BAB I PENDAHULUAN. Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir,

dokumen-dokumen yang mirip
PERSEPSI MASYARAKAT DESA WAIHURA MENGENAI UPACARA ADAT PASOLA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial juga makhluk budaya. Sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Setiap manusia hidup dalam suatu lingkaran sosial budaya tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada konteks dan situasi. Untuk memahami makna dari

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, kebudayaan pada umumnya tumbuh dan

BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP. landasan untuk masuk dalam bagian pembahasan yang disajikan dalam Bab IV.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap lingkungan budaya senantiasa memberlakukan nilai-nilai sosial budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah mahkluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. seperti marsombuh sihol dan rondang bittang serta bahasa (Jonris Purba,

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan Fenomena kebudayaan selalu hadir dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya dilindungi oleh Undang-undang Dasar Dalam penjelasan Undangundang

Bab I PENDAHULUAN. sesamanya. Hubungan sosial di antara manusia membentuk suatu pola kehidupan tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

MATERI 6 BENTUK DAN FUNGSI LEMBAGA SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

BAB IV TINJAUAN KRITIS. budaya menjadi identitasnya. Apabila manusia dicabut dari budayanya, ia bukan lagi orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan masyarakat setiap suku. Kebudayaan sebagai warisan leluhur dimiliki oleh

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN. Berdasarkan pemahaman pada Bab I-IV, maka pada bagian akhir tesis ini terdapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan salah satu alat untuk mempersatukan antar masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama rahmatan lil alamin.ajarannya diperuntukkan bagi umat

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan sesuai dengan dinamika peradaban yang terjadi. Misalnya,

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB II KAJIAN TEORITIK. menyangkut segala sesuatu yang baik atau buruk sebagai abstraksi,

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

B A B V P E N U T U P. Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Ayu Fauziyyah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS. persaudaraan antar keluarga/gandong sangat diprioritaskan. Bagaimana melalui meja

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan budaya itu tersimpan dalam kebudayaan daerah dari suku-suku bangsa yang

BAB II LANDASAN TEORI. tradisi slametan, yang merupakan sebuah upacara adat syukuran terhadap rahmat. dan anugerah yang diberikan oleh Allah SWT.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan simponi kehidupan manusia, menjadi bagian yang mewarnai kehidupan

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia kaya akan budaya, adat istiadat, dan tradisi yang dapat dijadikan

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan yang biasanya dilakukan setiap tanggal 6 April (Hari Nelayan)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Koentjaranigrat (2009:144) mendefenisikan

BAB I PENDAHULUAN. pola perekonomian sebagian besar yang masih bercorak agraria.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB I PENDAHULUAN. fenomena/gejala kian merenggangnya nilai-nilai kebersamaan, karena semakin suburnya

KONSEP KEBUDAYAAN. Kuliah 2 - Geografi Kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. dikenal masyarakat luas sampai saat ini adalah prosa rakyat. Cerita prosa rakyat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

BAB II KAJIAN TEORI. "Adat" berasal dari bahasa Arab,عادات bentuk jamak dari عاد ة (adah), yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang multi culture yang berarti didalamnya

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau merupakan salah satu dari antara kelompok etnis utama bangsa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. batas formal namun semua itu tidak begitu subtansial. Mitos tidak jauh dengan

I. PENDAHULUAN. suku bangsa yang secara bersama-sama mewujudkan diri sebagai

BAB IV. Makna Slametan Bagi Jemaat GKJW Magetan. 4.1 Pemahaman jemaat GKJW Magetan melakukan slametan

III NILAI-NILAI DAN NORMA SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN TEORI. Kebudayaan berasal dari kata sansekerta budhayah, yaitu bentuk jamak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Destalya Anggrainy M.P, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Bagi ahli antropologi, religi merupakan satu fenomena budaya. Ia merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemajuan komunikasi dan pola pikir pada zaman sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. manusia serta segala masalah kehidupan tidak dapat dipisah-pisah untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS DATA. A. Pengaruh Regresi Tentang Budaya Bantengan Terhadap Perilaku Anak di Desa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Sebagai ilustrasi, orang Batak dan Sunda beranggapan bahwa mereka halus dan. sopan sedangkan orang Batak kasar, nekad, suka berbicara keras, pemberang

BAB I PENDAHULUAN. Karo merupakan etnis yang berada di Sumatera Utara dan mendiami

BAB I PENDAHULUAN. satu suku yang dapat ditemui di Sumatera bagian Utara yang ber-ibukota Medan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki culture yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir, merasa, mempercayai dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya. Bahasa, persahabatan, kebiasaan makan, praktik komunikasi, tindakan-tindakan sosial, kegiatan ekonomi dan politik dan teknologi, semua itu berdasarkan pola-pola budaya. Apa yang orang-orang lakukan, bagaimana mereka bertindak, bagaimana mereka hidup dan berkomunikasi, merupakan respon-respon terhadap dan fungsi- fungsi dari budaya mereka. Dalam hidup bermasyarakat, manusia tidak dapat dipisahkan dari kebiasaan-kebiasaan, tradisi serta kebudayaan. Kebudayaan sendiri merupakan hasil karya atau perilaku manusia dalam usahanya untuk mempertahankan hidup, mengembangkan keturunan dan meningkatkan taraf kesejahteraan. Hal tersebut dilakukan manusia dengan segala keterbatasan kelengkapan jasmani serta sumber-sumber alam yang ada disekitarnya. Kebudayaan tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat sebagai hal yang diterima, dipegang teguh dan dijadikan sebagai pegangan hidup. Sebagaimana halnya kebudayaan, manusia pun tumbuh dan berkembang seiring berjalannya waktu. Hal ini mempengaruhi terjadinya perubahan serta pergeseran dalam pola hidup masyarakat. Perubahan itu mencakup kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, perubahan sikap, tingkah laku, serta perubahan pada pola hidup masyarakat. Budaya menampakan diri 1

dalam pola-pola bahasa dan dalam bentuk-bentuk kegiatan dan perilaku yang berfungsi sebagai model-model bagi tindakan-tindakan penyesuaian diri dan gaya komunikasi yang memungkinkan orang tinggal dalam suatu masyarakat di suatu lingkungan geografis tertentu pada suatu tingkat perkembangan teknis tertentu dan pada suatu saat tertentu. Edwar T. Hall (dalam Liliweri, 2004:21) mengatakan komunikasi adalah kebudayaan dan kebudayaan adalah komunikasi. Hal ini terjadi karena adanya jaringan interaksi antarmanusia dalam bentuk komunikasi antar pribadi maupun antar kelompok budaya yang terus meluas. Taylor (dalam Nyoman Kutha, 2010:153) pengertian yang paling luas menganggap kebudayaan sebagai semua hasil aktivitas manusia, baik konkret maupun abstrak, baik dengan tujuan negatif maupun positif serta mengemukakan tentang pengertian kebudayaan yakni merupakan keseluruhan kompleks, yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Dalam ritual adat terlihat bahwa antara komunikasi dan budaya merupakan dua konsep yang memiliki pertalian erat dan tidak dapat dipisahkan, karena budaya merupakan landasan komunikasi. Menurut Michael Beding dan Indah L. Beding (2002:34) perilaku komunikasi antara manusia dan para leluhur juga masih dijalani oleh masyarakat di Kabupaten Sumba Barat dalam upacara adat pasola yang merupakan kekhasan budaya yang diwariskan secara turun-temurun. Upacara adat pasola merupakan upacara yang mempunyai kaitan erat dengan kepercayaan marapu yang diyakini masyarakat 2

setempat sebagai jembatan atau perantara kepada Sang Ilahi. Keseimbangan merupakan konsepsi kepercayaan marapu yang mencakup tata hidup alam semesta. Karenanya perlu di jaga dan dipelihara agar tidak menimbulkan kegoncangan tata hidup. Keseimbangan ini dijaga atau dipulihkan lewat upacara-upacara korban. Dalam kepercayaan masyarakat Sumba Barat, upacara adat pasola mempunyai makna atau nilai yang begitu luas bagi kehidupan masyarakatnya. Berdasarkan pengetahuan melalui buku-buku tentang pasola dan hasil diskusi dari sekelompok masyarakat marapu di Kupang, maka penulis menemukan ada dua nilai yang terkandung dalam upacara adat pasola sendiri. Nilai yang pertama dalam kaitan dengan kebudayaan, pasola diyakini oleh masyarakat Sumba khususnya masyarakat Sumba Barat sebagai bentuk nilai religius. Dikatakan religius karena masyarakat mempunyai kepercayaan terhadap arwah para leluhur (marapu) yang turut campur tangan dalam kebutuhan hidup mereka. Keyakinan masyarakat bahwa ketika ada darah, baik itu darah manusia ataupun darah hewan yang tercucur dalam upacara adat pasola dipandang sebagai bentuk kesuburan. Kematian yang dialami seorang peserta pasola karena terkena tombakan lawan oleh masyarakat setempat dipandang sebagai upah dosa karena telah melakukan hal-hal buruk seperti mencuri, membunuh, berzinah dan bentuk pelanggaran lainnya. Nilai yang kedua dalam kaitan dengan kebudayaan, pasola merupakan bentuk nilai sosial masyarakat yang dilambangkan dengan nyanyian dan tarian. Nyanyian dipercaya oleh masyarakat sebagai bentuk pemujaan pada arwah leluhur yang menjaga, melindungi sekaligus untuk membangun hubungan dengan leluhurnya. 3

Hal ini berlaku juga dalam tarian yang digelar sebelum upacara pasola dimulai. Tarian menunjukan rasa kebersamaan. Gerakan yang kompak antar sesama sebagai bentuk pemersatu sehingga terjalin hubungan persaudaraan yang harmonis antara sesama masyarakat maupun dengan leluhurnya. Suatu hal yang khas dan menarik dibalik upacara ini adalah bahwa pasola selalu menjadi fokus perhatian masyarakat karena dipandang mempunyai kaitan yang erat dengan upacara sakral marapu. Hal ini yang membuat penulis mengambil fokus penelitian di daerah Wanokaka, dikarenakan perayaan tersebut masih terkesan keaslian budayanya. Berdasarkan dua nilai tersebut, penulis ingin mengetahui bagaimana persepsi masyarakat desa Waihura kecamatan Wanokaka terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam upacara adat pasola. Tentunya dalam menjalani upacara adat pasola dari awal hingga sekarang menghadirkan berbagai persepsi diantara masyarakat Sumba Barat kecamatan Wanokaka desa Waihura. Persepsi menurut Rakhmat (2009:51) adalah pengalaman tentang objek, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi individu dalam mempersepsi seperti pengalaman masa lalu, kebutuhan, suasana hati, motivasi dan sikap yang disebut dengan faktor fungsional atau personal. Setiap individu dapat memberikan persepsi yang berbeda sesuai dengan pengalaman mereka terhadap obyek. Hal ini dapat ditemui pada masyarakat desa Waihura kecamatan Wanokaka kabupaten Sumba Barat tentang persepsi mereka terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam upacara adat pasola. Berdasarkan uraian 4

serta nilai-nilai yang terkandung dalam upacara adat pasola sendiri maka penulis terdorong mengadakan penelitian dengan judul : Persepsi Masyarakat Desa Waihura Mengenai Upacara adat Pasola (studi kasus komunikasi budaya mengenai upacara adat pasola kecamatan Wanokaka kabupaten Sumba Barat dalam tradisi budaya marapu) 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti merumuskan masalah pokok penelitian sebagai berikut : Bagaimana Persepsi Masyarakat Waihura Mengenai Nilai-Nilai Yang Terkandung Dalam Upacara Adat Pasola? 1.2 Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan dalam penelitian ini, maka penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu persepsi masyarakat Desa Waihura, Kecamatan Wanokaka, Kabupaten Sumba Barat mengenai upacara adat Pasola. 1.3 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis Dari segi pengembangan ilmu, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi akademik bagi ilmu komunikasi khususnya komunikasi budaya dalam melakukan penelitian tentang persepsi masyarakat desa Waihura kecamatan Wanokaka kabupaten Sumba Barat mengenai upacara adat pasola. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendapat dari Desiderato tentang persepsi, untuk mengetahui bagaimana masyarakat desa Waihura memandang upacara pasola sebagai bentuk upacara sakral marapu yang di dalamnya terkandung 5

nilai religius dan nilai sosial. Sehingga penulis memperoleh gambaran tentang upacara pasola dan persepsi masyarakat desa Waihura terhadap nilai-nilai dalam upacara adat pasola sendiri. 1.4.2 Kegunaan Praktis Secara praktis hasil penelitian dapat berguna bagi pihak-pihak yang membutuhkan: 1. Bagi masyarakat khususnya masyarakat desa Waihura, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dalam memberi tanggapan terhadap upacara adat pasola. 2. Bagi peneliti lain, bahan ini menjadi referensi tambahan untuk penelitian selanjutnya mengenai upacara adat pasola serta dampak dari pasola terhadap masyarakat. 3. Bagi almamater, hasil penelitian ini dapat berguna dalam melengkapi kepustakaan ilmu komunikasi khususnya di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dan sebagai bahan referensi untuk menambah pengetahuan mahasiswa tentang kebudayaan. 1.4 Kerangka Pemikiran, Asumsi dan Hipotesis 1.4.1 Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran penelitian ini adalah penalaran yang dikembangkan dalam memecahkan masalah penelitian ini. Pada dasarnya kerangka penelitian ini menggambarkan jalan pikiran, landasan rasional dan pelaksanaan penelitian tentang 6

persepsi masyarakat Waihura mengenai upacara adat pasola (studi kasus komunikasi budaya mengenai upacara pasola dalam tradisi budaya marapu) Upacara adat pasola merupakan sebuah ritual kebudayaan yang masih dijalankan pada masyarakat Sumba Barat. Oleh karena keyakinan masyarakat terhadap leluhur marapu yang selalu menjaga, melindungi dan memenuhi kebutuhan hidup mereka, maka upacara ini selalu dirayakan secara turun temurun sebagai bentuk penghormatan masyarakat terhadap leluhurnya. Dalam upacara adat pasola, terkandung nilai atau makna yang diyakini masyarakat sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan hidup. Nilai yang pertama pasola dipandang sebagai bentuk dari nilai religius yang dilambangkan dengan darah dan kematian. Nilai yang kedua pasola sebagai bentuk nilai sosial yang dilambangkan dengan nyanyian dan tarian. Selama menjalani upacara adat pasola ini tentunya menghadirkan berbagai persepsi diantara masing-masing masyarakat. Berdasarkan dua nilai yang terkandung dalam upacara adat pasola tersebut, penulis ingin mengetahui lebih dalam bagaimana masyarakat Sumba Barat khususnya masyarakat desa Waihura mempersepsi upacara adat pasola, berdasarkan pengalaman, kebutuhan, kesiapan mental, suasana emosional dan latar belakang budaya yang dapat mempengaruhi mereka untuk berpersepsi. Sesuai dengan pemahaman konseptual yang telah diuraiakan diatas, maka alur kerangka pemikiran sebagai berikut: 7

Gambar 1.1 Skema Kerangka Penelitian Persepsi Masyarakat Waihura 1.4.2 Asumsi Upacara Adat Pasola 1. Nilai Religius Darah Kematian 2. Nilai Sosial Nyanyian Tarian Asumsi yang dipegang oleh penulis sebelum melakukan penelitian adalah pentingnya upacara adat pasola bagi masyarakat desa Waihura, kecamatan Wanokaka, kabupaten Sumba Barat sebagai bentuk kepercayaan masyarakat terhadap leluhur marapu. Pasola merupakan upacara adat yang mempunyai makna bagi masyarakat adat di desa Waihura. Oleh karenanya, sudah merupakan kewajiban bagi masyarakat desa Waihura untuk melaksanakan upacara pasola setiap tahun. Setiap bentuk upacara adat diyakini mampu menghadirkan manfaat bagi kelangsungan hidup masyarakat karena kepercayaan mereka tentang keharusan berhubungan baik dengan leluhur. 1.4.3 Hipotesis Hipotesis merupakan pendapat atau kesimpulan sementara terhadap hasil penelitian yang akan dilakukan. Dengan kata lain suatu pendapat yang digunakan untuk mengetahui kenyataan yang sebenarnya dari suatu hal yang belum terbukti kebenarannya (Darus, 2009:34) Berdasar pada konsep bahwa setiap ritual adat memiliki makna yang sangat berarti bagi masyarakat adat dan penelitian awal maka peneliti berhipotesis bahwa 8

upacara adat pasola bukan hanya sekedar tontonan yang nampak pada mata atau indera penglihatan belaka, tetapi pasola mempunyai penghayatan dan pemaknaan baik itu dari segi nilai religius dan nilai sosia 9