BAB I PROFIL PERUSAHAAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah PT. PERTAMINA (PERSERO) dari tahun per tahun

BAB II PT. PERTAMINA (PERSERO) MARKETING OPERATION REGION I. tahun Sejak era itu, kegiatan eksploitasi minyak di Indonesia dimulai.

LAMPIRAN PT. PERTAMINA (PERSERO) A. Sejarah Singkat PT. Pertamina (Persero) 35

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan akan mengalami beberapa fase perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo PT. PERTAMINA Persero

1. PENDAHULUAN. perusahaan energi berkelas dunia yang berbentuk Perseroan, yang mengikuti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan Profil Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisasi yang selalu ditandai dengan terjadinya perubahan-perubahan pesat

REKOMENDASI KEBIJAKAN Tim Reformasi Tata Kelola Migas. Jakarta, 13 Mei 2015

KEPPRES 31/1997, PEMBANGUNAN DAN PENGUSAHAAN KILANG MINYAK DAN GAS BUMI OLEH BADAN USAHA SWASTA

BAB I PENDAHULUAN. eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi, PT Pertamina (Persero) atau yang

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. berganti nama menjadi PN PERMINA dan setelah merger dengan PN

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Minyak dan Gas Bumi, industri migas terdiri dari usaha inti (core business)

BAB III PROFIL PT PERTAMINA ( PERSERO ) MARKETING OPERATION REGION V. dari minyak dan gas. Namun saat itu, pengelolaan ladang-ladang minyak

FAKULTAS HUKUM, UNIVERSITAS SRIWIJAYA

BAB I PENDAHULUAN. Industri Hilir Migas merupakan penyediaan jasa/kegiatan usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1994 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Listrik Negara Menjadi Perusahaan Perser

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1990 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERTAMINA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1990 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERTAMINA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI

DESAIN TATA KELOLA MIGAS MENURUT PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI 1

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 169 TAHUN 2000 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERTAMINA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini, banyak perusahaan yang terus mencoba menghasilkan produk yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Perusahaan PT Pertamina (Persero) Gambar 1.1 Logo PT Pertamina (Persero)

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. surat keputusan Gubernur Militer Sumatra Tengah pada tanggal 9 November 1948

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di segala bidang sampai saat ini masih terus dijalankan dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan di dunia yang memiliki wilayah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha saat ini semakin bertambah pesat,

5^nu MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Minyak Bumi dan Gas Alam mengandung asas-asas dari prinsip-prinsip

BBM dalam negeri. Proyek ini diharapkan akan beroperasi pada tahun 2009.

BAB I PENDAHULUAN. Industri minyak dan gas bumi merupakan salah satu sektor penting dalam

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG PERSEROAN TERBATAS (PT) PETROGAS JATIM UTAMA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PERSEROAN TERBATAS (PT) MIGAS MANDIRI PRATAMA KALIMANTAN TIMUR

Daya Mineral yang telah diupayakan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah pada periode sebelumnya.

DEPUTI MENTERI NEGARA BIDANG USAHA PERTAMBANGAN, INDUSTRI STRATEGIS, ENERGI DAN TELEKOMUNIKASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 32 TAHUN 2007 TENTANG

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI

BAB 1 PENDAHULUAN. signifikan. Indonesia, sebagai salah satu negara dengan sumber bahan bakar fosil yang

BUPATI KOTAWARINGIN TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR

RINGKASAN EKSEKUTIF INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2008

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL,

2015, No Sumber Daya Mineral tentang Ketentuan dan Tata Cara Penetapan Alokasi dan Pemanfaatan Serta Harga Gas Bumi; Mengingat : 1. Undang-Und

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bidang minyak dan gas yang terletak di Jl. Medan Merdeka Timur 1A,

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kekuatan dalam memproduksi barang atau jasa sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai penemuan cadangan minyak bumi dan pembangunan kilang-kilang minyak yang

BAB 3. Metodologi Penelitian. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, Metode ini digunakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini seluruh perusahaan beroperasi dalam lingkungan usaha yang terus

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI DALAM WILAYAH KOTA PRABUMULIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. telah memasuki fase yang lebih menantang dimana harga minyak dunia

BAB I PENDAHULUAN. Minyak dan gas bumi merupakan salah satu sumber energi yang sangat dibutuhkan

MENTERl ENERGi DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBUK INDONESIA. PERATURAN MENTERl ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR48 TAHUN 2017

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR : 03 TAHUN 2009 TENTANG PERSEROAN TERBATAS (PT) MALUKU ENERGI

LATAR BELAKANG PASAR DOMESTIK GAS BUMI TERBESAR ADA DI PULAU JAWA YANG MEMILIKI CADANGAN GAS BUMI RELATIF KECIL;

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

Gambar 3.1. Struktur Perusahaan

2016, No Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nom

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia saat ini. Namun dengan kondisi sumur minyak dan gas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PETA PERKEMBANGAN INDUSTRI PERMINYAKAN DI INDONESIA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. tanggal 10 Desember 1957 dengan nama PT.PERTAMINA pada tahun 1961

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. Group atau Astra International Group dimana perusahaan ini bergerak dalam

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahu

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bisnisnya berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola korporasi yang baik

2018, No Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2002 tentang Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan Usah

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. pada tanggal 23 November 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI KALIMANTAN TIMUR MASA PERSIDANGAN III TAHUN SIDANG

BAB II PROFIL PERUSAHAAN

BAB III DESKRIPSI INSTANSI PT. PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT IV. penjelasan fase-fase yang telah dilalui oleh PT.Pertamina (Persero) :

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

PENYELENGGARAAN KEWENANGAN PADA BIDANG MINYAK DAN GAS BUMI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 44 Prp Tahun 1960 tentang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi (LN Tahun 1960 Nomor 133, TLN Nomor 2070); 2.

BAB I PENDAHULUAN. bisnis. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara BUMN No. PER-01/MBU/2011

INSTRUMEN KELEMBAGAAN KONDISI SAAT INI POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ENERGI INDIKASI PENYEBAB BELUM OPTIMALNYA PENGELOLAAN ENERGI

2017, No tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2009 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara

Kebijakan Corporate Governance. PT. Persero Batam. Tim GCG PT. Persero Batam Hal : 1 of 9

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG

FUNGSI, TUGAS, WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB BPH MIGAS (SECARA UMUM)

BAB II GAMBARAN UMUM TEMPAT WORKSHOP. 2.1 Gambaran Umum PT. Pertamina (Persero) PERTAMINA berubah status hukumnya menjadi PT PERTAMINA (PERSERO)

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BAB I PENDAHULUAN. menuntut produsen BBM untuk menyediakan BBM ramah lingkungan. Produk

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1994 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PEDOMAN KERJA SAMA KONTRAK, BAGI HASIL MINYAK DAN GAS BUMI

Transkripsi:

BAB I PROFIL PERUSAHAAN 1.1 Sejarah Perusahaan PT Pertamina (Persero) adalah sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bisnis minyak, gas bumi, LNG, energi dan petrokimia serta usaha lain yang menunjang bisnis utamanya. Pada awal kemerdekaan Indonesia, industri perminyakan nasional dimulai dengan hadirnya PTMNRI (Perusahaan Tambang Minyak Negara Republik Indonesia) di Sumatera Utara, Permiri (Perusahaan Negara Pertambangan Minyak Indonesia) di Sumatera Selatan dan Jambi serta PTMN (Perusahaan Tambang Minyak Negara) di Cepu hingga Pertamina dibentuk berdasarkan UU No.8 Tahun 1971. Tahun 1960, Dewan Perwakilan Rakyat mengeluarkan kebijaksanaan yang menyatakan bahwa penambangan minyak dan gas bumi hanya boleh dilaksanakan oleh negara melalui perusahaan negara. Semenjak itu, pihak asing yang terlibat di dalamnya berdasarkan kepada kontrak saja dan juga perusahaan perusahaan asing sepakat untuk secara bertahap menjual tempat penyulingan minyaknya dan asset lainnya di bidang pemasaran dan distribusi kepada pihak Indonesia dalam jangka waktu lima sampai lima belas tahun. Dua perusahaan negara dibentuk pada zaman transisi tersebut: PERMINA dan PERTAMIN. PERMINA diberikan wewenang dan tanggung jawab untuk administrasi, manajemen dan pengawasan terhadap kerja sama dibidang eksplorasi dan produksi. Sementara itu PERTAMIN mendapat tanggung jawab untuk mengatur proses distribusi minyak bagi kepulauan Indonesia. 1

Untuk memenuhi kebutuhan akan tenaga ahli di bidang perminyakan, Permina mendirikan Sekolah Kader Teknik di Brandan. Permina kemudian juga mendirikan Akademi Perminyakan di Bandung pada tahun 1962. Kurikulum dari Akademi Perminyakan meliputi berbagai aspek dalam industri perminyakan, dan para lulusannya kemudian menjadi tenaga inti di Permina (yang kemudian menjadi Pertamina). Tahun 1968, untuk mengkonsolidasi industri perminyakan dan gas, manajemen, eksplorasi pemasaran dan distribusi maka Permina dan Pertamin merger menjadi PN Pertamina. Pada awalnya Pertamina diberikan hak monopoli oleh negara melalui UU No.8 Tahun 1971 dan Keppres No.22 Tahun 1981 untuk mengelola kegiatan migas dan panas bumi nasional. Hak istimewa monopoli dicabut menjadi satu perusahaan negara berentitas bisnis murni seiring dengan diberlakukannya UU Migas No.22 Tahun 2001 pada tanggal 17 September 2003 Pertamina telah berubah status menjadi PT Pertamina (Persero) berdasarkan Peraturan Pemerintah No.31 Tahun 2003. Saat ini Pertamina berada di bawah koordinator Menteri Negara BUMN. Seperti kontraktor lainnya, sebagai pemain bisnis Pertamina juga melakukan Kontrak Kerja Sama dengan BP Migas. Dengan berubahnya status Pertamina menjadi PT Pertamina (Persero) maka Pertamina menjadi entitas bisnis murni yang lebih berorientasi laba. Untuk meningkatkan kinerja, efisiensi, produktivitas dan pendayagunaan semua sumber daya yang dimiliki serta mengantisipasi perubahan eksternal dalam negeri dan luar negeri maka Pertamina melaksanakan restrukturisasi perusahaan secara menyeluruh dengan road map di Tabel 1.1. 2

Tabel 1.1 Road Map Restrukturisasi Pertamina ʺROAD MAPʺ RESTRUKTURISASI 1993 1995 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2010 Inisiatif awal Team 15 Kerangka acuan Perampingan SDM Perampingan SDM Perubahan organisasi Penghapusan jabatan Visi 2010 Perubahan regulasi Team 7 Pembentukan TRKP Perampingan SDM PERTAMINA Persero Pembentukan Pertamina EP PERTAMINA tumbuh & berkembang Perampingan SDM Inisiatif awal untuk restrukturisasi muncul pada rapat pimpinan saat menyusun Rencana Korporat III tahun 1993. Tahun 1994 Pertamina langsung bergerak menyusun konsep Program Restrukturisasi Pertamina. Pada periode ini dibentuk Tim 15 di pusat untuk merumuskan konsep restrukturisasi secara lebih konkret. Hasilnya berupa sebuah kerangka acuan untuk restrukturisasi. Dalam kerangka acuan restrukturisasi tersebut disebutkan bahwa kewenangan pusat lebih diarahkan pada aspek aspek kebijakan strategis, perencanaan strategis dan pengendalian strategis atas usaha pengembangan. Sejak tahun 1994 Pertamina telah beberapa kali membentuk tim khusus untuk restrukturisasi atau transformasi. Pada tahun 2000 Direksi membentuk Tim Penataan Ulang Organisasi Direktorat PKK, Direktorat PPDN, dan Direktorat Umum yang dikenal sebagai Tim Tujuh. Setelah bekerja selama sebulan, Direksi memperpanjang kerja tim ini dan mengganti namanya menjadi Tim Restrukturisasi Korporat Pertamina (TRKP). Tugas Tim ini antara lain menyusun breakdown organisasi, menyusun konsep Keppres pengganti Keppres No.11 Tahun 1990. Pada perkembangan selanjutnya (melalui UU No.22 tahun 2001) terjadi perubahan bentuk perusahaan. Pertamina menjadi sebuah persero dengan 3

nama PT Pertamina pada tanggal 17 September 2003 sekaligus merupakan holding company. Perubahan ini diikuti pembentukan anak perusahaan di sektor hulu, yakni PT Pertamina EP (Exploration & Production) melalui sebuah Kontrak Kerja Sama (KKS) pada tanggal 17 September 2005 dengan BP Migas. PT Pertamina EP dibentuk untuk mengelola seluruh bekas Wilayah Kuasa Pertambangan (WKP) Pertamina, di luar blok Cepu dan blok Randugunting. Dalam proses transformasi PT Pertamina (Persero), telah terjadi downsizing organisasi dan pengurangan pekerja. Dimulai dari tahun 1995, terjadi reorganisasi perusahaan dikarenakan organisasi sudah terlalu besar, sehingga perlu dilakukan downsizing. Pengurangan pekerja dari 46.000 hingga 30.000 orang. Pada tahun 1997 200 terjadi penyesuaian jumlah pekerja kembali menjadi 28.790 orang. Pada tahun 2001 2004 terjadi penyesuaian jumlah pekerja menjadi 21.386. dan yang terakhir pada tahun 2005 2008 akan terjadi penyesuaian jumlah pekerja menjadi 14.000 orang. 1.2 Lingkup Bidang Usaha Diberlakukannya UU Migas No.22 Tahun 2001 yang mengatur aspek fleksibilitas bisnis, operasional dan pemasaran bagi produk dan jasa di bidang minyak dan gas bumi, merupakan tantangan dan sekaligus menjadi peluang bagi PT Pertamina (Persero) untuk menjadi perusahaan yang sejajar dengan pelaku bisnis minyak dan gas bumi lainnya. Menurut UU Migas No.22 tahun 2001: Pasal 5 : Kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi terdiri atas : 1. Kegiatan Usaha Hulu yang mencakup : a. Eksplorasi; b. Eksploitasi 2. Kegiatan Usaha Hilir yang mencakup : 4

a. Pengolahan; b. Penyimpanan; c. Pengangkutan d. Niaga 1.3 Visi, Misi, Strategi, Tujuan dan Tata Nilai 1.3.1 Visi Visi Pertamina 2010 Pertamina adalah siap tinggal landas tumbuh dan berkembang, membangun entitas bisnis kelas dunia. 1.3.2 Misi dan Strategi Misi PT Pertamina (Persero) : Melakukan usaha dalam bidang energi dan petrokimia serta usaha lain yang menunjang bisnis PT Pertamina (Persero) Merupakan entitas bisnis yang dikelola secara profesional, kompetitif, dan berorientasi laba. Memberikan nilai tambah lebih bagi pemegang saham, pelanggan, pekerja, dan masyarakat, serta mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Strategi Utama PT.Pertamina (Persero) : Untuk sektor hulu adalah First Quality then Growth (mencapai pertumbuhan yang diinginkan melalui perbaikan kualitas) yaitu dengan peningkatan pendapatan melalui perbaikan efisiensi dan efektivitas dalam rencana dan implementasi program program operasional di lahan existing serta menemukan dan mengembangkan cadangan migas di dalam dan di luar negeri serta pengembangan panas bumi di dalam negeri. 5

Untuk sektor hilir Retrenchment and Growth (mencapai pertumbuhan melalui pembenahan diri). Adapun strategi retrenchment dalam suatu perusahaan biasanya dilakukan dengan menyusutkan operasi usaha untuk mempertahankan hidup (survive) dan memperkuat kemampuan diri untuk di kemudian hari bangkit kembali setelah beberapa tahun. Dapat dilakukan dengan efisiensi seperti pengurangan biaya (cost reduction), pengurangan aset (asset reduction), pengurangan pelanggan/pasar (low margin customers), perampingan organisasi. Adapun yang dilakukan Pertamina adalah akan terus membenahi diri melalui peningkatan efisiensi dan produktivitas, disertai dengan upaya pertumbuhan di semua level mata rantai aktivitas dan unit unit sesuai potensi dan kompetensi masing masing serta maksimalisasi nilai tambah melalui optimilisasi pengelolaan dan pengembangan kilang, perkapalan dan jaringan distribusi atau pemasaran. 1.3.3 Tujuan Perusahaan Tujuan perusahaan ini adalah membangun dan melaksanakan pengusahaan minyak dan gas bumi yang meliputi eksplorasi, eksploitasi, pemurnian, pengolahan, pengangkutan dan penjualan dalam arti seluas luasnya untuk menciptakan kemakmuran rakyat dan negara serta ketahanan Republik Indonesia Dalam UU No.44/PRP tahun 1960, terdapat tujuan Pertamina yaitu: 1. Mencukupi kebutuhan minyak dan gas bumi dalam negeri yang terus meningkat sebagai akibat pertambahan penduduk dan pelaksanaan pembangunan nasional. 2. Memenuhi kebutuhan data dan devisa untuk pembangunan nasional. 3. Melaksanakan perimbangan yang menguntungkan antara konsumsi dalam negeri dan ekspor. 6

4. Mempertahankan kedudukan Indonesia dalam pasar dunia. 5. Memperbesar pendapatan Negara yang berasal dari minyak dan gas bumi. 6. Turut memecahkan masalah pengangguran. 7. Turut meningkatkan pendapatan nasional dan pendapatan perkapita untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Selain itu terdapat tugas pokok PT Pertamina sesuai dengan UU di atas sebagai berikut melaksanakan pengusahaan minyak dan gas bumi dengan memperoleh hasil yang sebesar besarnya bagi kemakmuran rakyat dan negara serta menyediakan, melayani dan memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak dan gas bumi untuk dalam negeri. 1.3.4 Tata Nilai Nilai nilai yang dianut oleh perusahaan adalah sebagai berikut (dikenal dengan singkatan FIVE M): Fokus Menggunakan secara optimum berbagai kompetensi perusahaan untuk meningkatkan nilai tambah perusahaan. Integritas Mampu mewujudkan komitmen ke dalam tindakan nyata. Visionary Berwawasan Jauh ke Depan Mengantisipasi lingkungan usaha yang berkembang saat ini maupun yang akan datang untuk dapat tumbuh dan berkembang. Excellence Unggul Menampilkan yang terbaik dalam semua aspek pengelolaan usaha. Mutual Respect Kesetaraan dan kesederajatan Menempatkan seluruh pihak yang terkait setara dan sederajat dalam kegiatan usaha. 7

1.4 Struktur Organisasi PT Pertamina (Persero) terdiri dari 4 Direktorat yaitu, Direktorat Hulu, Direktorat Hilir, Direktorat Pengembangan & SDM serta Direktorat Keuangan sebagaimana terlihat pada gambar berikut. RUPS Dewan Komisaris Direktur Utama Kepala Satuan Pengawasan Intern Sekretaris Perseroan Direktur Hulu Direktur Hilir Direktur Keuangan Direktur Pengembangan & SDM Operasi Hulu Pengolahan Kontroler & Manajemen Resiko Pengembangan Bisnis & Services Usaha & Kemitraan Hulu Pemasaran & Niaga Perbendaharaan & Pendanaan SDM & OSM Perkapalan Gambar 1.1 Struktur Organisasi PT Pertamina (Persero) 1.5 Sumber Daya 1.5.1 Sumber Daya Manusia Pengembangan SDM difokuskan kepada penciptaan pekerja yang profisien, profesional, berkomitmen, berdedikasi dan berorientasi bisnis. Untuk mencapai hal tersebut di atas, perusahaan telah menetapkan strategi korporat berikut untuk pengembangan SDM : 8

Mengimplementasikan pengembangan pekerja yang terorganisasi dan konsisten sehingga para pekerja memiliki kompetensi, ketrampilan, dedikasi, kinerja dan produktivitas yang tinggi. Memberikan penghargaan dalam bentuk kesejahteraan dan remunerasi yang kompetitif serta memberikan perlindungan kepada pekerja sesuai dengan standar perusahaan migas di Indonesia dan peraturan yang berlaku. Menciptakan dan mengembangkan hubungan industri yang aman untuk menciptakan suasana yang harmonis dan nyaman guna mendukung produktivitas yang tinggi Strategi korporat ini menjadi dasar untuk pengimplementasian program pengembangan SDM dalam PT Pertamina. PT Pertamina (Persero) memiliki keyakinan bahwa pengembangan SDM merupakan investasi jangka panjang sehingga Pertamina memiliki komitmen terhadap program pengembangan yang sistematik dan berkelanjutan untuk mengantisipasi perubahan kebutuhan bisnis. Pertamina telah mengimplementasikan proses rekruitmen dan seleksi pekerja yang transparan guna memperoleh ahli dan lulusan sarjana baru untuk regenerasi. Proses rekruitmen dan seleksi awal dilaksanakan melalui pihak ketiga yang independent seperti Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada dan Universitas Padjadjaran. Melanjutkan kebijakan tahun 2001, perusahaan telah mengembangkan sistem dan program manajemen karir berdasarkan kemampuan dan kinerja (merit system). Program dan sistem tersebut diharapkan dapat meningkatkan efektifitas dan transparansi dalam pengembangan karir pekerja Pertamina di masa mendatang. Untuk menciptakan budaya perusahaan yang mendukung proses transformasi, perusahaan telah melakukan program sosialisasi untuk Nilai nilai 9

unggulan yang dikenal dengan FIVE M (Focus, Integrity, Visionary, Excellence and Mutual Respect) yang telah dijelaskan pada bagian 1.3.4 1.5.2 Pengembangan Teknologi Sistem penyampaian, pemanfaatan dan pengolahan informasi yang cepat dan tepat akan dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas operasi Perusahaan. Salah satu upaya perusahaan untuk memposisikan diri sebagai perusahaan minyak dan gas bumi kelas dunia di masa mendatang adalah dengan mengimplementasikan suatu sistem terpadu, secara umum dikenal dengan istilah Enterprise Resource Planning (ERP) berbasis SAP R/3. Rencananya implementasi tersebut akan dijalankan selama 5 tahun (2002 2007) dan dibagi menjadi tiga tahap dan pelaksanaannya akan dibantu oleh konsultan implementasi kelas dunia, PT Accenture. 1.5.3 Peningkatan Mutu Sumber Daya Dalam rangka mengantisipasi persaingan yang semakin ketat, perusahaan telah menetapkan Pedoman Sistem Manajemen Mutu Pertamina (SMMP) yang diterapkan di tingkat korporat dan unit usaha. Salah satu wujud keberhasilan program peningkatan mutu Pertamina, beberapa unit operasi dan anak perusahaan telah memperoleh sertifikasi dari lembaga sertifikasi internasional menyusul beberapa unit operasi dan anak perusahaan yang telah memperoleh sertifikasi pada tahun tahun sebelumnya, seperti unit operasi dan anak perusahaan yang mendapat sertifikasi tahun 2002 : 1. DOH NAD Sumbagut 2. DOH JBB Cirebon 3. DPPU Polonia Medan 4. DPPU SMB II Palembang 10

5. UP III Plaju 1.6 Tantangan Bisnis Indonesia dengan jumlah penduduk yang sangat besar, merupakan pasar potensial yang sangat menggiurkan untuk bisnis BBM. Jauh sebelum disahkannya Undang Undang Migas No.22/2001, beberapa negara yang dekat dengan Indonesia telah membuat persiapan matang untuk menyambut liberalisasi migas di Indonesia. Negara yang paling serius dan matang persiapannya adalah Malaysia. Malaysia telah menyiapkan Tanjung Lepas, Port Klang, Pasir Gudang sebagai basis mereka untuk mendobrak pasar BBM Indonesia. Dari beberapa tempat tersebut yang paling menarik adalah pengembangan Tanjung Lepas. Setelah rencana liberalisasi pasar BBM Indonesia tersebar, maka pemerintah Malaysia menyulap Tanjung Lepas menjadi pusat penyimpan BBM yang berkembang dengan pesat dan mempunyai potensi untuk menjadi pusat penyimpan BBM terbesar di Asia. Saat ini tidak kurang dari empat unit kapal kelas VLCC (Very Large Crude Carrier) dengan kapasitas antara 250000 300000 DWT anchor di Tanjung Lepas dan kapasitas storage nya adalah 1juta metric ton. Jika sebagian besar depot dan terminal BBM Indonesia hanya mampu menerima kapal dengan kapasitas 40000 DWT, maka di Tanjung Lepas mampu menerima kapal dengan kapasitas hingga 250000 DWT. Dengan parcel size sebesar ini, maka perusahaan perusahaan yang menyimpan minyak di Tanjung Lepas dapat mendatangkan oil product langsung dari main resources terbesar di dunia saat ini yaitu Timur Tengah dan Rusia, dan sudah pasti dengan harga yang jauh dibawah harga pasaran di Asia. Sehingga ini merupakan tantangan serius bagi Pertamina. 11

Adapun tantangan Pertamina yang lain adalah big player yang juga telah melakukan market penetration ke Indonesia seperti Shell dan Petronas. Keduanya memulai bisnisnya di Indonesia dengan menggarap sektor retail. Shell mencanangkan akan mendirikan 200 SPBU dalam kurun waktu 4 5tahun. Petronas juga mempunyai kebijakan yang tidak tidak berbeda jauh dengan Shell. Yang perlu mendapat perhatian serius dari Pertamina adalah bahwa target mereka bukanlah daerah kelas dua, akan tetapi mereka akan langsung menusuk ke jantung pasar utama yaitu pulau Jawa. Tantangan lain datang dari perusahaan lokal dimana sebagian besar pemain lokal mempunyai latar belakang bisnis komoditas cair (seperti bahan kimia, minyak kelapa sawit, dan lain lain) dan mereka memiliki fasilitas tangki timbun. Mereka masuk ke bisnis BBM dengan mengkonversi tangki timbun yang mereka miliki menjadi tangki timbun BBM. Tangki timbun merupakan tangki pengumpul yang digunakan untuk mengumpulkan minyak mentah dari sumur sumur sekitarnya sebelum dikirimkan melalui pipa ke konsumen (kilang, kapal tanker untuk eksport, tangki pengumpul yang lebih besar). Ancaman bisnis hilir Pertamina yang lain adalah hadirnya energi alternatif. Saat ini beberapa konsumen pengguna BBM Pertamina telah beralih ke energi alternatif, seperti batu bara, gas, maupun energi listrik (seperti PLTA). Beberapa konsumen yang selama ini mendapat pasokan BBM dari Pertamina juga memiliki rencana mengimpor sendiri BBM yang mereka butuhkan karena mereka memiliki perusahaan induk yang bergerak di trading BBM. Kecenderungan impor BBM ini menjadi lebih besar dengan kemudahan mendapatkan ijin impor dari Dirjen Migas. Seiring dengan diberlakukannya liberalisasi, pemerintah Indonesia mengubah status Pertamina menjadi pure business entity. Artinya Pertamina tidak lagi memiliki kewajiban untuk menjalankan fungsi sosial di bidang 12

pengadaan BBM nasional. Dengan adanya perubahan ini maka transformasi dalam tubuh Pertamina harus dilakukan, mengingat kenyataan bahwa dibandingkan dengan perusahaan perusahaan sejenis di negara lain, Pertamina masih jauh tertinggal. Suatu proyek yang diprioritaskan pelaksanaannya dalam waktu dekat dengan status sebagai terobosan sebagai pemecahan dari masalahmasalah yang ada adalah sebagai breakthrough projects yang akan dijelaskan lebih lanjut pada Bab 3. 13