LAPORAN KEMAJUAN TERMIN I X.46

dokumen-dokumen yang mirip
AGROEKOLOGI WILAYAH PENGEMBANGAN VARIETAS TEBU DI LAHAN KERING SULAWESI SELATAN MENDUKUNG PERCEPATAN PENCAPAIAN SWASEMBADA GULA BAB I PENDAHULUAN

KODE JUDUL : X.46 AGROEKOLOGI WILAYAH PENGEMBANGAN VARIETAS TEBU DI LAHAN KERING SULAWESI SELATAN MENDUKUNG PERCEPATAN PENCAPAIAN SWASEMBADA GULA

LAPORAN HASIL PENELITIAN dan PENGEMBANGAN, serta HASIL PENGELOLAANNYA Peraturan menteri Negara Ristek No.04/Kp/III/2007

REKAYA DAN UJI KINERJA ALAT ROGES TEBU BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN Pemerintah Indonesia dalam Road Map swasembada gula mencanangkan tahun 2014 sebagai tahun swasembada gula total. Pada tahun tersebut

SISTEM AGRIBISNIS BIBIT TEBU ASAL KULTUR JARINGAN BPTP SULAWESI SELATAN

stabil selama musim giling, harus ditanam varietas dengan waktu kematangan yang berbeda. Pergeseran areal tebu lahan kering berarti tanaman tebu

Upaya Peningkatan Produksi dan Produktivitas Gula dalam Perspektif Perusahaan Perkebunan Negara

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian telah dilakukan di lahan pertanaman padi sawah (Oryza sativa L.) milik

I Ketut Ardana, Hendriadi A, Suci Wulandari, Nur Khoiriyah A, Try Zulchi, Deden Indra T M, Sulis Nurhidayati

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Tanaman ubi jalar tergolong famili Convolvulaceae suku Kangkungkangkungan,

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan beras di Indonesia meningkat seiring dengan peningkatan laju

IV. METODE PENELITIAN

TEBU. (Saccharum officinarum L).

Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976). Vink, 1975 dalam Karim (1993)

BAB I PENDAHULUAN. satu diantara tiga anggota Allium yang paling populer dan mempunyai nilai

LAPORAN KEMAJUAN TAHAP II PROGRAM INSENTIF PKPP KAJIAN PENGELOLAAN HARA DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BERBASIS EFISIENSI PEMUPUKAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Sampel tanah untuk analisis laboratorium yaitu meliputi sampel tanah terusik dan sampel tanah tidak terusik. 2.

I. PENDAHULUAN. devisa non migas, penyedia lapangan kerja, dan berkaitan langsung dengan

Pemetaan Tanah.

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Konsumsi Gula Tahun Periode

TATACARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni Oktober 2015 dan dilakukan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai Januari 2013.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Prosedur Penelitian dan Parameter Pengamatan

3. TAHAP ANALISA CONTOH TANAH 4. TAHAP ANALISA DATA

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Maret 2016

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian dari bentang alam ( Landscape) yang mencakup pengertian lingkungan

KAJIAN KARAKTERISTIK PETANI KARET ACEH DALAM MENENTUKAN PILIHAN KELEMBAGAAN TATANIAGA

I. PENDAHULUAN. penduduk di Indonesia bergantung pada sektor pertanian sebagai sumber. kehidupan utama (Suparyono dan Setyono, 1994).

Evaluasi lahan. Pengertian lahan

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

PELUANG DAN MASALAH PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN KERING DENGAN PTT JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. M. Arsyad Biba Balai Penelitian Tanaman Serealia

V. EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PERTANIAN DI HULU DAS JENEBERANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DI KECAMATAN MUARA KABUPATEN TAPANULI UTARA

KERAGAAN SUMBERDAYA LAHAN, PEMANFAATAN DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN PERTANIAN BERBAGAI DAERAH DI SULAWESI SELATAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lahan padi sawah irigasi milik Kelompok Tani Mekar

PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil

LAPORAN MONITORING INTERNAL PROGRAM INSENTIF PKPP TAHUN 2012 TAHAP I. 1. Lokus : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan

Analisis Kesesuaian Lahan Pertanian dan Perkebunan

POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT

BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa

KAJIAN KORELASI KARAKTERISTIK AGROEKOLOGI TERHADAP PRODUKSI KELAPA SAWIT DAN KARET DI PROVINSI LAMPUNG

Deskripsikan Maksud dan Tujuan Kegiatan Litbangyasa :

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Lahan adalah suatu daerah dipermukaan bumi dengan sifat- sifat tertentu yaitu

I. PENDAHULUAN. bercocok tanam. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem, peluang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

Meinarti Norma Setiapermas, Widarto, Intan Gilang Cempaka dan Muryanto

VARIETAS UNGGUL BARU (PSDK 923) UNTUK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA

I. PENDAHULUAN. berbasis tebu merupakan salah satu sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Temanggung terletak di tengah-tengah Propinsi Jawa Tengah

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Gula merupakan salah satu komoditi strategis bagi perekonomian Indonesia, karena merupakan salah satu dari sembilan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk industri atau pemukiman dan masalah pasar bagi produk pertanian. Oleh

PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI

HASIL DAN PEMBAHASAN

Produksi Massal Bibit Tebu Varietas PS864 dan PS881 dengan Stabilitas Genetik Tinggi dan Bebas Virus Hasil Kultur Apeks Untuk Pengembangan di Sulawesi

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Komoditi jagung memiliki peranan cukup penting dan strategis dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. dapat menghasilkan genotip baru yang dapat beradaptasi terhadap berbagai

2013, No.1041 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara

PEDOMAN TEKNIS DESAIN OPTIMASI LAHAN RAWA TA 2018 DIREKTORAT PERLUASAN DAN PERLINDUNGAN LAHAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya

I. PENDAHULUAN. Intervensi manusia dalam pemanfaatan sumberdaya alam yang makin

PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi dalam pengusahaan tanah-tanah miring. berlereng adalah erosi. Untuk itu dalam usaha pemanfaatan lahan-lahan

BAB I PENDAHULUAN. Gula adalah salah satu komoditas pertanian yang telah ditetapkan

PENDAHULUAN Latar Belakang

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012

I. PENDAHULUAN. masyarakat dengan memperhatikan tiga prinsip yaitu secara ekologi tidak merusak. waktu, aman dan terjangkau bagi setiap rumah tangga.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Ekologi Tanaman Tebu

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering

V. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 5.1 Provinsi Jawa Timur Jawa Timur merupakan penghasil gula terbesar di Indonesia berdasarkan

Berdasarkan TUJUAN evaluasi, klsifikasi lahan, dibedakan : Klasifikasi kemampuan lahan Klasifikasi kesesuaian lahan Kemampuan : penilaian komponen lah

4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pengambilan sampel tanah dilakukan di Lahan pesisir Pantai Desa Bandengan,

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PADI SAWAH, PANGAN LAHAN KERING DAN TANAMAN TAHUNAN SUB DAS MALANGGA DESA TINIGI KECAMATAN GALANG KABUPATEN TOLITOLI

Transkripsi:

LAPORAN KEMAJUAN TERMIN I X.46 AGROEKOLOGI WILAYAH PENGEMBANGAN VARIETAS TEBU DI LAHAN KERING SULAWESI SELATAN MENDUKUNG PERCEPATAN PENCAPAIAN SWASEMBADA GULA BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Pemerintah Indonesia dalam Road Map swasembada gula mencanangkan tahun 2014 sebagai tahun swasembada gula total. Pada tahun tersebut produksi gula dalam negeri sudah dapat memenuhi konsumsi gula dalam negeri, baik untuk konsumsi langsung rumah tangga, industri maupun menutup neraca perdagangan gula nasional atau disebut swasembada gula nasional (Anonim, 2006). Data dari sekretariat Dewan Gula Indonesia pada tahun 2007 menunjukkan bahwa jumlah produksi tebu nasional mencapai 2,48 juta ton (Anonim, 2007a), sedangkan konsumsi gula menurut Sucofindo mencapai 4,641 juta ton (Anonim, 2007b). Maka pada tahun 2007 masih terjadi defisit gula nasional sekitar 2.161 juta ton. Untuk mencapai target swasembada gula nasional pada tahun 2014, diperlukan upaya peningkatan produksi gula antara lain melalui peningkatan produktivitas. Peningkatan produktivitas gula dapat dicapai dengan mengganti varietas-varietas lama yang telah mengalami degradasi keunggulan genetik dengan varietas baru. Perluasan tanaman tebu rakyat pada saat ini terjadi cukup pesat seiring dengan peningkatan daya saing usaha tani tebu. Khususnya di Jawa Timur, perluasan akselerasi untuk peningkatan produksi gula adalah 160.000 ha pada tahun 2007 dan dapat direalisasikan menjadi 197.059 ha. Dampak perluasan areal secara signifikan telah mampu meningkatkan produksi tebu sebagai bahan baku Pabrik Gula (PG), akan tetapi sasaran pencapaian rendemen sebesar 8,10 % hanaya mampu dicapai 6,92 % (Anonim, 2008). Belum tercapainya sasaran rendemen diduga karena dalam program rehabilitasi tanaman (bongkar ratoon) dan perluasan tanaman tebu baru, umumnya cenderung menggunakan varietas Bululawang (BL) dan PS 864 yang merupakan kategori tebu masak tengah sampai lambat. Sementara itu komposisi tebu masak awal masih sangat kecil arealnya (Sugiyarta dan Budhisantosa, 2009). Varietas tebu PS 881 cocok dikembangkan pada lahan dengan spesifik lokasi Inceptisol, Vertisol dan Ultisol dengan tipe iklim C2 (Oldeman). PS 881 dengan potensi rendemen yang tinggi dengan kategori kemasakan awal giling, dapat digunakan untuk mengisi komposisi vaeietas guna menjaga keseimbangan pada penataan varietas tebu di lapangan (Sugiyarta dan Budhisantosa, 2009). Penentuan varietas PS 881 ini dilakukan 1

dengan uji multilokasi yang mempertimbangkan tingginya interaksi genotipa dan lingkungan pada tanaman tebu (Mirzawan, 1995). Untuk mewujudkan swasembada gula diperlukan strategi pencapaiannya yaitu terdapat dua pilihan yang dapat dipertimbangkan, pertama meningkatkan serta mengoptimalkan kapasitas Pabrik Gula (PG) yang ada (existing industry) dan kedua membangun PG baru di luar existing industry yang berarti perluasan areal pertanaman tebu. Pembangunan PG di luar existing industry merupakan satu-satunya solusi jangka panjang dalam peningkatan produksi gula guna mengimbangi kebutuhan gula nasional yang semakin meningkat. Pulau Jawa yang selama ini dianggap sebagai habitus utama untuk tanaman tebu, dengan keberadaan sekitar 47 pabrik gulanya dianggap optimum mengusahakan industri gula. Oleh karena itu, pengembangan industri gula baru lebih disarankan untuk ekspansi di luar Jawa. Beberapa wilayah di luar pulau Jawa yang cukup potensial untuk pengembangan industri gula, salah satu diantaranya adalah Provinsi Sulawesi Selatan. Selama ini pengembangan tebu di wilayah ini dikembangkan di lahan sawah seperti di kabupaten Bone dan di lahan kering di Kabupaten Takalar. Secara makro ada banyak lahan kering di Sulawesi Selatan yang memiliki karakteristik lahan (iklim, fisiografi lahan dan jenis tanah) relatif mirip dengan Kabupaten Takalar dan Bone. Secara umum lahan di Sulawesi Selatan mempunyai persyaratan yang sesuai untuk tebu antara lain tipe iklim C dan D (Oldeman), topografi datar sampai berlereng landai (lereng <15%) dan memiliki kedalaman tanah cukup dalam (>1m) (Djaenudin et.al., 2003 dan Mulyadi et.al., 2008). Subiyono (2012) mengemukakan bahwa Produktivitas tebu dan rendemen yang dapat dicapai Pabrik Gula di Sulawesi Selatan adalah : PG Takalar berturut-turut 31,4 ton/ha dengan rendemen 5,66 % sedangkan PG Bone dan Camming 28,0 ton/ha dan rendemen 5,27 %. Capaian ini merupakan angka terendah bila dibandingkan dengan capaian PG lain di bawah PTPN X. Maka sangat diperlukan langkah-langkah perbaikan dimana salah satunya adalah dengan program penataan varietas yang disesuaikan dengan perencanaan lama giling dan tipologi lahan. Tujuan dari kegiatan ini adalah memperoleh peta sebaran varietas tebu yang sesuai sifat kemasakan tebu (masak awal, masak tengah dan masak lambat) dengan tipologi lahan di Kabupaten Bone Sulawesi Selatan. Pokok Permasalahan Program penataan varietas tebu memerlukan komposisi tipe kemasakan yang seimbang, agar rendemen pada awal hingga akhir giling selalu pada puncaknya (Sugiyarta et.al., 2000). Terbatasnya kategori varietas masak awal yang tersedia di masyarakat petani 2

dan pekebun tebu menjadi penghambat pengaturan komposisi tebu yang ditanam. Varietas tebu PS 881 merupakan varietas unggul masak awal yang menunjukkan produktivitas tinggi. Pemanfaatan lahan harus didasarkan pada kesesuaian lingkungan dengan persyaratan tumbuh tebu (varietas tebu), sehingga dapat diterapkan teknologi andal yang tepat guna. Informasi daya dukung lahan yang dibutuhkan tidak sebatas pada luasannya saja, akan tetapi juga perlu dukungan informasi mengenai karakteristik agroekologinya, khususnya mengenai kesuburan tanah dan sifat fisik lahan. Inventarisasi dan karakteristik lahan ini sangat diperlukan terutama di daerah-daerah pengembangan baru seperti di lahan kering potensial di Sulawesi Selatan yang belum tersentuh bagi pengelolaan tebu. Dengan didapatkan peta sebaran varietas tebu yang sesuai dengan agroekologi wilayah dan sifat kemasakan varietas tebu (masak awal, masak tengah dan masak lambat) di wilayah pengembangan Pabrik Gula Baru, dapat digunakan sebagai dasar untuk penataan varietas tebu yang akan ditanam sehingga akan diperoleh jaminan rendemen tinggi dari awal hingga akhir giling. Metodologi Pelaksanaan Penelitian berupa survai lapang dan analisis laboratorium dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan Oktober 2012. Lokasi survai di Kawasan Pengembangan tebu Kabupaten Bone di Sulawesi Selatan Bahan yang digunakan adalah peta Land Use dan Land System, peta topografi (RBI), peta geohidrologi, peta tanah, peta komoditas, peta klasifikasi iklim, peta administrasi, serta data-data sekunder berupa data luas lahan tebu saat ini, dan data iklim. Alat yang digunakan adalah bor tanah, ring sampel, ph meter, palu, cangkul, sangko, Soil Colour Chart, Formulir pengamatan, kompas, GPS, Komputer dan Laptop. Kegiatan Analisis kesesuaian varietas tebu sesuai dengan kemasakannya terhadap tipologi wilayah, akan dilakukan melalui beberapa tahap yaitu : (a) Persiapan, (b) penyiapan peta lapangan, (c) kunjungan lapangan, (d) pengolahan data, (e) penggambaran peta kesesuaian varietas tebu, dan (f) penyusunan laporan. Lokus Kegiatan : Ketahanaan Pangan Fokus Kegiatan : Pengembangan teknologi perbaikan sifat fisik, kimia, dan mikrobiologi tanah pada masing-masing tipologi lahan sub-optimal (kering, gambut, salin, rawa lebak, rawa pasang surut) untuk produksi tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan Bentuk Kegiatan : Berupa survei lahan dan iklim Tahapan Pelaksanaan Kegiatan a. Tahap Persiapan 3

Persiapan Survai bertujuan untuk memperlancar pelaksanaan kegiatan di lapang yang meliputi kegiatan penyediaan peta dan data khususnya untuk wilayah kabupaten Bone serta pengadaan alat dan bahan yang diperlukan antara lain berupa data lahan sawah, lahan kering, peta tanah (jenis tanah), peta curah hujan, peta hidrologi, peta tata guna tanah (land Use), peta pewilayahan komoditi, peta topografi, peta adminisirasi pemerintahan dan foto udara. Peta akhir direncanakan dibuat pada skala 1: 50.000, sehingga peta kerja dibuat pada skala 1 : 50.000. Oleh karena itu peta dasar dibuat berdasarkan format dan isi yang mengacu pada peta topografi skala 1: 50.000.. Proses seleksi lokasi dilakukan dengan cara overlay peta-peta tersedia dengan skala yang sama juga dari data curah hujan serta persyaratan tumbuh tanaman tebu masak awal, tengah dan masak lambat Selanjutnya peta lapangan dikonsultasikan dengan pihak Disbun TK I dan TK II serta pihak PG di kabupaten Bone untuk memastikan desa yang akan disurvai. c. Kunjungan Lapangan Kunjungan lapangan dilakukan untuk mendapatkan data biofisik yang meliputi data lahan, data tanah, data iklim dan data tanaman tebu. c.1. Data lahan Data lahan yang diperlukan untuk kesesuaian varietas tebu adalah antara lain lereng, batuan permukaan, singkapan batuan, bahaya banjir, dan bahaya erosi. c.2. Data Tanah Data tanah yang diperlukan adalah : 1) media perakaran (drainase, tekstur, kedalaman efektif dan ketebalan solum), 2) sifat fisik tanah : pf, kemampuan tanah menahan air. Sebagian data tanah dapat diamati di lapang terutama media perakaran, sedang untuk mendapatkan data tanah yang lain diperoleh dari uji tanah/analisis terhadap sifat kimia dan fisika tanah di laboratorium. Untuk itu dilakukan pengambilan contoh tanah pada beberapa lokasi terpilih. Contoh tanah diambil pada lapisan 0 20 (atas) cm dan 20-60 cm (lapisan dibawahnya) untuk uji tanah. c.3. Data Iklim Data iklim yang diperlukan adalah suhu rata-rata bulanan, ketersediaan air selama musim tanam, periode musim hujan, dan kelembaban (FAO, 1983), serta data curah hujan harian selama 15 tahun terakhir juga dikumpulkan untuk menentukan kesesuaian varietas tebu yang masak awal, tengah dan lambat. d. Pengolahan Data Hasil pengamatan lapangan dan uji tanah di laboratorium dan data iklim yang dikumpulkan selanjutnya digunakan untuk membuat peta Kesesuaian varietas tebu. e. Pembuatan Peta akhir dan laporan 4

Peta kesesuaian varietas dengan tipologi lahan dibuat pada skala 1 : 50.000. Satuan pemetaan yang digunakan dideliniasi dari sebaran seri tanah yang terdapat di daerah penelitian. BAB II. PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN Pengelolaan Administrasi Manajerial Perencanaan Anggaran No. U r a i a n Volume satuan Jumlah (Rp.) Persentase (%) 1. Gaji dan upah A. Honorarium 1 paket 84.000.000,- B. Upah Tenaga Harian 1 paket 36.000.000,- 60 2. Bahan 1 paket 10.000.000,- 5 3. Perjalanan 1 paket 50.000.000,- 25 4. Lain-lain 1 paket 20.000.000.- 10 T o t a l B I a y a 200.000.000,- 100 Pengelolaan Anggaran Dropping I : 30 % dari anggaran (= Rp. 60.000.000,-) bulan April 2012 Dropping II : 50 % dari anggaran (= Rp. 100.000.000,-) bulan Mei/juni 2012 Dropping III : 20 % dari anggaran (= Rp. 40.000.000,-) bulan September 2012 Pengelolaan Anggaran Dropping I No. U r a i a n Volume Jumlah (Rp.) satuan 1. Gaji dan upah A. Honorarium 2 bulan 20.880.000,- B. Upah Tenaga Harian 1 paket 9.120.000,- 2. Bahan 1 paket 10.000.000,- 3. Perjalanan 1 paket 18.000.000,- 4. Lain-lain 1 paket 2.000.000.- T o t a l B I a y a 60.000.000,- Rancangan Pengelolaan Aset - Metode-Proses Pencapaian Target Kinerja Kerangka Metode-Proses Pencapaian Target Kinerja Koordinasi dengan instansi terkait dan Pabrik Gula (PG.) di Kabupaten Bone Sulawesi Selatan lebih diintensifkan. Mempercepat proses pembuatan peta lapangan dan survei lapang segera dilaksanakan. Indikator Keberhasilan Pencapaian Target Kinerja Tersedianya peta kesesuaian varietas tebu sesuai tipe kemasakan tebu (masak awal, masak tengah, masak akhir) dengan tipologi lahan di Kabupaten Bone Sulawesi Selatan 5

Perkembangan Pencapaian Target Kinerja Koordinasi Awal sudah dilaksanakan Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan dan Pabrik Gula Bone dan Pabrik gula Camming di kabupaten Bone. Penyediaan bahan-bahan dasar penelitian berupa peta-peta RBI, Land Use, Land System, peta geologi sudah dilaksanakan dan peta-peta tersebut sedang diproses menjadi peta lapangan sebagai dasar survei lapang. Survei lapang akan dilaksanakan akhir bulan Mei 2012. Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program Kerangka Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program Sosialisasi program pada instansi terkait dan PG-PG Indikator Keberhasilan Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program Terlaksananya program pada tingkat pengguna Perkembangan Sinergi Koordinasi Kelembagaan - Program Pengenalan program baru pada tingkat instansi pengambil kebijakan (Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan dan PG. Bone, dan PG. Camming Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa Sosialisasi hasil-hasil penelitian ke instansi terkait dan ke pengguna Strategi Pemanfaatan Hasil Litbangyasa Memanfaatkan penyuluh dari BPTP yang ada di setiap provinsi Indikator Keberhasilan Pemanfaatan Hasil Litbangyasa Penerapan hasil inovasi teknologi litbang oleh pengguna dan adanya transfer teknologi dsri peneliti ke penyuluh Perkembangan Pemanfaatan Hasil Litbangyasa Belum adanya kesinkronan antara hasil litbangyasa dengan penyuluh pertanian BAB III. RENCANA TINDAK LANJUT Rencana Pelaksanaan Pencapaian Target Kinerja Segera melaksanakan survei lapang dengan pengambilan contoh tanah. Rencana akan dilakukan akhir Mei 2012 Rencana Koordinasi Kelembagaan Program Koordinasi kelembagaan antar dinas terkait, pengelola tebu (Pabrik gula) dan penyuluh 6

Rencana Pemanfaatan Hasil Litbangyasa Dengan memanfaatkan tenaga penyuluh yang ada di setiap BPTP (Provinsi) bersamasama dengan peneliti dan stakeholder yang lain melaksanakan sosialisasi teknologi yang dihasilkan litbang Rencana Pengembangan ke Depan Kesesuaian agroekologi wilayah pengembangan tebu dengan sifat kemasakan varietas tebu akan diterapkan pada program penataan varietas tebu di seluruh Indonesia BAB IV PENUTUP Kegiatan penelitian pada termin 1 ini baru sedikit yang bisa dilaksanakan karena baru pada tahap penyiapan bahan-bahan survei tanah dan prosessing pembuatan peta lapangan serta survei awal di Pabrik Gula di Kabupaten Bone sehingga belum bisa memberikan gambaran pencapaian target dari kegiatan ini. 7