap Siswa No 1. 2. 3. 4. Indikator Sikap siswa terhadap mata pelajaran matematika Sikap siswa terhadap pembelajaran matematika menggunakan circle learning Sikap siswa terhadap soal kemampuan koneksi matematis Sikap siswa meliputi semua indikator Persentase Jumlah Persentase Jumlah Sikap Siswa yang Merespon Siswa yang Siswa Positif Merespon Negatif 63% 37% Positif 91,11% 8,89% Positif 80% 20,83% Positif 80,75% 19,05% Positif Jumlah Siswa Ideal adalah 20. Berdasarkan Tabel 1.5 diperoleh hasil bahwa persentase jumlah siswa yang merespon positif terhadap mata pelajaran matematika, pembelajaran matematika dengan menggunakan circuit learning, dan sikap siswa terhadap soal kemampuan koneksi matematis serta secara keseluruhan indikator lebih besar daripada persentase jumlah siswa yang merespon negatif. Artinya, secara umum siswa memiliki sikap yang positif terhadap mata pelajaran matematika yang diajarkan melalui circuit learning dalam menyelesaikan soal-soal kemampuan koneksi matematis. 135

D. Simpulan Berdasarkan uraian analisis data diatas, diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran melalui circuit learning memberikan pengaruh terhadap kemampuan koneksi matematis siswa. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan Nurfauziah (2012) yang menyatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model yang inovatif dapat meingkatkan kemampuan koneksi matematis. Circuit learning dapat mengotimalkan kemampuan kognitif siswa, mengembangkan sikap berani dan percaya diri. Siswa terlihat lebih nyaman dan menyenangi pembelajaran. Keadaan inilah yang menunjang berkembangnya kemampuan koneksi matematis siswa. Siswa dapat berdiskusi dengan baik dan mampu mengemukakan argumen atau pendapat ketika diminta untuk menjawab soal. Hal tersebut menunjukkan bahwa circuit learning telah membiasakan siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dengan mengaitkan pengetahuan lama dengan pengetahuan baru, menghubungkan mata pelajaran matematika dengan mata pelajaran lain dan siswa juga dapat menghubungkan konsep matematika yang dimiliki dengan kehidupan sehari-hari. Kemampuan koneksi siswa dapat berkembang dalam pembelajaran melalui circuit learning pada saat guru memberikan arahan siswa ketika mereka mengalami kebuntuan dalam menyelesaikan tugas. Guru sebagai fasilitator berusaha memberikan scaffolding supaya siswa lebih semangat dan aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Adapun kesimpulan dalam penelitian ini sebagai berikut. 1. Terdapat perbedaan rata-rata antara hasil tes kemampuan koneksi matematis siswa dengan Kriteria Kentutasan Maksimum (KKM) pada siswa yang belajar melalui circuit learning. 2. Kemampuan koneksi matematis siswa yang belajar melalui circuit learning mencapai ketuntasan klasikal 75%. 3. Circuit learning dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa. 136

4. Siswa merespon positif tehadap pembelajaran matematika melalui circuit learning. Adapun saran dan rekomendasi bagi peneliti selanjutnya yaitu: 1. Circuit learning dapat menjadi pembelajaran alternatif di kelas untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematis. 2. Butuh waktu lama untuk menerapkan circuit learning dan tidak semua pokok bahasan dapat disajikan dengan menggunakan pembelajaran ini. 3. Kemampuan koneksi matematis perlu dikembangkan supaya siswa terbiasa memecahkan masalah dalam kehidupan seharihari. Daftar Pustaka Huda, M. 2014. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Belajar Meltzer, D. E. 2002. The Relationship Between Mathematics Preparation and Copcetual Learning Gain In Physics. Vol 70. Page 1259-1268. Nurfauziah, P. 2012. Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis dan Self-Efficacy Siswa SMP melalui Pembelajaran Matematika Model CORE. Tesis, Sekolah Pasacasarja Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung Pasaribu, L., dan Taura, S. F. 2015. Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMP melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Learning Together dan Tipe Tutor Sebaya (Studi Komparatif terhadap Siswa Kelas VII SMP N 1 Cisarua bandung Barat). Prosiding Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2015. Bandung: ITB. Ruseffendi, E.T. 1991. Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.. 2010. Dasar-dasar penelitian pendidikan & bidang non-eksakta lainnya. Bandung: Tarsito. Sumarmo, U. 2007. Pembelajaran Matematika. Dalam Natawidjaya dkk (Editor), Rujukan Filsafat, Teori, dan Praktis Ilmu Pendidikan. Bandung: UPI Press Wahyudin. 2008. Pembelajaran dan Model-model Bandung: UPI. Pembelajaran. 137