BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya

BAB I. sosialnya sehingga mereka dapat hidup dalam lingkungan sekitarnya. Melalui

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

warga negara yang memiliki kekhususan dalam pemenuhan kebutuhan pendidikannya. Salah satu usaha yang tepat dalam upaya pemenuhan kebutuhan khusus

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki tingkat intelektual yang berbeda. Menurut Eddy,

BAB I PENDAHULUAN. emosional, mental sosial, tapi memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

BAB I PENDAHULUAN. terpadu (integrated learning) yang menggunakan tema untuk mengaitkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hak asasi hidup setiap manusia. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan No. 002/U/1986, pemerintah telah merintis

SOSIALISASI PROGRAM PENDIDIKAN INKLUSIF NUFA (Nurul Falah) Bekasi, 22 Juni PSG Bekasi

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, keperibadian, kecerdasan ahlak mulia, serta keterampilan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasannya jauh dibawah rata rata yang ditandai oleh keterbatasan intelejensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk suatu profesi, tetapi mampu menyelesaikan masalah-masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. Ai Nuraeni, 2014 Pembelajaran PAI Untuk Siswa Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN. manusia, tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus.

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya sekolah-sekolah regular dimana siswa-siswanya adalah

2015 PENGARUH METODE DRILL TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMAKAI SEPATU BERTALI PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS 3 SDLB DI SLB C YPLB MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. Dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDIDIKAN KHUSUS LANDASAN YURIDIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Asep Maosul, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan. dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diberikan oleh orang dewasa untuk mencapai kedewasaan. Henderson dalam. perkembangan individu yang berlangsung sepanjang hayat.

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS

PELAKSANAAN PENDIDIKAN INKLUSI DI KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN Oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kuat, dalam bentuk landasar filosofis, landasan yuridis dan landasan empiris.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan padanya, karena

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 735 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS METODE PEMBELAJARAN PAI DI SEKOLAH INKLUSI SDN BENDAN 01 PEKALONGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pancasila, dan dituntut untuk menjunjung tinggi norma Bhinneka Tuggal Ika,

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita merupakan salah satu anak berkebutuhan khusus yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan segala aktifitas di berbagai bidang. Sesuai dengan UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

AHMAD NAWAWI JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI BANDUNG 2010

BAB I PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

I. PENDAHULUAN. dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dijamin dan dilindungi oleh berbagai instrumen hukum internasional maupun. nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Bahasa digunakan manusia sebagai sarana komunikasi di dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan mengembangkan kemampuan anak didiknya. Aktivitas kegiatan seorang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan suatu bangsa karena menjadi modal utama dalam pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. tentang sistem pendidikan nasional (2009:69) pasal 1 yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan termasuk memperoleh pelayanan pendidikan. Hak untuk. termasuk anak yang memiliki kebutuhan-kebutuhan khusus.

BAB I PENDAHULUAN. anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata rata. Tuna

Hayyan Ahmad Ulul Albab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Penyelenggaraan pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizki Panji Ramadana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Abdul Majid (2011:78) menjelaskan sabda Rasulullah SAW.

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia tidak hanya diperuntukkan bagi anak- anak yang

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui (learning to know), belajar berbuat (learning to do), belajar

2015 PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS GERAK BURUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KINESTETIK PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB YPLAB LEMBANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses belajar seumur hidup yang didapatkan baik secara formal maupun nonformal.

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. dalam fungsi motorik, afektif maupun kognitifnya. Orang-orang yang fungsi. kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.

Bagaimana? Apa? Mengapa?

LAYANAN PENDIDIKAN BAGI SISWA SLOW LEARNER OLEH GURU DI KELAS III

BAB I PENDAHULUAN. Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran memungkinkan siswa bersosialisasi dengan. menghargai perbedaan (pendapat, sikap, dan kemampuan prestasi) dan

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Menurut Undang-Undang RI no 20 Tahun 2003 pendidikan diartikan

NIM. K BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat membantu suatu negara dalam mencetak SDM (Sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani adaptif merupakan luasan dari kata pendidikan jasmani

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. satu sistem Pendidikan Nasional yang diatur dalam UU No.20 Tahun tentang sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. SMP/MTs/SMPLB/Paket B, SMA/MA/SMALB/Paket C, SMK/MAK, atau

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KHUSUS DAN LAYANAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILL) UNTUK ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya belajar merupakan serangkaian kegiatan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu alat merubah suatu pola pikir ataupun tingkah laku manusia dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak memiliki pengetahuan atau keterampilan menjadi memiliki pengetahuan dan keterampilan. Pendidikan sangatlah penting bagi anak bangsa, karena dengan pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,bangsa dan negara. (Sisdiknas Bab 1 Pasal 1 Ayat 1) Pendidikan bukan hanya untuk kalangan orang kaya atau untuk orang yang tidak memiliki keterbatasan, namun pendidikan juga untuk orang yang tidak mampu atau orang yang memilki keterbatasan fisik atau keterbatasan mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama, dan diperlakukan sama antara yang normal maupun yang memiliki keterbatasan. Hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang Repuplik Indonesia Nomor 19 tahun 2011 tentang Konvensi Hak-hak Penyandang Disabilities. Di samping itu, juga tercantum dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Sisdiknas Bab IV Pasal 5 ayat 1 dan ayat 2 yang menyatakan bahwa: 1. Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. 2. Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. 1

2 Dari Undang-Undang tersebut memberikan makna bahwa anak yang berkebutuhan khusus sangat memerlukan pendidikan dalam kehidupan sehari-harinya, sehingga mereka memiliki kecerdasan yang sama dengan anak normal serta memiliki suatu keterampilan. Berdasarkan UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional, keterampilan atau vokasional merupakan program pendidikan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki keterampilan sebagai bekal untuk dirinya sendiri. Setiap anak itu unik, karena berbeda antara satu dengan yang lain. Ada yang mampu menangkap respon dengan cepat, ada juga yang lamban. Ada yang paham apa yang dijelaskan oleh gurunya, ada juga yang ilmunya akan menghilang setelah pelajaran selesai dan tidak mampu bertahan walau hanya sebentar saja. Ada yang memiliki interaksi sosial yang baik dan ada juga yang hanya diam serta tidak memiliki teman. Pendidikan inklusif merupakan suatu sistem layanan pendidikan khusus yang mensyaratkan semua anak berkebutuhan khusus dilayani di sekolah terdekat di kelas biasa bersama teman-teman seusianya (Praptinirum N. 2010:32). Pendidikan inklusi merupakan hasil dari pernyataan Salamanca pada tahun 1994, sejak saat itu pendidikan inklusi mulai diperkenalkan secara meluas keseluruh penjuru dunia. Dalam Pernyataan Salamanca menyebutkan sebagai berikut prinsip mendasar dari pendidikan inklusif adalah semua anak seyogyanya belajar bersama-sama, sejauh memungkinkan, apapun kesulitan atau perbedaan yang ada pada diri mereka. Peneliti melakukan penelitian di SDN Sumbersari 1 karena di SD tersebut lokasinya mudah dijangkau, dan merupakan salah satu sekolah dasar

3 yang sudah menyelenggarakan pendidikan inklusi kurang lebih dari tahun 2004 serta juga sudah ada 2 guru pembimbing khusus dan juga guru shadow dari pihak keluarga anak berkebutuhan khusus. Peneliti mengambil anak slow learner karena rata-rata di SD terdapat siswa yang mengalami ketunaan tersebut. Berdasarkan hasil observasi di SDN Sumbersari 1 pada tanggal 10 November 2015 dan tanggal 12 Januari 2016, didapatkan fakta bahwa SDN Sumbersari 1 merupakan salah satu sekolah dasar di Malang yang di tunjuk untuk menyelenggarakan pendidikan inklusi. Pendidikan inklusi yang di jalankan di SDN Sumbersari 1 ini sudah berjalan dari tahun 2004 yang terdiri dari 2 Guru Pembimbing Khusus (GPK), dan terdapat 18 anak berkebutuhan khusus dari kelas 1 sampai dengan kelas 6. Anak berkebutuhan khusus yang ada di SDN Sumbersari 1 adalah slow learner, Tunagrahita ringan, ADHD, dan Autis. Selain mempunyai prestasi akademik yang rendah, namun anak slow learner ini mempunyai prestasi di bidang nonakademik contohnya dalam hal menggambar dan menyanyi, walaupun anak slow learner ini belum pernah mengikuti perlombaan. Di SDN Sumbersari 1 guru kelas bersama guru pembimbing khusus (GPK) melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kurikulum modifikasi antara anak reguler dan anak berkebutuhan khusus. Guru kelas bersama guru pembimbing khusus memberikan pelayanan yang sama bagi anak yang berkebutuhan dengan anak reguler lainnya. Smith (2006: 53) mengemukakan pencapaian program layanan pendidikan individual bagi setiap siswa merupakan suatu proses yang dinamis, karena itu keputusan-keputusan

4 mengenai perpaduan layanan pendidikan khusus yang efektif dan praktik inklusif harus terus dikaji kembali dan diperbarui untuk memberikan yang terbaik bagi siswa. Anak berkebutuhan khusus yang terdapat di SDN Sumbersari 1 anak yang memiliki keterbatasan seperti slow learner harus memiliki perhatian khusus bagi para guru kelas, guru mata pelajaran serta guru pembimbing khusus (GPK). Dalam hambatan yang dimilikinya, maka membutuhkan sebuah pendekatan untuk mengetahui hambatan anak tersebut. Kelemahan yang dimiliki anak slow learner berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas menyatakan bahwa anak slow learner tidak mampu dalam hampir keseluruhan mata pelajaran, selain tidak mampu hampir seluruh mata pelajaran siswa slow learner ini dalam hal hubungan sosial juga kurang baik. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Delphie, 2006:24 yang menyatakan bahwa anak slow learner tidak hanya lemah dalam 1 mata pelajaran saja, namun hampir menyeluruh mata pelajaran. Anak yang berprestasi rendah umumnya kita temui di sekolah karena mereka pada umumnya tidak mampu menguasai bidang studi tertentu yang diprogramkan oleh guru berdasarkan kurikulum yang berlaku. Ada sebagian besar dari mereka nilai pelajaran yang sangat rendah ditandai pula dengan tes IQ dibawah rata-rata normal. Untuk golongan ini disebut dengan slow learner (Delphie, Bandi. 2006:24). Untuk membantu mengembangkan potensi dan mengurangi hambatan yang dialami oleh anak diperlukan adanya Program Pembelajaran Individual (PPI). Pembelajaran yang diusahakan oleh guru bagi anak yang lamban belajar (slow learner) sebagai salah satu upaya mengkondisikan siswa slow learner sesuai dengan kebutuhan belajarnya dan sebagai tempat siswa untuk meningkatkan respon siswa ataupun hubungan sosial antar siswa. Mereka

5 lebih membutuhkan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuannya dan dengan menggunakan metode atau pendekatan yang sesuai. Anak slow learner biasanya kesulitan dalam hal pembelajaran yang berhitung, abstrak atau membayangkan, dan mereka lebih unggul dalam bidang nonakademik dari pada mata pelajaran yang akademik. Anak yang slow learner termasuk anak kebutuhan khusus yang banyak dijumpai diberbagai sekolah dan biasanya diberi julukan anak bodoh oleh teman-temannya. Mereka kurang berkonsentrasi dan tidak bisa berfikir abstrak. Dengan adanya julukan anak bodoh ataupun dapat tekanan dari temannya biasanya siswa slow learner lebih memilih diam dan menjadi patah semangat. Mereka sangat peka terhadap lingkungannya, maksudnya apabila disekitarnya mengolok-olok dan berpikiran negatif serta membandingkannya kemampuannya. Hal ini akan membuat mereka menjadi patah semangat dan menarik diri dari lingkungannya (Somaryati, 2013:25). Terkadang ilmu yang didapat hari ini akan lupa dengan mudahnya. Siswa lambat belajar mengikuti pembelajaran di sekolah umum, karena mereka masih memungkinkan untuk belajar dengan menggunakan kurikulum yang diberlakukan di sekolah umum. Penggunaan kurikulum di sekolah umum untuk siswa lambat belajar membutuhkan beberapa penyesuaian atau adaptasi beberapa aspek program pembelajaran (dalam Mumpuniarti dkk, 3). Anak slow learner yang dididik bersama-sama dengan anak normal di sekolah reguler maka, prestasi yang didapatkannya berada pada urutan akhir. Bagi anak slow learner dalam pembelajaran hasilnya akan mengalami program remedial untuk memperoleh nilai yang sesuai dengan yang

6 ditetapkan. Pendidikan bagi siswa berkebutuhan khusus harus dilakukan dengan usaha-usaha yang dirancang secara individual yang sebenarnya, yang dapat menjamin baik kebutuhan inklusi, kebutuhan bagi layanan pembelajaran khusus, maupun lingkungan yang mendukung sehingga siswa dapat memperoleh keberhasilan akademis (J. David Smith, 2006: 52-53). Siswa slow learner selain memiliki hambatan kognitif, mereka juga memiliki hambatan pada interaksi sosial siswa. Bila kita memandang anak slow learner dari aspek emosi, anak slow learner ini tidak mudah marah saat temannya mengejeknya. Menurut Somaryati (2013:25) menyatakan bahwa anak slow learner kemampuan sosialnya tergolong kurang baik, ada yang over pasif dan ada juga yang over aktif. Berdasarkan wawancara awal dengan guru kelas 4, hubungan siswa slow learner dengan temannya kurang baik, lebih cenderung diam, tidak pernah berkelahi dan tidak pernah berkata jelek. Seperti yang dikatakan oleh Nani Triani dan Amir (2013:10) menyebutkan karakteristik siswa slow learner dalam hal bersosialisasi kurang baik, mereka lebih menjadi pemain pasif, penonton, saat bermain atau bahkan menarik diri. Dengan alasan seperti yang ada di latar belakang, peneliti berminat untuk meneliti guna mendeskripsikan Respon dan Interaksi Sosial Siswa Slow Learner Terhadap Proses Pembelajaran Kelas 4 Di SDN Sumbersari 1 Malang.

7 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, yang menjadi fokus penelitian ini sebagai berikut. 1. Bagaimana respon siswa Slow Learner terhadap proses pembelajaran kelas 4 di SDN Sumbersari 1? 2. Bagaimana interaksi sosial siswa Slow Learner kepada teman sebaya di SDN Sumbersari 1? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka penelitian ini memiliki beberapa tujuan, yaitu sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan respon siswa Slow Learner terhadap proses pembelajaran kelas 4 di SDN Sumbersari 1. 2. Mendeskripsikan interaksi sosial siswa Slow Learner kepada teman sebaya di SDN Sumbersari 1. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini dibagi menjadi 2 yakni manfaat teoritis dan manfaat praktis yang akan dijelaskan sebagai berikut. 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini akan memberikan khasana keilmuan pemaham tentang siswa Slow Learner serta bagaimana responnya terhadap proses pembelajaran kelas 4 di SDN Sumbersari 1 Malang.

8 2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru Dapat dijadikan sebagai solusi dalam pembelajaran di kelas inklusi. Dan dapat membentuk kelas yang bisa menerima siswa berkebutuhan khusus. b. Bagi Sekolah Dapat mensukseskan pendidikan inklusi di SDN Sumbersari 1 Malang. c. Bagi Peneliti Dapat menambah wawasan ilmu peneliti mengenai anak berkebutuhan khusus Slow Learner. Selain itu hasil penelitian diharapkan bisa dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya. E. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Penelitian ini, ruang lingkupnya hanya akan dilakukan pada kelas 4 di SDN Sumbersari 1 Malang, dimana di kelas itu ada siswa berkebutuhan khusus slow learner. Keterbatasan penelitian ini yaitu yang diteliti hanya 1 anak saja dalam satu kelas dan peneliti hanya meneliti mata pelajaran yang memuat tentang berhitung (matematika), ilmu pengetahuan (IPA) serta bahasa (Bahasa Indonesia). Penelitian ini meliputi respon siswa slow learner terhadap proses pembelajaran di kelas 4 SDN Sumbersari 1 Malang dan interaksi sosial siswa slow learner kepada teman sebayanya di SDN Sumbersari 1 Malang. F. Definisi Operasional Istilah-istilah dalam penelitian ada banyak, untuk memperjelas pemahaman dan menimalisasi kesalahan pengertian maka perlu memberikan

9 sebuah penjelasan definisi istilah yang jelas. Berikut adalah definisi istilah dalam penelitian: 1. Analisis Analisis adalah adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya. 2. Pendidikan Inklusif Pendidikan inklusif adalah suatu layanan pendidikan dimana dalam suatu lembaga atau sekolah terdapat anak normal dan anak berkebutuhan khusus tanpa ada perlakuan yang tidak sama. 3. Slow Learner (Lambat Belajar) Anak Slow Learner adalah anak yang memiliki hambatan dalam perkembangan kognitifnya (memiliki kecerdasan sedikit dibawah ratarata) sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk memahami pelajaran. 4. Respon Siswa Slow Learner Respon belajar siswa Slow Learner adalah jawaban atau tanggapan peserta didik terhadap suatu rangsangan yang diberikan guru kepada anak yang lambat belajar dimana dalam proses belajar tersebut mengalami hambatan intelektual. 5. Proses Pembelajaran Proses pembelajaran adalah suatu interaksi antara siswa dan guru dalam suatu lingkungan atau sekolah.