PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN



dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 10 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 12 TAHUN 2013

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

NOMOR 6 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2015 BUPATI BEKASI PROVINSI JAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2011 NOMOR 8 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 8 TAHUN 2011

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR...

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNGJAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR.. TAHUN TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAKASSAR, PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA MAKASSAR NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG : TANGGUNGJAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH

BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

PARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

BUPATI KEPAHIANG PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPAHIANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KATINGAN NOMOR 7 TAHUN 2013

NOMOR 7 TAHUN 2017 TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

-1- BUPATI BENGKAYANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49,

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 15 TAHUN 2011

BUPATI PADANG LAWAS PROVINSI SUMATERA UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,

PROVINS! JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 1 TAHUN 2016 TENT ANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BARITO KUALA PROVINSI KALIANTAN SELATAN

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 6 Tahun 2016 Seri E Nomor 4 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

diubah dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 54 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Sarolangun,

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BUKITTINGGI

BUPATI TABALONG PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 07 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT,

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 24 TAHUN 2007

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Bangka Tengah, Kabupaten Bangka Barat dan Kabupaten Belitu

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI LUMAJANG PROPINSI JAWA TIMUR

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL, KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN PERUSAHAAN

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PENANAMAN MODAL

BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

NCA N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 6 SERI E

BUPATI MUARA ENIM PROVINSI SUMATERA SELATAN

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

2012, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN JEPARA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN KABUPATEN SUMEDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG,

DRAFT RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

BUPATI TANA TORAJA PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 10 TAHUN 2013

3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENANAMAN MODAL

BUPATI LOMBOK TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

RANCANGAN (disempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA DESA WONOSARI KECAMATAN WONOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL PERATURAN DESA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN

BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

Transkripsi:

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang : a. bahwa dunia usaha dan perusahaan, sebagai sebuah entitas bisnis mempunyai tanggung jawab untuk berperan serta dalam membangun dan meningkatkan kualitas kehidupan dan kesejahteraan sosial masyarakat; b. bahwa kualitas kehidupan dan kesejahteraan sosial masih menjadi bagian dari masalah utama bagi sebagian besar masyarakat di Kabupaten Purbalingga; c. bahwa meningkatkan kesejahteraan masyarakat adalah merupakan tanggung jawab Pemerintah Daerah sesuai dengan amanat Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; d. bahwa Pasal 74 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menyatakan bahwa Perseroan Terbatas yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan/atau berkaiatan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan; Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Djawa Tengah; 3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279); 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724); 6. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756); 7. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4866); 8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5324); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 91, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3718); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5305); 12. Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Nomor 11 Tahun 2008 tentang Penetapan Urusan Pemerintahan Daerah Kabupaten Purbalingga (Lembaran Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun 2008 Nomor 11). Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA Dan BUPATI PURBALINGGA MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Purbalingga. 2. Bupati adalah Bupati Kabupaten Purbalingga.

3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah DPRD Kabupaten Purbalingga. 5. Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disingkat SKPD adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah Daerah. 6. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan yang selanjutnya disingkat TSP adalah tanggungjawab yang melekat pada perusahaan penanaman modal di daerah untuk menciptakan dan mengembangkan hubungan yang serasi, selaras dan seimbang dengan lingkungan masyarakat sesuai nilai, norma, dan budaya setempat. 7. Pengelolaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan adalah rangkaian kegiatan koordinasi, perencanaan kegiatan, pendataan perusahaan, penghimpunan, dan pendistribusian dana/kegiatan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. 8. Pengelola Tanggung Jawab Sosial Perusahaan yang selanjutnya disebut Pengelola TSP adalah lembaga mandiri non pemerintah yang bertanggungjawab dalam pengelolaan kegiatan dan pendanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. 9. Perusahaan adalah semua badan usaha yang berdomisili di daerah, baik berbadan hukum maupun tidak, usaha perseorangan, persekutuan, baik milik swasta maupun milik negara yang mempekerjakan pekerja/buruh dengan membayar upah atau imbalan lainnya. 10. Dana Tanggung Jawab Sosial Perusahaan adalah dana yang didapat dari laba perusahaan setelah pajak yang dikelola melalui mekanisme Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. BAB II ASAS, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP Pasal 2 Penyelenggaraan TSP di daerah dilaksanakan berlandaskan asas: a. kepastian hukum; b. keterpaduan; c. aspiratif; d. keterbukaan; e. kemandirian; f. kepedulian; g. akuntabel; h. berkelanjutan; dan, i. berwawasan lingkungan. Pasal 3 Penyelenggaraan TSP di daerah bertujuan: a. mengembangkan hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antara perusahaan dengan lingkungan sosial sesuai dengan nilai, norma dan budaya masyarakat di daerah; b. mengkoordinasi dan mengakomodasi kegiatan TSP sesuai kebutuhan masyarakat agar dapat dilaksanakan secara tepat sasaran; c. memberi kepastian hukum dan arah kebijakan pelaksanaan kegiatan TSP yang sejalan dengan perencanaan pembangunan di daerah; d. terpenuhinya kegiatan TSP sesuai peraturan perundang-undangan dalam satu wadah koordinasi; e. melindungi perusahaan dari pungutan liar yang dilakukan oleh pihak yang tidak berwenang; f. terprogramnya rencana Pemerintah Daerah untuk memberikan apresiasi kepada perusahaan yang mempunyai kepedulian sosial melalui pemberian penghargaan.

Pasal 4 Ruang lingkup dibentuknya Peraturan Daerah ini adalah untuk mengatur: a. tanggung jawab sosial Perusahaan yang menjalankan usahanya baik yang berdampak maupun tidak berdampak di masyarakat secara sosial maupun lingkungan; b. Penyelenggaraan pengelolaan tanggung jawab sosial perusahaan; c. Pembentukan pengelola tanggung jawab sosial perusahaan. BAB III PENGELOLAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN Pasal 5 (1) Pengelolaan kegiatan TSP dilaksanakan oleh Pengelola TSP. (2) Tata cara pengelolaan TSP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan pengelola TSP berdasarkan arah kegiatan TSP. Pasal 6 (1) Pengelolaan TSP diarahkan melalui penyelenggaraan kegiatan: a. pemberdayaan masyarakat antara lain meningkatkan kemampuan manajemen dan produktifitas, mendorong inovasi dan kreatifitas, meningkatkan kemandirian usaha, atau pelatihan fungsi manajemen keuangan, atau kegiatan sejenis; b. pelayanan sosial berupa layanan kesehatan, pendidikan, keolahragaan, keagamaan, kebudayaan, dan/atau pelayanan sosial lainnya; c. tanggap darurat sosial dan bencana alam. (2) Pemerintah Daerah menyampaikan program prioritas pembangunan daerah kepada Pengelola TSP sebagai bahan perencanaan kegiatan TSP. BAB IV PENGELOLA TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN Bagian Kesatu Umum Pasal 7 (1) Pemerintah Daerah memfasilitasi pembentukan Pengelola TSP. (2) Pengelola TSP berkedudukan dan berdomisili di daerah, dan ditetapkan dengan Keputusan Bupati untuk masa tugas 3 (tiga) tahun. Pasal 8 (1) Tugas pokok Pengelola TSP adalah: a. mengkoordinasikan, merencanakan, mendata perusahaan, menghimpun dana TSP, dan menyusun kegiatan TSP di daerah; b. menyusun pelaporan penyelenggaraan TSP kepada Pemerintah Daerah, DPRD, dan Perusahaan Peserta Kegiatan TSP. (2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pengelola TSP mempunyai fungsi:

a. pelaksanaan sosialisasi kegiatan TSP kepada perusahaan yang menjalankan usahanya di daerah; b. pemberian layanan dan fasilitasi kepada perusahaan peserta kegiatan TSP; c. pelaksanaan pendataan, pencatatan, pendokumentasian, maupun publikasi kegiatan TSP yang akan, sedang atau telah dilakukan; d. pemberian usulan rekomendasi penghargaan dan/atau fasilitas kemudahaan kepada pemerintah daerah, bagi perusahaan peserta kegiatan TSP yang memberi kontribusi nyata terhadap kesejahteraan masyarakat. (3) Pengelola wajib menyampaikan rencana tahunan kegiatan TSP yang akan dilaksanakan kepada perusahaan peserta kegiatan TSP dengan tembusan kepada Bupati dan DPRD. Pasal 9 (1) Pengelola TSP berjumlah 7 (tujuh) orang anggota yang terdiri atas: a. 1 (satu) orang dari unsur Akademisi; b. 1 (satu) orang dari unsur Tokoh Masyarakat; c. 1 (satu) orang dari Lembaga Swadaya Masyarakat yang terdaftar di SKPD terkait; d. 4 (empat) orang perwakilan perusahaan peserta kegiatan TSP. (2) Susunan Pengelola TSP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a. 1 (satu) orang Ketua; b. 1 (satu) orang Sekretaris; c. 1 (satu) orang Bendahara; dan, d. 4 (empat) orang Anggota. (3) Ketua, Sekretaris dan Bendahara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dipilih dari dan oleh anggota Pengelola TSP. Pasal 10 Untuk dapat menjadi anggota Pengelola TSP, seorang calon harus memenuhi syarat: a. minimal berumur 35 tahun; b. berpendidikan minimal sarjana; c. berintegritas, mampu bekerjasama, serta memiliki tanggung jawab sosial yang tinggi dalam masyarakat; d. berpengalaman dalam organisasi; e. mengerti dan menguasai pengelolaan TSP; f. warga daerah dan sudah berdomisili di daerah paling sedikit selama 5 (lima) tahun berturut-turut, kecuali anggota perwakilan dari perusahaan; Pasal 11 (1) Keputusan Pengelola TSP dilakukan dengan musyawarah mufakat. (2) Apabila musyawarah mufakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai, keputusan diambil dengan suara terbanyak.

Pasal 12 (1) Untuk Pengelolaan TSP, Pengelola TSP mendapatkan biaya operasional setiap tahun. (2) Biaya operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan Pengelola TSP setinggi-tingginya 10 % dari dana TSP yang terhimpun. Pasal 13 (1) Anggota Pengelola TSP dinyatakan berhenti apabila: a. meninggal dunia; b. mengundurkan diri; c. tidak melaksanakan kewajibannya selama 6 (enam) bulan berturut-turut; d. melakukan tindak pidana dan telah mendapat putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap; e. telah habis masa tugasnya. (2) Usul pemberhentian Pengelola TSP disampaikan oleh Ketua dan Sekretaris kepada Bupati. Bagian Kedua Rekrutmen Pasal 14 (1) Bupati membentuk tim seleksi calon Pengelola TSP yang terdiri dari 3 (tiga) orang dengan susunan: a. 1 (satu) orang ketua dari unsur Pemerintah Daerah; b. 1 (satu) orang sekretaris dari unsur DPRD; dan c. 1 (satu) orang anggota dari unsur Perusahaan. (2) Seleksi calon Pengelola TSP dilakukan berdasar tahap seleksi administrasi dan wawancara. (3) Hasil seleksi calon Pengelola TSP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Bupati. (4) Tatacara rekrutmen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut oleh Bupati. BAB V DANA TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN Pasal 15 (1) Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ditetapkan dengan memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan perusahaan. (2) Pembiayaan TSP dialokasikan dari sebagian keuntungan bersih perusahaan setelah pajak atau mata anggaran lain yang ditetapkan perusahaan. Pasal 16 (1) Tanggung Jawab Sosial Perusahaan diberikan dalam bentuk dana yang dikelola Pengelola TSP.

(2) Besaran dana, cara pemungutan, dan kriteria penetapan dana TSP ditetapkan Pengelola TSP dengan persetujuan perusahaan peserta kegiatan TSP. BAB VI LAPORAN PENGGUNA DAN PENGELOLA TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN Pasal 17 (1) Setiap orang atau kelompok masyarakat yang memperoleh bantuan dana TSP diwajibkan membuat laporan penggunaan dana kepada Pengelola TSP. (2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diserahkan paling lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah kegiatan yang didanai selesai. Pasal 18 Pengelola TSP setiap tahun wajib menyerahkan laporan realisasi data perusahaan peserta TSP, dana yang dihimpun, dan distribusi kegiatan TSP kepada perusahaan peserta kegiatan TSP, dengan tembusan Bupati dan DPRD. BAB VII HAK DAN KEWAJIBAN PERUSAHAAN Pasal 19 Setiap perusahaan peserta kegiatan TSP berhak: a. menetapkan kegiatan TSP yang akan dilaksanakan oleh perusahaan bersangkutan sesuai rencana dan program prioritas yang dilaksanakan pengelola TSP; b. mendapat penghargaan, fasilitas dan/atau kemudahan lain dari pemerintah bagi perusahaan sesuai usulan pengelola TSP; Pasal 20 (1) Setiap perusahaan yang berada di daerah dan mempekerjakan karyawan paling sedikit 100 (seratus) wajib menetapkan komitmennya dalam penyelenggaraan TSP sebagai bagian dari kebijakan manajemen maupun program pengembangan perusahaan dengan mempedomani ketentuan dan/atau Peraturan Perundang-undangan yang berlaku bagi Perusahaan. (2) Perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dibedakan antara status pusat atau cabang, perusahaan milik swasta, milik negara dan/atau milik daerah, baik yang menghasilkan barang maupun jasa. BAB VIII PENGHARGAAN Pasal 21 (1) Pemerintah wajib memberikan penghargaan kepada perusahaan peserta TSP. (2) Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada perusahaan perserta kegiatan TSP dalam bentuk:

a. kemudahan pelayanan dan fasilitas; b. Penghargaan lainnya. (3) Tata cara pemberian fasilitas dan bentuk penghargaan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati. BAB IX PENGAWASAN Pasal 22 (1) DPRD dan Bupati melaksanakan pengawasan umum atas pelaksanaan kegiatan TSP. (2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui klarifikasi atas laporan realisasi tahunan kegiatan TSP. BAB X SANKSI ADMINISTRATIF Pasal 23 (1) Pengelola TSP yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) dan Pasal 18 dijatuhi sanksi administratif. (2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa: a. teguran tertulis; b. pemberhentian sementara atau definitif, jika pelanggaran tersebut dilakukan lebih dari 1 (satu) kali, baik untuk sebagian atau seluruh pengelola. Pasal 24 Setiap orang atau kelompok masyarakat yang tidak menyerahkan laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) tidak dapat lagi memperoleh dana TSP. Pasal 25 Perusahaan yang tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 dijatuhi sanksi administratif berupa teguran tertulis. BAB XI KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 26 Pengelola TSP sudah harus terbentuk paling lambat 1 (satu) tahun sejak diundangkannya Peraturan Daerah ini.

BAB XII KETENTUAN PENUTUP Pasal 27 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Purbalingga. Diundangkan di Purbalingga pada tanggal 26 Desember 2012 Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA Asisten Administrasi cap ttd IMAM SUBIJAKTO Ditetapkan di Purbalingga pada tanggal 22 Desember 2012 BUPATI PURBALINGGA, cap ttd HERU SUDJATMOKO LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2012 NOMOR 28

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN I. UMUM Interaksi sosial antara perusahaan dengan masyarakat tidak dapat dipisahkan. Perusahaan masuk menjadi bagian kehidupan masyrakat sekaligus mempengaruhi kehidupan masyarakat. Selain sebagai entitas bisnis (bussines entity), perusahaan juga menjadi bagian dari warga negara (corporate citizenship) yang terlibat langsung dalam dinamika kehidupan masyarakat. Keberlanjutan bisnis perusahaan bergantung pula pada kondisi sosial ekonomi dan kualitas hidup masyarakat, sehingga perusahaan tidak boleh hanya berorientasi pada keuntungan semata. Perusahaan harus ikut bertanggungjawab terhadap kelestarian lingkungan hidup, kehidupan sosial ekonomi, maupun nilai dan budaya masyarakat di mana mereka bertempat tinggal. Perusahaan, dengan potensi dananya mempunyai kesempatan untuk ikut berperan dalam menggerakan dan mengarahkan pembangunan ekonomi, melestarikan lingkungan hidup, meningkatkan kualitas pendidikan, maupun kehidupan sosial lainnya. Karena itu potensi perusahaan perlu dikembangkan melalui program tanggung jawab sosial perusahaan, yang dikelola secara akuntabel, berkeadilan, merata, bermutu, sesuai program prioritas daerah. Program diatur pula dengan tegas dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Oleh karena itu, program tanggung jawab sosial perusahaan perlu dikembangkan dan diarahkan melalui pembentukan peraturan daerah yang dapar meberi kepastian bagi pelaksanaan program. Dengan landasan hukum dan arah kebijakan yang jelas, tanggung jawab sosial perusahaan dapat dikembangkan untuk dapat mengikuti dan memenuhi kebutuhan perkembangan perekonomian dan dunia usaha yang sangat pesat dewasa ini. Lebih dari itu, pembentukan dasar hukuk yang tepat dapat menciptakan kesatuan hukum dan lebih menjamin kepastian hukum dalam pelaksanannya. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 huruf a Yang dimaksud dengan asas kepastian hukum adalah bahwa program TSP harus didasarkan pada legitimasi hukum yang kuat sebagai arah pengembangan dan pelaksanaan program.

huruf b Yang dimaksud dengan asas keterpaduan adalah bahwa pelaksanaan program TSP harus dilakukan melalui sinergi kebutuhan masyarakat dengan program prioritas pemerintah. huruf c Yang dimaksud dengan asas aspiratif adalah bahwa setiap anggota masyarakat didorong untuk berperan serta dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan TSP, baik secara langsung maupun tidak langsung. huruf d Yang dimaksud dengan asas keterbukaan adalah terbuka dalam pengelolaan program untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif dalam kegiatan pelaksanaan TSP. huruf e Yang dimaksud dengan asas kemandirian adalah bahwa pelaksanaan TSP dilakukan dengan tetap mengedepankan potensi daerah demi terwujudnya pertumbuhan ekonomi daerah. huruf f Yang dimaksud dengan asas kepedulian adalah bahwa pelaksanaan kegiatan TSP berpijak pada kepedulian perusahaan terhadap pembangunan ekonomi dan kesejahteraan sosial masyarakat di lingkungannya. huruf g Yang dimaksud dengan asas akuntabel adalah bahwa pengelolaan program TSP harus dapat dipertanggungjawabkan baik secara ekonomi maupun secara sosial. huruf h Yang dimaksud dengan asas berkelanjutan adalah bahwa kegiatan TSP dapat dilaksanakan secara terus menerus selama perusahaan beroperasi dan menghasilkan keuntungan. huruf i Yang dimaksud dengan asas berwawasan lingkungan adalah bahwa pengembangan kegiatan TSP secara terencana dengan tetap memperhatikan dan mengutamakan perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup. Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Ayat (1) Arah penyelenggaraan TSP dalam Pasal 5 ayat (1) limitatif. ini tidak bersifat Ayat (2) Program prioritas pembangunan daerah disampaikan sebagai masukan untuk sinergi kegiatan TSP dengan program Pemerintah Daerah. Pasal 6

Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Ayat (1) huruf a yang dimaksud SKPD terkait adalah SKPD yang membidangi pendaftaran dan pendataan Lembaga Swadaya Masyarakat. huruf b : Cukup jelas huruf c : Cukup jelas Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Ayat (1) Setiap perusahaan yang berada di daerah dan mempekerjakan karyawan dibawah 100 (seratus) dapat menetapkan komitmennya dalam penyelenggaraan TSP sebagai bagian dari kebijakan manajemen maupun program pengembangan perusahaan dengan mempedomani ketentuan dan/atau Peraturan Perundang-undangan yang berlaku bagi perusahaan. Ayat (2) huruf a Yang dimaksud kemudahan pelayanan dan fasilitas misalnya dalam pelayanan perpanjangan izin usaha, atau fasilitas pembebasan dan pengurangan pajak/retribusi daerah.

huruf b Yang dimaksud penghargaan lainnya misalnya dalam bentuk ucapan terima kasih melalui media massa, pemberian sertifikat, dan/atau vandel dan sebagainya. Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23 Pasal 24 Pasal 25 Pasal 26 Pasal 27