BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISTILAH. (berasal) dari Yokyakarta (wawancara Kodi 24 September 2009). -B- Banten persembahan atau sesajen untuk upacara di Bali.

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan

TUGAS AGAMA DEWA YADNYA

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara memiliki kebudayaan yang beragam. Kebudayaan juga

Seni Pertunjukan Gambuh Kajian Makna Dan Nilai Budaya (1) Oleh: Wardizal, S.Sen., M.Si. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

ARTIKEL KARYA SENI KAJIAN ESTETIS DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM TARI TELEK DI DESA JUMPAI KABUPATEN KLUNGKUNG

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 1

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman

Tari Pendet Bali Pergeseran Tarian Sakral Menjadi Tarian Balih-Balihan

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia

27. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SD

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hidup (Sudirga, 2005 : 1). Tentunya hal tersebut merupakan suatu bentuk pernyataan

BAB V ANALISA DATA. A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir,

BAB V PENUTUP. Tari Taru Tari Tara adalah sebuah karya baru yang merupakan hasil

Tugas Antropologi Politik Review buku : Negara Teater : Clifford Geertz : Isnan Amaludin : 08/275209/PSA/1973

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

RITUAL MEKRAB DALAM PEMUJAAN BARONG LANDUNG DI PURA DESA BANJAR PACUNG KELURAHAN BITERA KECAMATAN GIANYAR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan masyarakat Jawa yang bermigrasi ke Sumatera Utara.

Menguak Nilai Seni Tradisi Sebagai Inspirasi Penciptaan Seni Pertunjukan Pada Era Global

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

2. Fungsi tari. a. Fungsi tari primitif

BAB 1 PENDAHULUAN. Konstruksi identitas jender, Putu Wisudantari Parthami, 1 FPsi UI, Universitas Indonesia

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya adalah suatu konsep yang secara formal didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008

BAB V PENUTUP. perkawinan Masyarakat Arab di Kota Medan kesimpulan sebagai berikut. a. Upacara Pernikahan Masyarakat Arab di Medan

Penyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar. Menunjukkan contoh-contoh ciptaan Sang Hyang Widhi (Tuhan)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. berkunjung dan menikmati keindahan yang ada di Indonesia khususnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tengah berbagai perubahan, lebih jauh lagi mampu menjadikan dirinya secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Tari Legong Lasem Gaya Peliatan Dibengkel Tari Ayu Bulan Bandung

BAB IV ANALISIS DATA. A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach

3. Pengertian Hukum Karmaphala dalam Ajaran Agama Hindu adalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Suzanne K. Langer (1998:2) menyatakan bahwa Kesenian adalah

Bab 5. Ringkasan Skripsi. Kebudayaan merupakan bagian dari identitas diri suatu negara. Kata kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pertama ini akan diuraikan secara berturut-turut : (1) latar

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

3. Karakteristik tari

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH

BAB I PENDAHULUAN. keragaman aktivitas musik pada kelompok agama dan etnis di dunia. Musik tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berekspresi melalui kesenian merupakan salah satu aktivitas manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Pada etnik Simalungun memiliki struktur sosial berbentuk pentangon sehingga

WAWASAN BUDAYA NUSANTARA BALI

BAB V KESIMPULAN. Penelitian lapangan ini mengkaji tiga permasalahan pokok. tentang bunyi-bunyian pancagita yang disajikan dalam upacara

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan

BAB I PENDAHULUAN. Sumardjo (2001:1) seni adalah bagian dari kehidupan manusia dan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab 5. Ringkasan. kepercayaan asli masyarakat Jepang yang merupakan kelanjutan dari garis yang tak

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2016 PENGARUH CULTURAL VALUE PADA DAYA TARIK WISATA PURA TANAH LOT BALI TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG

KERAGAMAN EKSPRESI SENI DI ERA GLOBAL: PENGALAMAN BALI. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. budaya, baik berupa seni tradisional ataupun seni budaya yang timbul karena

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kesenian merupakan salah satu bagian dari kebudayaan, karena. kesenian dan kekriyaan. Kesenian dan kebudayaan dapat mengalami

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian mengenai Tinjauan Filsafat Nilai Max Scheler terhadap Tarian

Kebudayaan Suku Sunda. Oleh : Muhammad Rizaldi Nuraulia ( )

Gambar 15. Foto Kendang Dalam Gamelan Terompong Beruk Foto: Ekalaiani, 2011.

BAB IV HASIL PENELITIAN. Desa Rotan Mulya. Selatan Desa Mulya Jaya. Desa Balian Makmur. Desa Kemang Indah. (sumber arsip desa Mataram Jaya)

BAB I PENDAHULUAN. akan memunculkan sebuah budaya dan musik baru. Walaupun biasanya terkadang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan simponi kehidupan manusia, menjadi bagian yang mewarnai kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan sesuai dengan dinamika peradaban yang terjadi. Misalnya,

BAB I PENDAHULUAN. lain termasuk teknologi, adat-istiadat, dan bentuk-bentuk pengungkapan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013

PERGESERAN MAKNA SENI TARI PRAJURITAN DESA TEGALREJO KECAMATAN ARGOMULYO

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

I PENDAHULUAN. Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Setiap manusia hidup dalam suatu lingkaran sosial budaya tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. atau pola kelakuan yang bersumber pada sistem kepercayaan sehingga pada

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan penulis dalam mendapatkan data adalah: Tinjauan pustaka: melalui media buku, dan internet

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali telah terkenal dengan kebudayaannya yang unik, khas, dan tumbuh dari jiwa Agama Hindu, yang tidak dapat dipisahkan dari keseniannya dalam masyarakat yang berciri sosial religius (Kodi, 2006, p36). Kesenian di Bali sebenarnya adalah bentuk persembahan kepada Dewata. Bagi mereka yang tidak terbiasa dengan budaya dan jiwa Bali, konsep ini mungkin mengejutkan. Untuk mengerti bagaimana konsep ini terbentuk di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna yang terdapat dalam Veda yang menuntun kita dalam segala aspek kehidupan (Geriya et al, 1998, p1). Tri Rna adalah tiga hutang, yaitu hutang kepada Tuhan/Dewata, kepada orang tua, dan kepada sesama. Tri Hita Karana adalah tiga sebab untuk mendapatkan kebaikan atau kebahagiaan yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama, dan manusia dengan lingkungannya. Untuk membayar hutanghutang kita dan mendapat harmoni kehidupan, kita melakukan pemujaan diseluruh aspek kehidupan, dan ini disebut juga dengan Yadnya (Geriya et al, 1998, p1). Terdapat lima macam Yadnya atau yang disebut dengan Panca Yadnya, yakni: Dewa Yadnya, pemujaan terhadap Dewata; Pitra Yadnya, pemujaan terhadap leluhur yang sudah mangkat; Rsi Yadnya, pemujaan terhadap guru spiritual; Manusa Yadnya,

2 pemujaan terhadap sesama makhluk tidak abadi; dan Butha Yadnya, pemujaan terhadap dunia beserta seluruh isinya (Geriya et al, 1998, p1). Berdasarkan filosofi dan prinsip-prinsip diatas, kesenian juga merupakan salah satu bentuk persembahan dan pemujaan kepada Dewata dan juga komunitas (sesama). Kesenian secara esensial merupakan bentuk dedikasi atau yang disebut di Bali dengan ngayah. Tidak ada yang bisa menghalangi orang Bali untuk melakukan ngayah. Ngayah bisa dilihat sebagai kekuatan pendorong di dalam semua aspek kehidupan dan perkembangan orang Bali (Geriya et al, 1998, pp8-10). Antusiasme untuk pemujaan sangat kuat sehingga memperkaya setiap aspek kehidupan orang Bali karena orang Bali juga percaya bahwa Dewata dan banyak manifestasinya memiliki kemampuan untuk menari dan bermain musik seperti juga para manusia, sehingga selama perayaan Pura atau upacara agama, terutama di desa-desa yang terpencil, roh-roh, Dewata, dan juga roh nenek moyang turut hadir dan terkadang merasuki pengikutnya untuk memberikan wejangan sambil menari dan menyanyi (Geriya et al, 1998, p13). Prinsip Panca Yadnya dan ngayah mendorong orang-orang Bali serin g melakukan berbagai macam pemujaan dengan upacara keagamaan sebagai wujudnya. Dalam sebuah upacara keagamaan bisa terkandung seluruh Panca Yadnya dan juga bentuk ngayah. Tujuan upacara-upacara ritual keagamaan ini pada hakikatnya adalah sebagai ungkapan terimakasih pada Dewata dan leluhur (Tangguh, 1984, p9). Upacara keagamaan juga terkadang merupakan media komunikasi timbal balik antara manusia dan Dewata. Manusia memberikan persembahan pada Dewata sebagai ungkapan syukur, dan seperti kepercayaan yang dibahas sebelumnya, terkadang Dewata yang datang

3 memberikan wangsit/wahyu secara langsung baik melalui pedande atau mangku upacara ataupun peserta upacara. Di setiap upacara keagamaan Hindu di Bali pasti mengundang datang Dewata. Seperti layaknya kita menerima tamu, kita pasti menyuguhkan sesuatu untuk menyenangkan dan menghormati tamu tersebut. Begitu pula ketika masyarakat Hindu Bali mengundang datang Dewata dalam upacara keagamaan mereka, Dewata yang datang disuguhkan persembahan dan hiburan istimewa. Persembahan yang disuguhkan disebut banten. Isi dari banten beraneka ragam, tergantung jenis upacara, Dewata yang diundang datang, dan juga kemampuan pemilik upacara. Sedangkan hiburan istimewa yang disuguhkan adalah jenis tari-tarian wali atau bebali. Tarian wali adalah jenis tarian yang bersifat sakral dan hanya ditarikan ketika ada upacara (Kodi, 2006, pxxii). Tarian bebali adalah jenis tarian yang semi sakral, bisa ditarikan ketika upacara ataupun hanya sebagai pertunjukan kesenian (Kodi, 2006, pxxi). Baik jenis tarian wali ataupun bebali, pada upacara keagamaan dramatari (drama dan tarian) yang disuguhkan selalu ada dramatari tapel/topeng. Dramatari topeng berarti drama dan tarian yang pelakonnya mengenakan topeng. Dramatari tradisional ini berkembang di seluruh kabupaten dan kota di Bali, dan topeng yang menjadi fokus dari dramatari topeng merupakan seni pertunjukkan yang bisa ditampilkan dalam kaitannya dengan berbagai jenis upacara maupun sebagai hiburan yang bersifat sekuler (Kodi, 2006, p1). Berhubungan dengan berbagai prinsip yang dijelaskan diatas, tarian dramatari topeng itu sendiri hingga bentuk Topeng Bali merupakan perwujudan dari prinsipprinsip tersebut, Tri Rna, Tri Hita Karana, Panca Yadnya, dan ngayah. Orang yang

4 pandai menari dan memahat mewujudkan bentuk dedikasi mereka terhadap Dewata dan komunitas dengan menari di dalam upacara atau menciptakan Topeng Bali untuk upacara. Begitu eratnya kaitan antara topeng dan upacara keagamaan Hindu di Bali sehingga posisi topeng di Bali adalah sangat penting, tidak tergantikan, dan juga sakral. Tidak ada upacara tanpa topeng (wawancara Kodi, 24 September 2009). Ketika topeng tersebut bukan dalam peranannya yang sakral, topeng yang digunakan dalam pertunjukkan pun tidak hanya sebagai sekadar pertunjukkan seni, akan tetapi juga sebuah pengajaran (wawancara Kodi, 24 September 2009). Pengajaran ini antara lain bersisi ajaran moral, sejarah kerajaan, ataupun ajaran keagamaan. Pengajaran ini sengaja mengambil bentuk kesenian untuk menciptakan metode pengajaran yang menyenangkan (wawancara Kodi, 24 September 2009). Bentuk topeng digunakan untuk sarana pengajaran ini, bukannya pentas drama, disebabkan sulit menemukan aktor atau pelakon yang mana mereka adalah harus merupakan pemuka masyarakat, dari golongan brahmana, ataupun dari golongan kstria. Sang Pelakon pun harus menguasai gerak tarian, dasar musik Bali, sejarah, agama, ajaran moral, ritualistik adat dan upacara, dan mengerti kurang lebih tujuh bahasa berbeda. Tingginya persyaratan ini, hanya sedikit orang yang mampu mengambil profesi ini, sedangkan dalam lakon dibutuhkan banyak karakter, oleh karena itu dramatari topenglah yang digunakan sebagai sarana pengajaran. Topeng-topeng ini dapat memudahkan pelakonan dan memperkuat karakter lakon. Selain untuk pengiring upacara keagamaan dan sarana pengajaran, topeng juga sangat erat kaitannya dengan ritualistik keagamaan. Terdapat topeng-topeng, seperti

5 Topeng Barong Ket dalam Barong Kedingkling; Barong Landung; Topeng Telek dan Jauk, yang dikeluarkan atau dipentaskan pada hari-hari spesial, baik untuk mengusir kekuatan jahat, memberi kekuatan baik, memberi wejangan, ataupun perayaan kemenangan kebaikan melawan kejahatan seperti pada pentas Telek dan Jauk yang dipentaskan saat Hari Raya Galungan. Seperti yang disebutkan dalam paragraf sebelumnya, topeng itu sendiri merupakan wujud ungkapan dedikasi Sang Pembuat yang kebetulan memiliki kemampuan, terhadap Dewata dan komunitasnya. Jadi topeng, sebagai obyek yang berdiri sendiri terlepas dari dramatari topeng, juga merupakan bentuk budaya yang penting. Orang Bali juga mempercayai sistem pengklasifikasian sekala dan niskala. Sekala adalah dunia material, sedangkan niskala adalah dunia spiritual. Di dalam kebudayaan Bali, alam semesta ini diorganisir berdasarkan klasifikasi dari kaja, atau tinggi dan suci, ke kelod, atau rendah dan tidak suci (Bandem, 2001b, pvii). Tarian Bali, yang tidak terpisahkan dari religi, mungkin merupakan jalan untuk menghubungkan sekala dan niskala (Racky, 1998, p5). Dan Topeng Bali yang digunakan dalam dramatari pengiring upacara merupakan obyek atau media perantara. Dikatakan pula Topeng Bali yang digunakan dalam dramatari topeng merupakan penyambung lidah pendeta dari Dewata, yang berisi wejangan dan ajaran, ke umat (wawancara Kodi, 24 September 2009). Demikian pentingnya topeng dalam khasanah kebudayaan Bali, koleksi pustaka yang dapat ditemukan sangat minim dan tidak dapat ditemukan di toko-toko buku. Beberapa buku yang dapat penulis temukan di toko buku adalah buku yang diterbitkan oleh penerbit asing dan dengan penulis asing. Ada pula buku berbahasa Inggris yang

diterbitkan penerbit asing dengan penulis kolaborasi antara orang asing dan orang Bali, tetapi buku ini tidak secara spesifik membahas tentang Topeng Bali. 6 1.2 Lingkup Proyek TA Dalam kaitannya dengan bidang studi Desain Komunikasi Visual, maka lingkup tugas hanya dibatasi pada hal-hal yang dapat ditangani dan diseleseaikan melalui pendekatan visual dengan membuat rancangan visual untuk mempublikasikan Topeng Bali dalam bentuk buku yang berjudul Topeng Bali, Penghubung Dunia Para Dewa & Manusia.