Ekspresi Imunositokimia Hector Battifora Mesothelioma Cell-1 (HBME-1) pada Nodul Tiroid Diferensiasi Sel Folikel

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan

Ekspresi Imunositokimia CK19

KARAKTERISTIK KLINIS DAN DIAGNOSIS SITOLOGI PASIEN DENGAN NODUL TIROID YANG DILAKUKAN PEMERIKSAAN FINE NEEDLE ASPIRATION BIOPSY

BAB I PENDAHULUAN. Keganasan ini dapat menunjukkan pola folikular yang tidak jarang dikelirukan

Tingkat Ekspresi Galectin-3 Sebagai Penanda Lesi Jinak Dan Lesi Ganas Pada Tiroid

Majalah Kesehatan FKUB Volume 2, Nomer 3, September 2015

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah cross sectional

Ekspresi prb untuk Membedakan Neoplasma Tiroid Jinak dan Ganas Dibandingkan dengan Gambaran Hsitopatologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penelitian yang dilakukan oleh Weir et al. dari Centers for Disease Control and

I. PENDAHULUAN. pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang

KETEPATAN PEMERIKSAAN TERPADU SITOLOGI BIOPSI ASPIRASI JARUM HALUS (Si-BAJAH) DAN ULTRASONOGRAFI PADA NODUL TIROID DI RSUP H.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membuat protein, dan mengatur sensitivitas tubuh terhadap hormon

BAB 1 PENDAHULUAN. Massa regio colli atau massa pada leher merupakan temuan klinis yang

BAB I. PENDAHULUAN I.A. LATAR BELAKANG. American Thyroid Association (2014) mendefinisikan. nodul tiroid sebagai benjolan yang terbentuk karena

KARAKTERISTIK PENDERITA KANKER TIROID DI BAGIAN BEDAH ONKOLOGI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia dan di Bali khususnya insiden karsinoma tiroid sangat tinggi sejalan

UJI DIAGNOSTIK FNAB (FINE NEEDLE ASPIRATION BIOPSY) DIBANDINGKAN DENGAN BIOPSI PATOLOGI ANATOMI DALAM MENDIAGNOSIS KARSINOMA TIROID

Validitas Pemeriksaan Imunositokimia HMGA2 dalam Penegakan Diagnosis Nodul Jinak dan Ganas Tiroidpada Sediaan Biopsi Aspirasi Jarum Halus

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan tugas sebagai seorang dokter, satu hal yang rutin dilakukan adalah menegakkan

BAB I PENDAHULUAN diantaranya meninggal akibat penyakit tersebut (Lester, 2004 ;

BAB I PENDAHULUAN. tiroid ditemukan pada 4-8% dari populasi umum dengan pemeriksaan palpasi, 10-

BAB I PENDAHULUAN. klinik. Prevalensi nodul berkisar antara 5 50% bergantung pada populasi tertentu

Ekspresi Galectin-3 dan Cyclin D1 pada Nodular Hiperplasia,

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL. Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

KONFIRMASI DIAGNOSTIK SITOLOGI IMPRINT DAN POTONG BEKU TERHADAP HISTOPATOLOGI LESI-LESI TIROID DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN TESIS

VALIDITAS DIAGNOSTIK BIOPSI ASPIRASI JARUM HALUS PADA KARSINOMA PAYUDARA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia insiden karsinoma tiroid mengalami peningkatan setiap tahun (Sudoyo,

Prosiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan

NILAI DIAGNOSTIK KARAKTERISTIK KLINIS DIBANDINGKAN DENGAN BIOPSI PATOLOGI ANATOMI DALAM MENDIAGNOSIS KARSINOMA TIROID JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

5.2 Distribusi Pasien Tumor Tulang Berdasarkan Kelompok Usia dan Jenis Kelamin Distribusi Pasien Tumor Tulang Berdasarkan Lokasi

BAB I PENDAHULUAN. umum adalah 4-8 %, nodul yang ditemukan pada saat palpasi adalah %,

ABSTRAK. UJI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN TUBEX-TF DAN WIDAL TERHADAP BAKU EMAS KULTUR Salmonella typhi PADA PENDERITA TERSANGKA DEMAM TIFOID

BAB 1 PENDAHULUAN. ditemukan di seluruh dunia dewasa ini (12.6% dari seluruh kasus baru. kanker, 17.8% dari kematian karena kanker).

HALAMAN PENGESAHAN KTI HUBUNGAN OVEREKSPRESI HUMAN EPIDERMAL GROWTH FACTOR RECEPTOR 2 (HER-2) DENGAN GRADE HISTOLOGI PADA PASIEN KANKER PAYUDARA

ABSTRAK ANGKA KEJADIAN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2010

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma payudara merupakan penyakit keganasan yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dunia. Pada tahun 2012 sekitar 8,2 juta kematian diakibatkan oleh kanker. Kanker

Keakuratan Diagnosis Pemeriksaan Sitologi Aspirasi Jarum Halus pada Tumor Payudara di RSUP. Dr. Mohammad Hoesin Palembang

BAB I PENDAHULUAN. Tumor secara umum merupakan sekumpulan penyakit. yang membuat sel di dalam tubuh membelah terlalu banyak

ABSTRAK. Angka Kejadian Karsinoma Mammae di Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode Januari 2007 Desember 2009

ABSTRAK GAMBARAN PAP SMEAR ABNORMAL DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER 2015

HUBUNGAN ANTARA PEMERIKSAAN KOLONOSKOPI PADA PASIEN KELUHAN BERAK DARAH DENGAN KEJADIAN TUMOR KOLOREKTAL DI RSUP DR.

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kulit terbagi 2 kelompok yaitu melanoma dan kelompok non

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

ABSTRAK. Wilianto, 2010 Pembimbing I :dr. July Ivone.,M.K.K.,M.Pd.Ked Pembimbing II :dr. Sri Nadya S., M.Kes

Ekspresi Penanda Tumor CEA dan Calretinin pada Adenocarcinoma dan Sel Mesotel Reaktif dari Cairan Pleura

BAB 4 HASIL. Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., Universitas Indonesia

ABSTRAK. Pembimbing II : Penny S M., dr., Sp.PK., M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERANAN PATOLOGI DALAM DIAGNOSTIK TUMOR PAYUDARA

PENDAHULUAN METODE HASIL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Limfoma merupakan keganasan yang berasal dari. sistem limfatik (University of Miami Miller School of

Laporan Kasus. Peran Sitologi Aspirasi Jarum Halus dalam Mendiagnosis Pembesaran Kelenjar Salivari : Kajian 227 Kasus

BAB 1 PENDAHULUAN. 5 15% wanita usia reproduktif pada populasi umum. rumah sakit pemerintah adalah sebagai berikut : di RSUD dr.

Hubungan Ekspresi Reseptor Progesteron dengan Derajat Diferensiasi Carsinoma Mammae

KANKER PAYUDARA dan KANKER SERVIKS

GAMBARAN HISTOPATOLOGI TUMOR KELENJAR LIUR DI MANADO PERIODE JULI 2010 JULI 2013

PENILAIAN KADAR SERUM THYROID STIMULATING HORMONE SENSITIVE SEBAGAI DETEKSI DINI PADA KANKER TIROID

Penyebab, Gejala, dan Pengobatan Kanker Payudara Thursday, 14 August :15

ABSTRAK PREVALENSI HIPERPLASIA PROSTAT DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2004 DESEMBER 2006

Pola Distribusi Imunoekspresi P63 pada Hiperplasia Prostat sebagai Indikator Keganasan

I. PENDAHULUAN. saat ini menjadi permasalahan dunia, tidak hanya di negara berkembang

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

KARYA TULIS ILMIAH PERBANDINGAN TINGKAT KELENGKAPAN PENGISIAN FORMULIR DAN ADEKUASI HASIL APUSAN PAP SMEAR

EKSPRESI p40 DAN CK 5/6 PADA DIAGNOSIS SITOLOGI EFUSI PLEURA DENGAN GAMBARAN KEGANASAN ABSTRACT

BAB 1 PENDAHULUAN. serviks uteri. Kanker ini menempati urutan keempat dari seluruh keganasan pada

METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan studi

BAB I PENDAHULUAN. Kanker Ovarium Epitel (KEO) merupakan kanker ginekologi yang. mematikan. Dari seluruh kanker ovarium, secara histopatologi dijumpai

BAB 4 HASIL. 4.1 Pengambilan Data

ABSTRAK KARAKTERISTIK ULTRASONOGRAFI PADA KECURIGAAN KLINIS KANKER TIROID DI RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE JANUARI 2015-DESEMBER 2015

BAB I PENDAHULUAN. Tumor kolorektal merupakan neoplasma pada usus besar yang dapat

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT SANTO BORROMEUS BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2010

KARSINOMA MEDULER TIROID DIAGNOSIS MELALUI BIOPSI ASPIRASI JARUM HALUS

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 4

BAB V HASIL PENELITIAN. Selama periode penelitian mulai Januari 2013 sampai September 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Papilloma sinonasal diperkenalkan oleh Ward sejak tahun 1854, hanya mewakili

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian. Lebih dari satu juta orang per tahun di dunia meninggal

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai stadium lanjut dan mempunyai prognosis yang jelek. 1,2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR RET HE, FE, DAN TIBC PADA PENDERITA ANEMIA DEFISIENSI FE DENGAN ANEMIA KARENA PENYAKIT KRONIS

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. maupun ganas atau disebut dengan kanker paru. Tumor paru dapat bersifat primer

BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma serviks uteri merupakan masalah penting dalam onkologi ginekologi di

Perbedaan Ekspresi Siklin D1 dan Ki-67 pada Giant Cell Tumor of Bone Jinak dan Ganas

BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma servik merupakan penyakit kedua terbanyak pada perempuan

NASKAH PUBLIKASI SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS FINE NEEDLE ASPIRATION BIOPSY (FNAB) PADA NODUL TIROID DI RSUD SOEDARSO PADA PERIODE TAHUN

ABSTRAK PREVALENSI DAN GAMBARAN PASIEN KARSINOMA NASOFARING DI RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

Seminar Hasil Tugas Akhir

BAB III METODE PENELITIAN. multipara dengan Pap smear sebagai baku emas yang diukur pada waktu yang. bersamaan saat penelitian berlangsung.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Benjolan pada payudara biasanya didefinisikan. sebagai massa yang teraba pada payudara.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. 1. maupun yang mendapatkan pelayanan gawat darurat.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian pada wanita setelah kanker payudara. Hal ini

PENELITIAN. Majalah Patologi. Departemen Patologi Anatomik, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara Medan

TINJAUAN HUBUNGAN ANTARA SPESIFISITAS DIAGNOSIS UTAMA DENGAN AKURASI KODE KASUS PENYAKIT BEDAH PERIODE TRIWULAN I TAHUN 2014

Ekspresi IFN-γ dan IL-4 pada Tumor Jinak dan Ganas Epitelial Ovarium Jenis Serosum dan Musinosum

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dari semua kanker pada organ reproduksi. Diantara kanker yang ditemukan pada

Transkripsi:

(HBME-1) pada Nodul Tiroid Diferensiasi Sel Folikel ABSTRAK Departemen Patologi Anatomik, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia Jakarta Latar belakang Pemeriksaan sitologi biopsi aspirasi jarum halus (BAJaH) nodul tiroid sangat diperlukan sebagai pemeriksaan prabedah karena diagnosis sitologi yang akurat akan menjadi acuan klinisi dalam penatalaksanaan pasien. Terdapat gambaran sitomorfologik intermediet yang menyulitkan dalam menentukan lesi jinak atau lesi ganas, sehingga perlu dilakukan pulasan imunositokimia untuk meningkatkan akurasi diagnostik. HBME-1 telah banyak digunakan pada spesimen jaringan sebagai salah satu penanda karsinoma tiroid dengan nilai sensitivitas dan spesifisitas yang cukup tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai diagnostik pemeriksaan imunositokimia HBME-1 pada spesimen BAJaH tiroid. Metode Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik uji diagnostik menggunakan desain potong lintang. Pemilihan sampel dengan cara konsekutif periode tahun 2010-2012 yang didiagnosis berdasarkan klasifikasi Bethesda 2007 mendapatkan 54 kasus sitologik BAJaH. Dilakukan pulasan imunositokimia HBME-1 diikuti dengan penilaian positivitas ekspresi dan dilanjutkan dengan penilaian sensitivitas, spesifisitas menggunakan diagnosis histopatologik sebagai baku emas. Uji statistik menggunakan SPSS 20 dengan uji Fisher s exact. Hasil Terdapat 43 dari 45 (96%) kasus karsinoma tiroid diferensiasi sel folikel menunjukkan HBME-1 positif dan hanya 1 dari 9 kasus jinak (11%) menunjukkan hasil positif. Terdapat hubungan yang bermakna antara positivitas HBME-1 dengan karsinoma tiroid diferensiasi sel folikel (p<0,001). Kesimpulan Pulasan HBME-1 dapat membantu membedakan lesi jinak dan ganas tiroid diferensiasi sel folikel pada spesimen BAJAH dengan nilai sensitivitas 93% dan spesifisitas 89%. Nilai prediktif positif adalah 98%, nilai prediktif negatif adalah 73% dan akurasi diagnostik 93%. Kata kunci: diferensiasi sel folikel, HBME-1, imunositokimia, nodul tiroid. ABSTRACT Background Fine needle aspiration biopsy (FNAB) of thyroid nodules is necessary for preoperative screening because the accurate cytologic diagnosis used as a reference clinician in patient management. There is a picture of the intermediate cytomorphologic which is difficult within determine wethere the lesion is benign or malignant, so it needs immunocytochemistry to improve the accuracy. HBME-1 has been widely used in tissue specimens as a marker of thyroid carcinoma with high sensitivity and specificity. The aim of this study is to determine the diagnostic value of HBME-1 in thyroid FNAB specimens. Methods The descriptive analytic observasional study with a cross-sectional was conducted 54 cytologic specimens of thyroid nodule by consecutive manner. Sample were collected from 2010-2012 according of Bethesda classification 2007. All samples were subjected to HBME-1 stain. The assessment of sensitivity and specificity used histology diagnostic as the gold standard. Statistical test assessed by Fisher s excact test using SPSS 20. Results Forty three out of 45 (96%) cases of thyroid carcinoma follicular differentiation showed positive HBME-1 and only 1 of 9 (11%) cases of benign lessions was positive. There was a significant association between HBME-1 positivity with thyroid carcinoma follicular differentiation (p<0.001). Conclusion HBME-1 staining could distinguish benign and malignant thyroid follicular cell differentiation lesions in FNAB specimens with sensitivity values of 93% and specificity of 89%. Positive predictive value was 98%, the negative predictive value was 73% and diagnostic accuracy was 93%. Key words: follicular differentiation, HBME-1, immunocytochemistry, thyroid nodules. 27 Vol. 24 No. 1, Januari 2015

PENDAHULUAN Nodul tiroid biasanya berupa benjolan di leher depan yang pada umumnya ditemukan secara kebetulan oleh pasien atau dokter pada pemeriksaan klinik rutin. Di Amerika Serikat pada 1 dari 14 orang dewasa ditemukan nodul pada tiroid, yang diantaranya sekitar 5% merupakan nodul ganas yaitu karsinoma. Karsinoma kelenjar tiroid adalah neoplasia yang sering ditemukan di seluruh dunia. Sebuah survei yang disponsori oleh World Health Organization (WHO) tahun 2010 melaporkan bahwa sekitar 44 670 kasus baru dan 1690 orang meninggal disebabkan penyakit ini setiap tahun. 1-4 Di Indonesia sampai saat ini belum ada data epidemiologi nodul tiroid, sedangkan prevalensi keganasan tiroid menurut data dari Badan Registrasi Kanker (BRK) Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia tahun 2008, menempati urutan ke-5 dari sepuluh keganasan tersering di Indonesia. 5 Diagnosis nodul tiroid ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis, radiologik dan histopatologik/sitopatologik. Diagnosis prabedah yang akurat sangat penting untuk menentukan penatalaksanaan klinik pada pasien. Sitologi biopsi aspirasi jarum halus (BAJaH) merupakan pemeriksaan yang efektif untuk membantu menilai apakah pembedahan diperlukan dalam penatalaksanaan nodul tiroid. Teknik BAJaH pada tiroid relatif mudah, cepat dan biaya relatif terjangkau serta komplikasi minimal. 5-10 Prosedur biopsi aspirasi jarum halus (BAJaH) sudah sering dikerjakan sebagai pemeriksaan prabedah pada pasien dengan nodul tiroid, untuk mengidentifikasi lesi-lesi non neoplastik dan neoplasma tiroid serta membedakan neoplasma jinak atau ganas. 6-10 Beberapa penelitian biopsi aspirasi jarum halus nodul tiroid dengan hasil sensitivitas berkisar antara 65-98%, spesifisitas 73-100% dan nilai prediktif positif 50-96%. Penelitian retrospektif Makes tahun 2007, melaporkan pemeriksaan sitologi BAJaH di Laboratorium Patologi Anatomik FKUI/ RSCM menunjukkan sensitivitas 73,7%, spesifisitas 83,9% dan akurasi diagnostik 80,5%. 8 Prosedur BAJaH juga mempunyai keterbatasan, bahkan pada spesimen dengan jumlah sel memadai kadang-kadang tidak dapat ditentukan lesi jinak atau ganas terutama lesilesi diferensiasi sel folikel dengan gambaran sitomorfologik intermediet. Pada kasus kategori intermediet perlu dilanjutkan pemeriksaan tambahan yaitu pemeriksaan imunositokimia. 11-13 Pulasan imunohistokimia telah banyak diteliti pada spesimen jaringan untuk membantu menegakkan diagnosis tumor tiroid antara lain galectin-3, Hector Battifora Mesothelioma cell-1 (HBME-1) dan CK-19 dengan nilai akurasi yang cukup tinggi, namun masih jarang pada spesimen sitologi. 14-26 Pada penelitian ini digunakan HBME-1 sebagai suatu pulasan yang dapat digunakan untuk meningkatkan akurasi diagnostik spesimen sitologi BAJaH nodul tiroid. Hector Battifora Mesothelioma cell-1 (HBME-1) adalah antibodi yang diproduksi dari suspensi sel mesotelioma yang bereaksi dengan antigen yang tidak diketahui fungsinya pada permukaan membran sel mesotel (unknow antigen). 14-17 HBME-1 menunjukkan imunoreaktif kuat terhadap karsinoma tiroid yang berasal dari epitel folikel tiroid yaitu karsinoma papiler tiroid dan karsinoma folikuler, sedangkan pada sel epitel tiroid normal, struma nodosa dan adenoma terpulas lemah atau negatif. 18-27 Melalui penelitian ini akan dilakukan uji diagnostik untuk mengetahui sensitivitas, spesifisitas dan nilai prediktif positif, nilai prediktif negatif serta akurasi diagnostik pemeriksaan imunositokimia HBME-1 sebagai penanda yang membedakan lesi jinak dan ganas nodul tiroid diferensiasi sel folikel pada spesimen BAJaH, dengan menggunakan diagnosis histopatologik sebagai baku emas. METODE PENELITIAN Desain penelitian menggunakan disain potong lintang, observasional analitik. Bahan penelitian ialah data rekam medik, formulir permintaan dan jawaban sitologik dan histopatologik, serta sediaan sitologi aspirasi jarum halus dengan pulasan Papanicolaou. Pemilihan sampel secara konsekutif periode 2010-2012 yang memenuhi kriteria inklusi yaitu: kasus sitologi BAJaH nodul tiroid yang sudah mempunyai diagnosis histopatologik lesi tiroid diferensiasi sel folikel; slaid Papanicolaou dengan jumlah sel memadai sesuai kriteria Bethesda, yaitu: (1) jinak: bila aspirat mengandung sel folikel yang cukup dan tidak ditemukan tanda keganasan, (3) Atypia of undetermined significance (AUS)/Follicular lesion of undetermined significance (FLUS): ditemukan sedikit/fokus sel epitel atipik pada spesimen, (4) neoplasma folikuler: selularitas sedang atau padat, sel folikel berkelompok/ 28 Vol. 24 No. 1, Januari 2015

bertumpuk, mikrofolikel dan sel-sel individual tersebar, (5) suspicious: ditemukan fokus-fokus gambaran neoplasma ganas tetapi secara kualitas dan kuantitas belum memenuhi kriteria diagnosis maligna dan (6) maligna: perubahan sitomorfologik menunjukkan keganasan yang nyata. 9-10 Perwarnaan Imunositokimia Sampel sitologi sediaan Papanicolaou diberi tanda dengan pensil diamond pada bagian belakang slaid pada area yang akan dipulas. Sediaan direndam dengan xilol 3-5 hari untuk menghilangkan Entelan. Dilanjutkan prosedur pewarnaan imunositokimia dengan antibodi mouse monoclonal anti HBME-1 (Dako) 1/100. Kontol positif dari negatif dari slaid blok parafin jaringan karsinoma papiler tiroid ikut disertakan setiap kali melakukan pulasan. Penilaian intensitas pulasan pada membran dan sitoplasma sel tumor secara semikuantitatif dengan skala 0 sampai 3 yaitu: (0) tidak terwarnai, (1) lemah/warna samar <10%, (2) intensitas sedang dan (3) kuat membran dan sitoplasma terwarnai difus. Penilaian diterapkan pada setiap slaid, hasil pulasan positif adalah intensitas sedang (2) atau kuat (3) setidaknya pada 10% sel tumor. 17,18,19 Penilaian dilakukan secara tersamar (blind), tanpa melihat diagnosis sitologik sampel dan histopatologik sebagai baku emas oleh dua peneliti. Validasi penilaian ekspresi HBME-1 dinilai dengan tes inter-rater agreement. HASIL Pada penelitian ini dijumpai sampel kasus sitologi biopsi aspirasi jarum halus lesi tiroid periode (2010-2012) yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi dengan total sampel berjumlah 54 kasus. Subjek penelitian lebih banyak perempuan yaitu 47 kasus yang terdiri atas 8 (17%) lesi jinak dan 39 (83%) lesi ganas, dibandingkan pada laki-laki yaitu 7 kasus (13%) yang terdiri atas 1 kasus lesi jinak dan 6 kasus lesi ganas. Karakteristik dasar subjek penelitian dapat dilihat pada Tabel 1. Diagnosis definitif histopatologik sebagai baku emas terdiri atas 9 kasus (16,7%) lesi jinak yaitu struma adenoma dan kasus 45 kasus (83%) kasus karsinoma difersiasi sel folikel tiroid (Tabel 2). Tabel 1. Distribusi kasus sitologi Biopsi Aspirasi Jarum Halus lesi tiroid. No Variabel Jumlah Persentasi (%) 1 Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 7 47 13.0 87,0 2 Kelompok usia (rentang usia 23-63 tahun) < 40 tahun 40 tahun 3 Diagnosis Sitomorfologik Lesi jinak (lesi folikel) Atypia of undetermined significance (AUS) Neoplasma folikuler Suspicious (curiga ganas) Maligna (karsinoma) 14 40 7 11 3 20 13 25,9 74,1 12,9 20,4 5,6 37,0 24,1 Tabel 2. Distribusi diagnosis sitologi terhadap diagnosis histopatologik. Diagnosis histopatologik Diagnosis sito- Stru- Karsinoma anama sel Karsino- KPT KPTVF logik ma plastik hurthell Total Jinak 4 0 3 0 0 7 AUS 3 4 4 0 0 11 Neoplasma 0 3 0 0 0 3 foliku- ler Mencurigakan ke- 2 11 5 1 1 20 ganasan Ganas 0 12 1 0 0 13 Total (%) 9(16,7) 30(55,6) 13(24,1) 1(1,9) 1(1,9) 54(100) AUS: atypical undertemined significance (sel atipik), suspicious (inkonklusif curiga ganas), struma adenomatosa, KPTVF: karsinoma papiler tiroid varian folikuler, KPT: karsinoma papiler tiroid. Ekspresi HBME-1 Hasil pewarnaan immunositokimia HBME-1 pada sediaan biopsi aspirasi jarum halus menunjukkan hasil positif pada membran dan sitoplasma sel tumor pada 43 kasus (79,6%) yang terdiri atas 19 kasus (34,2%) intensitas kuat dan 24 kasus (44,4%) intensitas sedang. Sebelas kasus (20,4%) menunjukkan hasil negatif/intensitas lemah. Pulasan imunositokimia HBME-1 menunjukkan ekspresi positif pada 100% (13/13) kasus karsinoma (maligna), 85% (17/20) kasus curiga keganasan (suspicious), 100% (3/3) kasus neoplasma folikuler, 81,8% (9/11) kasus AUS dan 1 pada kasus jinak. Distribusi ekpresi HBME-1 terhadap diagnosis histopatologik didapatkan 42 dari 45 (93,3%) kasus karsinoma (30 KPT, 11 KPTVF, 1 karsinoma sel Hürthle) yang menunjukkan hasil ekspresi HBME1 positif (sitomorfologik: 1 kasus jinak, 8 kasus AUS, 3 kasus Neoplasma foli- 29 Vol. 24 No. 1, Januari 2015

kuler, 17 kasus mencurigakan keganasan dan 13 kasus ganas dan 88.9% (8/9) dari kasus lesi jinak (struma) menunjukkan hasil negatif (sitomorfologik: 4 kasus jinak, 2 kasus AUS, 2 kasus mencurigakan keganasan). Terdapat 3 kasus ganas yang menunjukkan ekpresi HBME- 1 negatif yaitu 2 kasus KPTVF dan 1 kasus karsinoma anaplastik (Tabel 3). Tabel 3. Distribusi ekspresi HBME1 pada diagnosis histopatologi. Ekspresi Diagnosis histopatologi HBME1 Jinak Ganas Total pada Struma sitologi KPT KPTVF KAT KSH Negatif 8 0 2 1 0 11 Positif 1 30 11 0 1 43 30 13 1 1 Total (%) 9 (16,7) 45 (83,3) 54 KPT: karsinoma papiler tiroid, KPTVF: karsinoma papiler tiroid varian folikuler, KAT: karsinoma anaplastik tiroid, KSH: karsinoma sel Hürthle. Gambar 3. A. Diagnosis sitologik AUS, ekspresi HBME-1 negatif (intensitas lemah/samar). B. Sitologik lesi jinak, ekspresi HBME-1 negatif/tidak terwarnai (400x). Diagnosis histopatologik struma adenomatosa. Analisis ekspresi imunositokimia HBME-1 dengan diagnosis lesi tiroid. Analisis perbedaan ekspresi HBME-1 pada lesi jinak dan ganas berdasarkan positivitas dengan menggunakan uji Fisher s exact, menunjukkan hubungan yang bermakna (p<0,001). Hasil penelitian ini menunjukkan pulasan imunositokimia HBME-1 sebagai penanda lesi jinak dan ganas nodul tiroid diferensiasi sel folikel dengan nilai sensitivitas 93% dan spesifisitas 89%. Nilai prediktif positif adalah 98% dan nilai prediktif negatif adalah 73% serta akurasi diagnostik 93%. Interrater agreement antar 2 pengamat Penilaian ekspresi HBME-1 antar 2 pengamat menunjukkan kesuaian baik dengan nilai kappa=0,823. Gambar 1. A. Sitologik karsinoma papiler tiroid (pulasan Papanicolaou 400x); B. Ekspresi HBME-1 positif (intensitas kuat) di membran dan sitoplasma sel (400x). Diagnosis histopatologik karsinoma papiler tiroid. Gambar 2. Sitologik Suspicious: A. Ekspresi HBME-1 positif dengan intensitas kuat pada membran dan sitoplasma (400x); Diagnosis histopatologik karsinoma sel Hürthle. B.Ekspresi HBME-1 positif dengan intensitas sedang pada membran dan sitoplasma (400x); Diagnosis histopatologik karsinoma papiler tiroid varian folikuler. DISKUSI Pada penelitian ini kami menilai ekspresi HBME- 1 pada 54 kasus sediaan sitologi aspirasi jarum halus yang memiliki data diagnosis histopatologik sebagai baku emas. Sampel penelitian yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi, tidak mewakili seluruh distribusi kasus karsinoma tiroid yang didiagnosis di Departemen Patologi Anatomik FKUI/RSCM, melainkan kasus dibatasi pada diagnosis histopatologi nodul tiroid diferensiasi sel folikel yaitu nodul folikel jinak dan ganas. Berdasarkan data dari arsip Departemen Patologi Anatomik FKUI/ RSCM pemeriksaan BAJaH nodul tiroid menempati urutan kedua setelah pemeriksaan sitologik serviks, dengan rerata 413 kasus pertahun (tahun 2006-2010). Karsinoma tiroid merupakan keganasan tersering pada endokrin yaitu sekitar 90% dari seluruh keganasan pada sistem endokrin. Lebih dari 95% berasal dari sel epitel folikel tiroid seperti karsinoma karsinoma papiller tiroid, karsinoma folikuler dan karsinoma anaplastik, dan hanya sekitar 3% berasal dari sel C parafolikuler yaitu karsinoma meduler. Insiden 30 Vol. 24 No. 1, Januari 2015

karsinoma tiroid bervariasi di seluruh dunia tergantung dari asupan yodium, beberapa dekade terakhir di beberapa negara ditemukan meningkat dan menjadi penyebab utama morbiditas pada perempuan premenopause. Secara keseluruhan karsinoma tiroid primer jarang pada anak-anak, lebih sering ditemukan pada usia dewasa muda pada dekade ke-3. Penderita karsinoma papiler tiroid rerata usia 40-50 tahun, karsinoma folikuler tiroid usia 50-an dan karsinoma meduler rerata usia 60-an. Subjek penelitian ini dijumpai usia penderita karsinoma papiler tiroid dan variannya sesuai dengan kepustakaan, yaitu sebagian besar berusia lebih dari 40 tahun; lebih banyak dijumpai pada perempuan yaitu 39 kasus dibandingkan 6 kasus pada laki-laki dengan perbandingan perempuan dibanding laki-laki 6,5:1, lebih tinggi dari kepustakaan yang menyatakan bahwa karsinoma tiroid lebih banyak dialami perempuan dibandingkan laki-laki dengan perbandingan antara perempuan dan laki-laki 3:1. 1-4 Data BRK Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia pada tahun 2008 penderita karsinoma tiroid lebih banyak pada perempuan dibanding laki-laki dengan perbandingan 4,1 : 1. 5 Menurut kepustakaan karsinoma tiroid dalam perkembangannya melibatkan interaksi antara predisposisi faktor genetik, faktor hormonal dan faktor risiko lingkungan serta adanya paparan radiasi juga dapat sebagai pemicu. 1,28 Namun kelemahan dari penelitian retrospektif adalah ketidaklengkapan data subjek penelitian seperti tidak lengkapnya data riwayat keluarga, lingkungan tempat tinggal dan riwayat paparan radiasi. 29 Beberapa keterbatasan pemeriksaan sitologi aspirasi dalam menegakkan diagnosis antara lain adalah: gambaran arsitektur histologik hilang pada sampel aspirasi yang terbatas sehingga diagnosis tidak mungkin berdasarkan kriteria diagnosis histopatologik, diagnosis dibuat harus mengetahui keterangan klinik pasien, adanya ketidaklengkapan dan kesalahan keterangan klinik dapat menyulitkan dalam menegakkan diagnosis sitologik. Pemeriksaan fisik juga berperan sebagai pengarah untuk menegakkan diagnosis sitologik. 29 Kelemahan dalam penelitian ini antara lain, data sekunder sebagian tidak disertai keterangan klinis yang lengkap, jumlah sampel kurang memadai dan sebagian pada kategori AUS jumlah sel sangat terbatas. Sampel sitologik tidak mewakili seluruh distribusi kasus sitologik yang diperiksa di laboratorium sitologik FKUI/RSCM, karena pemilihan subjek penelitian dibatasi pada kasus sitologik yang sudah mempunyai diagnosis histopatologik karsinoma tiroid diferensiasi sel folikel. Jumlah subjek lesi tiroid terdiri atas 45 kasus ganas (83,3%) dan hanya 9 kasus jinak (16,7%). Jumlah kasus jinak sedikit dijumpai, hal ini disebabkan kasus-kasus diagnosis sitologik lesi jinak tiroid pada umumnya tidak dilakukan pembedahan. Dari data RSCM sebagai sebagai rumah sakit pusat rujukan nasional sehingga kasus-kasus yang dilakukan pembedahan merupakan kasus rujukan yaitu sekitar 70-75% merupakan lesi ganas. Selain itu sesuai rekomendasi Bethesda lesi jinak bukan indikasi untuk pembedahan. Beberapa penelitian melaporkan kategori jinak yang dioperasi <10%. 7 Prosedur pewarnaan imunositokimia yang dilakukan dengan cara memulas kembali slaid yang sebelumnya dipulas dengan pulasan Papanicolaou. Slaid Papanicolaou dipilih karena menggunakan fiksasi alkohol 96%, yang baik untuk mengawetkan antigen. 29 Perwarnaan positif terlihat pada membran dan sitoplasma sel epitel folikel ganas. Antibodi HBME-1 menunjukkan ekspresi positif kuat pada karsinoma tiroid diferensiasi sel folikel yang berdiferensiasi baik. Sampai saat ini belum ada hasil penelitian yang melaporkan peran antibodi tersebut dalam karsinogenesis. 15-17 Berbagai penelitian dilakukan pada spesimen jaringan nodul tiroid untuk mengetahui reaksi antibodi HBME-1 antara lain, Miettinen et al melaporkan bahwa pada 145 kasus karsinoma menunjukkan hasil HBME-1 positif. 16 Casey et al melakukan penelitian untuk mengetahui ekspresi HBME-1 pada 30 kasus karsinoma papiler tiroid dan hiperplasia papiler tiroid dengan hasil menunjukkan positif pada semua karsinoma papiler tiroid dan hanya satu pada kasus hiperplasia papiler tiroid. 30 Hasil yang sama didapat pada penelitian ini HBME-1 positif pada seluruh (30 kasus) karsinoma papiler tiroid dan satu dari 9 kasus struma adenomatosa (lesi folikel jinak) menunjukkan hasil positif dengan intensitas sedang. Pada beberapa penelitian dilaporkan bahwa pada kasus tumor folikel jinak tanpa gambaran atipia menunjukkan hasil positif 5-10%. 21,27,32 31 Vol. 24 No. 1, Januari 2015

Hasil negatif juga didapatkan pada 2 kasus dengan diagnosis sitologi adalah lesi jinak (struma adenomatosa) sedangkan diagnosis histopatologik pada jaringan pasca-bedah adalah karsinoma papiler tiroid varian folikuler dan solid dan struma adenomatosa dengan fokus karsinoma tiroid varian folikuler. Pada lesi kecil/fokus prosedur aspirasi tanpa bantuan USG sulit untuk mendapat sel tumor. Selain itu didapatkan satu kasus tumor ganas yakni karsinoma anaplastik yang menunjukkan hasil pulasan negatif. Antibodi HBME-1 imunoreaktif pada karsinoma sel folikel berdiferensiasi baik sedangkan pada karsinoma berdiferensiasi buruk dan karsinoma anaplastik tidak menunjukkan ekspresi positif atau lemah. 15-17 Beberapa penelitian juga melaporkan bahwa HBME-1 menunjukkan hasil positif sekitar 65% pada spesimen dengan gambaran karsinoma sel Hürthle. 21,27,32 Imunositokimia masih baru penerapannya pada spesimen sitologi BAJaH nodul tiroid, digunakan terutama untuk mendiagnosis neoplasma diferensiasi folikel pada kategori intermediet (neoplasma folikuler, AUS dan suspicious). Kategori sitologik intermediet berjumlah sekitar 10-25% dari seluruh kasus dan merupakan masalah dalam menentukan penatalaksanaan. 10-14 Dijumpai 63% (34/54) kasus yang termasuk dalam kategori intermediet (AUS, neoplasma folikuler dan suspicious), delapan puluh lima persen kasus merupakan lesi ganas pada pemeriksaan histopatologik yaitu karsinoma papiler tiroid, karsinoma papiler varian folikuler dan karsinoma sel Hürthle. Pada kasuskasus lesi ganas tersebut 96% (28/29) kasus menunjukkan ekpresi HBME-1 positif. Hal ini menunjukkan imunositokimia HBME-1 dapat berperan sebagai penunjang diagnostik morfologik membantu membedakan karsinoma tiroid diferensiasi sel folikel dengan folikel hiperplasia pada spesimen dengan sitomorfologik intermediet. Hasil penelitian ini menunjukkan pemeriksaan imunositokimia HBME-1 dapat membantu membedakan lesi jinak dari lesi ganas nodul tiroid diferensiasi folikuler dengan nilai sensitivitas 93%, spesifisitas 89%, nilai prediktif positif 98 % dan nilai prediktif negatif 73%, serta akurasi diagnostik 93%. Sampel sebagian besar (83,3%) merupakan kasus lesi ganas karsinoma tiroid difernsiasi sel folikel sehingga didapat nilai sensitivitas yang tinggi. Hasil penelitian ini relatif mirip dengan penelitian yang dilakukan Saggiorato et al pada spesimen BAJaH nodul tiroid yang menunjukkan bahwa HBME-1 sebagai penanda membedakan lesi jinak dari lesi ganas diferensiasi folikuler dengan nilai sensitivitas 80%, spesifisitas 96%, nilai prediktif positif 96,7%, dan akurasi diagnostik 86,4%. 18 Beberapa penulis menyatakan pemeriksaan HBME-1 dapat digunakan sebagai tambahan dalam penilaian lesi tiroid pada spesimen BAJaH. 18,31 Untuk mendapatkan diagnostik yang optimal dengan akurasi lebih dari 90%, beberapa studi melaporkan dengan menggunakan panel antibodi galectin-3, HBME-1 dan CK- 19 pada spesimen BAJaH berbasis cairan. 18,20,34 KESIMPULAN Didapatkan perbedaan ekspresi HBME-1 lesi jinak dengan ganas nodul tiroid diferensiasi sel folikel pada spesimen biopsi aspirasi jarum halus (BAJaH). Pewarnaan imunositokimia HBME-1 dapat membantu membedakan lesi jinak dan ganas dengan nilai sensitivitas 93%, spesifisitas 89%, nilai prediktif positif 98%, nilai prediktif negatif 73% serta akurasi diagnostik 93%. DAFTAR PUSTAKA. 1. Nikiforov YE. Thyroid tumors: classification and general considerations. In Nikiforov YE, Biddinger PW, Thompson LDR eds. Diagnostic pathology and molecular genetics of the thyroid. Lippincott Williams & Wilkins; 2009. 2. Theoharis CGA, Schofield KM, Hammers L, Udelsman R, Chhieng DC. The Bethesda thyroid fine needle aspiration classification system: year 1 at an academic institution. Thyroid. 2009; 11: 1215-23. 3. Jemal A, Siegel R, Xu J, Ward E. Cancer statistics,2010. Cancer J Clin. 2010; 60: 227-300. 4. DeLellis R, Williams ED. Thyroid and parathyroid tumour: introduction. In DeLellis R, Lloyd R, Heitz PU, Eng C eds. World Health Organization. Classification of Tumours. Pathology and Genetics of Tumours of Endocrine Organs. Lyon: IARC Press; 2004. 5. Badan Registrasi Kanker Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia. Kanker di Indonesia tahun 2008: data histopatologik. In Direktorat Jendral Pelayanan Medik 32 Vol. 24 No. 1, Januari 2015

Departemen Kesehatan Republik Indonesia ed. Jakarta: Yayasan Kanker Indonesia; 2008. 6. Yeoh GPS, Chan KW. The diagnostic value of fine-needle aspiration cytology in the assessment of thyroid nodules: a retrospective 5-year analysis. Hk Med J. 1999; 5: 140-4. 7. Gharib H, Papini E. Thyroid nodules: clinical importance, assesment and treatment. Endocrinol Metab Clin North Am. 2007; 36: 707-35. 8. Makes B. Accuracy of frozen-section combined with imprint and fine needle aspiration biopsy in thyroid nodules. Med J Indones. 2007; 16: 89-93. 9. Cibas ES, Ali SZ. The bethesda system for reporting thyroid cytopathology. Am J Clin Pathol. 2009; 132: 658-63. 10. Ali SZ. Thyroid cytopathology: bethesda and beyond. Acta Cytol. 2011; 55: 4-12. 11. Layfield LJ, Cibas AS, Gharib Hossein, Mandel SJ. Thyroid aspiration cytology current status. Cancer J Clin. 2009; 59: 99-110. 12. Bonzanini M, Amadori P, Morelli L, Fasanella S, Pertile R, Mattuzzi A, Marini G, et al. Subclassification of the grey zone of thyroid cytology; a retrospective descriptive study with clinical, cytological, and histological correlation. J Thyroid Res. 2001: 1-8. 13. Rossi ED, Zannoni GF, Moncelsi S, Stigliano E, Santeusanio G, Lombardi CP, et al. Application of liquid-based cytology to fine-needle aspiration biopsies of thyroid gland. J Endocr. 2007; 3: 1-4. 14. Fischer S, Asa SL. Application of immunohistochemistry to thyroid neoplasma. Arch Pathol Lab Med. 2008; 132: 359-71. 15. Battifora H, McCaughey WTE. Tumors of the serous membranes. 3rd ed. Washington D.C: American Registry of Pathology; 1995. 16. Miettinen M, Karkkainen P. Differential reactivity of HBME-1 and CD15 antibodies in benign and malignant thyroid tumours. preferential reactivity with malignant tumours. Virchows Arch. 1996; 429: 213-9. 17. de Micco C, Savchenko V, Giorgi R, Sebag F, Hendry J-F. Utility of malignacy markers in fine needle aspiration cytology of thyroid nodules: comparison of hector battifora mesothelial antigen-1, thyroid peroxidase and dipeptidyl aminopeptidase IV. British J Cancer. 2008; 98: 818-23. 18. Saggiorato E, De Pompa R, Volante M, Cappia S, Arecco F, Dei Tos AP, et al. Characterization of thyroid follicular neoplasms in fine needle aspiration specimens using a panel of immunohistochemical markers; a proposal for clinical application. Endocr-Relat Cancer. 2005; 12: 305-17. 19. Panayiotou KP, Mygdakos N, Baglou K, Kiziridou A, Chrissoulidou A and Destouni C. The immunocytochemistry is a valuable tool in the diagnostic of papillary thyroid carcinoma in FNA s using liquid-based cytology. J Oncol. 2010: 1-5. 20. Nga ME, Lim GS, Soh CH, Kusumarasinghe MP. HBME-1 and CK19 are highly discriminatory in cytological diagnosis of papilary thyroid carcinoma. Diagn Cytol. 2008; 36: 550-5. 21. Scognamiglio T, Hyjek E, Kao J, Chen TY. Dianosis usefulness of HBME1, Galectin-3, CK-19 and CITED1 and evaluation of their expression in encapsulated lesions wuth questionable features of papillary thyroid carcinoma. Am J Clin Pathol. 2006; 126: 700-8. 22. Nasr MR, Mukhopadhyay S, Zhang S, Katzenstein ALA. Immunohistochemical markers in diagnosis of papillary thyroid carcinoma: utility of HBME1 combined with CK19 immunostaining. Mod Pathol. 2006; 19: 1631-7. 23. Matos PS, Ferreira AP, de Oliveira Facuri F, Assumpção LVM, Metze K, Ward LS. Usefulness of HBME-1, cytokeratin 19 and galectin-3 immunostaining in the diagnosis of thyroid malignancy. Histopathol. 2005; 47: 391-401. 24. Mase T, Funahashi H, Koshikawa T, Imai T, Nara Y, Tanaka Y et al. HBME-1 immunostaining in thyroid tumors especially in follicular neoplasm. Endocrine J. 2002; 50: 173-7. 25. Ito Y, Yoshida H, Tomoda C, Miya A, Kobayashi K, Matsuzuka F, et al. HBME-1 expression in follicular tumor of the thyroid: an investigation of whether in can be used a marker to diagnose follicular carcinoma. Histopathol. 2005; 25: 179-82. 26. Hafez AM, Sheta YS, Mursy M. Accuracy of HBME-1 as an immunohistochemical marker differentiating benign from malignant 33 Vol. 24 No. 1, Januari 2015

follicular thyroid nodules. British J Sci. 2012; 6: 8-17. 27. Papotti M, Rodriguez J, De Pompa P, Bartolazzi A, Rosai J. Galectin-3 and HBME- 1 expression in well-differentiated thyroid tumors with follicular architecture of uncertain malignant potential. Mod Pathol. 2005; 18: 541-6. 28. Eberhardt NL, Grebe SKG, Melver B, Reddi HV. The role of the PAX8/PPAR gamma fusion oncogene in pathogenesis of follicular thyroid cancer. Mol Cell Endocrinol. 2010; 32: 50-6. 29. Hadju SI, Melamed MR. Limitations of aspiration cytology in the diagnosis of primary neoplasms. Acta Cytol. 1984; 28: 337-45. 30. Casey MB, Lohse CM, Lloyd RV. Distinction between papillary thyroid hyperplasia and papillary thyroid carcinoma by immunohistochemical staining for cytokeratin 19, galectin-3, and HBME-1. Endocr Pathol. 2003; 14: 55-60 31. Rossi ED, Raffaelli M, Minimo C, Mule A, Lombardi CP, Vecchio FM, Fadda G. Immunocytochemical evaluation of thyroid neoplasms on thin-layer smears from fineneedle aspiration biopsies. Cancer 2005; 105: 87-95. 32. Prasad L, Pellegata S, Huang Y, Nagaraja HN, Chapelle A and Kloos RT. Galectin-3, fibronectin-1. CITED-1, HBME1 and cytokeratin-19 immunohistochemistry is useful for the differential diagnosis of thyroid tumors. Mod Pathol. 2008; 18: 48-57. 33. Rossi ED, Raffaelli M, Miraglia A, Lombardi C, Vecchio F and Fadda G. Simultaneous immunohistochemical expression of HBME- 1 and galectin-3 differentiates papillary carcinomas from hyperfunctioning lesions of the thyroid. Histopathol. 2006; 7: 795-800. 34. Matos LL, Giglio ABD, Matsubayashi CO, Farah ML, Giglio AD, Pinhal AS. Expession of CK-19, Galectin-3 and HBME-1 in the differentiatio of thyroid lessions: systematic review and diagnostic meta-analysis. Diag Pathol. 2012; 7: 1-11. 34 Vol. 24 No. 1, Januari 2015