Pemutahiran Basis Data Terpadu (PBDT) Tahun 2015 di Kabupaten Asmat

dokumen-dokumen yang mirip
Sejak tahun 2009, tingkat kemiskinan terus menurun namun pada tahun 2013 terjadi peningkatan.

Seuntai Kata. Jayapura, Desember 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Papua. Ir. Didik Koesbianto, M.Si

Proyeksi Penduduk Kabupaten/Kota Provinsi Papua. UNITED NATIONS POPULATION FUND JAKARTA 2015 BADAN PUSAT STATISTIK

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2015 di Kabupaten Asmat

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PAPUA TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI PAPUA 2015

Provinsi Kabupaten/kota Laki-laki Perempuan Total

Paparan Progres Implementasi 5 Sasaran Kegiatan Koordinasi dan Supervisi (Korsup) Minerba di Provinsi Papua PEMERINTAH PROVINSI PAPUA 2015

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Tim Penyusun. Perwakilan BKKBN Provinsi Papua 2014

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Papua Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

PERBANDINGAN ANTAR DAERAH

A. CABAI BESAR C. BAWANG MERAH

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG

Dapat undangan tetapi musyawarah dilakukan pada waktu yang salah. Dapat undangan terlambat N % N % N % N % N % N %

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

BAB I PENDAHULUAN. Papua merupakan provinsi paling timur di Indonesia, memiliki luas wilayah

TEMA PEMBANGUNAN TPH DAN KOMODITAS UNGGULAN DI 5 WILAYAH PENGEMBANGAN

DAFTAR DAERAH AFIRMASI LPDP TAHUN 2018

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

DAFTAR PENERIMA SURAT KELOMPOK V

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT MARET 2017

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

Drg. Josef Rinta R, M.Kes.MH Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Waktu Check In Waktu Pembukaan PLPG Tahap Agustus 2015 LPMP Provinsi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 131 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN DAERAH TERTINGGAL TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT SEPTEMBER 2015

Pemutakhiran Basis Data Terpadu Tahun 2015 Untuk Program-program Perlindungan Sosial

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROFIL KEMISKINAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2015

KEMENTERIAN KESEHATAN RI Jalan H.R. Rasuna Said Blok X-5 Kavling 4-9 Jakarta Telepon : (021) (Hunting)

UNIFIKASI SISTEM PENETAPAN SASARAN NASIONAL

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT SEPTEMBER 2014

DAFTAR DAERAH TERTINGGAL

Daftar Daerah Tertinggal

Lampiran Surat Nomor : 331/KN.320/J/07/2016 Tanggal : 14 Juli 2016

PROFIL PEMBANGUNAN PAPUA

PROFIL DAERAH DAN PERMASALAHAN EMISI GAS RUMAH KACA

Lampiran 1 Nomor : 6517 /D.3.2/06/2017 Tanggal : 22 Juni Daftar Undangan

1. Apa yang dimaksud dengan Basis Data Terpadu? 2. Apa Kegunaan Basis Data Terpadu?

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROFIL KEMISKINAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2013

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT SEPTEMBER 2016

MENETAPKAN SASARAN BERBASIS WILAYAH DAN RUMAH TANGGA MENGGUNAKAN DATA BDT, PODES, DAN SUSENAS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMANFAATAN DATA UNTUK PENAJAMAN INTERVENSI KEBIJAKAN

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI INSPEKTORAT PROVINSI PAPUA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAMBERAMO RAYA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA MARET, 2017

jayapurakota.bps.go.id

BPS PROVINSI LAMPUNG

BPS KABUPATEN PAKPAK BHARAT

PENSASARAN PROGRAM BERDASARKAN RUMAH TANGGA DAN WILAYAH

Sekapur Sirih. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dasar dengan menyelenggarakan kegiatan Sensus Penduduk di Indonesia.

TINGKAT KEMISKINAN DI LUWU TIMUR KEADAAN MARET TAHUN 2015

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DAN ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA (ASPM) KOTA JAYAPURA 2014

KEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA SEPTEMBER, 2016

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAMBERAMO RAYA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT MARET 2015

DAFTAR DAERAH TERTINGGAL, TERLUAR DAN TERDEPAN (3T)

KEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA MARET, 2015

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAMBERAMO RAYA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA SEPTEMBER 2015

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2014

KEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA MARET, 2016

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2016

SPESIALISASI DAN KONSENTRASI SEKTOR USAHA NON PERTANIAN DI PROVINSI PAPUA. Abstrak

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA 2014

KEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA SEPTEMBER, 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT MARET 2013

Mengurangi Kemiskinan Melalui Keterbukaan dan Kerjasama Penyediaan Data

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Riau pada Maret 2016 adalah 515,40 ribu atau 7,98 persen dari total penduduk.

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2015

DAFTAR DAERAH TERTINGGAL, TERLUAR DAN TERDEPAN (3T)

BDT. Pendahuluan BASIS DATA TERPADU

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2016

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Riau pada Maret 2017 adalah 514,62 ribu jiwa atau 7,78 persen dari total penduduk.

TINGKAT KEMISKINAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SEPTEMBER 2013 SEBESAR 15,03 PERSEN

(2) Keterangan : s = standar deviasi x = rata-rata n = banyak data

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2016

MENETAPKAN SASARAN BERBASIS WILAYAH DAN RUMAH TANGGA MENGGUNAKAN DATA BDT, PODES, DAN SUSENAS


Tabel 2 Perkembangan dan Proyeksi Usia Harapan Hidup (UHH) Kabupaten Tertinggal KODE KABUPATEN

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2017

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA SEPTEMBER 2016

Tingkat Kemiskinan Jawa Barat Maret 2015

Daftar Daerah Tertinggal, Terdepan dan Terluar (3T)

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2015 RINGKASAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

EFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DI PROVINSI PAPUA : SUATU PENERAPAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS DI SEKTOR PENDIDIKAN

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN KHUSUS DAN LAYANAN KHUSUS

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SERIAL PUSAT DATA DAN ANALISIS PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA BADAN PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI PAPUA

Transkripsi:

Nomor : BRS-01/BPS-9415/Th. I, 26 April 2016 Pemutahiran Basis Data Terpadu (PBDT) Tahun 2015 di Kabupaten Asmat 1. Jumlah rumah tangga hasil Pemutahiran Basis Data Terpadu (PBDT) tahun 2015 di Kabupaten Asmat sebesar 17.403 rumah tangga BDT atau 69.828 anggota rumah tangga. 2. Jika dibanding dengan hasil Pendataan Program Perlindungan Sosial tahun 2011 (PPLS2011), jumlah rumah tangga BDT mengalami kenaikan sebesar 2.477 rumah tangga yaitu dari 14.926 rumah tangga BDT menjadi 17.403 rumah tangga BDT. 3. Dari 19 distrik yang ada di Kabupaten Asmat, hanya Distrik Agats yang mengalami penurunan jumlah rumah tangga BDT, yaitu dari 1.427 rumah tangga pada tahun 2011 menjadi 1.187 rumah tangga pada tahun 2015 (berkurang sebanyak 240 rumah tangga BDT). 4. Empat distrik dengan sebaran rumah tangga BDT terbanyak adalah Distrik Fayit (9,53 persen), Sawa Erma (8,44 persen), Safan (7,38 persen), dan Distrik Atsy (7,06 persen). Hal ini sejalan dengan sebaran jumlah penduduk di Kabupaten Asmat, dimana sebagian besar penduduk berdiam di kawasan ini. Sedangkan distrik yang persentase rumah tangga BDTnya kecil berturut-turut adalah Distrik Jetsy (2,66 persen), Betcbamu (3,31 persen), Kolf Braza (3,31 persen), dan Distrik Joerat (3,40 persen). 1. Pemutahiran Basis Data Terpadu (PBDT) Perlindungan sosial merupakan bagian dari visi, misi, dan program pemerintah yang dikenal dengan Nawa Cita atau sembilan agenda perubahan. Salah satu agenda adalah meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui program perlindungan sosial. Berbagai program yang dimaksud adalah Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar, Program 1

Indonesia Sehat, Beras untuk Rakyat Miskin (Raskin), Program Keluarga Harapan (PKH), dan sebagainya. Dalam melaksanakan berbagai program tersebut dibutuhkan data dan informasi mengenai rumah tangga sasaran dalam bentuk Basis Data terpadu (BDT). BDT merupakan basis data tunggal yang dapat digunakan untuk perencanaan program dan mengidentifikasi nama dan alamat calon penerima berbagai program perlindungan sosial, baik rumah tangga, keluarga maupun individu berdasarkan pada kriteria sosial ekonomi yang ditetapkan oleh pelaksana program, baik program berskala nasional maupun daerah. Program yang telah dilaksanakan pemerintah dengan memanfaatkan data BDT diantaranya : Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS), Program Bantuan Siswa Miskin (BSM)/Program Indonesia Pintar (PIP), Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Program Indonesia Sehat (PIS), Program Subsidi Beras bagi Masyarakat Berpendapatan Rendah (Raskin), Program Keluarga Harapan (PKH) serta beberapa program lainnya. 1 BDT tersebut merupakan hasil Pendataan Program Perlindungan Sosial tahun 2011 (PPLS 2011) dan sumber data lain yang dikelola oleh Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) dari tahun 2012-2014. BDT yang dibangun dari hasil PPLS 2011 perlu dimutakhirkan, agar kebijakan pemerintah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengentaskan kemiskinan menjadi tepat sasaran. Untuk itu, pemerintah menugaskan BPS melakukan pemutakhiran dan pengolahan data karakteristik rumah tangga/keluarga sasaran melalui kegiatan Pemutakhiran Basis Data Terpadu (PBDT) 2015. Penugasan tersebut tertuang dalam Instruksi Presiden nomor 7 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar, dan Program Indonesia Sehat untuk Membangun Keluarga Produktif. 2. Basis Data Terpadu Per Kabupaten/Kota se-papua Jumlah rumah tangga hasil Pemutahiran Basis Data Terpadu tahun 2015 di Papua sebesar 487.329 rumah tangga BDT dengan anggota rumah tangga sebanyak 1.687.113 jiwa. Jika dibanding dengan hasil Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) tahun 2011, jumlah rumah tangga BDT mengalami kenaikan sebesar 8,3 persen yaitu dari 449.811 rumah tangga menjadi 487,329 rumah tangga. Sebaran rumah tangga BDT terbesar berada di wilayah pegunungan Papua, yaitu di Kabupaten Yahukimo 41.750 rumah tangga atau 8,57 persen dan Kabupaten Jayawijaya 41.459 rumah tangga atau 8,51 persen dari total rumah tangga BDT Papua. Sedangkan Kabupaten dengan jumlah rumah tangga BDT kurang dari satu persen adalah Kabupaten Supiori 0,46 persen (2.249 rumah tangga), Kabupaten Mamberamo Raya 0,65 persen (3.184 rumah tangga), dan Kabupaten Waropen 0,72 persen (3.511 rumah tangga). Wilayah selatan Papua yang terdiri dari empat kabupaten menyumbang sebesar 13,01 persen dari total rumah tangga BDT seluruh Papua. Jumlah rumah tangga BDT di empat kabupaten tersebut 1 www. tnp2k.go.id 2

berturut-turut dari yang terbesar ke terkecil adalah Kabupaten Merauke 24.305 rumah tangga (4,99 persen), Kabupaten Asmat 17.403 rumah tangga (3,57 persen), Kabupaten Mappi 13.795 rumah tangga (2,83 persen), dan Kabupaten Boven Digoel 7.922 rumah tangga (1,63 persen). Tabel 1. Jumlah Rumah Tangga dan Anggota Rumah Tangga Hasil Basis Data Terpadu Tahun 2015 No Kabupaten/Kota Jumlah Rumah tangga Persentase (%) (1) (2) (3) (4) 1 Merauke 24.305 4,99 2 Jayawijaya 41.459 8,51 3 Jayapura 11.718 2,40 4 Nabire 14.285 2,93 5 Kepulauan Yapen 12.235 2,51 6 Biak Numfor 17.791 3,65 7 Paniai 30.247 6,21 8 Puncak Jaya 25.535 5,24 9 Mimika 21.553 4,42 10 Boven Digoel 7.922 1,63 11 Mappi 13.795 2,83 12 Asmat 17.403 3,57 13 Yahukimo 41.750 8,57 14 Pegunungan Bintang 12.895 2,65 15 Tolikara 22.095 4,53 16 Sarmi 5.885 1,21 17 Keerom 7.442 1,53 18 Waropen 3.511 0,72 19 Supiori 2.249 0,46 20 Mamberamo Raya 3.184 0,65 21 Nduga 16.404 3,37 22 Lanny Jaya 35.006 7,18 23 Mamberamo Tengah 8.885 1,82 24 Yalimo 14.935 3,06 25 Puncak 23.378 4,80 26 Dogiyai 13.519 2,77 27 Intan Jaya 7.197 1,48 28 Deiyai 14.509 2,98 29 Kota Jayapura 16.237 3,33 30 Papua 487.329 100,00 Sumber : BPS, diolah dari PBDT 2015 3

3. Perkembangan Basis Data Terpadu di Kabupaten Asmat Berdasarkan hasil PBDT, jumlah rumah tangga BDT di Kabupaten Asmat sebanyak 17.403 atau sebesar 69.828 anggota rumah tangga (ART). Jika dibanding dengan hasil Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) tahun 2011, jumlah rumah tangga BDT mengalami kenaikan sebesar 2.477 rumah tangga yaitu dari 14.926 menjadi 17.403 rumah tangga BDT. Kenaikan rumah tangga BDT terutama terjadi di distrik-distrik yang mengalami pemekaran wilayah. Dimana selama kurun waktu 2011-2015, jumlah distrik bertambah sebanyak 11 distrik, yaitu dari 8 distrik menjadi 19 distrik. Selain itu, kenaikan rumah tangga BDT disebabkan makin banyaknya pasangan rumah tangga baru yang terbentuk. Seseorang yang pada tahun 2011 berstatus belum menikah namun pada tahun 2015 seseorang tersebut telah menikah dan membentuk rumah tangga sendiri. Hal tersebut tergambar dari laju pertumbuhan rumah tangga (17,09 persen) yang lebih tinggi dari laju pertumbuhan anggota rumah tangga (5,17 persen) selama periode 2011-2015. Demikian juga jika dilihat dari rata-rata anggota rumah tangga, dimana hasil PBDT 2015 (4 s/d 5 orang per rumah tangga) lebih besar dari hasil PPLS 2011 (4 orang per rumah tangga). Tabel 2. Perkembangan Basis Data Terpadu di Kabupaten Asmat Tahun 2011-2015 NO KETERANGAN PPLS 2011 PBDT 2015 (1) (2) (3) (4) 1 Jumlah Rumah Tangga 14.926 17.403 2 Jumlah Anggota Rumah Tangga 66.395 69.828 3 Rata-rata Anggota Rumah Tangga 4,5 4,0 4 Laju Pertumbuhan Rumah Tangga 2011-2015 17,09 5 Laju Pertumbuhan Anggota Rumah Tangga 2011-2015 5,17 Sumber : BPS, diolah dari PPLS 2011 dan PBDT 2015 4. Sebaran Basis Data Terpadu per Distrik Ketersediaan data sebaran jumlah BDT per distrik sangatlah penting bagi pemerintah, untuk mengetahui kantong-kantong kemiskinan. Sebaran rumah tangga BDT di Kabupaten Asmat terkonsentrasi di distrik yang telah lama berdiri. Empat distrik dengan persentase terbanyak adalah Distrik Fayit (9,53 persen), Sawa Erma (8,44 persen), Safan (7,38 persen), dan Distrik Atsy (7,06 persen). Hal ini sejalan dengan sebaran jumlah penduduk di Kabupaten Asmat, dimana sebagian besar penduduk berdiam di kawasan ini. Sedangkan distrik yang persentase rumah tangga BDTnya kecil berturut-turut adalah Distrik Jetsy (2,66 persen), Betcbamu (3,31 persen), Kolf Braza (3,31 persen), dan Distrik Joerat (3,40 persen). 4

% Grafik 1. Persentase Rumah tangga BDT Dirinci Per Distrik, Tahun 2015 12 10 8 6 4 2 0 Distrik Tabel 3 memperlihatkan perbandingan jumlah RTS hasil PPLS 2011 dengan hasil PBDT 2015. Jumlah distrik pada tahun 2011 di Kabupaten Asmat hanya sebanyak 8 distrik, sehingga distrikdistrik yang dimekarkan setelah tahun 2011 datanya masih gabung dengan distrik induk. Oleh karenanya sangat tidak relevan membandingkan secara langsung data rumah tangga untuk distrikdistrik yang mengalami pemekaran wilayah. Distrik yang dapat dibandingkan secara langsung antara data PPLS 2011 dan PBDT 2015 adalah distrik yang tidak mengalami pemekaran wilayah selama kurun waktu tersebut, yaitu Distrik Agats dan Distrik Fayit. Rumah tangga BDT di Distrik Agats pada tahun 2011 sebesar 1.427 rumah tangga, berkurang menjadi 1.187 rumah tangga pada tahun 2015 atau mengalami penurunan sebesar 240 rumah tangga. Berkurangnya jumlah rumah tangga BDT di Distrik Agats mengindikasikan bahwa kondisi perekonomian penduduk di ibukota Kabupaten Asmat kian membaik. Berbeda dengan Distrik Agats, jumlah rumah tangga BDT di Distrik Fayit mengalami peningkatan. Jumlah BDT pada tahun 2011 sebesar 1.581 rumah tangga menjadi 1.658 rumah tangga pada tahun 2015 atau bertambah sebanyak 77 rumah tangga BDT. 5

Tabel 3. Jumlah Rumah Tangga Hasil PPLS 2011 dan PBDT 2015 Dirinci Menurut Distrik NO DISTRIK RUMAH TANGGA ANGGOTA RUMAH TANGGA PPLS 2011 PBDT 2015 PPLS 2011 PBDT 2015 (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Pantai Kasuari 3.389 846 15.604 3.490 2 Kopay - 676 * 2.974 3 Der Koumur - 881 * 3.847 4 Safan - 1.285 * 5.366 5 Fayit 1.581 1.658 6.985 7.174 6 Atsy 2.971 1.228 12.355 4.814 7 Sirets - 838 * 3.286 8 Ayip - 774 * 3.110 9 Betcbamu - 576 * 2.279 10 Suator 1.264 1.048 5.545 4.503 11 Kolf Braza - 576 * 2.189 12 Akat 1.166 796 5.230 3.243 13 Jetsy - 463 * 1.879 14 Agats 1.427 1.187 7.481 5.599 15 Sawa Erma 2.959 1.468 12.313 5.366 16 Suru-suru 169 894 882 3.026 17 Unir Sirau - 858 * 2.875 18 Joerat - 592 * 2.259 19 Pulau Tiga - 759 * 2.549 Total 14.926 17.403 66.395 69.828 * data masih gabung dengan distrik induk 5. Penjelasan Tekhnis a. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan seseorang memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari garis kemiskinan. b. Sumber data utama yang digunakan untuk mengukur kemiskinan adalah Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang pada tahun 2015 dilakukan dua kali dalam setahun (Maret dan September). Data kemiskinan yang dihasilkan dari survei ini adalah persentase penduduk miskin (Head Count Index = p0), tingkat kedalaman kemiskinan (Poverty Gap Index = P1), dan tingkat keparahan kemiskinan (Poverty Severity Index = P2). Data ini disajikan setiap tahun oleh BPS. c. Data kemiskinan tersebut adalah data kemiskinan makro karena hanya berupa data agregat kemiskinan yang disajikan sampai dengan level kabupaten/kota. Data kemisikinan makro digunakan 6

sebagai bahan perencanaan/evaluasi pembangunan oleh pemerintah. Data tersebut tidak dapat digunakan untuk program targeting langsung ke penduduk (seperti program BLSM, PKH, raskin, dan lain sebagainya) karena tidak dapat menunjukan siapa dan dimana penduduk miskin tinggal (by name by address). d. Untuk keperluan program targeting langsung ke penduduk diperlukan data kemiskinan mikro, yang diperoleh dengan metode pendataan lengkap (sensus), sehingga di peroleh data kemiskinan by name by address. Oleh karena membutuhkan biaya yang cukup besar dalam pengumpulan data kemiskinan mikro (sensus) maka tidak dapat dilakukan setiap tahun. Data kemiskinan mikro pernah dilakukan pada tahun 2005 (PSE 2005), 2008 (PPLS 2008), 2011 (PPLS 2011), dan 2015 (PBDT 2015). e. Pemutahiran Basis Data Terpadu (PBDT) tahun 2015 dimaksudkan untuk memutahirkan basis data terpadu tahun 2011 (data kemiskinan mikro dari PPLS 2011) yang dihimpun oleh Tim Nasional Percepatan Penananggulanan Kemiskinan (TNP2K). f. Pelaksanaan PBDT 2015 di Kabupaten Asmat dilakukan dengan 2 metode yaitu metode pencacahan lengkap dan ground check. Metode pencacahan lengkap yaitu mendata seluruh rumah tangga (ruta) sasaran secara door to door berdasarkan daftar ruta pre list awal hasil PPLS 2011 yang telah di update berdasarkan informasi dari aparat kampung/distrik. Sedangkan metode ground check yaitu meng-update ruta pada daftar pre list awal berdasarkan informasi dari aparat kampung/distrik (mencoret nama ruta yang tidak layak seperti PNS/TNI/POLRI/ruta kaya / ruta telah meninggal dari daftar pre list awal dan memasukan nama ruta sasaran yang belum ada pada daftar pre list tersebut). Badan Pusat Statistik Kabupaten Asmat. Jl. Safan No.1 Bis Agats, Asmat Papua 99977 Email : bps9415@bps.go.id. Website : http://asmatkab.bps.go.id 7