BAB I PENDAHULUAN. Minyak atsiri adalah minyak eteris (essential oils) atau minyak terbang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Bahan-bahan alam banyak dimanfaatkan sebagai obat-obatan, termasuk dalam

BAB I PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan lain-lain yang bersifat normal maupun patogen. Di dalam

pertumbuhan dengan Escherichia coli dan Staphylococcus aureus yang tampak pada Rf = 0, 67 dengan konsentrasi mulai 3% untuk Escherichia coli dan 2%

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah dengan menggunakan obat kumur antiseptik. Tujuan berkumur

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan tanaman obat di Indonesia perlu digali lebih mendalam, khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. pada permulaan terjadinya karies gigi (Purnamasari et al., 2010). Namun, tanpa

I. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Angka kejadian masalah

BAB I PENDAHULUAN. serta pemulihan kesehatan. Hal ini disebabkan karena tanaman banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Nikaragua. Bersama pelayar-pelayar bangsa Portugis di abad ke 16, tanaman ini

mampu menghambat pertumbuhan bakteri.

BAB 1 PENDAHULUAN. ke dentin kemudian ke pulpa (Tarigan, 2013). Penyakit karies dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik

BAB 1 PENDAHULUAN. di saluran akar gigi. Bakteri ini bersifat opportunistik yang nantinya bisa menyebabkan

menghasilkan minyak atsiri adalah bunga cengkeh yang mengandung eugenol (80-90%), eugenol asetat (2-27%), β- kariofilen (5-12%), metil salisilat,

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Hasil penelitian sebelumnya diketahui bahwa minyak atsiri dari daun cengkeh yang diperoleh dengan destilasi alat Stahl mempunyai aktivitas terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. pernapasan bagian atas adalah batuk pilek biasa, sakit, radang tenggorokan,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dekade terakhir, sebanyak 80% orang didunia bergantung pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Plak gigi adalah deposit lunak yang membentuk biofilm dan melekat pada

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies adalah penyakit jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin dan

BAB 1 PENDAHULUAN. RI tahun 2004, prevalensi karies gigi mencapai 90,05%. 1 Karies gigi merupakan

minyak mimba pada konsentrasi 32% untuk bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, 16% untuk bakteri Salmonella typhi dan 12,5% terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. mulut dan bersama grup viridans lainnya umum terdapat di saluran pernapasan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dikeluhkan masyarakat.menurut survei di Indonesia, karies gigi

BAB 1 PENDAHULUAN. Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus aureus, Streptococcus mutans dan

seperti klorheksidin dan hidrogen peroksida (H 2 O 2 ) sulit untuk diperjualbelikan secara bebas sebab memerlukan resep dokter selain itu saat ini

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. (Al Shamrany, 2006). Salah satu penyakit gigi yang banyak terjadi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Rongga mulut manusia tidak terlepas dari berbagai macam bakteri, diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mampu membentuk polisakarida ekstrasel dari genus Streptococcus. 1,2

atsiri yang dihasilkan adalah minyak daun cengkeh. Tanaman cengkeh (Eugenia caryophyllata) dapat digunakan untuk menghasilkan minyak cengkeh (clove

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. terbang (essential oil, volatile oil) dihasilkan oleh tanaman. Minyak tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. pemakaian obat tradisional untuk analgesik (mengurangi rasa nyeri)

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambir adalah ekstrak kering dari ranting dan daun tanaman Uncaria gambir

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dunia setelah Brazil (Hitipeuw, 2011), Indonesia dikenal memiliki tanaman-tanaman

BAB 1 : PENDAHULUAN. jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle) memiliki aktivitas antibakteri dengan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kelompok mikroba di dalam rongga mulut dan dapat diklasifikasikan. bakteri aerob, anaerob, dan anaerob fakultatif.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu cermin dari kesehatan manusia, karena merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sudah dimanfaatkn untuk pengobatan tradisional (Arief Hariana, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Gigi yang sehat adalah gigi yang rapi, bersih, didukung oleh gusi yang kuat dan

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Plak dapat berkalsifikasi menjadi kalkulus atau tartar. Plak dapat terlihat dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Streptococcus mutans merupakan bakteri gram positif golongan

BAB I PENDAHULUAN. Plak gigi merupakan komunitas mikroba yang melekat maupun berkembang

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah infeksi rongga mulut hingga menyebabkan abses atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. golongan usia (Tarigan, 1993). Di Indonesia penderita karies sangat tinggi (60-

BAB I PENDAHULUAN. Madu merupakan salah satu sumber makanan yang baik. Asam amino,

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai uji klinis dan di pergunakan untuk pengobatan yang berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. yang predominan. Bakteri dapat dibagi menjadi bakteri aerob, bakteri anaerob dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dipisahkan dari kesehatan umum (Ramadhan dkk, 2016). Kesehatan gigi dan

PENDAHULUAN. alam yang besar. Berbagai jenis tanaman seperti buah-buahan dan sayuran yang beragam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas mikroorganisme yang menyebabkan bau mulut (Eley et al, 2010). Bahan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumberdaya hayati Indonesia sangat berlimpah dan beranekaragam.

BAB I PENDAHULUAN. mulut. Ketidakseimbangan indigenous bacteria ini dapat menyebabkan karies gigi

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5)

I. PENDAHULUAN. maupun tujuan lain atau yang dikenal dengan istilah back to nature. Bahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia saat ini sedang menggalakkan pemakaian bahan alami sebagai bahan obat,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat difermentasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Denture stomatitis merupakan suatu proses inflamasi pada mukosa mulut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Alginat merupakan bahan cetak hidrokolloid yang paling banyak

I. PENDAHULUAN. diramu sendiri dan memiliki efek samping merugikan yang lebih kecil

BAB 1 PENDAHULUAN. pada wanita seperti kanker, tumor, mastitis, penyakit fibrokistik terus meningkat,

BAB I PENDAHULUAN. lebih banyak dibandingkan dengan Negara maju. Indonesia dengan kasus

BAB I PENDAHULUAN. dan mulut yang memiliki prevalensi tinggi di masyarakat pada semua

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. akar gigi melalui suatu reaksi kimia oleh bakteri (Fouad, 2009), dimulai dari

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berdasarkan ada atau tidaknya deposit organik, materia alba, plak gigi, pelikel,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi terhadap manusia. Infeksi

dalam mulut, mencegah pembentukan plak dan karies gigi. Berbagai penyakit dalam mulut, seperti karies gigi, gingivitis, dan periodontitis, sering

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam rongga mulut. Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga (2006) menunjukan

BAB 1 PENDAHULUAN. dari saluran napas bagian atas manusia sekitar 5-40% (Abdat,2010).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. diisolasi dari saluran akar yang terinfeksi dengan pulpa terbuka adalah obligat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Rongga mulut manusia tidak pernah terlepas dari bakteri. Dalam rongga mulut

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuntutan dan kebutuhan akan perawatan ortodonti pada masa kini semakin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan tumbuhan berkhasiat, sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. anak-anak sampai lanjut usia. Presentase tertinggi pada golongan umur lebih dari

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dan akan berlanjut ke dalam lapisan gigi serta diikuti dengan kerusakan bahan

BAB I PENDAHULUAN. Mulut memiliki lebih dari 700 spesies bakteri yang hidup di dalamnya dan. hampir seluruhnya merupakan flora normal atau komensal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak atsiri adalah minyak eteris (essential oils) atau minyak terbang (volatile oils) yang merupakan ekstrak alami dari berbagai jenis tumbuhan (Gunawan, 2009). Minyak atsiri merupakan bahan yang bersifat mudah menguap (volatile oils) dan mempunyai aroma yang khas yang diambil dari bagian-bagian tanaman seperti daun, buah, bunga, biji, kulit biji, akar, batang, dan rimpang (Effendi dan Widjanarko, 2014). Minyak atsiri mempunyai kegunaan yang sangat banyak, diantaranya adalah dalam industri makanan sebagai bahan penyedap atau penambah cita rasa; dalam industri parfum sebagai pewangi; industri kosmetik menggunakan minyak atsiri kadang sebagai bahan pewangi pembuatan sabun, pasta gigi, sampo, lotion; dalam industri farmasi, minyak atsiri digunakan sebagai antinyeri, antifungi, dan antibakteri (Gunawan, 2009). Dalam dunia perdagangan telah beredar 80 jenis minyak atsiri seperti nilam, seraiwangi, cengkeh, jahe, pala, dan lain lain (Tjokrowardojo dan Tombe, 2012). Indonesia mempunyai famili tumbuhan yang potensial sebagai penghasil minyak atsiri dan terdapat 12 jenis minyak atsiri yang telah di ekspor ke pasar dunia (Agusta, 2000; Tjokrowardojo dan Tombe, 2012). Jeruk nipis atau Citrus aurantifolia merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri dan banyak digunakan masyarakat sebagai obat tradisional 1

yang berkhasiat mengurangi demam, batuk, infeksi saluran kemih, menghilangkan ketombe, menambah stamina, mengurangi jerawat, serta sebagai antiinflamasi dan antimikroba (Nurkalimah, 2011). Produktivitas Jeruk Indonesia pada tahun 2009 mencapai 35,42 ton/ha (Deptan, 2011), dan produktivitas jeruk nipis sebanyak 3% dari total produktivitas jeruk lainnya (Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, 2009). Buah jeruk nipis banyak dikonsumsi masyarakat untuk diambil air perasannya yang mempunyai manfaat terhadap kesehatan dan mempunyai efek antibakteri (Patil, 2009; Rahardjo, 2012), selain buah, daun jeruk nipis sering digunakan sebagai obat (Reddy dkk, 2012; Karina, 2012). Daun jeruk nipis digunakan untuk mengobati penyakit kulit, sakit tenggorokan, sariawan, dan sebagai antiinflamasi serta obat kumur (Patil, 2009; Nwauzoma, 2013) dan daun jeruk nipis mengandung minyak atsiri. Minyak atsiri daun jeruk nipis mempunyai sifat antibakteri dan antijamur (Arias, 2005; Chanthapon, 2008). Aktivitas antibakteri minyak atsiri disebabkan karena minyak atsiri mengandung senyawa yang dapat menghambat atau membunuh pertumbuhan bakteri (Kan dkk, 2006; Ngaisah, 2010). Senyawa yang dihasilkan minyak atsiri daun jeruk nipis antara lain limonen, β pinen, sabinen, (E)-β Ocimene, α-pinen, myrcene, linalool, geranial, neral, citronellol, geranilasetat, nerilasetat, geraniol, dan nerol (Lota dkk, 2002). Di dalam rongga mulut, terdapat banyak mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit dan salah satu penyakit yang dapat timbul adalah karies (Ajaybhan dkk, 2010). Karies merupakan suatu penyakit infeksi yang mengenai 2

jaringan keras gigi dan menyebabkan kerusakan jaringan keras setempat (Sabir, 2005). Karies merupakan penyakit gigi dan mulut yang paling dominan diderita penduduk Indonesia (Fadlilah dkk, 2010). Berdasarkan data dari RISKESDAS 2007 menunjukkan bahwa Prevalensi Karies Penduduk Indonesia sebesar 46,5% dan yang mempunyai pengalaman karies sebesar 72,1% (Depkes, 2008). Bakteri penyebab utama karies gigi dan dominan di dalam rongga mulut adalah Streptococcus mutans yang banyak terdapat di plak gigi (Sabir, 2005). Streptococcus mutans memiliki peran dalam terjadinya fermentasi karbohidrat yang menghasilkan asam (asidogenik) dan menyebabkan demineralisasi enamel gigi (Resti dkk, 2008). Bakteri ini tidak hanya bersifat asidogenik tetapi juga bersifat asidurik (mampu bertahan dalam suasana yang sangat asam) serta menghasilkan suatu polisakarida yang lengket yang disebut dekstran (glukan). Dektran menyebabkan Streptococcus mutans dapat lengket dan mendukung perlekatan bakteri asidogenik dan asidurik lainnya pada email gigi yang dapat menghasilkan asam dan melarutkan email gigi yang berakibat menimbulkan karies pada gigi (Samarayanake, 2002). Penelitian yang dilakukan Dongmo dkk tentang aktivitas antifungi minyak atsiri daun jeruk nipis terhadap Phaeoramularia angolensis didapatkan bahwa minyak atsiri daun jeruk nipis mempunyai aktivitas antifungi terhadap Phaeoramularia angolensis (Dongmo dkk, 2009). Penelitian yang dilakukan Pertiwi tentang uji daya antibakteri dan identifikasi minyak atsiri daun jeruk nipis didapatkan bahwa minyak atsiri daun jeruk nipis memiliki aktivitas antibakteri 3

terhadap Staphylococcus aureus pada konsentrasi 20%, 40%, dan 80% dan Escherichia coli pada konsentrasi 40% dan 80% (Widiowati, 1995). Penelitian yang dilakukan Reddy dkk tentang uji antibakteri dan antioksidan minyak atsiri daun jeruk nipis terhadap bakteri Bacillus cereus, Staphylococcus aureus, Enterobacter faecalis, Salmonella paratyphi, Escherichia coli, Klebsiella pneumonia, Pseudomonas aeruginosa, dan Serratia marcescens didapatkan bahwa minyak atsiri daun jeruk nipis konsentrasi 20%, 10%, 5%, dan 1% mempunyai aktifitas antibakteri terhadap semua bakteri uji dengan terbentuknya zona hambat (Reddy dkk, 2012). Penelitian yang dilakukan Hertiani dkk tentang pengaruh minyak atsiri dari beberapa tanaman obat Indonesia terhadap Streptococcus mutans menggunakan metode dilusi didapatkan bahwa kadar hambat minimum minyak atsiri daun jeruk nipis terhadap Streptococcus mutans adalah 0,06% dan kadar bunuh minimum minyak atsiri daun jeruk nipis terhadap Streptococcus mutans adalah > 0,6% (Hertiani dkk, 2011). Berdasarkan masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang daya hambat minyak atsiri dari daun jeruk nipis ( Citrus aurantifolia) terhadap pertumbuhan bakteri Bahan pelarut yang digunakan untuk melarutkan atau mengencerkan minyak atsiri adalah etanol 96% karena etanol 96% tidak mempunyai daya hambat atau efek antibakteri sehingga aman digunakan sebagai pelarut (Khalil, 2013; Roudhatini, 2013; Roslizawati dkk, 2013). 4

1.2 Rumusan Masalah Apakah minyak atsiri dari daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia) mempunyai daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum Untuk mengetahui daya hambat minyak atsiri dari daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap pertumbuhan bakteri 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui daya hambat minyak atsiri dari daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia) konsentrasi 100% terhadap pertumbuhan bakteri 2. Untuk mengetahui daya hambat minyak atsiri dari daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia) konsentrasi 50% terhadap pertumbuhan bakteri 3. Untuk mengetahui daya hambat minyak atsiri dari daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia) konsentrasi 25% terhadap pertumbuhan bakteri 4. Untuk mengetahui daya hambat minyak atsiri dari daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia) konsentrasi 12,5% terhadap pertumbuhan bakteri 5

5. Untuk mengetahui daya hambat minyak atsiri dari daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia) konsentrasi 6,25% terhadap pertumbuhan bakteri 6. Untuk mengetahui konsentrasi efektif minyak atsiri dari daun jeruk nipis dalam menghambat pertumbuhan bakteri 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Masyarakat Memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat tentang salah satu manfaat daun jeruk nipis yang berkhasiat sebagai antimikroba. 2. Bagi Pemerintah Sebagai informasi ilmiah bagi pemerintah dalam mensosialisasikan manfaat daun jeruk nipis sebagai tanaman obat. 3. Bagi Ilmu Kedokteran Gigi Memberikan informasi tentang manfaat minyak atsiri daun jeruk nipis yang dapat dikembangkan sebagai pengganti bahan medikamen eugenol untuk perawatan karies gigi dan sebagai alternatif pengganti bahan medikamen saluran akar pada perawatan infeksi saluran akar (perawatan endodonti). 4. Bagi Peneliti Lain Sebagai referensi untuk peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian tentang uji antibakteri minyak atsiri daun jeruk nipis terhadap mikroorganisme lain dan acuan untuk peneliti selanjutnya untuk mengembangkan minyak atsiri daun jeruk nipis sebagai 6

pengganti bahan medikamen eugenol untuk perawatan karies gigi dan sebagai alternatif bahan medikamen saluran akar pada perawatan endodonti (perawatan infeksi saluran akar). 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini membahas tentang daya hambat minyak atsiri dari daun jeruk nipis ( Citrus aurantifolia) konsentrasi 100%, 50%, 25%, 12,5%, dan 6,25% terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans menggunakan metode difusi. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Eksperimental Laboratorium yang dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Laboratorium Kesehatan UPTD Balai Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat dan pada bulan Febuari 2014 sampai selesai. 7