PENGARUH KONSENTRASI DAN FREKUENSI APLIKASI EFFECTIVE MICROORGANISMS-4 (EM-4) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.

dokumen-dokumen yang mirip
RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA HIDROPONIK

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI (Brassica juncea L) DENGAN PEMBERIAN MIKROORGANISME LOKAL (MOL) DAN PUPUK KANDANG AYAM

PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK KANDANG DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

PENGARUH DOSIS PUPUK ANORGANIK NPK MUTIARA DAN CARA APLIKASI PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MENTIMUN

PENGARUH KONSENTRASI DAN WAKTU PEMBERIAN PUPUK DAUN GANDASIL D TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KUBIS BUNGA (Brassica oleracea L.

Aplikasi Pupuk Organik Cair pada Tanaman Caisim (Brassica juncea) dan Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) di Ultisol Lapisan Bawah

PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN MACAM VARIETAS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.

PENGARUH PEMBERIAN MULSA ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT

Pengaruh Konsentrasi dan Waktu Penyemprotan Pupuk Organik Cair Super ACI terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis

PENGARUHKOMPOSISI MEDIA TANAM DANTAKARAN AIR CUCIAN BERASTERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KUBIS BUNGA. (Brassica oleracea botrytis L.

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) PADA BERBAGAI PERSENTASE NAUNGAN

Pengaruh Jenis Media Tanam Dan Konsentrasi Nutrisi Terhadap Pertumbuhan Awal Tomat (Lycopersicum Esculentum Mill) Pada Sistem Hidroponik

PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR (POC) LIMBAH TERNAK DAN LIMBAH RUMAH TANGGA PADA TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea reptans Poir) Oleh : Sayani dan Hasmari Noer *)

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

MATERI DAN METODE. dilaksanakan di lahan percobaan dan Laboratorium. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih pakcoy (deskripsi

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) PADA BERBAGAI DOSIS PUPUK UREA

Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari

EFEKTIFITAS PUPUK ORGANIK AIR CUCIAN BERAS TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L) Rahman Hairuddin

Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Sawi (Brassica juncea L.) pada Pemberian Pupuk Cair

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

PENGARUH UMUR BIBIT DAN KONSENTRASI POC (PUPUK ORGANIK CAIR) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BROKOLI (Brassica oleracea var. Italica L.

PENGARUH PUPUK ANORGANIK DAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SELADA (LACTUCA SATIVA) VARIETAS IMPERIAL

PUPUK ORGANIK CAIR DAN PUPUK KANDANG AYAM BERPENGARUH KEPADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI ( Glycine max L. )

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAWI ( Brassica juncea L ) TERHADAP PEMBERIAN URINE KELINCI DAN PUPUK GUANO

RESPON TANAMAN SELADA (Lactuca sativa L.) MENGGUNAKAN BEBERAPA JENIS PUPUK ORGANIK DENGAN DUA KALI PENANAMAN SECARA VERTIKULTUR

YANG DIKULTURKAN PADA BOKASHI DAN PUPUK ANORGANIK TERHADAP PRODUKSI TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) DI KAMPUNG WANGGAR KABUPATEN NABIRE

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA AKSESI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) LOKAL HUMBANG HASUNDUTAN PADA BERBAGAI DOSIS IRADIASI SINAR GAMMA

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) TERHADAP DOSIS PUPUK KALIUM DAN FREKUENSI PEMBUMBUNAN SKRIPSI OLEH :

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR NASA DAN PUPUK KANDANG AYAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SELADA (LACTUCA SATIVA L.

RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK VERMIKOMPOS DAN INTERVAL PENYIRAMAN PADA TANAH SUBSOIL SKRIPSI

UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS BOKASHI MELALUI PEMBERIAN CANGKANG TELUR, ABU DAPUR, DAN URINE SAPI SERTA PENERAPANNYA DALAM BUDIDAYA SAWI SECARA ORGANIK

PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR BERBAHAN DASAR LIMBAH SALAK

Pertumbuhan Dan Produksi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Dengan Pemberian Pupuk Kandang Sapi Dan Pupuk Fosfat

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS TOMAT (Lycopersicum esculentum L.) DATARAN RENDAH TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK SKRIPSI.

RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP PEMBERIAN ABU JANJANG KELAPA SAWIT DAN PUPUK UREA PADA MEDIA PEMBIBITAN SKRIPSI OLEH :

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAWI (Brassica juncea L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK CAIR SKRIPSI MUHAMMAD RIZKY ANDRY AGROEKOTEKNOLOGI - BPP

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN KONSENTRASI PUPUK DAUN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SELADA (Lactuca sativa L.)

SKRIPSI Disusun oleh : Rifqi Maulana NIM : PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MURIA KUDUS

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

PENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) PADA PEMBERIAN HIDROGEL DAN FREKUENSI PENYIRAMAN DENGAN SISTEM VERTIKULTUR SKRIPSI

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAWI PAKHCOY (Brassica rapa. L) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK KASCING SKRIPSI OLEH:

PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L.) DENGAN PEMBERIAN KOMPOS BERBAHAN DASAR DAUN PAITAN (Thitonia diversifolia)

PENGARUH JENIS PUPUK KANDANG DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays L. var. saccharata Sturt) SKRIPSI

MATERI DAN METODE. Jl. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan pada

PEMANFAATAN PUPUK ORGANIK UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) VARIETAS TOSAKAN DAN DORA

Jurnal Viabel Pertanian Vol. 11 No.1 Mei 2017 p-issn: e-issn: Blitar,

KARYA ILMIAH TENTANG. Oleh SUSI SUKMAWATI NPM

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH DENGAN PENGOLAHAN TANAH YANG BERBEDA DAN PEMBERIAN PUPUK NPK

PENINGKATAN MUTU DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) DENGAN PEMBERIAN HORMON GA3. Oleh :

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

SKRIPSI OLEH : RIRI AZYYATI / BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SELADA(Lactuca sativa L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK CAIR ORGANIK URIN KAMBING PADA BEBERAPA JARAK TANAM

Respons Pemberian Pupuk Hayati pada Beberapa Jarak Tanam Pertumbuhan dan Produksi Kailan (Brassica oleraceae var. acephala)

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

PENGARUH MEDIA TANAM DAN PERLAKUAN ROOTONE F PADA PERTUMBUHAN STEK BATANG Aglaonema Donna Carmen

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN OKRA (Abelmoschus esculantus) PADA PELAKUAN PUPUK DEKAFORM DAN DEFOLIASI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

EFEK KOMBINASI DOSIS PUPUK N P K DAN CARA PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG MANIS. Jumini, Nurhayati, dan Murzani

Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) Terhadap Pemberian Pupuk Organik Cair Urin Kambing Pada Beberapa Jarak Tanam

PERTUMBUHAN DAN HASIL KAILAN (brassica alboglabra) PADA BERBAGAI DOSIS KOMPOS SOLID ABSTRAK

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG SAPI DAN PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans. Poir)

PEMBERIAN POC MARTOB DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SAWI LADANG (Nasturtium montanum Wall.)

PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG DAUN (Allium Fistulosum L.) PADA BERBAGAI DOSIS PUPUK KANDANG AYAM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HIDROPONIK TANAMAN SAWI BEDA VARIETAS DENGAN FORMULASI NUTRISI AB MIX DAN FORMULASI RACIKAN SKRIPSI OLEH : VYVIAN W. SIAGIAN / AGROTEKNOLOGI

PENGARUH MACAM AUKSIN PADA PEMBIBITAN BEBERAPA VARIETAS TANAMAN JATI (Tectona grandis, L.)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGARUH KONSENTRASI DAN INTERVAL APLIKASI EKSTRAK DAUN INSULIN (Thitonia difersifolia) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG MERAH

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang

PRODUKTIVITAS CAISIM (Brassica juncea, L.) AKIBAT PENGOLAHAN TANAH DAN FREKUENSI PENANAMAN

PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG DAUN (Allium fistulosum L.) VARIETAS LINDA AKIBAT PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM DAN PUPUK UREA

NISBAH BERAT DAUN DAN LUAS DAUN SPESIFIK TANAMAN SAWI AKIBAT PEMBERIAN PUPUK ORGANIK DI TANAH GAMBUT KOTA PALANGKA RAYA DJOKO EKO HADI SUSILO

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) YANG TUMBUH PADA BERBAGAI MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR

PENGARUH MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JABON MERAH. (Anthocephalus macrophyllus (Roxb)Havil)

III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni Juli 2016 di Green House

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

SKRIPSI PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT

Vol 3 No 1. Januari - Maret 2014 ISSN :

BAHAN METODE PENELITIAN

PENGARUH PENGGUNAAN MIKRO ORGANISME LOKAL LIMBAH RUMAH TANGGA DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L)

PEMANFAATAN URINE KELINCI UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN. DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI (Brassica juncea L) VARIETAS TOSAKAN.

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG SABRANG (Eleutherine americana Merr) TERHADAP PEMBELAHAN UMBI DAN PERBANDINGAN MEDIA TANAM ABSTRACT

SKRIPSI PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN FREKUENSI PEMBERIAN EVAGROW PADA PAKCOY (BRASSICA CHINENSIS) SECARA VERTIKULTUR PARALON

RESPON TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) TERHADAP PEMBERIAN KOMPOS SAMPAH KOTA

PENGARUH WAKTU PEMBERIAN DAN DOSIS PUPUK KANDANG SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.)

RESPON TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascolonicum L. ) VARIETAS TUK TUK TERHADAP PENGATURAN JARAK TANAM DAN KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR NASA

SKRIPSI. Oleh : ERNIKA SEPTYMA BR PARDEDE/ AGROEKOTEKNOLOGI - BPP

TATA CARA PENELITIAN. A. Rencana Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni - Juli 2017 bertempat di

RESPON PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) SECARA HIDROPONIK TERHADAP KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR

III. MATERI DAN METODE. Jl. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan pada

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Tempat : Penelitian ini dilakukan di Green House Kebun Biologi

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MENTIMUN (Cucumis sativus L.) AKIBAT PERBEDAAN JARAK TANAM DAN JUMLAH BENIH PER LUBANG TANAM

BAB III METODE PENELITIAN. secara faktorial yang terdiri atas dua faktor dan tiga kali ulangan.

Transkripsi:

e-j. Agrotekbis 4 (1) :24-33, Februari 2016 ISSN : 2338-3011 PENGARUH KONSENTRASI DAN FREKUENSI APLIKASI EFFECTIVE MICROORGANISMS-4 (EM-4) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) Effect of different concentration of Effective Microorganisms-4 (EM-4) and its various application frequency on growth and yield of green mustard (Brassica juncea L.) Dwi Kurniawati 1), Bahrudin 2), Ramal Yusuf 2) 1) Mahasiswa Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu 2) Staf Dosen Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu Email : dwidkurnia82@gmail.com, ryusufus@untad.ac.id ABSTRACT This research aimed to determine the effect of Effective Microorganisms-4 (EM-4) concentrations and its application frequency and their interactions on growth and yield of green mustard plant. The experiment was conducted from November 2014 until January 2015 at Mantikulore Sub District, Palu, at an altitude about ± 50 m above sea level. This research was carried out using a Randomized Block Design (RBD) with two factors and three replications. The first factor was the concentration of EM-4 (A) with 3 (three) levels : K 1 (0,5 %), K 2 (1,0 %) and K 3 (1,5 %), and the second factor was the application frequency of EM-4 also with 3 (three) levels : A 1 (1 time; 1 week after planting- WAP), A 2 (3 times; 1, 3, and 5 WAP) and A 3 (5 times; 1, 2, 3, 4 and 5 WAP). The experimental data were analyzed using analysis of variance method followed by HSD (Honestly Significant Difference) Test at 5%. The results of the research showed that the application of various concentrations of EM-4 had a significant effect on plant height (cm) at age 4, 5, and 6 WAP, number of leaves at age 5 WAP, root fresh weight (g, and gave a very significant effect to root dry weight (g). The application frequency of EM-4 gave an effect to plant height at age 5 WAP, number of leaves at age 5 and 6 WAP, and root length (cm). Whereas the interaction between both factors only had a significant effect on number of leaves at the age of 5 WAP. Key Words : EM-4, green mustard, organic farming. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi dan frekuensi aplikasi Effective Microorganisms-4 (EM-4) serta interaksinya terhadap pertumbuhan dan hasil sawi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2014 sampai Januari 2015 di Kecamatan Mantikulore, Palu, dengan ketinggian tempat ± 50 meter di atas permukaan laut. Penelitian dilaksanakan dalam bentuk percobaan yang disusun berdasarkan rancangan acak kelompok (RAK) dengan dua faktor dan tiga ulangan yang terdiri atas Faktor pertama adalah konsentrasi EM-4 yang berbeda (K) yang terdiri dari 3 (tiga) taraf perlakuan yakni K 1 (0,5 %), K 2 (1,0 %) dan K 3 (1,5 %) dan Faktor kedua adalah frekuensi aplikasi EM-4 (A) yang terdiri dari 3 (tiga) taraf yakni A 1 (1 kali; 1 MST), A 2 (3 Kali; 1, 3, dan 5 MST) dan A 3 (5 Kali; 1, 2, 3, 4 dan 5 MST). Data dianalisis menggunakan analisis ragam dan perbedaan antar perlakuan yang dicobakan ditentukan dengan uji BNJ (Beda Nyata Jujur) 5%. Dari hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh bahwa perlakuan berbagai konsentrasi EM-4 berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman (cm) pada umur 4,5, dan 6 MST, jumlah daun (helai) pada umur 5 MST, berat basah akar (gram), dan berpengaruh sangat nyata terhadap berat kering akar (gram). Perlakuan frekuensi aplikasi EM-4 yang berbeda berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman (cm) pada umur 5 MST, jumlah daun (helai) pada umur 5 dan 6 MST, dan panjang akar (cm). Sedangkan interaksi keduanya hanya berpengaruh nyata terhadap jumlah daun (helai) pada umur 5 MST. Kata Kunci : EM-4, sawi, pertanian organik. 24

PENDAHULUAN Sawi merupakan salah satu komoditi hortikultura yang memiliki prospek yang cukup baik. Di Indonesia, sawi sering dibudidayakan oleh petani sebab dapat ditanam pada semua musim, baik dimusim penghujan maupun dimusim kemarau dan umumnya dapat tumbuh dengan baik pada daerah dataran rendah maupun dataran tinggi (Haryanto, et al., 2003). Sawi termasuk tanaman sayuran dari keluarga Cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Sebagai sayuran daun, sawi kaya akan sumber vitamin dan mineral. Adapun kandungan dan komposisi gizi sawi tiap 100 gram bahan, antara lain energi 22,0 Kal, protein 2,3 g, lemak 0,3 g, karbohidrat 4,0 g, fosfor 38,0 mg, zat besi 2,9 mg, kalium 220,0 mg, vitamin A 6460,0 S.I, thiamine 0,1 mg, vitamin C 102,0 mg, air 92,2 g, kalsium 220,0 mg (Rukmana, 1994). Tanaman sawi merupakan tanaman sayuran yang mempunyai manfaat sebagai nutrisi pada masyarakat. Sawi banyak dibudidayakan oleh petani sebagai tanaman usaha pertanian untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun saat ini para petani pada umumnya masih menggunakan cara konvensional yaitu penggunaan bahan-bahan kimia untuk meningkatkan hasil pertanian. Berdasarkan pendapat Muntoyah seperti dikutip Made (2002) dalam Budyanto, Aziez, dan Haryuni (2009), walaupun pupuk kimia dan pestisida pada kenyataannya memang dapat meningkatkan produksi pertanian, namun hal ini hanya berlangsung dalam jangka pendek, sedangkan dalam jangka panjang bahanbahan tersebut dapat menurunkan produksi pertanian baik secara kualitas mapun kuantitas. Oleh karena itu, salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam bidang pertanian adalah mengembangkan pertanian dengan sistem pertanian organik yang mana dalam pelaksanaannya membatasi penggunaan pupuk anorganik dan bahan kimia pertanian lainnya serta menggunakan bahan-bahan organik. Tujuan utama dari pertanian alamiah adalah untuk menghasilkan tanaman yang melimpah dan sehat tanpa menggunakan pupuk kimia dan pestisida sintetik, serta tanpa menimbulkan efek samping terhadap lingkungan alam. Salah satu cara untuk mencapai tujuan ini adalah melalui penggunaan mikroorganisme efektif (Higa dan Wididana, 1991). Efektifitas mikroorganisme atau lebih dikenal dengan EM-4 merupakan bioteknologi yang dikembangkan sejalan dengan prinsip-prinsip pertanian yang berkelanjutan atau berwawasan lingkungan yang terdiri dari sejumlah mikroorganisme efektif yang bermanfaat untuk memperbaiki kondisi tanah, menekan pertumbuhan mikroba yang menimbulkan penyakit dan memperbaiki efisiensi penggunaan bahan organik oleh tanaman (Wididana, 1991 dalam Novita, 2011). Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukan penelitian mengenai pengaruh konsentrasi dan frekuensi aplikasi Effective Microorganisms-4 (EM-4) terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui interaksi antara konsentrasi dan frekuensi aplikasi EM-4 terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Talise, Kecamatan Mantikulore, Kota Palu pada bulan November 2014 sampai bulan Januari 2015. Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas cangkul, handsprayer, gembor, polibag, paranet, ember, timbangan, penggaris, oven, dan alat tulis menulis. Bahan yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas benih sawi varietas Tosakan, EM- 4, sekam padi, dan pupuk kandang. Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), dengan pola faktorial yang terdiri dari dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah konsentrasi pemberian EM-4 (K) yang terdiri atas tiga perlakuan, yaitu : 25

K1 = 5 ml / liter air (0,5 %) K2 = 10 ml / liter air (1,0 %) K3 = 15 ml / liter air (1,5 %) Faktor kedua adalah frekuensi aplikasi EM-4 (A) yang terdiri dari tiga perlakuan, yaitu : A1 = 1 kali (1 MST) A2 = 3 kali (1, 3, dan 5 MST) A3 = 5 kali (1, 2, 3, 4, dan 5 MST) Dengan demikian percobaan menghasilkan 9 kombinasi perlakuan (Tabel 1), masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali, dan setiap perlakuan terdiri dari 2 polybag sehingga terdapat 54 unit percobaan. Tabel 1. Kombinasi Perlakuan Konsentrasi dan Frekuensi Aplikasi EM-4. Konsentrasi Frekuensi Aplikasi (A) EM-4 (K) A 1 A 2 A 3 K 1 K 1 A 1 K 1 A 2 K 1 A 3 K 2 K 2 A 1 K 2 A 2 K 2 A 3 K 3 K 3 A 1 K 3 A 2 K 3 A 3 Persiapan lahan. Lahan dibersihkan dari gulma dan sisa-sisa tanaman lain, kemudian diberi rangka naungan 65 % dengan menggunakan paranet. Persemaian benih. Benih direndam dengan air selama ± 1 jam, kemudian dimasukkan ke dalam polibag kecil yang telah berisi tanah dan pupuk kandang, setelah itu diletakkan di tempat yang telah disediakan dan diberi naungan untuk mengurangi intensitas cahaya matahari. Penyiraman dilakukan tergantung kepada keadaan curah hujan dan media. Benih disemai selama 2 minggu sebelum dipindah tanam. Pemindahan tanaman. Sebelum dilakukan pindah tanam, maka perlu disiapkan media tanam berupa campuran tanah, pupuk kandang, dan sekam padi dengan perbandingan 2:1:1 dimasukkan ke dalam polibag berukuran besar (40 x 30 cm). Berat media tanam dalam polibag kurang lebih seberat 7,5 kg. Benih yang telah disemai selama 2 minggu kemudian ditanam ke dalam polibag besar yang berisi media tanam. Tanah disekitarnya ditekan ke bawah agar bibit dapat berdiri tegak. Aplikasi EM-4. Pemberian EM-4 dilakukan sesuai dengan masing-masing perlakuan melalui penyemprotan EM-4 pada tanah dan tubuh tanaman secara merata pada pagi hari. Dosis pemberian EM-4 pada setiap tanaman yaitu 150 ml per tanaman. Pemeliharaan. Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyiraman, penyiangan, dan pengendalian hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan dua kali sehari, yakni pada pagi dan sore hari, atau tergantung pada keadaan cuaca untuk menjaga kelembapan tanah. Penyiangan dilakukan secara manual tergantung pada keadaan gulma di lapangan. Sementara pengendalian hama dan penyakit dilakukan pada saat terlihat adanya gejala serangan yang dapat mengganggu pertumbuhan dan hasil tanaman. Panen. Panen dilakukan ketika tanaman berumur 42 HST atau 6 MST. Panen dilakukan dengan cara menyemprot tanah pada bagian akar agar akar tanaman tidak putus. Analisis Data. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik menggunakan analisis keragaman (ANOVA) dan jika diperoleh pengaruh yang nyata diuji lanjut menggunakan uji BNJ taraf 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman. Data pengamatan dan daftar sidik ragam tinggi tanaman umur 1 sampai 6 MST menunjukkan bahwa konsentrasi EM-4 berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada pengamatan 4 sampai 6 MST namun tidak berpengaruh nyata pada pengamatan 1 sampai 3 MST. Frekuensi aplikasi EM-4 berpengaruh nyata pada pengamatan 5 MST namun tidak berpengaruh pada pengamatan 1 MST, 2 MST, 3 MST, 4 MST dan 6 MST. Interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata pada semua minggu pengamatan. Hasil uji BNJ taraf 5 % pada Tabel 2 menunjukkan bahwa penggunaan konsentrasi EM-4 10 ml/l air pada pengamatan 4 sampai 6 MST menghasilkan tanaman tertinggi dan berbeda nyata dengan perlakuan konsentrasi EM-4 5 ml/l air, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan konsentrasi 15 ml/l air. Hasil uji BNJ taraf 5 % pada Tabel 2 26

menunjukkan frekuensi aplikasi 3 kali (1, 3, dan 5 MST) menghasilkan tanaman tertinggi dan berbeda nyata dengan perlakuan frekuensi aplikasi 1 kali (1 MST), namun tidak berbeda nyata dengan frekuensi aplikasi 5 kali (1, 2, 3, 4, dan 5 MST). Tabel 2. Rata-rata Tinggi Tanaman (cm) pada Berbagai Konsentrasi dan Frekuensi Aplikasi EM-4 pada Pengamatan 4 6 MST. Waktu Frekuensi Aplikasi BNJ Konsentrasi EM-4 Rata-rata (MST) 1 kali 3 kali 5 kali 5 % 5 ml/l air 17,25 17,18 18,75 17,73 a 4 10 ml/l air 20,67 20,53 20,38 20,53 b 2,34 15 ml/l air 18,58 20,82 19,62 19,67 ab Rata-rata 18,83 19,51 19,58 5 ml/l air 21,23 20,70 21,87 21,27 a 5 10 ml/l air 21,83 24,23 24,12 23,39 b 2,11 15 ml/l air 20,52 25,13 23,15 22,93 ab Rata-rata 21,19 a 23,35 b 23,05 ab BNJ 5 % 2,11 5 ml/l air 23,77 22,33 23,78 23,29 a 6 10 ml/l air 25,33 25,48 25,42 25,41 b 1,92 15 ml/l air 22,92 26,17 24,28 24,46 ab Rata-rata 24,01 24,66 24,49 Ket : Rata-rata yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNJ taraf 5%. Jumlah Daun. Data pengamatan dan daftar sidik ragam jumlah daun umur 1 sampai 6 MST menunjukkan bahwa konsentrasi EM-4 berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada pengamatan 5 MST namun tidak berpengaruh nyata pada pengamatan 1 MST, 2 MST, 3 MST, 4 MST dan 6 MST. Frekuensi aplikasi EM-4 berpengaruh nyata pada pengamatan 5 MST dan 6 MST namun tidak berpengaruh pada pengamatan 1 sampai 4 MST. Interaksi keduanya berpengaruh nyata pada pengamatan 5 MST. Tabel 3. Rata-rata Jumlah Daun (helai) pada Berbagai Konsentrasi dan Frekuensi Aplikasi EM-4 pada Pengamatan 5 dan 6 MST. Waktu Konsentrasi Frekuensi Aplikasi BNJ Rata-rata (MST) EM-4 1 kali 3 kali 5 kali 5 % 5 6 5 ml/l air p7,67 a p9,17 b q9,50 b 8,78 10 ml/l air p7,83 a p8,33 a p8,17 a 8,11 1,08 15 ml/l air p8,33 a p8,50 a p8,00 a 8,28 Rata-rata 7,94 8,67 8,56 BNJ 5 % 1,08 5 ml/l air 8,67 10,17 10,67 9,84 10 ml/l air 9,00 9,83 9,17 9,33 15 ml/l air 9,33 10,17 8,83 9,44 Rata-rata 9,00 a 10,06 b 9,56 ab BNJ 5 % 0,93 Ket : Rata-rata yang diikuti huruf yang sama pada baris (a, b) dan kolom (p, q) yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNJ taraf 5%. Hasil uji BNJ taraf 5 % pada Tabel 3 menunjukkan bahwa penggunaan konsentrasi EM-4 5 ml/l air pada pengamatan 5 MST memberikan jumlah daun terbanyak dan berbeda nyata dengan perlakuan konsentrasi EM-4 10 ml/l air, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan konsentrasi 15 ml/l air. Hasil uji BNJ taraf 5 % pada Tabel 3 menunjukkan frekuensi aplikasi 3 kali (1, 3, dan 5 MST) pada pengamatan 5 MST dan 6 MST memberikan jumlah daun terbanyak dan berbeda nyata dengan perlakuan frekuensi aplikasi 1 kali (1 MST), namun tidak berbeda nyata dengan frekuensi aplikasi 5 kali (1, 2, 3, 4, dan 5 MST). Hasil uji BNJ taraf 5 % pada Tabel 3 menunjukkan bahwa interaksi konsentrasi dan frekuensi aplikasi yaitu konsentrasi EM-4 5 ml/l air yang dikombinasikan dengan 27

Berat Basah Tajuk (gram) perlakuan frekuensi aplikasi 5 kali (1, 2, 3, 4 dan 5 MST) pada pengamatan 5 MST memberikan jumlah daun terbanyak (9,50 helai) dan berbeda dengan kombinasi perlakuan lainnya. Panjang Akar. Data pengamatan dan daftar sidik ragam panjang akar umur 6 minggu setelah pindah tanam menunjukkan bahwa perlakuan berbagai konsentrasi EM-4 tidak berpengaruh nyata terhadap panjang akar. Frekuensi aplikasi EM-4 berpengaruh nyata sedangkan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap panjang akar pada pengamatan 6 MST. Tabel 4. Rata-rata Panjang Akar (cm) pada Berbagai Konsentrasi dan Frekuensi Aplikasi EM-4 pada Pengamatan 6 MST (Saat Panen). Konsentrasi Frekuensi Aplikasi Rata-rata EM-4 1 kali 3 kali 5 kali 5 ml/l air 13,08 18,78 17,57 16,48 10 ml/l air 18,13 19,35 18,52 18,67 15 ml/l air 14,38 14,93 20,42 16,58 Rata-rata 15,20 a 17,69 ab 18,84 b BNJ 5 % 3,54 Ket : Rata-rata yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNJ pada taraf 5%. Hasil uji BNJ taraf 5 % pada Tabel 4 menunjukkan bahwa penggunaan konsentrasi EM-4 10 ml/l air pada pengamatan 6 MST menghasilkan akar terpanjang (18,67 cm) dan terpendek terdapat pada perlakuan konsentrasi EM-4 5 ml/l air (16,48 cm) tetapi tidak berbeda nyata dengan semua perlakuan konsentrasi. Hasil uji BNJ taraf 5 % pada Tabel 4 menunjukkan frekuensi aplikasi 5 kali (1, 2, 3, 4, dan 5 MST) pada pengamatan 6 MST (saat panen) menghasilkan akar terpanjang (18,34 cm) dan berbeda nyata dengan perlakuan frekuensi aplikasi 1 kali (1 MST) yang menghasilkan panjang akar terpendek (15,20 cm), namun tidak berbeda nyata dengan frekuensi aplikasi 3 kali (1, 3, dan 5 MST). 35 30 25 31.83 30.5 31.33 29.17 29.83 26.33 26.33 26.83 23.33 Berat Basah Tajuk. Sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan berbagai konsentrasi dan frekuensi aplikasi EM-4 serta interaksi dari keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap berat basah tajuk pada pengamatan 6 MST. Rata-rata berat basah tajuk pada Gambar 1 menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan konsentrasi EM-4 5 ml/l air yang dikombinasikan dengan perlakuan frekuensi aplikasi 3 kali (1 MST, 3 MST, dan 5 MST) cenderung menghasilkan berat basah tajuk terbesar (31,83 g) dibandingkan kombinasi perlakuan lainnya. Berat basah terkecil (23,33 g) terdapat pada kombinasi perlakuan konsentrasi EM-4 5 ml/l air dengan perlakuan frekuensi aplikasi 1 kali (1 MST). 20 15 10 A1 (1 kali) A2 (3 kali) A3 (5 kali) 5 0 K1 (5 ml/l air) K2 (10 ml/l air) K3 (15 ml/l air) Gambar 1. Diagram Rata-rata Berat Basah Tajuk (g) pada Berbagai Konsentrasi dan Frekuensi Aplikasi EM-4 pada Pengamatan 6 MST (Saat Panen). 28

Berat Kering Tajuk (gram) Berat Kering Tajuk. Sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan berbagai konsentrasi dan frekuensi aplikasi EM-4 serta interaksi dari keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap berat basah tajuk pada pengamatan 6 MST. Rata-rata berat kering tajuk pada Gambar 2 menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan konsentrasi EM-4 5 ml/l air yang dikombinasikan dengan perlakuan frekuensi aplikasi 5 kali (1 MST, 2 MST, 3 MST, 4 MST, dan 5 MST) cenderung menghasilkan berat kering tajuk terbesar (3,59 g) dibandingkan kombinasi perlakuan lainnya. Berat kering terkecil (2,55 g) terdapat pada kombinasi perlakuan konsentrasi EM-4 5 ml/l air dengan perlakuan frekuensi aplikasi 1 kali (1 MST). 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 3.59 3.52 3.18 3.18 2.99 2.96 3.04 2.55 2.59 A1 (1 kali) A2 (3 kali) A3 (5 kali) 0.5 0 K1 (5 ml/l air) K2 (10 ml/l air) K3 (15 ml/l air) Gambar 2. Diagram Rata-rata Berat Kering Tajuk (g) pada Berbagai Konsentrasi dan Frekuensi Aplikasi EM-4 pada Pengamatan 6 MST (Saat Panen). Berat Basah Akar. Data pengamatan dan daftar sidik ragam berat basah akar umur 6 minggu MST menunjukkan bahwa perlakuan berbagai konsentrasi EM-4 berpengaruh nyata terhadap berat basah akar. Sedangkan frekuensi aplikasi EM-4 serta interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap berat basah akar pada pengamatan 6 MST. Hasil uji BNJ taraf 5 % pada Tabel 5 menunjukkan bahwa penggunaan konsentrasi EM-4 5 ml/l air pada pengamatan 6 MST menghasilkan berat basah akar terbesar (7,00 g) namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan konsentrasi 15 ml/l air yang menghasilkan berat basah akar terkecil (4,67 g) dan perlakuan konsentrasi 10 ml/l air. Hal ini disebabkan karena pada uji anova, f hitung konsentrasi hanya memiliki selisih yang sangat kecil dengan f tabel 5 % sehingga uji BNJ tidak menunjukkan ratarata yang berbeda nyata antar perlakuan konsentrasi. Hasil uji BNJ taraf 5 % pada Tabel 5 menunjukkan frekuensi aplikasi 5 kali (1, 2, 3, 4, dan 5 MST) pada pengamatan 6 MST memberikan berat basah akar terbesar (6,33 g) dan terendah terdapat pada perlakuan frekuensi aplikasi 1 kali (1 MST) (4,50 g) namun tidak berbeda nyata dengan semua perlakuan frekuensi aplikasi. Tabel 5. Rata-rata Berat Basah Akar (g) pada Berbagai Konsentrasi dan Frekuensi Aplikasi (EM-4) pada Pengamatan 6 MST (Saat Panen). Konsentrasi Frekuensi Aplikasi BNJ Rata-rata EM-4 1 kali 3 kali 5 kali 5 % 5 ml/l air 4,67 8,83 7,50 7,00 a 10 ml/l air 4,17 4,83 6,33 5,11 a 2,36 15 ml/l air 4,67 4,17 5,17 4,67 a Rata-rata 4,50 5,94 6,33 Ket : Rata-rata yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNJ pada taraf 5%. 29

Berat Basah Total per Tanaman (gram) Berat Kering Akar. Data pengamatan dan daftar sidik ragam berat kering akar umur 6 MST menunjukkan bahwa perlakuan berbagai konsentrasi EM-4 berpengaruh sangat nyata terhadap berat basah akar. Sedangkan frekuensi aplikasi EM-4 serta interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap berat basah akar pada pengamatan 6 MST. Hasil uji BNJ taraf 5 % pada Tabel 6 menunjukkan bahwa penggunaan konsentrasi EM-4 5 ml/l air pada pengamatan 6 MST memberikan berat kering akar terbesar (2,04 g) dan berbeda nyata dengan semua perlakuan konsentrasi. Hasil uji BNJ taraf 5 % pada Tabel 6 menunjukkan frekuensi aplikasi 5 kali (1 MST, 2 MST, 3 MST, 4 MST, dan 5 MST) pada pengamatan 6 MST memberikan berat kering akar terbesar (1,64 g) dan terkecil terdapat pada perlakuan frekuensi aplikasi 1 kali (1 MST) (0,98 g) namun tidak berbeda nyata dengan semua perlakuan frekuensi aplikasi. Tabel 6. Rata-rata Berat Kering Akar (g) pada Berbagai Konsentrasi dan Frekuensi Aplikasi EM-4 pada Pengamatan 6 MST (Saat Panen). Konsentrasi Frekuensi Aplikasi BNJ Rata-rata EM-4 1 kali 3 kali 5 kali 5 % 5 ml/l air 1,30 2,65 2,18 2,04 b 10 ml/l air 0,66 0,93 1,40 0,99 a 0,82 15 ml/l air 0,98 0,79 1,34 1,03 a Rata-rata 0,98 1,45 1,64 Ket : Rata-rata yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNJ pada taraf 5%. Berat Basah Total per Tanaman. Data pengamatan dan daftar sidik ragam berat basah total per tanaman umur 6 MST menunjukkan bahwa perlakuan berbagai konsentrasi dan frekuensi aplikasi EM-4 serta interaksi dari keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap berat basah total pada pengamatan 6 MST. Rata-rata berat basah total per tanaman pada Gambar 3 menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan konsentrasi EM-4 5 ml/l air yang dikombinasikan dengan perlakuan frekuensi aplikasi 3 kali (1 MST, 3 MST, dan 5 MST) cenderung menghasilkan berat basah total per tanaman terbesar (40,67 g) dibandingkan kombinasi perlakuan lainnya. Berat basah terkecil (28,00 g) terdapat pada kombinasi perlakuan konsentrasi EM-4 5 ml/l air dengan perlakuan frekuensi aplikasi 1 kali (1 MST). 45 40 35 30 40.67 38 28 36.17 35.5 34 30.5 31 32.02 25 20 15 10 A1 (1 kali) A2 (3 kali) A3 (5 kali) 5 0 K1 (5 ml/l air) K2 (10 ml/l air) K3 (15 ml/l air) Gambar 3. Diagram Rata-rata Berat Basah Total per Tanaman (g) pada Berbagai Konsentrasi dan Frekuensi Aplikasi EM-4 pada Pengamatan 6 MST (Saat Panen). 30

Berat Kering Total per Tanaman (gram) Berat Kering Total per Tanaman. Data pengamatan dan daftar sidik ragam berat kering total per tanaman umur 6 MST menunjukkan bahwa perlakuan berbagai konsentrasi dan frekuensi aplikasi EM-4 serta interaksi dari keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering total pada pengamatan 6 MST. Rata-rata berat kering total per tanaman pada Gambar 4 menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan konsentrasi EM- 4 5 ml/l air yang dikombinasikan dengan perlakuan frekuensi aplikasi 3 kali (1 MST, 3 MST, dan 5 MST) cenderung menghasilkan berat kering total per tanaman terbesar (5,83 g) dibandingkan kombinasi perlakuan lainnya. Berat kering terkecil (3,25 g) terdapat pada kombinasi perlakuan konsentrasi EM-4 10 ml/l air dengan perlakuan frekuensi aplikasi 1 kali (1 MST). 7 6 5.835.77 5 4 3 3.85 3.25 4.57 3.92 4.314.38 3.94 A1 (1 kali) A2 (3 kali) 2 A3 (5 kali) 1 0 K1 (5 ml/l air) K2 (10 ml/l air) K3 (15 ml/l air) Gambar 4. Diagram Rata-rata Berat Kering Total per Tanaman (g) pada Berbagai Konsentrasi dan Frekuensi Aplikasi EM-4 pada Pengamatan 6 MST (Saat Panen). Pengaruh konsentrasi EM-4 terhadap hasil dan pertumbuhan sawi. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa konsentrasi EM-4 10 ml/l air menghasilkan tanaman tertinggi umur 4 MST, 5 MST, dan 6 MST, sementara tinggi tanaman terendah terdapat pada perlakuan konsentrasi EM-4 5 ml/l air. Sedangkan pada parameter jumlah daun, hasil terbaik terdapat pada perlakuan konsentrasi EM-4 5 ml/l air dan terendah terdapat pada perlakuan konsentrasi EM-4 10 ml/l air. Pada parameter berat basah akar, hasil terbaik terdapat pada perlakuan konsentrasi EM-4 5 ml/l air dan terendah terdapat pada perlakuan konsentrasi EM-4 15 ml/l air. Sementara pada pengamatan berat kering akar menunjukkan adanya perbedaan yang sangat nyata, dimana berat kering akar terbesar terdapat pada perlakuan konsentrasi EM-4 5 ml/l air dan terendah terdapat pada perlakuan konsentrasi EM-4 10 ml/l air. Hal ini disebabkan karena EM-4 mengandung berbagai mikroorganisme yang menguntungkan dimana proses dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme menghasilkan molekul-molekul organik sederhana yang dapat diserap langsung oleh akar tanaman sehingga dapat memacu pertumbuhan. Mikroorganisme tanah merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi kesuburan tanah. Tanaman bisa tumbuh dengan baik jika mempunyai hubungan simbiosis mutualisme dengan mikroorganisme (Parnata, 2004). Oleh karena itu, dengan pemberian konsentrasi yang tepat maka akan berpengaruh pada pertumbuhan tanaman. Sesuai dengan pendapat Wijoseno (1998) bahwa pertumbuhan didefinisikan sebagai peningkatan jumlah dan ukuran tanaman. Pertumbuhan tanaman di darat tergantung dari air dan unsur hara dalam tanah. Ketersediaan unsur hara di dalam tanah berhubungan terutama dengan adanya proses perombakan bahan organik yang sangat dipengaruhi oleh aktifitas mikroorganisme 31

dalam tanah. Hasil akhir perombakan bahan organik mampu meningkatkan humus dan memperbaiki agregrat tanah yang pada akhirnya meningkatkan ketersediaan hara tanaman. Dapat dilihat bahwa konsentrasi yang lebih rendah (5 ml/l air dan 10 ml/ l air) cenderung memberikan hasil yang lebih baik dibanding dengan konsentrasi tertinggi (15 ml/l air) bagi pertumbuhan dan hasil tanaman sawi yaitu ditandai dengan peningkatan tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar akar dan berat kering akar. Konsentrasi 5 ml/l air dan 10 ml/l air diduga merupakan konsentrasi yang tepat dan memiliki unsur hara yang cukup serta telah memenuhi kebutuhan tanaman. Menurut Lakitan (2004), bahwa jika jaringan tumbuhan mengandung unsur hara tertentu dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari konsentrasi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan maksimum, maka pada kondisi ini dikatakan tumbuhan dalam kondisi konsumsi mewah. Pada konsentrasi yang terlalu tinggi, unsur hara esensial dapat juga menyebabkan keracunan bagi tumbuhan. Pengaruh frekuensi aplikasi EM-4 terhadap hasil dan pertumbuhan sawi. Pengaruh perlakuan frekuensi aplikasi EM-4 pada tinggi tanaman umur 5 MST, jumlah daun umur 5 dan 6 MST, dan panjang akar, menunjukkan adanya perbedaan nyata. Pada parameter tinggi tanaman dan jumlah daun, hasil terbaik terdapat pada perlakuan frekuensi aplikasi EM-4 3 kali (1 MST, 3 MST, 5 MST) dan terendah terdapat pada perlakuan frekuensi aplikasi EM-4 1 kali (1 MST). Sementara pada parameter panjang akar, hasil terbaik terdapat pada perlakuan frekuensi aplikasi EM-4 5 kali (1 MST, 2 MST, 3 MST, 4 MST, dan 5 MST) dan terendah terdapat pada perlakuan frekuensi aplikasi EM-4 1 kali (1 MST). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Budyanto, et al. (2009), bahwa pemberian EM-4 interval 1 minggu sekali mendapatkan rata-rata hasil tanaman terbaik dibanding perlakuan waktu pemberian EM-4 lainnya, yang mana disebabkan karena adanya pemberian EM-4 yang lebih banyak dan rutin maka akan menyediakan makanan/bahan organik yang lebih banyak dibandingkan yang diberikan interval 2 minggu sekali maupun 3 minggu sekali. Selaras dengan pendapat Wididana dalam Budyanto, et al. (2009), dengan pemberian larutan EM-4 yang sesuai akan meningkatkan bahan organik yang siap pakai oleh tanaman dalam pertumbuhan. Pengaruh interaksi antara konsentrasi dan frekuensi aplikasi EM-4 terhadap hasil dan pertumbuhan sawi. Berdasarkan hasil analisis data secara statistik, diperoleh bahwa interaksi antara konsentrasi dan frekuensi aplikasi EM-4 hanya berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun (helai) pada umur 5 MST dan tidak menunjukkan pengaruh nyata terhadap parameter lainnya. Terdapat interaksi sinergis antara perlakuan konsentrasi EM-4 dengan frekuensi aplikasi EM-4 pada parameter pengamatan jumlah daun umur 5 MST. Penambahan frekuensi aplikasi EM-4 pada konsentrasi EM-4 yang paling rendah (5 ml/l air) menunjukkan jumlah daun relatif lebih banyak dibanding pada pemberian frekuensi aplikasi yang paling sedikit, dimana makin banyak frekuensi pemberian EM-4 diiringi pula dengan peningkatan jumlah daun yang semakin banyak. Hal berbeda terjadi pada perlakuan konsentrasi EM-4 10 ml/l air dan 15 ml/l air. Pada frekuensi aplikasi 1 kali (1 MST) dan 3 kali (1 MST, 3 MST, dan 5 MST) menunjukkan peningkatan jumlah daun, tetapi pada frekuensi aplikasi selanjutnya yaitu 5 kali (1 MST, 2 MST, 3 MST, 4 MST, dan 5 MST), menunjukkan penurunan jumlah daun. Seperti yang telah dikemukakan Haryadi (1991) dalam Ulfa (2004), penempatan dan saat pemberian bahan organik pada tanaman merupakan faktor yang penting. Agar efektif, bahan organik harus diberikan di tempat dan disaat tanaman membutuhkan. Pengaruh perlakuan interaksi antara konsentrasi dan frekuensi aplikasi EM-4, menunjukkan adanya perbedaan nyata terhadap jumlah daun umur 5 MST, dimana pada hasil terbaik terdapat pada perlakuan konsentrasi EM-4 5 ml/l air yang 32

dikombinasikan dengan perlakuan frekuensi aplikasi 5 kali dan terendah terdapat pada konsentrasi EM-4 5 ml/l air yang dikombinasikan dengan perlakuan frekuensi aplikasi 1 kali (1 MST). Hal ini mungkin disebabkan karena selain konsentrasi EM-4 yang diberikan merupakan konsentrasi yang tepat, frekuensi aplikasi EM-4 yang digunakan juga merupakan frekuensi terbaik dimana pemberian EM-4 yang lebih banyak dan rutin maka akan menyediakan makanan/bahan organik yang lebih banyak dibandingkan yang diberikan interval 2 minggu sekali maupun 3 minggu sekali. Hal ini selaras dengan kajian yang dilakukan oleh Arsyid, et al. (1998), yang melaporkan bahwa interaksi terbaik antara konsentrasi dan waktu aplikasi EM-4 pada tanaman kapas dijumpai pada konsentrasi 5 ml/liter dengan selang waktu aplikasi 15 hari sekali. Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN Terdapat interaksi antara konsentrasi EM-4 5 ml/l air yang dikombinasikan dengan perlakuan frekuensi aplikasi 5 kali (1, 2, 3, 4, dan 5 MST) yang menghasilkan jumlah daun terbanyak pada tanaman sawi umur 5 MST. Perlakuan konsentrasi EM-4 10 ml/l air menghasilkan tanaman sawi tertinggi pada umur 4, 5, dan 6 MST. Perlakuan konsentrasi EM-4 5 ml/l air menghasilkan jumlah daun terbanyak pada umur 5 MST, serta menghasilkan bobot basah dan kering akar terberat. Perlakuan frekuensi aplikasi EM-4 3 kali (1, 3, dan 5 MST) menghasilkan tanaman tertinggi pada umur 5 MST serta jumlah daun terbanyak pada umur 5 dan 6 MST. Sedangkan perlakuan frekuensi aplikasi EM-4 5 kali (1, 2, 3, 4, dan 5 MST) menghasilkan akar tanaman sawi terpanjang. Saran Diharapkan selanjutnya dilakukan penelitian lanjutan dengan beberapa parameter pengamatan tambahan. Selain itu perlu melakukan pengamatan terhadap dosis penggunaan EM-4. DAFTAR PUSTAKA Arsyid, A. M. A., M. A. Chozin, dan S. Zaman. 1998. Pengaruh Konsentrasi dan Selang Waktu Pemberian Effective Microorganisms-4 (EM- 4) terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kapas (Gossypium hirsutum L.). Jurnal Bul. Agron. 26(1) : 9-15 (1998). Budyanto, A. F. Aziez., dan Haryuni. 2009. Pengaruh Pemberian EM-4 dan Interval Waktu Aplikasi terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tomat (Solanum lycopersicum L.). http://edycahyo.files.wordpress.com. Diakses pada tanggal 1 Desember 2014. Haryanto, W., Suhartini, dan Rahayu. 2003. Sawi dan Selada. Penebar Swadaya. Jakarta. Higa, T. dan G. N. Wididana. 1991. The Concept and Theories of Effective Microorganisms. University of the Ryukyus. Okinawa, Japan. Lakitan, B. 2004. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Novita, L. 2011. Pengaruh Penggunaan EM-4 yang Dikulturkan pada Bokashi dan Pupuk Anorganik terhadap Produksi Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) di Kampung Wanggar Kabupaten Nabire. Jurnal Agroforestri, Vol. VI, Nomor 2. Parnata, A. S. 2004. Pupuk Organik Cair Aplikasi dan Manfaatnya. Agomedia Pustaka. Jakarta. Rukmana. 1994. Bertanam Petsai dan Sawi. Kanisius. Yogyakarta. Ulfa, M. 2004. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) terhadap Konsentrasi dan Interval Aplikasi Pupuk Complesal. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan. 33