BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. adalah pihak yang menjalankan dan mengendalikan jalannya perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi perusahaan dicerminkan dari Laporan Keuangan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. pengembalian investasi baik dalam bentuk pendapatan dividen (dividend yield)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai prinsipal dan manajer sebagai agen. Jensen dan Meckling (1976)

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi yang meningkat dalam suatu periode, menuntut pihak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang pengaruh profitabilitas, arus kas bebas, dan investment

BAB 1 PENDAHULUAN. theory) merupakan suatu hubungan antara agent dengan principal. Dimana

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk membiayai investasi yang dianggap memiliki net present

BAB I PENDAHULUAN. mengenai aliran kas bebas atau free cash flow. free cash flow didistribusikan untuk menjalankan proyek-proyek yang

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. konflik kepentingan antara prinsipal dan agen, kontrak yang tidak lengkap, serta

BAB I PENDAHULUAN. memproduksi dan memasarkan barang atau jasa dengan tujuan memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Rasio pembayaran dividen atau dividend payout ratio merupakan persentase

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal mengalami perkembangan yang cukup pesat dari waktu ke

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dan menjadi pusat perhatian stakeholders. Keputusan finansial

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dananya. Dana yang diperoleh dari

ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, DAN HARGA SAHAM TERHADAP JUMLAH DIVIDEN TUNAI. (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dividen merupakan bentuk pengembalian (return) diluar capital gain yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. saham dan akan diinvestasikan kembali atau ditahan di dalam perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah lembar

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Menurut Wolk et al. (2001) dalam Thiono (2006:4), teori sinyal (signaling

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini semakin banyaknya perusahaan-perusahaan besar yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pendapatan atau tingkat kembalian investasi (return) baik berupa pendapatan dividen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. kepentingan pemilik seperti melakukan ekspansi untuk meningkatkan suatu gaji.

BAB 1 PENDAHULUAN. Manajemen keuangan dalam sebuah perusahaan bertujuan untuk

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebijakan keuangan yang dilakukan oleh perusahaan adalah UKDW

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. saham (principal) dengan manajer (agent). Pemegang saham memberikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Signal merupakan suatu hal yang dilakukan manajemen perusahaan bertujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

menjelaskan bahwa perusahaan melalui manajer keuangan perlu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya dunia usaha didominasi oleh kelompok perusahaan milik

BAB I PENDAHULUAN. orientation) maupun organisasi yang tidak berorentasi pada laba (non-profit

BAB II URAIAN TEORITIS. Penelitian mengenai dividend payout ratio atau kebijakan dividen telah

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran pemegang saham, maka terjadi peningkatan pada nilai pemegang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebuah organisasi didirikan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Aliran kas bebas atau lebih sering dikenal dengan free cash flow dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan adalah suatu organisasi yang didirikan oleh perseorangan atau

BAB I PENDAHULUAN. Penunjukan manajer oleh pemegang saham untuk mengelola perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuntungan yang diperolehnya. Menurut Ross et al. (2003:606) dividen adalah

BAB I PENDAHULUAN. selain perbankan. Menurut Hartono (2008:29) pasar modal memungkinkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas bisnis secara umum yang disebabkan oleh global financial crisis pada

Judul : Pengaruh Investment Opportunity Set, Leverage, Free Cash Flow, dan Collateral Assets pada Dividend Policy pada Perusahaan Sektor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pajak. Menurut Bastian dan Suhardjono (2006), net profit margin adalah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perlu mempertimbangkan berbagai faktor dalam menentukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan suatu perusahaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang terpenting adalah

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham. Manajer mempunyai kewajiban untuk memaksimumkan. kepentingan untuk memaksimumkan kesejahteraan mereka.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perekonomian di Indonesia semakin berkembang, hal ini dapat tercermin dari

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan tempat bagi para investor untuk melakukan aktifitas

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Laporan aliran kas merupakan laporan yang berisikan informasi tentang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. ini adalah laba yang diperoleh perusahaan melalui kegiatan operasional yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pemegang saham sebagai principal. Jensen dan Meckling (1976) mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. maupun manufaktur memiliki harapan agar memperoleh laba pada tingkat tertentu

BAB I PENDAHULUAN UKDW. macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. dapat mempengaruhi persepsi investor terhadap perusahaan. berdampak terhadap nilai perusahaan (Fama dan French, 1998).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah nilai pendapatan bersih atau net income setelah pajak yang dikurangi

1 Universitas Indonesia

Penelitian tentang pengaruh profitability dan investment opportunity set. (pada perusahaan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia) memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dipertimbangkan secara seksama. Sebagaimana dikemukakan oleh Bishop et al. (2000) dalam

BAB I PENDAHULUAN. pemegang sahamnya dengan cara memaksimalkan pendapatan investor.

II TINJAUAN PUSTAKA. Kebijakan dividen (Dividend Policy) merupakan keputusan mengenai laba yang

Abstrak. Kata kunci: free cash flow, kebijakan dividen, siklus hidup perusahaan. vii

BAB I PENDAHULUAN. berharga seperti saham, sertifikat saham, dan obligasi. 1 Bursa Efek Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. investasi saham yang dilakukan pada perusahaan dapat berupa capital gain dan. keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada investor.

BAB I PENDAHULUAN. modal, para investor saham mengharapkan return dalam bentuk dividen maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepada pertumbuhan pasar saham. Menurut Husnan (2012) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan investor perorangan maupun badan usaha menanamkan dana ke dalam suatu

perusahaan sering menimbulkan konflik antar kelompok atau sering juga disebut

BAB I PENDAHULUAN. karena bagi para investor dividen merupakan return (tingkat pengembalian) atas

BAB I PENDAHULUAN. Pendirian sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas. Tujuan perusahaan

Shella Febri Priatama ABSTRAKSI

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Lebih dari 40% di BEI adalah industri manufaktur.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. saham (Hermuningsih dan Wardani, 2009). Menurut Stice et al.

akibatnya dapat menghambat tingkat pertumbuhan perusahaan (rate of growth)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi dan Pengklasifikasian Hutang

BAB I PENDAHULUAN. pemilik (principal) dengan manajemen perusahaan (agent). Hal ini terjadi karena

Peran Profesi Akuntansi ISSN Dalam Penanggulangan Korupsi

BAB I PENDAHULUAN. public dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Bursa Efek Indonesia (BEI)

BAB 1 PENDAHULUAN. Pihak-pihak yang mendukung perusahaan diantaranya adalah principal dan

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Tujuan utama suatu perusahaan menurut theory of the firm adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan perusahaan adalah memaksimalkan kesejahteraan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Hubungan agensi terjadi karena adanya suatu perjanjian atau kontrak yang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya konflik kepentingan antara shareholder dan manajer, karena

BAB I PENDAHULUAN. kehati-hatian (prudential banking) agar semua aktivitas yang dilakukan tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Di bagian landasan teori ini akan dibahas mengenai pengertian dividen dan jenis-jenis dividen yang dibagikan perusahaan. Kemudian setelah itu akan dipaparkan teori keagenan yang melandasi dasar pembagian arus kas bebas sebagai dividen dalam penelitian ini. Setelah itu akan dibahas beberapa teoriteori kebijakan dividen yang umumnya dikaji dalam literatur dan penelitian empiris selama ini. 2.1 Dividen Dividen merupakan bagian laba perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham berdasarkan jumlah saham yang dimiliki. Pendistribusian dividen akan mengurangi jumlah laba ditahan dan saldo kas yang dimiliki perusahaan. Menurut Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id), Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Jika seorang pemodal ingin mendapatkan dividen, maka pemodal tersebut harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga kepemilikan saham tersebut berada dalam periode dimana diakui sebagai pemegang saham yang berhak mendapatkan dividen. Terdapat beberapa jenis dividen yang dapat dibagikan oleh perusahaan. Jenis-jenis dividen yang dikenal yaitu dividen tunai, dividen saham, script dividend, property dividend, dan liquidating dividend. 7

8 2.1.1 Dividen Tunai Dividen tunai merupakan salah satu jenis dari pembagian dividen oleh perusahaan. Metode ini merupakan metode pembagian dividen yang paling umum dilakukan perusahaan. Dividen dibayarkan dalam bentuk tunai dan akan dikenai pajak. Pemegang saham akan diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham yang dimiliki. 2.1.2 Dividen Saham Dividen saham merupakan salah satu metode pembagian dividen. Dividen saham akan dibayarkan dalam bentuk tambahan dividen kepada investor. Dividen akan dihitung berdasarkan proporsi terhadap jumlah saham yang dimiliki. Sehingga pada akhirnya jumlah saham yang dimiliki seorang pemodal/investor akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut. 2.1.3 Script Dividend Dividen ini merupakan surat tanda kesediaan membayar sejumlah uang tertentu yang diberikan perusahaan kepada para pemegang saham sebagai dividen. Surat ini berbunga sampai dengan dibayarkannya uang tersebut kepada yang berhak. Script dividen seperti ini biasanya dibuat apabila pada waktu para pemegang saham mengambil keputusan tentang pembagian laba, dimana perusahaan belum mempunyai persediaan uang cash yang cukup untuk membayar dividen cash (Suadi, 1994: 231).

9 2.1.4 Property Dividend Dividen ini adalah yang diberikan kepada para pemegang saham dalam bentuk barang-barang (tidak berupa uang tunai ataupun saham perusahaan). Contoh dividen barang adalah dividen berupa persediaan atau saham yang merupakan investasi perusahaan pada perusahaan lain. Pembagian dividen berupa barang sudah barang tentu lebih sulit dibanding pembagian dividen uang. Perusahaan melakukannya karena uang tunai perusahaan tertanam dalam investasi saham perusahaan lain atau persediaan dan penjualan investasi atau persediaan terutama bila jumlahnya cukup banyak akan menyebabkan harga jual investasi ataupun persediaan turun, sehingga merugikan perusahaan dan pemegang saham sendiri (Suadi, 1994 : 233). 2.1.5 Liquidating Dividend Dividen ini dibayarkan kepada para pemegang saham, dimana sebagian dari jumlah tersebut dimaksudkan sebagai pembayaran bagian laba sedangkan sebagian lagi dimaksudkan sebagai pengembalian modal yang ditanamkan (diinvestasikan) oleh para pemegang saham ke dalam perusahaan tersebut (Munandar, 1983: 314). Dari berbagai jenis dividen yang telah dipaparkan di atas sebelumnya, jenis dividen yang akan dipakai dalam penelitian ini yaitu dividen tunai. Hal ini karena dalam prakteknya dividen tunai merupakan jenis dividen yang paling

10 sering dan umumnya dibagikan dibanding jenis dividen lainnyayang dibagikan kepada pemegang sahamnya. 2.2 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan atau agency theory menggambarkan model hubungan antara principal (pemilik) dan agent (manajemen) atau yang disebut dengan hubungan keagenan. Jensen and Meckling (1976) menjelaskan bahwa hubungan agensi tejadi ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agent. Masalah keagenan timbul karena adanya perbedaan informasi yang dimiliki oleh manajer sebagai agen dan pemegang saham sebagai principal. Manajer sering kali memiliki lebih banyak informasi tentang kondisi dan kinerja perusahaan dari pada manajer. Ketidakseimbangan informasi antara manajer dan pemegang saham ini disebut sebagai asimetri informasi. Asimetri informasi ini dapat membuat manajer mungkin tidak selalu bertindak demi kepentingan investor. Salah satu tindakan yang dimaksud adalah ketika manajer menggunakan free cash flow yang ada untuk menguntungkan dirinya sendiri. Pengertian free cash flow akan dibahas setelah bagian ini. 2.2.1 Free Cash Flow Dalam prakteknya terdapat perbedaan atau variasi dalam perhitungan free cash flow. Pengguna laporan keuangan yang berbeda mungkin akan memiliki

11 perbedaan perhitungan satu dengan yang lain. Menurut Weygandt et al. (2011:616), free cash flow merupakan kas yang tersisa dari operasi perusahaan setelah disesuaikan dengan capital expenditures dan juga dividen. Sedangkan menurut Ross et.al. (2000:32), free cash flow merupakan total arus kas kepada kreditor dan kepada pemegang saham yang terdiri dari: arus kas operasi, capital spending, dan juga perubahan pada net working capital. Free cash flow merupakan kas bebas perusahaan yang dapat didistribusikan kepada kreditor dan pemegang saham karena tidak dibutuhkan untuk working capital atau untuk investasi pada aset tetap. Dalam penelitian ini pengertian free cash flow yang dipakai yaitu pengertian menurut Ross et al. (2000:32). Hal ini karena dalam perhitungannya dividen kas tidak dimasukkan dalam elemen free cash flow. Sedangkan menurut Weygandt et al (2011:616), pembayaran dividen dimasukkan ke dalam elemen free cash flow sehingga menjadi tidak relevan jika dipakai dalam penelitian ini. FCF menggambarkan kas yang bebas yaitu kas yang dapat didistribusikan kepada investor setelah dilakukannya beberapa reinvestment yang diperlukan (Keen,2011). Free Cash Flow dipakai oleh manajer untuk menentukan seberapa banyak kas yang dapat dihasilkan oleh perusahaan setelah mempertahankan kapasitas produktif saat ini. Manajemen dapat menggunakan FCF untuk menentukan jumlah kas yang akan dipakai untuk pelebaran perusahaan, pembayaran utang, pengumuman dividen, pembelian kembali saham, dan tujuan lainnya. (Bruwer dan Hamman,2012).

12 Free cash flow dapat menjadi salah satu penyebab konflik keagenan ketika manajer tidak menggunakan kas tersebut semestinya. Salah satu contohnya adalah ketika manajer menggunakan free cash flow untuk investasi pada proyekproyek yang menghasilkan NPV sebesar nol ataupun negatif. Hal ini yang disebut dengan free cash flow agency problem. Free cash flow agency problem akan dibahas setelah bagian ini. 2.2.2 Free Cash Flow Agency Problem FCF dapat menyebabkan konflik potensial di antara manajer dan pemegang saham. Pemegang saham cenderung menginginkan FCF dibayar sebagai dividen sedangkan manajer cenderung menginginkan untuk menginvestasikan uang kas tersebut untuk meningkatkan kekuatan dan kekuasaan. Jensen (1986) mengatakan manajer menginvestasikan FCF pada proyek karena memiliki insentif untuk membuat perusahaan bertumbuh. Dengan perusahaan bertumbuh maka sumber daya yang berada di bawah kekuasaan manajer semakin meningkat Akan tetapi ketika FCF dibarengi dengan peluang pertumbuhan yang rendah maka muncullah FCF agency problem. Investasi yang dilakukan oleh manajer dalam pertumbuhan yang rendah akan memberikan hasil return yang minimal ataupun negatif. Seharusnya ketika tidak terdapat berbagai peluang pertumbuhan yang ada, manajer perlu menggunakan free cash flow yang ada untuk dibagikan sebagai dividen. Hal ini karena manajer memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan nilai para pemegang saham yaitu salah satunya lewat pembagian dividen. Dalam

13 pembagian dividen itu sendiri terdapat beberapa teori yang melandasi kebijakan dividen di dalam sebuah perusahaan. Teori kebijakan dividen akan dibahas setelah bagian ini. 2.3 Teori Kebijakan Dividen Teori Kebijakan dividen merupakan suatu keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan di bagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang. Terdapat beberapa teori yang sering diungkap dalam dunia keuangan modern saat ini. Pada kenyataannya sampai saat ini sudah masih muncul teori-teori baru, walaupun masih dalam tahap awal pengembangan model (Gumanti, 2013:41). 2.3.1 Teori Burung di Tangan Menurut Gordon (1959) aliran dividen di masa mendatang akan didiskonto pada tingkat yang lebih rendah daripada keuntungan modal yang diharapkan. Di dalam modelnya, saham perusahaan akan dihargai lebih tinggi jika dividen yang diharapkan lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang dividennya lebih rendah. Teori ini mendukung adanya kepercayaan bahwa investor lebih menyukai dividen daripada capital gain. Oleh sebab itu perusahaan dapat menaikkan atau mendukung nilai perusahaan lewat harga sahamnya dengan memilih kebijakan dividen yang menarik.

14 Dukungan empiris terhadap hipotesis burung di tangan sebagai penjelas atas mengapa perusahaan membayar dividen secara umum sangat terbatas. Argumentasi teori juga ditantang oleh Miller dan Modigliani (1961) yang berpendapat investor tidak membedakan secara tegas antara dividen dan capital gain. Hipotesis Litzenberger dan Ramaswamy (1979) bahkan mengembangkan suatu temuan berlawanan. Dalam hal ini dinyatakan bahwa investor berada dalam posisi tidak menguntungkan jika menerima dividen yang disebabkan oleh adanya pengenaan pajak. 2.3.2 Teori Sinyal Dividen Suatu perusahaan umumnya berbeda satu dengan yang lain dari segi kualitas. Contohnya suatu perusahaan memiliki peluang investasi yang lebih baik dibanding perusahaan lain. Contoh lainnya yaitu adanya suatu perusahaan yang sedang melakukan penelitian dan pengembangan akan suatu paten yang sangat menguntungkan. Informasi tentang penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh perusahaan tersebut tentu sangat penting dan berguna bagi investor. Namun pengungkapan (disclosure) akan detail tersebut mungkin saja dapat membuat rahasia penting perusahaan terbongkar. Ataupun ketika diungkapkan, manajer mungkin saja tidak dipercaya oleh pasar yang bersikap skeptis. Oleh sebab itu manajer perlu mencari cara yang tepat dalam memberikan informasi / sinyal tanpa menimbulkan biaya yang berlebihan. Sinyal adalah tindakan yang dilakukan oleh manajer tingkat atas yang mana hal ini tidak akan rasional ketika manajer tersebut adalah manajer tingkat bawah.

15 (Scott,1997:423). Sangat penting bahwa sebuah informasi/sinyal diberikan oleh manajer tingkat atas agar informasi menjadi tampak kredibel. Teori sinyal secara umum dikembangkan dengan anggapan bahwa orang di dalam perusahaan lebih terinformasi tentang kinerja perusahaan saat ini dan prospek masa depannya daripada pihak luar. Teori ini mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi.beberapa contoh dari sinyal perusahaan yaitu seperti struktur modal, kebijakan dividen, kebijakan akuntansi perusahaan, dan bentuk pengungkapan sukarela. Salah satu contoh dari teori sinyal adalah teori sinyal dividen. Teori ini menyatakan bahwa di dalam pembagian dividen, manajer berusaha memberikan adanya suatu sinyal informasi. Oleh sebab itu pasar menganggap dividen sebagai sinyal tentang pandangan manajemen berkenaan dengan prospek masa depan perusahaan dan karenanya harga saham akan bereaksi mengikuti arah sinyal yang ada. (Gumanti, 2013:129). Contohnya ketika manajer mengumumkan adanya peningkatan dividen maka pasar akan menganggap bahwa manajer berusaha memberikan informasi akan adanya ramalan perubahan profitabilitas yang meningkat pula ke depannya sehingga harga saham perusahaan akan ikut naik. Sebaliknya penurunan dividen akan diikuti dengan penurunan harga saham karena diyakani perusahaan akan menghadapi keadaan yang sulit ke depannya.

16 Namun dari berbagai penelitian, teori ini ternyata tidak dapat dibuktikan secara empiris. Benartzi et al. (1997) menggunakan sampel perusahaan di NYSE dan AMEX untuk meneliti hubungan antara laba masa depan perusahaan dan perubahan dividen. Mereka tidak menemukan dukungan terhadap prediksi perubahan laba mendatang. Perubahanan dividen tersebut ternyata berhubungan dengan perubahan laba tahun sebelumnya. Begitu juga dengan DeAngelo et al (1996) juga tidak menemukan bukti bahwa dividen mengandung informasi atas laba mendatang. Kemudian dari survey yang dilakukan oleh Brav et al. (2005) terhadap CFO, ditemukan bahwa hanya sedikit manajer yang menggunakan motivasi signaling sebagai dasar pertimbangan yang penting yang mempengaruhi keputusan dividen yang dilakukan. 2.3.3 Teori Aliran Kas Bebas Di dalam teori ini, isu hipotesis biaya keagenan dipakai sebagai dasar kebijakan dividen yang digunakan perusahaan. Teori ini menjelaskan bahwa perusahaan membagikan dividen untuk mengurangi benturan kepentingan antara agent dan principal. Hal ini karena dividen mengurangi kas yang ada di dalam kendali manajemen, dan karenanya dapat mengurangi peluang kemungkinan bahwa manajemen akan menggunakan dana tersebut untuk kepentingan pribadinya. Grullon et al. (2002) melakukan penelitian mengenai dividen sebagai tanda dari maturitas sebuah perusahaan. Dalam penelitian tersebut ditemukan dukungan akan hipotesis free cash flow. Perusahaan dengan dividen yang

17 meningkat cenderung merupakan perusahaan dengan kesempatan investasi yang rendah sehingga perusahaan tersebut memiliki free cash flow yang tinggi untuk dibagikan sebagai dividen. Hal ini karena peningkatan dividen merupakan bagian dari life cycle sebuah perusahaan. Perusahaan yang menuju pada tahap dewasa akan menghadapi fase pertumbuhan yang semakin rendah. Semakin dewasa sebuah perusahaan maka investment opportunity set semakin kecil sehingga tingkat reinvestasi perusahaan juga akan semakin menurun. Pada akhirnya tingkat reinvestasi yang rendah akan menyisakan kelebihan kas yang tinggi di dalam perusahaan sehingga hal ini perlu dibayarkan sebagai dividen. DeAngelo et al. (2006) juga menemukan hal yang sama. Penelitiannya mengungkapkan bahwa perusahaan dengan laba ditahan yang tinggi secara proporsional terhadap total ekuitas (RE/TE) cenderung membayar dividen yang tinggi. Hal ini konsisten dengan teori life cyle, perusahaan dengan RE/TE yang tinggi menunjukkan perusahaan yang telah dewasa sehingga pada akhirnya mempengaruhi kecukupan kas untuk membayar dividen. Denis dan Osobov (2008) melakukan penelitian mengenai pembayaran dividen di 6 negara maju. Pada penelitiannya dikatakan bahwa pendistribusian free cash flow merupakan determinan utama dari kebijakan dividen perusahaan. DeAngelo et al. (2009) menemukan bahwa sebuah kerangka asimetri informasi yang sederhana memiliki peran yang sangat penting dalam menjelaskan kebijakan dividen perusahaan (waktu dan jumlah pembagian

18 dividen) dalam membagikan freecashflow sebagai dividen untuk memaksimalkan kesejahteraan investor. Teori life cycle memiliki hubungan yang dekat dengan free cash flow. Hal ini karena perusahaan yang berada pada tahap maturitas cenderung memiliki peluang pertumbuhan yang rendah dan memiliki free cash flow yang tinggi. Ketika terdapat free cash flow yang tinggi,perusahaan perlu untuk membagikannya sebagai dividen karena adanya agency costyang tinggi yang melekat ketika free cash flow tidak dibagikan sebagai dividen. Dari beberapa teori sebelumnya yang telah dijelaskan di atas, Penulis menggunakan landasan teori aliran kas bebas untuk menjelaskan kebijakan perusahaan dalam membagikan dividen kepada pemegang saham di dalam penelitian ini. Hal ini karena teori aliran kas bebas lebih banyak ditunjang oleh berbagai bukti-bukti empiris lainnya yang membuat teori ini lebih kokoh. 2.4 Penelitian Terdahulu No Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil 1. Talat Ownership Structure Variabel 1.)Struktur Afzadan and Cash Flow. independen: struktur kepemilikan,,cash Hammad Determinants of kepemilikan,operati flow sensitivity, Hassan Corporate Dividend ng cash flow, cash size, dan leverage Mirza Policy in Pakistan flow sensitivity berpengaruh (2010) negatif terhadap Variabel dividend payout dependen: dividend ratio payout ratio, dividend intensity 2.)operating cash flow dan Variabel profitability

19 No Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil kontrol: size,leverage,profita bility 2. Dini Rosdini (2009) 3. Made Pratiwi Dewi (2011) I Pengaruh Free Cash Flow Terhadap Dividend Policy Pengaruh Struktur Modal Dan Struktur Kepemilikan Terhadap Free Cash Flow Dan Kebijakan Dividen Pada Perusahaan- Perusahaan Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia Variabel independen: Free cash flow per total asset Variable dependen: Dividend payout ratio Variabel independen: Struktur Modal, Struktur Kepemilikan, Free Cash Flow Variable dependen: Free Flow, Dividend payout ratio Cash berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio,. 1.)Free cash flow berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio 1) Struktur Modal berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap Free Cash Flow; 2)Struktur Kepemilikan berpengaruh negatif signifikan terhadap Free Cash Flow; 3) Struktur Modal berpengaruh negatif signifikan terhadap Kebijakan Dividen; 4)Struktur Kepemilikan berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap Kebijakan Dividen; 5) Free Cash Flow berpengaruh positif signifikan terhadap Kebijakan Dividen. 4. Salvatore Pengaruh Variabel 1.) ROA memiliki

20 No Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil Wika Profitabilitas, Free Independen: pengaruh positif Lingga Cash Flow, Free Cash terhadap DPR. Pradana Dan Investment Flow,Return On dan Opportunity Set Asset, dan 2.) FCF, IOS, dan I Putu Terhadap Dividend Investment Size memiliki Sugiartha Payout Ratio (Studi Opportunity Set pengaruh negatif Sanjaya Empiris Pada terhadap DPR. (2014) Perusahaan Perbankan Yang Variabel Terdaftar Di BEI) dependen: Dividend payout ratio Variable kontrol: Size 2.5 Pengembangan Hipotesis 2.5.1 Pengaruh Free Cash Flow Terhadap Dividend Payout Ratio Manajer sebagai agent perusahaan memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan kemakmuran pemegang saham sebagai principal. Namun sayangnya manajer tidak selalu bertindak demi kepentingan pemegang saham. Hal ini karena manajer memiliki informasi yang lebih dalam mengenai perusahaan dibanding pemegang saham sehingga terciptalah asimetri informasi. Asimetri informasi merupakan kondisi dimana terdapat ketidakseimbangan perolehan informasi antara pihak manajemen sebagai penyedia informasi dengan pihak pemegang saham dan stakeholders pada umumnya sebagai pengguna informasi (Ujiyantho, 2006). Informasi ini memicu tindakan-tindakan manajer untuk menguntungkan dirinya sendiri sehingga memunculkan agency problem.

21 Jensen and Meckling (1976) menjelaskan bahwa hubungan agensi tejadi ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agent. Kemudian agency problem timbul karena adanya perbedaan informasi dan kepentingan yang dimiliki oleh manajer sebagai agen dan pemegang saham sebagai principal. Jensen (1986) mengatakan bahwa manajer cenderung menginvestasikan free cash flow yang ada pada proyekproyek baru karena mereka memiliki insentif untuk meningkatkan ukuran perusahaan bahkan ketika sebuah proyek menghasilkan net present value yang negatif. Hal ini karena dengan meningkatnya jumlah sumber daya yang berada di bawah kontrol semakin tinggi pula kekuatan manajer. Chung et al (2005) mengatakan bahwa tindakan semacam ini merupakan bentuk dari gratifikasi diri oleh manajer untuk mendapatkan keuntungan bagi dirinya sendiri. Situasi seperti ini akan meningkatkan agency problem. Oleh sebab itu untuk mengurangi benturangan kepentingan akibat dari agency problem dibutuhkan sebuah alat. Menurut penelitian-penelitian sebelumnya (Sartono,2001; La Porta et al, 2000; Easterbrook,1984), dividen tunai dapat dipakai untuk mengurangi masalah keagenan antara manajer dan pemegang saham. Hal ini karena dengan pembagian dividen maka jumlah free cash flow yang berada di bawah kontrol manajer akan berkurang. Akibatnya manajer tidak bisa lagi menggunakannya untuk melakukan investasi berlebih ataupun kegiatan gratifikasi diri lainnya yang akan merugikan pemegang saham. Sehingga dapat diasumsikan bahwa ketika free cash flow sebuah perusahaan

22 tinggi maka dividen yang dibagikan akan tinggi pula demi mengurangi agency problem yang ada di dalam sebuah perusahaan. Hal ini juga dibuktikan dalam beberapa penelitian sebelumnya. Rosdini (2009) mengatakan bahwa FCF berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio. Kemudian pada penelitian Dewi (2011) yang meneliti tentang struktur modal, struktur kepemilikan, dan free cash flowjuga membuktikan bahwa FCF berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen.denis dan Osobov (2008) melakukan penelitian mengenai pembayaran dividen di 6 negara maju. Pada penelitiannya dikatakan bahwa pendistribusian free cash flow merupakan determinan utama dari kebijakan dividen perusahaan. Selain itu Grullon et al. (2002) melakukan penelitian mengenai dividen sebagai tanda dari maturitas sebuah perusahaan. Perusahaan dengan dividen yang meningkat cenderung merupakan perusahaan dengan kesempatan investasi yang rendah sehingga perusahaan tersebut memiliki free cash flow yang tinggi untuk dibagikan sebagai dividen. Perusahaan yang menuju pada tahap dewasa akan menghadapi fase pertumbuhan yang semakin rendah. Semakin dewasa sebuah perusahaan maka investment opportunity set semakin kecil sehingga tingkat reinvestasi perusahaan juga akan semakin menurun. Pada akhirnya tingkat reinvestasi yang rendah akan menyisakan kelebihan kas yang tinggi di dalam perusahaan sehingga hal ini perlu dibayarkan sebagai dividen. DeAngelo et al. (2006) juga menemukan bahwa salah satu tanda dari maturitas sebuah perusahaan adalah perusahaan dengan laba ditahan dibandingkan dengan total ekuitas (RE/TE) yang tinggi sehingga mempengaruhi kecukupan kas untuk

23 membayar dividen.dengan demikian, pengaruh free cash flow terhadap dividend payout ratio dapat dijabarkan dalam hipotesis sebagai berikut: Ha = Free cash flow berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio.