BAB I PENDAHULUAN. tersebut senada dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan 1.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari hidup

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kehidupan masyarakat diatur oleh hukum termasuk mengenai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah SWT telah menghiasi alam semesta ini dengan rasa cinta dan kasih

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya salah satu kebutuhan manusia adalah perkawinan. Berdasarkan Pasal 28B ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir ialah

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dilahirkan, maka ia dalam hidupnya akan mengemban hak dan

BAB I PENDAHULUAN. insan manusia pria dan wanita dalam satu ikatan suci dengan limpahan dari

BAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya ditulis dengan UUP) menjelaskan, Perkawinan ialah ikatan lahir bathin

BAB I PENDAHULUAN. etnis,suku, agama dan golongan. Sebagai salah satu negara terbesar di dunia,

BAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut urusan keluarga dan urusan masyarakat. 1. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke-tuhanan Yang Maha Esa.

BAB 1 PENDAHULUAN. kebijakan dan saling menyantuni, keadaan seperti ini lazim disebut sakinah.

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat dan saling berinteraksi. Manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa. adanya atau dengan membentuk sebuah keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. (hidup berkelompok) yang biasa kita kenal dengan istilah zoon politicon. 1

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Masyarakat Indonesia tergolong heterogen dalam segala aspeknya. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan Tahun 1974, melakukan perkawinan adalah untuk menjalankan kehidupannya dan

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan keberadaan anak sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan yang ada di negara kita menganut asas monogami. Seorang pria

BAB I PENDAHULUAN. bentuknya yang terkecil, hidup bersama itu dimulai dengan adanya sebuah keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. (ekonomis) hingga ratusan juta rupiah menjadi semakin marak. Undian-undian

BAB I PENDAHULUAN. bangsa sepanjang masa dalam mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami berbagai peristiwa hukum.

BAB I PENDAHULUAN. keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami isteri memikul amanah dan

BAB I PENDAHULUAN. gamelan, maka dapat membeli dengan pengrajin atau penjual. gamelan tersebut dan kedua belah pihak sepakat untuk membuat surat

BAB I PENDAHULUAN. hukum tentang tanah diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang

BAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan

BAB I. Tuhan telah menciptakan manusia yang terdiri dari dua jenis yang berbedabeda

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan makhluk-nya di dunia ini berpasang-pasangan agar mereka bisa

BAB I PENDAHULUAN. menarik untuk dibicarakan, karena persoalan ini bukan hanya menyangkut tabiat

FUNGSI PERJANJIAN KAWIN TERHADAP PERKAWINAN MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat sensitif dan erat sekali hubunganya dengan kerohanian seseorang.

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. hidup seluruh umat manusia, sejak zaman dahulu hingga kini. Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu saat di lahirkan dan meninggal dunia, dimana peristiwa tersebut akan

BAB I PENDAHULUAN. kemudian diiringi juga dengan penyediaan produk-produk inovatif serta. pertumbuhan ekonomi nasional bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga ( Rumah Tangga ) yang bahagia

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Perdata (Burgerlijkrecht) ialah rangkaian peraturan-peraturan

BAB I PENDAHULUAN. Ditengah-tengah perkembangan dunia usaha saat ini, tepatnya yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Suatu individu ataupun masyarakat tidak akan tumbuh menjadi

BAB I PENDAHULUAN. wanita telah sepakat untuk melangsungkan perkawinan, itu berarti mereka

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Dalam menjalani kehidupan, manusia

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Kebutuhan manusia dari tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk hidup yang bersifat sosial yang tidak dapat hidup

Lex Administratum, Vol. III/No.1/Jan-Mar/2015. KAJIAN YURIDIS HAK PERWALIAN ANAK DALAM PERCERAIAN DI INDONESIA 1 Oleh : Mutmainnah Domu 2

BAB I PENDAHULUAN. serta membutuhkan manusia lainnya untuk hidup bersama dan kemudian

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok dan kemampuan manusia dalam hidup berkelompok ini dinamakan zoon

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan

I. PENDAHULUAN. Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami

TINJAUAN MENGENAI ASPEK HUKUM PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Jepara)

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN PERKAWINAN YANG DIBUAT SETELAH PERKAWINAN BERLANGSUNG

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak cukup pesat bagi perkembangan pertumbuhan dan perekonomian dunia usaha

SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN PERCERAIAN KARENA FAKTOR KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (STUDY KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. suatu dinamakan perkawinan yang diharapkan dapat berlangsung selama-lamanya,

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia baik secara langsung maupun tidak langsung selalu memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. Perkawinan merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami istri memikul

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum

AKIBAT HUKUM PERCERAIAN TERHADAP HARTA. BERSAMA di PENGADILAN AGAMA BALIKPAPAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dikarenakan bahwa negara Indonesia merupakan negara agraris, terdapat simbol status sosial yang dimilikinya.

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan status pribadi dan status

BAB I PENDAHULUAN. dinegara Indonesia. Semakin meningkat dan bervariasinya kebutuhan masyarakat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam. Sinar Baru al Gesindo, Jakarta. Cet. Ke XXVII. Hal. 374.

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang yang hidup di dunia dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan bagian hidup yang sakral, karena harus

BAB I PENDAHULUAN. seorang diri. Manusia yang merupakan mahluk sosial diciptakan oleh Tuhan

BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tujuan sebagai badan yang dibentuk untuk melakukan upaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan lembaga sosial bersifat universal, terdapat di semua

BAB I PENDAHULUAN. Akomodatif artinya mampu menyerap, menampung keinginan masyarakat yang

Lex Administratum, Vol. V/No. 5/Jul/2017. Kata kunci: Penyelesaian sengketa, harta bersama, agunan, perceraian.

BENI DHARYANTO C FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

The Enactment of Marriage Agreement Post Constitutional Court Verdict

KEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA WARIS ATAS TANAH HAK MILIK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA DAN PENGADILAN AGAMA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah merupakan makhluk sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. Aristoteles, seorang filsuf yunani yang terkemuka pernah berkata bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Hukum acara di peradilan agama diatur oleh UU. No. 7 Tahun yang diubah oleh UU. No. 3 tahun 2006, sebagai pelaku kekuasaan

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

BAB I PENDAHULUAN. mengenai tanah yaitu karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa. tanah itu dalam batas-batas menurut peraturan undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Apabila mereka melangsungkan perkawinan maka timbullah hak dan

BAB I PENDAHULUAN. bisnis baik dalam bentuk perorangan ( natural person ) ataupun dalam bentuk badan

Lex Crimen Vol. V/No. 5/Jul/2016

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian perkawinan telah diatur dalam Undang-Undang No.1 Tahun. 9 Tahun 1975 tentang pelaksanaan Undang undang No.

BAB I PENDAHULUAN. keduanya diperlukan intermediary yang akan bertindak selaku kreditur yang

TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan keturunan, mempertahankan rasnya, sehingga. perkawinan, karena dengan perkawinan manusia dapat melahirkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak

ASPEK YURIDIS HARTA BERSAMA DALAM PERKAWINAN POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN NURFIANTI / D

BAB I PENDAHULUAN. mengenai segala jenis usaha dan bentuk usaha. Rumusan pengertian

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang tidak ternilai

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa. Tanah merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat absolute dan

BAB I PENDAHULUAN. seperti: investasi dalam pembelian ternak, pembelian tanah pertanian, atau

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama

BAB I PENDAHULUAN. dengan melangsungkan Perkawinan manusia dapat mempertahankan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan di Indonesia merupakan sebuah perbuatan yang sakral dan menimbulkan hak dan kewajiban bagi para pihak yang melaksanakannya, hal tersebut senada dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan 1. Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan tersebut menyatakan bahwa Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang kekal dan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Kalimat ikatan lahir Bathin dan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa cukup penggambarkan bagaimana negara menghargai perkawinan sebagai sebuah hubungan yang sakral. Selain mengatur tentang perkawinan serta persyaratannya, Undang- Undang No. 1 Tahun 1974 juga mengatur mengenai perceraian. Namun tindakan perceraian tersebut dianggap sebagai upaya terakhir yang ditempuh oleh pasangan suami istri dalam menyelesaikan permasalahannya, bahkan di dalam hukum adat Minangkabau yang bersandikan agama Islam juga disebutkan bahwa perceraian tersebut adalah tindakan halal yang paling dibenci oleh Allah SWT. Sedangkan pengaturan mengenai perceraian didalam Undang-Undang Perkawinan bukanlah sebuah upaya untuk memperbesar celah untuk melaksanakan perceraian, akan 1 Selanjutnya disebut Undang-Undang Perkawinan 1

tetapi Undang-Undang perkawinan lebih mempersulit sebuah perceraian sehingga perceraian tidak dapat bisa lagi dilakukan dengan semaunya seperti banyak terjadi pada masa sebelumnya, melainkan harus dengan prosedur tertentu dan hanya boleh dilakukan kalau ada alasan atau alasan-alasan yang dapat dibenarkan. 2 Perceraian sebagai sebuah perbuatan hukum yang menimbulkan hak dan kewajiban baik bagi suami maupun kadang juga menimbulkan permasalahan baru yaitu tentang harta bersama dalam perkawinan. Maksudkan harta bersama dalam perkawinan adalah harta kekayaan yang diperoleh selama perkawinan di luar harta bawaan, hadiah dan warisan (Pasal 35 UU Perkawinan). Mengenai harta bersama ini berpotensi konflik disaat terjadinya perceraian, para pihak baik suami ataupun istri merasa memiliki hak dalam harta bersama tersebut. Pada perkawinan yang masih baru pemisahan harta bawaan dan harta bersama itu masih nampak, akan tetapi pada usia perkawinan yang sudah tua, harta bawaan maupun harta bersama itu sudah sulit untuk dijelaskan secara terperinci satu persatu. 3 Merujuk pada ketentuan Pasal 128 KUHPerdata maka ditentukan bahwa Setelah bubarnya persatuan, maka harta benda kesatuan dibagi dua antara suami dan istri, atau antara para ahli waris mereka masing-masing, dengan tidak mempedulikan soal dari pihak yang manakah barang-barang itu diperolehnya, namun dalam pelaksanaannya pembagian tersebut tidak semudah apa yang 2 Riduan Syahrani, Perkawinan dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil, Edisi Pertama, Media Sarana Press, Jakarta, 1986, hlm, 50. 3 Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Adat, PT Citra Aditya Bakti, Bandung 1990, hlm. 56. 2

dibayangkan, banyak kendala terjadi yang berujung pada penyelesaian di pengadilan. Di dalam sistem hukum Indonesia sebenarnya telah menyediakan upaya pencegahan konflik tersebut yaitu dengan adanya perjanjian perkawinan yang diatur didalam Pasal 29 Undang-Undang Perkawinan yang menjelaskan bahwa pada waktu atau sebelum perkawinan di langsungkan, kedua pihak atas persetujuan bersama dapat mengadakan perjanjian tertulis yang disahkan oleh pegawai pencatat perkawinan setelah mana isinya berlaku juga terhadap pihak ketiga sepanjang pihka ketiga tersangkut, namun perjanjian perkawinan ini merupakan sesuatu yang tabu dibicarakan oleh masyarakat umum, apalagi dipraktikan. Artinya, dalam pandangan masyarakat, ketentuan-ketentuan dalam perjanjian perkawinan dianggap sebagai bibit sebuah perceraian yang mana hal tersebut tentu merupakan anggapan yang salah. 4 Akibatnya adalah sebuah konflik yang terjadi dan tidak terhindarkan mengenai permasalahan harta bersama ini. Salah satu kasus yang terjadi di Bukittinggi adalah kasus sengketa harta bersama dalama perkawinan antara Syafanir bin M. Kasim dengan Asma Murni binti Anam yang berujung pada putusan Nomor : 278/Pdt.G/2005/PA.Bkt. Pada kasus tersebut mantan istri masih menguasai harta bersama perkawinan ini sampai gugatan dimasukan oleh penggugat, hal yang ditakutkan oleh penggugat adalah apabila nantinya harta bersama yang terdapat hak dari penggugat kemudian akan 4 Felicitas Marcelina Waha, Jurnal Lex et Societatis, Vol.I/No.1/Jan-Mrt/2013, Penyelesaian Sengketa Atas Harta Perkawinan Setelah Bercerai, Universitas Sam Ratulangi, Manado, 2013, hlm. 54. 3

dipindah tangankan oleh tergugat sehingga untuk itu penggugat meminta kepada pengadilan untuk melaksanakan sita marital terhadap harta bersama ini. Pada kasus diatas dapat kita lihat bahwa mengenai perkara harta bersama ini masih menjadi permasalahan di Sumatera Barat, seperti dalam kasus ini yaitu di Pengadilan agama Kota Bukittinggi. Dari uraian tersebut maka pemulis tertarik untuk membuat suatu tulisan mengenai penyelesaian sengketa harta bersama ini dengan judul PENYELESAIAN SENGKETA HARTA BERSAMA DI PENGADILAN AGAMA KELAS I B KOTA BUKITTINGGI (Studi Kasus Perkara Nomor : 278/Pdt.G/2005/PA.Bkt) B. Rumusan Masalah Dari uraian diatas maka penulis merumuskan beberapa rumusan permasalahan yang menjadi batasan dalam penulisan ini, yaitu : 1. Apa latar belakang sengketa harta bersama Perkara Nomor : 278/Pdt.G/2005/PA.Bkt? 2. Apa yang menjadi pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara Nomor : 278/Pdt.G/2005/PA.Bkt? C. Tujuan penelitian Pembahasan mengenai Penyelesaian Sengketa Harta Bersama Di Pengadilan Agama Kelas I B Kota Bukittinggi (Studi Kasus Perkara Nomor : 278/Pdt.G/2005/PA.Bkt) ini bertujuan untuk : 1. Untuk mengatahui latar belakang sengketa harta bersama Perkara Nomor : 278/Pdt.G/2005/PA.Bkt 4

2. Untuk mengetahui pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara Nomor : 278/Pdt.G/2005/PA.Bkt D. Manfaat Penelitian Penulisan ini diharapkan memberi manfaat bagi masyarakat serta memberikan sumbangan dalam pengembangan ilmu hukum khususnya bidang Hukum Perdata adat dan Islam, sedangkan bagi penulis sendiri manfaat yang dapat diambil adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis, penelitian yang akan dilakukan ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis secara khususnya, dan rekanrekan sesama mahasiswa serta semua pihak yang nantinya membaca hasil penulisan ini. 2. Secara Praktis, penulisan di harapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat secara umum. E. Metode Penelitian 1. Pendekatan masalah Penelitian yang akan penulis lakukan termasuk tipe penelitian yuridis normatif, yaitu cara pengumpulan data yang bersumber kepada bahan-bahan pustaka, 5 dimana hukum dikonsepkan sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan (law in book) atau hukum di konsepkan 5 Sri Mamudji dkk.,metode Penelitian dan Penulisan Hukum, Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2005,hlm. 30. 5

sebagai akidah atau norma yang merupakan patokan berperilaku manusia yang di anggap pantas. 6 2. Sifat penelitian Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan terencana dilakukan dengan metode ilmiah bertujuan untuk mendapatkan data baru guna membuktikan kebenaran atau ketidakbenaran dari suatu gejala atau hipotesa yang ada. 7 Pada penulisan ini penelitian ini bersifat deskriptif yaitu bermaksud untuk mendeskripsikan mengenai penyelesaian sengketa dengan Nomor putusan: 278/Pdt.G/2005/PA.Bkt, pada Pengadilan Agama Kelas IB Kota Bukittinggi. 3. Sumber dan Jenis Data Dalam penulisan penelitian ini penulis menggunakan sumber data, yaitu penelitian kepustakaan (library research), yang bersumber dari : 1) Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Andalas. 2) Perpustakaan pusat Universitas Andalas. 3) Buku-buku yang penulis miliki. Jenis data yang penulis gunakan dalam penulisan ini yaitu data sekunder yaitu yang terdiri dari : 1) Bahan hukum primer, yaitu : a) Undang-undang Dasar 1945. 6 Amirudin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006,hlm. 118. 7 Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalarn Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, 1991, hlm. 2. 6

b) Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan c) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata). d) Kompilasi Hukum Islam (KHI). e) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975. 2) Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan yang berasal dari hasil karya ilmiah kalangan hukum, artikel-artikel di catatan kuliah dan sebagainya yang berkaitan dengan permasalahan. 3) Bahan hukum tertier yaitu bahan hukum yang memberi petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus bahasa Indonesia Online. 3. Teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah Studi dokumen. Studi dokumen bagi penelitian hukum meliputi studi bahan hukum yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier. Setiap bahan hukum ini harus diperiksa ulang validitas dan realiabilitasnya, sebab hal ini sangat menentukan hasil suatu penelitian. 8 4. Pengolahan dan analisis data Pada pengolahan data dilakukan beberapa proses yaitu : a. Editing yaitu merupakan suatu proses penelitian kembali terhadap catatan, berkas-berkas, dan informasi yang dikumpulkan oleh pencari data. 8 Amirudin dan Zainal Asikin, ibid, hlm. 68. 7

Lazimnya editing dilakukan terhadap kuesioner, 9 dengan melewati proses editing di harapkan dapat meningkatkan mutu kehandalan data yang hendak di analisis. b. Coding, merupakan usaha mengklasifikasi jawaban responden berdasarkan macamnya. Aktifitas ini sudah memasuki tahap pengorganisasian data, karena kegiatanya adalah memberikan kode terhadap jawaban Informan ataupun responden sesuai dengan kategori masing-masing. 10 Setelah dilakukan pengolahan data maka dilanjutkan dengan proses analisis data. Dalam hal analisis data, penulis menggunakan metode analisis kualitatif. Step pertama dalam analisa adalah membagi data atas kelompok atau kategori-kategori yang sesuai dengan masalah penelitian, sehingga kategori tersebut dapat mencapai tujuan penelitian dalam memecahkan masalah. Dengan demikian, analisa yang dibuat akan sesuai dengan keinginan untuk memecahkan masalah. F. Sistematika Penulisan Dalam sistematika penulisan ini terdiri dari beberapa Bab dan masingmasing Bab terdiri dari Sub Bab. Adapun sistematika yang dimaksud adalah : Bab I :Merupakan pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan. 9 Ibid, hlm. 168. 10 Ibid, 8

Bab II :Menguraikan tinjauan umum mengenai perceraian dan harta bersama dalam perkawinan. Bab III :Menguraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan, yang mana pada bab ini dijelaskan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan nantinya mulai dari tahapan penyelesaian sengketa dengan Nomor Putusan : 278/Pdt.G/2005/PA.Bkt dan apakan pertimbangan hakim untukmenjatuhkan putusan tersebut. Bab IV :Merupakan bab penutup yang berisikan paparan tentang kesimpulan dan saran-saran yang perlu dan bermanfaat. 9