BAB I PENDAHULUAN. Allah menjadikan hubungan laki-laki dan perempuan tercakup dalam sebuah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dengan manusia diciptakan berpasangan antara laki-laki dengan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. semua mahluk, baik manusia, hewan maupun tumbuhan. Seperti firman Allah

BAB IV ANALISIS PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH. A. Analisis Pemikiran Pernikahan dalam Masa Iddah di Desa Sepulu Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah Swt. menciptakan manusia di bumi ini dengan dua jenis yang

BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI

BAB I PENDAHULUAN. semua makhluk Tuhan, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. 1

BAB I PENDAHULUAN. Islam di Indonesia, Jakarta, Departemen Agama, 2001, hlm. 14.

Prosiding Peradilan Agama ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. itu merupakan cara yang paling tepat untuk menyalurkan kebutuhan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMBIAYAAN MURA<BAH{AH DI BMT MADANI TAMAN SEPANJANG SIDOARJO

MAD{IAH ISTRI AKIBAT PERCERAIAN DI KELURAHAN SEMOLOWARU

Amir Syarifudin, Garis-Garis Besar FIQIH, (Jakarta:KENCANA. 2003), Hal-141. Totok Jumantoro, Kamus Ilmu Ushul Fiqih, (Jakarta: AMZAH.

BAB I PENDAHULUAN. adalah berhimpun atau wata, sedangkan menurut syara artinya adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan penciptaan manusia. Syariat Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam menyalurkan kebutuhan biologisnya. diliputi rasa kasih sayang antara sesama anggota keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia

BAB I PENDAHULUAN. menghimpit, menindih atau berkumpul, sedangkan arti kiasanya ialah watha

BAB I PENDAHULUAN. yang wajar dan dalam ajaran nabi, pernikahan ditradisikan menjadi sunnah beliau. dan Anas melihatnya, dan beliau bersabda:

BAB I PENDAHULUAN. ciptaan-nya, tidak terkecuali manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. 3 Sesuai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan adalah perilaku makhluk ciptaan Tuhan yang Maha Esa

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENDAPAT IBN TAIMIYAH TENTANG JUMLAH MASA IDDAH BAGI WANITA YANG KHULUK

ANALISIS PENDAPAT IMAM SYAFI I TENTANG MAHAR DENGAN SYARAT

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan dalam agama Islam mempunyai kedudukan yang sangat

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT

HUKUM MENIKAHI WANITA YANG SEDANG HAMIL (Bag-2)

BAB III METODE PENELITIAN. relevan dengan persoalan yang dihadapi. Artinya, data tersebut berkaitan,

BAB I PENDAHULUAN. menghilangkan nikah yang mengandung banyak kemashlahatan yang. dianjurkan, maka perceraian hukumnya makruh. 1

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan

BAB IV ANALISIS PENDAPAT MAZHAB H{ANAFI DAN MAZHAB SYAFI I TENTANG STATUS HUKUM ISTRI PASCA MULA> ANAH

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diucapkan sebagai bentuk perjanjian suami atas isterinya, diucapkan

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai ajarannya. Ajaran serta aturan-aturan yang telah di atur dalam Islam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan sunnah Rasul yang dilakukan oleh kaum muslim

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus

dengan amanat pasal 27 ayat 1 Undang-undang Nomor 14 tahun 1970 tentang Kekuasaan Kehakiman. Peraturan tersebut menyatakan bahwa

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. waris, dalam konteks hukum Islam, dibagi ke dalam tiga golongan yakni: 3

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PERNIKAHAN WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI KUA KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. hidup berpasang-pasangan, saling mengisi dan bekerjasama antara satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. perceraian. Selanjutnya persoalan yang terjadi di Indonesia telah diatur bahwa

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAHARUAN AKAD NIKAH SEBAGAI SYARAT RUJUK

BAB I PENDAHULUAN. sampai matinya salah seorang suami istri. Inilah sebenarnya yang dikehendaki

BAB IV PERAN BIMBINGAN ROHANI (BIMROH) DI KODAM V BRAWIJAYA SURABAYA DALAM MENGATASI PERMASALAHAN KELUARGA DITINJAU DARI PERSPEKTIF MAṢLAḤAH

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Umumnya bentuk atau cara perceraian karena talak,

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. mulia dibanding makhluk lainnya. Manusia memiliki fitrah untuk saling

TINJAUAN MAQASHID AL-SYARI AH SEBAGAI HIKMAH AL-TASYRI TERHADAP HUKUM WALI DALAM PERNIKAHAN

BAB IV HUKUM PERKAWINAN BAGI PENDERITA PENYAKIT IMPOTENSI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

SIAPAKAH MAHRAMMU? 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan lembaga yang melahirkan keluarga, tempat

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh keselamatan hidup dunia maupun akhirat. Dari keluarga yang. perkawinan yang sesuai dengan ketentuan agama dan peraturan

5 Oktober 2011 AAEI ITB K-07

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, perkawinan merupakan kehidupan yang berpijak pada rasa

BAB IV. PERSPEKTIF IMAM SYAFI'I TERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA GRESIK TENTANG CERAI GUGAT KARENA SUAMI MAFQU>D NO: 0036/PDT. G/2008/PA Gs.

BAB IV ANALISIS TENTANG TRANSAKSI REKAYASA PAJAK PADA TRANSFER PRICING

س ب ح ن ٱل ذ ي خ ل ق ٱلا ز و ج ك ل ھ ا م ما ت ن ب ت ٱلا ر ض و م ن أ نف س ھ م و م ما لا ی ع ل م ون ٣٦ BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM ABU HANIFAH TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA. A. Analisis Pendapat Imam Abu Hanifah tentang Kewarisan Kakek

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 17 Tahun 2013 Tentang BERISTRI LEBIH DARI EMPAT DALAM WAKTU BERSAMAAN

BABI PENDAHULUAN. iman.puasa adalah suatu sendi (rukun) dari sendi-sendi Islam. Puasa di fardhukan

BAB I PENDAHULUAN. keturunan yang dilangsungkan menurut ketentuan-ketentuan syariat. bahagia yang penuh ketenangan hidup dan rasa kasih sayang 2.

BAB I PENDAHULUAN. merugikan ( pure risk), seperti resiko bisnis, resiko kecelakaan, dan resiko sakit.

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah

BAB I PENDAHULUAN. ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG THALAK PAKSAAN

PAKET FIQIH RAMADHAN (ZAKAT FITRAH)

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERTIMBANGAN HAKIM MENGABULKAN CERAI GUGAT DENGAN SEBAB PENGURANGAN NAFKAH TERHADAP ISTERI

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-nya, baik pada manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Perkawinan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTRI. A. Pengertian Umum Tentang Hak dan Kewajiban Suami Istri

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan adalah suatu perjanjian perikatan antara laki-laki dan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TAMBAHAN HARGA DARI HARGA NORMAL YANG DIMINTA TUKANG BANGUNAN DALAM PRAKTEK JUAL BELI BAHAN BANGUNAN

Kaidah Fiqh BERSUCI MENGGUNAKAN TAYAMMUM SEPERTI BERSUCI MENGGUNAKAN AIR. Publication in CHM: 1436 H_2015 M

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG IMPLIKASI TEKNOLOGI USG TERHADAP IDDAH

Bolehkah melaksanakan perkawinan seorang perempuan dengan seorang laki laki yang bapak keduanya saudara sekandung, yaitu seayah dan seibu?

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sunnah, dan ijma', demi menggantikan perpecahan dengan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang peranan Peradilan Agama dalam

KEDUDUKAN SAKSI WANITA DALAM PERKAWINAN MENURUT MAZHAB HANAFI SKRIPSI

Pendapat Ulama Hanafiyah dan Ulama Syafi iyah Tentang Penarikan Kembali Harta yang Sudah Dihibahkan (Studi Komparatif)

KAIDAH FIQH. "Mengamalkan dua dalil sekaligus lebih utama daripada meninggalkan salah satunya selama masih memungkinkan" Publication: 1436 H_2015 M

BAB I PENDAHULUAN. manusia, karena perkawinan itu pula menjadikan seorang laki-laki dengan seorang

BABA V PENUTUP A. KESIMPULAN. Dari beberapa penjelasan yang diuraikan di muka terhadap

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERSEPSI NASABAH TENTANG APLIKASI MURA<BAH}AH DI BMS FAKULTAS SYARIAH

AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP. ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora)

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perkawinan sebagaimana yang diisyaratkan oleh Al-Quran dan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PERNIKAHAN WANITA HAMIL OLEH SELAIN YANG MENGHAMILI. Karangdinoyo Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KEBOLEHAN PENDAFTARAN PENCATATAN PERKAWINAN PADA MASA IDDAH

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan dengan potensi hidup berpasang-pasangan, di mana

BAB IV ANALISIS PENDAPAT HUKUM TENTANG IDDAH WANITA KEGUGURAN DALAM KITAB MUGHNI AL-MUHTAJ

Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK DAN IMAM SYAFI I TENTANG TATA CARA RUJUK SERTA RELEVANSINYA TERHADAP PERATURAN MENTERI AGAMA NO.

HUKUM DAN HIKMAH KHITAN WANITA MENURUT HUKUM ISLAM H.AKMAL ABDUL MUNIR LC.MA

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu persoalan berada pada tangan beliau. 2. Rasulullah, penggunaan ijtihad menjadi solusi dalam rangka mencari

BAB I PENDAHULUAN. Manusia ditakdirkan sebagai makhluk yang berpasangan, laki-laki dan

BAB IV ANALISIS PENDAPAT MADZHAB SYIAH IMAMIYYAH TENTANG DUA ORANG SAKSI SEBAGAI SYARAT SAH JATUHNYA TALAK

Wa ba'du: penetapan awal bulan Ramadhan adalah dengan melihat hilal menurut semua ulama, berdasarkan sabda Nabi r:

BAB I PENDAHULUAN. mengatur seluruh bagian kehidupan manusia, baik dengan Allah maupun

BAB I PENDAHULUAN. Ibadah haji merupakan syari at yang ditetapkan oleh Allah kepada. Nabi Ibrahim. Dan hal ini juga diwajibkan kepada umat Islam untuk

BAB I PENDAHULUAN. kemudian rujuk kembali pada saat iddah istrinya hampir habis, kemudian

MENGENAL PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Oleh: Marzuki

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berpasang-pasangan merupakan salah satu sunnatullah atas seluruh ciptaan-nya, tidak terkecuali manusia, hewan dan tumbuhan. Berpasangpasangan merupakan pola hidup yang ditetapkan oleh Allah swt bagi umat- Nya sebagai sarana memperbanyak keturunan dan mempertahankan hidup 1. Allah swt telah menetapkan suatu aturan yang sesuai dengan fitrah manusia, supaya terjaga harga diri dan kehormatan manusia. Oleh karena itu, Allah menjadikan hubungan laki-laki dan perempuan tercakup dalam sebuah ikatan sakral pernikahan yang terjalin berdasarkan ridha keduanya 2. Tujuan dari pernikahan yang dikehendaki oleh Islam adalah untuk membangun keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah. Sebagai umat Islam berkewajiban untuk mewujudkan rumah tangga sejahtera bahagia menurut tuntutan Islam, yakni rumah tangga yang menjadi laksana surga bagi penghuninya dengan diliputi rasa bahagia, tentram, rukun dan damai 3. Tetapi tidak tertutup kemungkinan antara suami dan istri terjadi konflik. Apabila konflik tidak dapat diselesaikan dan keutuhan rumah tangga 1 SayyidSabiq, Fiqhu al-sunnah, (Beirut-Libanon: Dar al-fikr, 1992), Jilid 2, h.5. 2 Ibid. 3 Ali Akbar, MerawatCintaKasih, (Jakarta :PustakaAntara, 2000), h.12.

tidak dapat dipertahankan, maka Islam memberikan jalan keluar terakhir, yaitu perceraian 4. Meskipun perceraian diperbolehkan, tetapi disisi lain perceraian merupakan perbuatan yang dibenci oleh Allah SWT, sebagaimana dalam hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud. حدثنا كثربن عبید اخبرنا محمد بن خلید عن معرف بن واصیل عن محارب بن دثار عن ابن عمر عن النبي صل الله علیھ وسلم قال : ا ب غ ض ا لح لا ل ا لى الله ال ط لا ق. (رواه ابو 5 داوود) Artinya: Telah menceritakan kepada kami Katsir bin Ubaid, telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Khalid dari Ma ruf bin Washil dari Muharib bin Disar dari Ibnu Umar dari Nabi Saw bersabda : Perkara yang halal yang paling dibenci oleh Allah adalah perceraian. (Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud). Walaupun perceraian itu pada prinsipnya tidak dikehendaki bahkan dibenci, dalam kehidupan rumah tangga hal itu merupakan jalan keluar yang terakhir 6. Namun salah satu konsekwensi hukum yang timbul dari perceraian atau thalakitu adalah berlakunya masa iddah bagi wanita yang dithalak tersebut. Istri yang dithalak oleh suami harus melaksanakan iddah, baik thalak melalui perceraian maupun thalak yang ditinggal mati suaminya. Iddah berarti masa menanti yang diwajibkan atas wanita yang diceraikan suaminya, baik karena cerai hidup maupun cerai mati. Dan iddahini 1987), h. 157. 4 Kamal Muchtar, Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan (Jakarta: BulanBintang, 5 Abu Dawud, Sunan Abu Dawud, (Kairo-Dar al-bayan littarats, 1988),Juz.3.,h.571. 6 Hassan Saleh, Kajian Fiqh Nabawi & Fiqh Kontemporer, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2008), h.320.

bisa dengan cara menunggu kelahiran anak yang dikandung, atau melalui quru atau menurut hitungan bulan 7. Mengenai kewajiban iddah bagi seorang wanita yang telah dicerai suaminya, telah dijelaskan di dalam al-qur an, sunnah, dan ijma para ulama 8. Diantara dasar mengenai kewajiban iddah adalah berdasarkan firman Allah didalam al-qur an, yaiu: Artinya: Wanita-wanita yang dithalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru' (Al-Baqarah[2]:228). Dapat dipahami dari ayat ini, bahwaiddah bagi wanita yang dithalak suaminya, yang juga telah digauli dan tidak dalam keadaan hamil, bahwa iddahnya adalah tiga kali quru 9, tidak ada perbedaan baik itu thalak satu, thalak dua, ataupun thalak tiga 10. Ulama mazhab yang empat dan Ibn Hazm juga sepakat berpendapat bahwa iddah istri yang telah di thalak tiga tersebut iddahnya tiga kali quru 11. Hanya saja ulama berbeda pendapat dalam memahami makna quru. Sementara itu, Ibnu Taimiyyah berpendapat lain didalam kitabnya Fatawa al-kubra, yaitu: 7 Hasan Ayyub, Fiqh Keluarga, (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2006), h.353. 8 Ibn Qudamah, al-mughni, (Beirut-Lebanon : Dar al-fikr), Jilid 9.h.77. 9 Mazhab Hanafi dan Hambali berpendapat, yang dimaksud quru adalah haid, karena haid dikenal untuk membersihkan rahim. Ini adalah yang dituju oleh iddah, yang menunjukkan kebersihan rahim adalah haid bukannya suci. Sedangkan mazhab Maliki dan Syafi i berpendapat bahwa yang dimaksud dengan quru adalah suci. Lihat: Wahbah az-zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu, (Jakarta : Gema Insani, 2011) h.539. 10 Ahmad Muwafi, Masail Fiqhiyyah Min Ikhtiyarati Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah, (t.t. Mahfazhatu Linnasyir, 2007) cet.i. h.21. 11 Ibid.

12 والمطلقةثلاث تطلیقات عدتھا حیضة واحدة. Artinya: Dan perempuan yang dithalak tiga, iddahnya adalahsatu kali haid. Jadi, pendapat Ibn Taimiyyah mengenai wanita yang dithalak tiga tersebut tampak berbeda dengan apa yang telah ditetapkan ketentuannya didalam al-qur an yaitu iddah nya tiga kali quru dan juga berbeda dengan apa yang telah disepakati oleh jumhur ulama. Berdasarkan latar belakang diatas, telah nampak bahwa pendapat yang dikemukakan oleh Ibn Taimiyyah tersebut berbeda dengan apa yang telah disepakati oleh jumhur ulama. Karena itulah dilakukan penelitian ini dengan judul STUDI TERHADAP PENDAPAT IBN TAIMIYYAH TENTANG MASA IDDAH WANITA YANG TELAH DI TALAK TIGA. B. Batasan Masalah Supaya penelitian ini lebih terarah dan tidak menyimpang dari topik yang dipersoalkan, maka pembahasan dalam penelitian ini akan difokuskan kepada analisis pendapat Ibn Taimiyyah tentang masa iddah wanita yang telah dithalak tiga, selain dari pada itu tidak akan dibahas. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dipahami bahwa pokok permasalahan penelitian ini adalah analisis terhadap pendapat Ibn Taimiyyah tentang masa iddah wanita yang telah dithalak tiga. Karena luasnya h.512. 12 Ibn Taimiyyah, Fatawa al-kubra,(beirut-libanon : Dar al-kutub, 1987), Jilid 5, cet.i,

pembahasan tersebut maka perlu ditentukan sub masalah dalam penelitian ini, yaitu : 1. Bagaimana pendapat Ibn Taimiyyah tentang masa iddah wanita yang telah dithalak tiga? 2. Bagaimana metode istinbath hukum Ibn Taimiyyah dalam masalah iddah wanita yang dithalak tiga? 3. Bagaimana analisa terhadap pendapat Ibn Taimiyyah dalam masalah iddah wanita yang dithalak tiga? D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui bagaimana pendapat Ibn Taimiyyah tentang masa iddah wanita yang telah dithalak tiga. b. Untuk mengetahui metode istinbath hukum Ibn Taimiyyah dalam masalah iddah wanita yang dithalak tiga. c. Untuk mengetahui analisa terhadap pendapat Ibn Taimiyyah tentang masa iddah wanita yang telah dithalak tiga. 2. Kegunaan penelitian adalah: a. Untuk mendapatkan pengetahuan mengenai pendapat Ibn Taimiyyah tentang masa iddah wanita yang telah dithalak tiga. b. Untuk mendapatkan metode istinbath hukum Ibn Taimiyyah dalam masalah iddah wanita yang dithalak tiga. c. Untuk mendapatkan analisa terhadap pendapat Ibn Taimiyyah tentang masa iddah wanita yang telah dithalak tiga. E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian kepustakaan ( library research), yaitu suatu penelitian yang berusaha menggali teori-teori yang telah berkembang dalam bidang ilmu yang berkaitan dengan suatu masalah, mencari metode-metode, serta teknik penelitian baik dalam mengumpulkan data atau menganalisis penelitian yang telah digunakan oleh peneliti terdahulu, memperoleh orientasi yang lebih luas dalam permasalahan yang dipilih serta menghindarkan terjadinya duplikasi yang tidak diinginkan dengan mengarah pada pengembangan konsep dan fakta yang ada 13. 2. Sumber Data Adapun sumber data dalam penelitian pustaka adalah sumber data sekunder, dan dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu : a. Sumber data primer, yaitu data yang diperoleh dari sumber-sumber asli yang memuat data-data atau informasi tersebut. Data primer ini diperoleh dari buku Fatawa al-kubradan Majmu al-fatawakarya Ibn Taimiyyah. b. Sumber data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber yang lain yang telah dipublikasikan dalam hal ini buku-buku seperti Fiqhual- Sunnah karya Sayyid Sabiq, Fiqhu al-islam Wa Adillatuhu karya Wahbah al-zuhaili,al-mughni karya Ibn Qudamah, dan sumber lain serta kitab dan buku lainnya yang berkaitan dengan masalah iddah perempuan. 13 Moh. Nasir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), h. 111

3. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan 14. Untuk teknik pengumpulan data dalam jenis penelitian pustaka, langkah-langkah yang harus dilakukan pertama oleh peneliti adalah: a. Mencari dan menemukan data-data yang berkaitan dengan pokok permasalahan. b. Membaca dan meneliti data-data yang didapat untuk memperoleh data yang lengkap sekaligus terjamin. c. Mencatat data secara sistematis dan konsisten. Pencatatan yang teliti begitu diperlukan karena manusia mempunyai ingatan yang sangat terbatas. 4. Metode Analisis Data Adapun metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode content analysis (analisis isi) yaitu metode yang digunakan untuk mengidentifikasi, mempelajari dan kemudian melakukan analisis terhadap apa yang di selidiki 15. h. 49. 14 Ibid., 15 Noeng Muhajir, Metode Penelitian Kualitatif, (yogyakarta : Rake Sarasin, 1991) Cet.I,

F. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan dan penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan. BAB II BIOGRAFI IBN TAIMIYYAH Bab ini berisi riwayat hidup Ibn Taimiyyah, pendidikan dan karir Ibnu Taimiyyah, guru-guru dan murid-murid Ibn Taimiyyah,karyakarya Ibn Taimiyyah. BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG MASA IDDAH WANITA YANG DITHALAK TIGA Bab ini berisi tentang pengertianiddah, dasar hukum, dan macammacam iddah, serta yang berkaitan dengan thalak. BAB IV PENDAPAT IBN TAIMIYYAH TENTANG IDDAH WANITA YANG DITHALAK TIGA Bab ini berisi pendapat Ibn Taimiyyah tentang masa iddah wanita yang telah dithalak tiga,metode istinbath hukum Ibn Taimiyyah dalam masalah iddah wanita yang dithalak tiga, dan Analisa terhadap pendapat Ibn Taimiyyah tentang iddah wanita yang dithalak tiga, BAB V KESIMPULANDAN SARAN.