WANPRESTASI DALAM PELAKSANAAN KONTRAK BISNIS ANTARA BIRO PERJALANAN WISATA GOH DENGAN JAYAKARTA HOTEL DI LEGIAN

dokumen-dokumen yang mirip
PERJANJIAN KERJASAMA DI BIDANG JASA ANTARA HOTEL PATRA BALI DENGAN BIRO PERJALANAN WISATA (BPW) PT. SERUM TRANSPORT

WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN GANTI RUGI. (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Denpasar No.522/Pdt.G/2013/PN.Dps )

AKIBAT HUKUM YANG DITIMBULKAN DARI WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN AUTENTIK SEWA-MENYEWA TANAH

PELAKSANAAN PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN JUAL-BELI SMARTPHONE MELALUI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT ADIRA QUANTUM CABANG DENPASAR

TANGGUNG JAWAB PENYEWA DALAM PERJANJIAN SEWA MENYEWA KENDARAAN RODA EMPAT DI KOTA GIANYAR

POLA PENYELESAIAN CESSIE DALAM KEGIATAN PERBANKAN PADA BANK RAKYAT INDONESIA (BRI) CABANG UBUD

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (BNI) KANTOR CABANG UNIT (KCU) SINGARAJA

SUATU TINJAUAN HUKUM TERHADAP RETUR PENJUALAN DALAM ASPEK-ASPEK HUKUM PERJANJIAN JUAL BELI

PERJANJIAN GADAI YANG DIJAMIN DENGAN BARANG YANG BERASAL DARI HASIL KEJAHATAN : STUDI PADA PT. PEGADAIAN (PERSERO) CABANG SESETAN

AKIBAT HUKUM WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN BAKU. Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK

ASPEK HUKUM PERJANJIAN SEWA BELI. Oleh A.A Putu Krisna Putra I Ketut Mertha Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA MENYEWA KENDARAAN RODA EMPAT DALAM HAL BERALIHNYA BARANG OBJEK SEWA PADA CV. INDAH JAYA KUTA BADUNG

ABSTRAK. Kata kunci: Perjanjian sewa-menyewa, akibat hukum, upaya hukum.

UPAYA PENYELESAIAN DALAM PERJANJIAN PENGIRIMAN BARANG YANG DILAKUKAN OLEH UD JAYA KACA DENPASAR

Abstract. Keywords: Responsibility, contractor, tort, compensation. Abstrak

PEMBAYARAN KLAIM OLEH PERUSAHAAN AJB BUMIPUTERA 1912 DALAM HAL TERJADINYA WANPRESTASI OLEH TERTANGGUNG PADA PROGRAM MITRA BEASISWA

AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN OLEH PEMBELI DALAM PERJANJIAN JUAL BELI TANAH YANG BELUM LUNAS DI KABUPATEN BADUNG

PENYELESAIAN KREDIT MACET PADA KSU.TUMBUH KEMBANG, PEMOGAN, DENPASAR SELATAN Oleh: Gde Dianta Yudi Pratama I Ketut Westra Ni Putu Purwanti

AKIBAT HUKUM TERHADAP DEBITUR ATAS TERJADINYA FORCE MAJEURE (KEADAAN MEMAKSA)

UPAYA PENYELESAIAN TERHADAP PELANGGARAN PERJANJIAN KARTU KREDIT

PERBEDAAN WANPRESTASI DENGAN PENIPUAN DALAM PERJANJIAN HUTANG PIUTANG

Aspek Hukum Perjanjian Sewa Beli

PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL ANTARA PEKERJA DAN PENGUSAHA

PENGAWASAN TERHADAP BIRO PERJALANAN WISATA ONLINE YANG TIDAK MEMILIKI IZIN DI PROVINSI BALI

WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT PADA BANK RAKYAT INDONESIA (PT PERSERO)Tbk CABANG DENPASAR

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK TERTANGGUNG DALAM ASURANSI DEMAM BERDARAH PADA PT. ASURANSI CENTRAL ASIA

PERTANGGUNGJAWABAN IMPORTIR ATAS KERUGIAN EKSPORTIR AKIBAT DARI FREE ON BOARD TRAP

AKIBAT HUKUM TERHADAP PEMBELI YANG MELAKUKAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR

BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN SURAT SERTIFIKAT TANAH YANG BUKAN MILIK DEBITUR PADA PT. BPR. DEWATA CANDRADANA DI DENPASAR *

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini

PELAKSANAAN PERJANJIAN PINJAM-MEMINJAM DENGAN JAMINAN BENDA TIDAK BERGERAK PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM (KSP) SRINADI DI KABUPATEN KLUNGKUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyelenggaraan ibadah haji dan umroh merupakan tugas nasional karena

JURNAL ILMIAH PERJANJIAN KERJASAMA PENDISTRIBUSIAN BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) ANTARA PT. PERTAMINA DENGAN SPBU

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari digerakan dengan tenaga manusia ataupun alam. mengeluarkan Peraturan Perundang-undangan No. 15 Tahun 1985 tentang

PEMBAYARAN DALAM PERJANJIAN JUAL BELI BARANG LUKISAN PADA STUDIO OF ARTIST PAINTING DEWA PUTU TORIS DI SUKAWATI

PERTANGGUNGJAWABAN PT

PENYELESAIAN SENGKETA WANPRESTASI KARENA FORCEMAJEURE PADA PERJANJIAN KERJASAMA DALAM BIDANG JASA HIBURAN

PEMBATALAN PERJANJIAN SECARA SEPIHAK OLEH KONSUMEN KEPADA PT. BALI DEWATA MAS SEBAGAI PENGEMBANG PERUMAHAN

PENYELESAIAN KREDIT MACET PADA PT. BANK PERKREDITAN RAKYAT ULATIDANA RAHAYU DI KABUPATEN GIANYAR

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari manusia pasti saling membutuhkan satu sama lainnya. Oleh sebab itu diwajibkan

BAB IV UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK. A. Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Yang Mengalami

Oleh I Wayan Gede Pradnyana Widiantara I Nengah Suantra Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK

Nurfauzia 1 Universitas Batanghari Jl. Slamet Riyadi Brorni Kota Jambi (0741) 65351

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan

TINJAUAN YURIDIS EKSEKUSI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN

BAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK. A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk

WANPRESTASI DALAM PELAKSANAAN PERJANJIAN KONSINYASI MINUMAN BERARKOHOL GOLONGAN C DI AJ SHOP SANUR

TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN SEWA MENYEWA BANGUNAN TOKO DALAM BENTUK TIDAK TERTULIS. Oleh :

PENERAPAN SISTEM BAGI HASIL DALAM KEGIATAN PEMBIAYAAN MODAL VENTURA. (Studi Di PT. Sarana NTB Ventura)

HAK KREDITUR ATAS PENJUALAN BARANG GADAI

PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP INTERNATIONAL CONVENTION ON TRAVEL CONTRACTS DALAM TRANSAKSI JASA PERJALANAN WISATA

BAB III PEMBAHASAN. Kata wanprestasi berasal dari bahasa Belanda yang diartikan buruk,

AKIBAT HUKUM OVERMACHT DALAM PERJANJIAN SEWA MENYEWA SEPEDA MOTOR (MOTOR BIKE RENT) OLEH PENYEWA WARGA NEGARA ASING

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

TANGGUNG JAWAB KETUA DALAM PENYELENGGARAAN ARISAN DITINJAU DARI HUKUM PERJANJIAN

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

AKIBAT HUKUM TERHADAP KEPEMILIKAN TANAH DI BALI OLEH ORANG ASING DENGAN PERJANJIAN NOMINEE

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN, PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DAN WANPRESTASI. 2.1 Pengertian dan Dasar Hukum Lembaga Pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

TANGGUNGJAWAB HUKUM DALAM PERJANJIAN KREDIT KENDARAAN BERMOTOR DI PUTRA UTAMA MOTOR SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian Arisan Motor Plus

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

LEMBAGA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH BANK PENGGUNA AUTOMATED TELLER MACHINE (ATM)

ASAS NATURALIA DALAM PERJANJIAN BAKU

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan laju pertumbuhan ekonomi Negara Kesatuan Republik Indonesia dari

KREDIT MACET PADA KOPERASI SENIMAN SANGGAR KEMBANG BANG BANJAR KEDISAN TEGALLALANG GIANYAR

KEKUATAN HUKUM DARI SEBUAH AKTA DI BAWAH TANGAN

Oleh: Putu Ayu Yulia Handari S. Suatra Putrawan Hukum Keperdataan, Fakultas Hukum, Universitas Udayana

PENYELESAIAN SENGKETA PENANAMAN MODAL ASING DI BALI

MASALAH WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT MOTOR DENGAN JAMINAN FIDUSIA MELIANTI D : Abdul Karim Uddin, S.H., M.H

PELAKSANAAN PERJANJIAN WARALABA (FRANCHISE) KUCH2HOTAHU DI DENPASAR. Oleh Gusti Ayu Mirah Handayani I Made Sarjana I Made Dedy Priyanto

Undang-Undang Merek, dan Undang-Undang Paten. Namun, pada tahun waralaba diatur dengan perangkat hukum tersendiri yaitu Peraturan

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN. (Studi Kasus di PT. Bank Danamon Tbk. DSP Cabang Tanjungpandan)

BAB I PENDAHULUAN. industri rekaman musik sepertinya melawan arus umum. 3 Industri rekaman musik terus

BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X

AKIBAT HUKUM BAGI DEBITUR YANG TELAH MENANDATANGANI PERJANJIAN STANDAR KREDIT PADA BPR TATA ANJUNG SARI DENPASAR

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP DANA NASABAH YANG DISIMPAN PADA LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD)

BAB 1 PENDAHULUAN. Subekti dan Tjitrosudibio, Cet. 34, Edisi Revisi (Jakarta: Pradnya Paramita,1995), pasal 1233.

TANGGUNG JAWAB HUKUM DALAM PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH TOKO (RUKO) 1 Oleh : Cindi Kondo 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

KLAUSULA BAKU PERJANJIAN KREDIT BANK RAKYAT INDONESIA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

Oleh I Putu Donny Laksmana Putra I Nyoman Darmadha I Nyoman Bagiastra Program Kekhususan Hukum Perdata Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan hidup terutama kebutuhan untuk tempat tinggal merupakan

TANGGUNG JAWAB HUKUM TERHADAP SEWA MENYEWA ALAT MUSIK DAN SOUND SYSTEM DI KOTA SURAKARTA

AKIBAT HUKUM WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK. Oleh: DwiAryaDominika. I WayanWiryawan. BagianHukumPerdataFakultasUniversitasUdayana ABSTRACT

TANGGUNG JAWAB HUKUM PERUSAHAAN (PERSEROAN TERBATAS) TERHADAP KESALAHAN KARYAWAN YANG MERUGIKAN KONSUMEN

ASPEK HUKUM PENGALIHAN PIUTANG ATAS NAMA (CESSIE) KARENA WANPRESTASI PT. BANK SRI PARTHA KEPADA PT. SRI PARTHA PUSAKA DENPASAR

WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI ELEKTRONIK, MESIN, DAN FURNITURE ( STUDI PADA UD. KARMA RAHAYU MANDIRI KLUNGKUNG )

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menimbulkan suatu hubungan hukum yang dikategorikan sebagai suatu

IMPLEMENTASI PERJANJIAN KREDIT YANG DIBUAT SECARA DI BAWAH TANGAN PADA BPR DI KECAMATAN KUTA UTARA KABUPATEN BADUNG

BAB IV PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR. A. Pelaksanaan Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk senantiasa meningkatkan kompetensi dan profesionalisme

BAB I PENDAHULUAN. nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga. Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,

KEDUDUKAN KREDITUR PEMEGANG HAK TANGGUNGAN DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

AKIBAT WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA MENYEWA (Studi Kasus : Wanprestasi PadaPerjanjian Sewa Menyewa Tempat Usaha Di Pasar Kumbasari Denpasar)

KEDUDUKAN HUKUM DARI M.O.U DITINJAU DARI HUKUM KONTRAK

Transkripsi:

WANPRESTASI DALAM PELAKSANAAN KONTRAK BISNIS ANTARA BIRO PERJALANAN WISATA GOH DENGAN JAYAKARTA HOTEL DI LEGIAN ABSTRACT Oleh Ni Kadek Sriartini Ni Putu Purwanti Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana This article with title the default in the conduct of business between the travel agency Goh with Jayakarta hotel in Legian. Business contract that made between the trevel agency Goh with Jayakarta Hotel is a written agreement. Where in the agreement that has been determined rents rooms, time of payment, time of arrival, and time of departure. From that agreement, the travel agency Goh doesn t perform their obligations to pay rents rooms on time, so the Jayakarta Hotel suffered losses. So this problem triggeres the writer to raise this issue by the efforts that can be taken by the parties to resolve legal issies. And the purpose of this paper is to determine the settlement of legal issue arising from defaults in the execution of the contract between the travel agency business with Jayakarta Hotel in Legian. This research applied empirical yuridical research. The settlement of the legal issues is solved by negotiating between goh and hotel to get the best solution. Keywords : Settlemen, Contract, Wanprestasi. ABSTRAK Tulisan ini berjudul Wanprestasi dalam pelaksanaan kontrak bisnis antara Biro Perjalanan Wisata Goh dengan Jayakarta Hotel di Legian. Kontrak bisnis yang dibuat antara Biro Perjalanan Wisata Goh dengan Jayakarta Hotel adalah perjanjian tertulis, dimana perjanjian tersebut ditentukan harga sewa kamar, waktu pembayaran, waktu kedatangan dan keberangkatan. Dari perjanjian tersebut Biro Perjalanan Wisata Goh tidak melaksanakan kewajibanya yaitu membayar uang sewa kamar tepat pada waktunya, sehingga pihak Hotel mengalami kerugian. Hal ini memicu penulis untuk mengangkat masalah ini yaitu bagaimana upaya penyelesaian permasalahan hukum yang terjadi. Adapun tujuan dari penulisan ini untuk mengetahui upaya penyelesaian permasalahan hukum yang timbul akibat wanprestasi dalam pelaksanaan kontrak bisnis antara Biro Perjalanan Wisata Goh dengan Jayakarta Hotel di Legian. Jenis penelitian ini menggunakan penelitian yuridis empiris. Dalam penyelesaian permasalahan hukum yang timbul diselesaikan dengan cara kekeluargaan yaitu dengan jalan bernegosiasi antara pihak Hotel dengan Biro Perjalanan Wisata Goh untuk mendapatkan solusi yang terbaik (win-win solution). Kata Kunci: Penyelesaian permasalah, Perjanjian, Cidera Janji. 1

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Biro Perjalanan Wisata Goh adalah suatu perusahaan yang memegang peranan sebagai perantara atau penengah antara pemakai jasa untuk bepergian (travelers) dan penyedia jasa seperti perusahaan angkutan, akomodasi dan atau hotel, objek wisata dan sebagainya, yang mempunyai tujuan mempersiapkan atau mengurus perjalanan seorang dengan segala kebutuhan dari perjalanan itu serta mendapat imbalan jasa atau berupa komisi dari orang yang mengadakan perjalanan. 1 Perjanjian dapat dijumpai dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer) Buku III tentang Perikatan, Bab Kedua, Bagian Kesatu sampai Keempat. Rumusan tentang perjanjian dapat dijumpai di dalam Pasal 1313 KUHPer yang menyebutkan bahwa: Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. 2 Perjanjian yang dibuat antara Biro Perjalanan Wisata Goh dengan Jayakarta Hotel adalah perjanjian tertulis, dalam perjanjian tersebut dicantumkan hari, tanggal pembayaran dan kedatangan Biro Perjalanan Wisata Goh dengan tamu yang dijanjikan. Sehingga dalam kenyataan yang ada, Biro Perjalanan Wisata Goh tidak hadir bersama tamu yang dijanjikan dan tidak membayar uang sewa kamar tepat pada waktunya. Obyek dari Perjanjian tersebut adalah prestasi, dimana Biro Perjalanan Wisata Goh berkewajiban membayar hutangnya atas suatu prestasi dan pihak hotel berhak atas suatu prestasi. Adanya permasalahan yang timbul antara Biro Perjalanan Wisata Goh dengan pihak Hotel yaitu Biro Perjalanan Wisata Goh tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana mestinya dan tidak dipenuhinya kewajiban itu karena ada unsur salah padanya. 3 Ketentuan Pasal 1236 dan Pasal 1243 KUHPer menyebutkan bahwa dalam hal debitur lalai untuk memenuhi perikatanya, maka pihak kreditur berhak untuk menuntut penggantian kerugian, yang berupa ongkos-ongkos, kerugian dan bunga atas dasar keterlambatan prestasi harus didahului dengan somasi. 4 1 Richard Sihite, 2000, Tourism industry (Kepariwisataan), Penerbit SIC, Surabaya, h.99. 2 Johannes Ibrahim dan Lindawaty Sewu, 2004, Hukum Bisnis dalam Persepsi Manusia Modern, Refika Aditama, Bandung, h.41. 3 J. Satrio, 1993, Hukum Perikatan, Alumni, Bandung, h.144. 4 ibid 2

1.2 Tujuan Tujuan penulisan ini untuk mengetahui upaya penyelesaian permasalahan akibat wanprestasi dalam pelaksanaan kontrak bisnis antara Biro Perjalan Wisata Goh dengan Jayakarta Hotel di Legian. II. ISI MAKALAH 2.1 Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah pendekatan yang bersifat yuridis empiris karena beranjak dari adanya kesenjangan antara teori dan realita,antara keadaan teoritis dan fakta hukum, selain itu penelitian ini juga melukiskan tentang sesuatu hal didaerah tertentu. 5 Karena penelitian ini adalah penelitian yuridis empiris maka sumber datanya adalah data primer yang dilakukan penelitian lapangan dan data sekunder yaitu pengumpulan data kepustakaan. Teknik pengumpulan data melalui wawancara untuk memperoleh informasi dengan bertanya langsung pada yang diwawancarai. 6 Teknik analisis terhadap bahan-bahan lapangan dan kepustakaan kemudian diklasifikasi secara kualitatif sesuai dengan permasalahan. 2.2 HASIL DAN PEMBAHASAN 2.2.1 Upaya Penyelesaian Permasalahan Hukum Akibat Wanprestasi Dalam Kontrak Bisnis Antara Biro Perjalanan Wisata GOH Dengan Jayakarta Hotel Di Legian Menurut ketentuan Pasal 1238 KUHPerdata menentukan bahwa, debitur dinyatakan lalai dengan surat perintah, atau dengan akta sejenis itu, atau berdasarkan kekuatan dari perikatan sendiri, yaitu bila perikatan ini mengakibatkan debitur harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan. 7 Adapun Unsur-Unsur dari kelalaian yaitu debitur sama sekali tidak berprestasi, debitur keliru berprestasi, dan debitur terlambat berprestasi. h.57. 5 Soetrisno Hadi, 1987, Metodologi Research, UGM, Yogyakarta, h.49. 6 Rony Hanitijo, 1988, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia, Jakarta, 7 J. Satrio. Op.cit, h. 105. 3

Debitur dapat dinyatakan lalai pada saat tidak memenuhi kewajiban yang diperjanjikan, lewatnya waktu yang ditetapkan, dan adanya somasi berisi teguran kreditur agar debitur berprestasi. Ketentuan Pasal 1243 KUHPer menyatakan: Penggatian biaya, kerugian, karena tak dipenuhinya suatu perikatan mulai diwajibkan, bila debitur, walaupun telah dinyatakan lalai, tetap lalai untuk memenuhi perikatan itu, atau jika sesuatu yang harus diberikan atau dilakukannya hanya dapat diberikan atau dilakukannya dalam waktu yang melampaui waktu yang telah ditentukan. Secara umum pola penyelesaian permasalahan hukum atau sengketa ada 2 (dua) macam cara, yaitu: 1. Melalui jalur litigasi atau pengadilan, dan 2. Melalui jalur non litigasi atau diluar pengadilan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Pilihan Penyelesaian Sengketa ada 5 (lima) macam penyelesaian sengketa yaitu Konsultasi, Negosiasi, Mediasi, Konsiliasi, dan Arbitase. Kontrak Bisnis antara Biro Perjalanan Wisata Goh dengan Jayakarta Hotel di Legian menggunakan Perjanjian tertulis. Disini Biro Perjalanan Wisata Goh menyewa kamar hotel selama dua minggu untuk tamunya sebanyak 15 kamar dan pihak hotel menyediakan kamar yang telah dipesan. Perjanjian terebut menentukan hari dan tanggal pembayaran, kedatangan serta keberangkatan tamu dari Biro Perjalanan Wisata Goh. Klausula yang dilanggar oleh Biro Perjalanan Wisata Goh yaitu sepakat untuk melaksanakan kewajibannya membayar uang sewa kamar pada tanggal 02 Januari 2013 dan berjanji membawa tamu yang telah memesan kamar hotel. Disini Biro Perjalanan Wisata Goh belum juga membayar uang sewa kamar selama 3 hari. Kemudian pihak hotel memberikan teguran kepada Biro Perjalanan Wisata Goh agar segera melunasi pembayarannya, dan meminta ganti rugi. Ketentuan Pasal 1243 KUHPerdata hanya menetapkan, bahwa tuntutan ganti rugi yang muncul sebagai akibat prestasi yang terlambat, harus didahului dengan somasi. Dalam konteks penelitian dan penulisan jurnal ini, pola penyelesaian ditempuh hanya negosiasi yang dilakukan kedua belah pihak. Oleh karena Biro Perjalanan Wisata Goh yang melakukan wanprestasi yaitu tidak melaksanakan prestasinya yang telah disepakati (Biro Perjalanan Wisata Goh tidak membayar uang sewa kamar tepat pada waktunya sesuai dengan isi perjanjian), setelah 4

mendapatkan teguran dari pihak Hotel, dan pihak Hotel memberikan sanksi berupa dikenakan kewajiban untuk membayar denda sebesar 10%-15% dari total pembayaran untuk setiap hari keterlambatan (isi perjanjian). Agar terhindar dari sanksi pihak hotel, maka Direktur Biro Perjalanan Wisata Goh berusaha datang langsung menemui manajemen hotel untuk menjelaskan kondisi yang sebenarnya. Setelah melakukan perundingan dan negosiasi yang cukup alot dengan pihak hotel, maka dengan didasari oleh hubungan kerjasama yang sudah terjalin dengan baik selama ini serta berdasarkan penjelasan dari Direktur Biro Perjalanan Wisata Goh dan akhirnya pihak hotel tidak memperpanjang masalah tersebut. Mengenai pembatalan reservasi pada saat tanggal kedatangan karena tamu tidak datang (no show),biro Perjalanan Wisata Goh tetap berharap akan adanya keringanan sanksi tersebut. Untuk itu pihak Biro Perjalanan Wisata Goh meminta kebijaksanaan pihak hotel atas penjatuhan sanksi. Setelah melalui perundingan dan negosiasi diantara kedua belah pihak dan dengan didasari oleh itikad baik untuk tidak saling memberatkan para pihak, akhirnya disepakati bahwa Biro Perjalanan Wisata Goh harus tetap mengganti kerugian atas pembatalan tersebut sebesar 3 (tiga) malam saja dari harga sewa kamar yang telah disepakati dalam kontrak serta mengganti kerugian sebesar 50% saja dari keuntungan yang akan didapat dan kamar yang telah dipesan akan disewakan kepada wisatawan lainya. Pada prinsipnya, upaya penyelesaian yang ditempuh oleh Biro Perjalanan Wisata Goh dengan Jayakarta Hotel dalam mengatasi permasalahan hukum yang terjadi tersebut diatas adalah dengan jalan penyelesaian di luar pengadilan (non litigasi) yaitu Negosiasi dimana antara dua orang atau lebih/para pihak yang mempunyai hal atau bersengketa saling melakukan kompromi atau tawar menawar terhadap kepentingan penyelesaian suatu hal atau sengketa untuk mencapai kesepakatan. Dalam Pasal 6 ayat (2) Undang-Undang nomor 30 tahun 1999, disebutkan bahwa pada dasarnya para pihak dapat dan berhak menyelesaikan sendiri sengketa yang timbul diatara mereka. Kekuatan hukum negosiasi terdapat dalam Pasal 1320 KUHPerdata yang menentukan syarat sahnya perjanjian, Pasal 1338 KUHPerdata menentukan bahwa semua persetujuan yang dibuat berlaku sebagai Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya, dan 1365 KUHPerdata menentukan bahwa setiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa kerugian kepada orang lain, dan mewajibkan untuk mengganti kerugian tersebut. 5

III. KESIMPULAN Para pihak yang terlibat dalam kontrak bisnis tersebut menyelesaikan setiap permasalahan hukum yang timbul dalam pelaksanaan kontrak diselesaikan dengan Upaya-upaya kekeluargaan yang ditempuh itu adalah dengan jalan bernegosiasi antara Biro Perjalanan Wisata Goh dengan pihak Jayakarta Hotel untuk mendapatkan solusi yang terbaik (win-win solution). DAFTAR PUSTAKA J. Satrio, 1993, Hukum Perikatan, Alumni, Bandung Johannes Ibrahim dan Lindawaty Sewu, 2004, Hukum Bisnis dalam Persepsi Manusia Modern, Refika Aditama, Bandung. Richard Sihite, 2000, Tourism industry (Kepariwisataan), Penerbit SIC, Surabaya. Rony Hanitijo, 1988, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia, Jakarta Soetrisno Hadi, 1987, Metodologi Research, UGM, Yogyakarta. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetbook), 2004, Terjemahan R. Subekti, R.Tjitrosudibio, Pradnya Pramitha, Jakarta. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Pilihan Penyelesaian Sengketa. 6