BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seseorang. Usia remaja berlangsung antara umur tahun, dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dimana remaja merupakan populasi terbesar di Indonesia yang tercatat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa latin adolescere

BAB I PENDAHULUAN. sebelum dan selama menstruasi bahkan disertai sensasi mual. 1 Dalam istilah

BAB I PENDAHULUAN. distribusi lemak pada daerah pinggul. Selama ini sebagian masyarakat merasa

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembangunan berwawasan kesehatan merupakan salah satu aspek

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7

BAB I PENDAHULUAN. generasi berikutnya (Jameela, 2010). fase ini individu mengalami perubahan dari anak-anak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa pubertas adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa kanak kanak ke masa dewasa, terutama perubahan alat reproduksi.

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti susah diatur dan lebih sensitif terhadap perasaannya (Sarwono, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. penduduk dunia. Menurut World Health Organization sekitar seperlima dari

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA ( TAHUN ) TENTANG DYSMENORRHEA DI SMPN 29 KOTA BANDUNG

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN SINDROM PRA MENSTRUASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO SKRIPSI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. endometrium yang terjadi secara rutin setiap bulan (Ayu dan Bagus, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. terutama pada remaja putri yang nantinya akan menjadi seorang wanita yang

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orangorang

BAB 1 PENDAHULUAN. akan mendapatkan ciri-ciri fisik dan sifat yang memungkinkan mampu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tumbuh kembang merupakan proses yang terjadi secara

BAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja atau pubertas adalah usia antara 10 sampai 19 tahun, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa remaja banyak terjadi perubahan baik secara fisik

umur tahun berjumlah 2.9 juta jiwa (Susenas, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Data Demografi menunjukkan bahwa penduduk di dunia jumlah populasi remaja

BAB I PENDAHULUAN dan 2000, kelompok umur tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan secara proses maupun fungsi pada sistem reproduksi manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak. menuju masa dewasa. Banyak perubahan-perubahan yang terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18%

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA (13-15 TAHUN) KELAS VII DAN VIII TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMPN 29 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan reproduksi telah menjadi perhatian bersama

BAB I PENDAHULUAN. masa anak-anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan. perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial. Buku-buku Pediatri

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah sebuah periode transisi dari dari kanak-kanak menjadi

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. Haid adalah perdarahan dari kemaluan yang terjadi pada seorang wanita yang

BAB I PENDAHULUAN. berupa lendir jernih, tidak berwarna dan tidak berbau busuk (Putu, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan

BAB I PENDAHULUAN. keadaan normal lama menstruasi berkisar antara 3-7 hari dan rata-rata berulang

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. dari program kesehatan reproduksi remaja adalah untuk membantu remaja

BAB I PENDAHULUAN. anak gadis terjadi antara umur 10 dan 16 tahun (Knight, 2009). Menstruasi

HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN ORANG TUA (IBU) DENGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DISMENOREA DAN PENANGANANNYA DI MA AN-NUR KOTA CIREBON TAHUN 2016

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH 20 DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SELURUH KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perempuan memiliki siklus menstruasi yang berbeda-beda, namun hampir 90% wanita memiliki siklus hari dan hanya 10-15%

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak. menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada wanita di masa pubertas sekitar usia tahun. Menarche merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional

BAB 1 PENDAHULUAN. hormone yang dikendalikan oleh kelenjar hipofisis anterior yang

BAB I PENDAHULUAN. yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa. remaja adalah anak

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI SD NEGERI I GAYAM KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja (pubertas) merupakan masa transisi antara masa anak dan dewasa

HUBUNGAN PENGETAHUAN SISWI KELAS VIII TENTANG DISMINORE DENGAN PERILAKU DALAM UPAYA PENANGANAN DISMINORE DI SMPN 12 KOTA BATAM

BAB I PENDAHULUAN. menarche sampai menopause. Permasalahan dalam kesehatan reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengambil peran yang cukup besar daripada ayah terutama pada. perkembangan anak perempuan, karena kesamaan gender dan

BAB I PENDAHULUAN. produksi zat prostaglandin (Andriyani, 2013). Disminore diklasifikasikan

IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 3 No 1 - Januari 2016

BAB I PENDAHULUAN. antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun. Menurut WHO (World

BAB I PENDAHULUAN. Periode pubertas akan terjadi perubahan dari masa anak-anak menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MAHASISWI KEPERAWATAN SI DALAM MENGATASI DISMENORE

BAB I PENDAHULUAN. yang cepat, termasuk pertumbuhan serta kematangan dari fungsi organ reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. tumpuan harapan yang akan bisa melanjutkan cita-cita bangsa Indonesia. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa remaja adalah suatu periode dalam hidup manusia. dimana terjadi transisi secara fisik dan psikologis yang

BAB I PENDAHULUAN. kematangan seksual. Perubahan-perubahan ini terjadi pada masa-masa

BAB I PENDAHULUAN. selaput dinding perut atau peritonitis ( Manuaba, 2009). salah satunya adalah Keputihan Leukorea (Manuaba, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder, dan berakhir jika sudah ada kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. punggung bagian bawah dan paha (Badziad, 2003). Dismenorea merupakan

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa dan merupakan periode kehidupan yang paling banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada pertemuan International Conference on Population

BAB I PENDAHULUAN. Setiap wanita berbeda-beda waktunya dalam mendapatkan menarche atau

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS VI

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus pada masa remaja yang dimana terjadi proses pertumbuhan

PERILAKU REMAJA DALAM HAL PERUBAHAN FISIOLOGIS PADA MASA PUBERTAS DI SMP YAYASAN PENDIDIKAN SHAFIYYATUL AMALIYYAH MEDAN TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup bangsa Indonesia diperkirakan mencapai 70 tahun

BAB I PENDAHULUAN. Menarche merupakan menstruasi pertama yang biasa terjadi pada seorang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Rentang kehidupan manusia terbagi menjadi sepuluh tahapan

PERAN ORANG TUA DAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PUBERTAS DI SALAH SATU SMP NEGERI BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. periode transisi dari masa anak menuju masa dewasa. Dalam masa remaja ini

PENGETAHUAN DAN KESIAPAN REMAJA PUTRI DALAM MENGHADAPI MENARCHE DI SD NEGERI NO MEDAN TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PROFIL KONSENTRASI BELAJAR SISWI YANG MENGALAMI DISMENORE

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja diawali dari suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seseorang. Usia remaja berlangsung antara umur 12-21 tahun, dengan pembagian 12-15 tahun masa remaja awal, 15-18 tahun masa remaja pertengahan, 18-21 tahun masa remaja akhir. Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak kemasa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial. Usia remaja juga dibagi dengan melihat perubahan yang terjadi yaitu antara usia 10-12 tahun masa prapubertas, usia 12-15 tahun masa pubertas dan 15-21 tahun masa adolescence (Monks, 2004). Remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa, di mana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya fertilitas, dan terjadi perubahan-perubahan psikologik serta kognitif. Untuk tercapainya tumbuh kembang yang optimal, tergantung pada potensi biologiknya. Tingkat tercapainya potensi biologik seorang remaja merupakan hasil interaksi antara faktor genetik dan lingkungan biofisikopsikososial. Proses yang unik dan hasil akhir yang berbeda-beda memberikan ciri tersendiri pada setiap remaja (Soetjiningsih, 2004). Data demografi menunjukkan bahwa remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut WHO dalam Soetjiningsih (2004) sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah remaja 1

2 berumur 10-19 tahun. Sekitar 900 juta berada di negara sedang berkembang. Tahun 2010, data profil kesehatan Indonesia mencatat penduduk Indonesia yang tergolong usia 10-19 tahun adalah sekitar 45 juta jiwa atau 21% yang terdiri dari 50,8% remaja laki-laki dan 49,2% remaja perempuan (Depkes, 2008). Perubahan fisik pubertas dimulai sekitar usia 10 atau 11 tahun pada remaja putri, kira-kira 2 tahun sebelum perubahan pubertas pada remaja laki-laki. Kematangan seksual dan terjadinya perubahan bentuk tubuh sangat berpengaruh pada kehidupan kejiwaan remaja, sementara itu perhatian remaja sangat besar terhadap penampilan dirinya sehingga mereka sering merisaukan bentuk tubuhnya yang kurang proporsional tersebut. Apabila mereka sudah dipersiapkan dan mendapatkan informasi tentang perubahan tersebut maka mereka tidak akan mengalami kecemasan dan reaksi negatif lainnya, tetapi bila mereka kurang memperoleh informasi, maka akan merasakan pengalaman yang negatif (Soetjiningsih, 2004). Petunjuk pertama bahwa mekanisme reproduksi pada anak perempuan menjadi matang adalah datangnya haid. Ini adalah permulaan dari serangkaian pengeluaran darah, lendir, dan jaringan sel yang hancur dari uterus secara berkala, yang akan terjadi kira-kira setiap 28 hari sampai mencapai menopause, pada akhir empat puluhan atau awal lima puluhan tahun (Hurlock, 2000). Menarche haid yang pertama terjadi yang merupakan ciri khusus kedewasaan seorang wanita yang sehat dan tidak hamil. Bobak (2004) menyatakan bahwa menstruasi adalah perdarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi. Menstruasi adalah perdarahan pervaginam secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus. Fungsi menstruasi normal merupakan

3 hasil interaksi antara hipotalamus, hipofisis, dan ovarium dengan perubahanperubahan terkait pada jaringan sasaran pada saluran reproduksi normal, ovarium memainkan peranan penting dalam proses ini, karena tampaknya bertanggung jawab dalam pengaturan perubahan-perubahan siklik maupun lama siklus menstruasi. Dalam siklus menstruasi tidak semua wanita mengalami menstruasi secara normal. Ada beberapa wanita yang mengalami nyeri haid selama menstruasi yang sering disebut dengan istilah dismenorhoe. Dismenorhoe merupakan keluhan ginekologi yang paling umum, frekuensi dismenorhoe cukup tinggi dan penyakit ini sudah lama dikenal tapi sampai sekarang penyebabnya belum diketahui secara pasti, namun beberapa faktor dapat menjadi penyebab dismenorhoe salah satunya adalah ketidakseimbangan hormon progesteron dalam darah sehingga mengakibatkan rasa nyeri timbul, faktor psikologis juga ikut berperan terjadinya dismenorhoe pada beberapa wanita (Prawirohardjo, 2002). Adanya dismenorhoe bagi sebagian orang bisa dianggap sebagai suatu stressor tersendiri yang akhirnya bisa menimbulkan kecemasan, baik tarafnya ringan sampai menimbulkan kepanikan. Kecemasan itu timbul karena dismenorhoe dianggap sebagai suatu ancaman bagi integritas hidupnya. Wanita yang mengalami dismenorhoe ini umumnya cemas karena tidak mendapat informasi yang jelas tentang dismenorhoe, selain itu mereka juga terpengaruh oleh mitos-mitos seputar dismenorhoe, misalnya wanita yang mengalami dismenorhoe tidak bisa memilii keturunan, dismenorhoe tidak bisa disembuhkan, dan lain sebagainya. Kehadiran seorang ibu pada saat anak

4 perempuan sedang mengalami dismenorhoe sangat dibutuhkan. Kecemasan yang dialami oleh remaja putri dapat berkurang dengan adanya peran seorang ibu disampingnya. Peran yang diberikan oleh ibu tidak hanya berupa pertolongan pertama tetapi juga sampai menemani remaja untuk melakukan berbagai pengobatan untuk kesembuhan remaja tersebut (Irawati, 2006). Penelitian yang dilakukan oleh Asmawira (2006) tentang dukungan sosial keluarga pada remaja putri yang mengalami dismenorhoe di SMP Negeri 21 Semarang dengan menggunakan pendekatan kualitatif menghasilkan bahwa dismenorhoe yang terjadi pada remaja mengakibatkan dampak pada fisik dan psikososial. Gangguan fisik yang dialami remaja mengakibatkan remaja sulit untuk beraktivitas sedangkan masalah psikososial yang muncul adalah remaja mengalami kecemasan dan iritabilitas. Bentuk dukungan yang diberikan oleh keluarga adalah dukungan emosional, instrumental, penghargaan sedangkan dukungan informasional masih dirasakan kurang oleh remaja. Data dari Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Provinsi Jawa Tengah (2010) menyebutkan bahwa sebanyak 56 remaja putri yang menstruasi melalui layanan telepon dan SMS, angka tertinggi adalah konsultasi tentang dismenorhoe. Remaja yang berkonsultasi sebagian besar berdomisili di Semarang dengan rentang usia 15 19 tahun. SMA N 8 Semarang berlokasi di Karanganyar Kecamatan Tugu Semarang yang berstatus Negeri. Seleksi penerimaan siswa baru Tahun 1979 Tahun Ajaran 1979/1980 ditangani oleh Departemen P&K Kecamatan Tugu Semarang dengan memakai sistem Tes yang bertempat di SD Karanganyar 1 Tugu Semarang dan semua pengawas dari guru SD setempat. Dari masa tahun

5 pelajaran 1979/1980 sampai sekarang jumlah siswa terus mengalami peningkatan. Sarana dan Prasarana yang dimiliki oleh SMA N 8 Semarang juga cukup lengkap sehingga menunjang kegiatan belajar siswa. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SMA Negeri 8 Semarang ditemukan bahwa jumlah remaja putri di kelas X dan XI adalah sebanyak 398 (66,1%) siswi dan sebanyak 187 (47%) remaja putri mengalami nyeri haid. Berdasarkan hasil wawancara terhadap 20 orang siswi SMA Negeri 8 Semarang tentang peran ibu terhadap perilaku penanganan dismenorhoe ditemukan hasil bahwa sebagian besar ibu tidak berperan dalam penanganan dismenorhoe putrinya yakni sebanyak 13 siswi (65%). Hal ini ditunjukkan dengan tidak adanya dukungan ibu pada saat putrinya mengalami dismenorhoe. Dan hanya 7 (35%) siswi yang mendapat dukungan cukup baik dari ibunya pada saat mengalami nyeri haid. Mengingat kurangnya peran ibu dalam menangani masalah remaja yang mengalami dismenorhoe, maka perlu diadakan lebih lanjut mengenai pengaruh peran ibu terhadap perilaku penanganan dismenorhoe pada remaja putri di SMA Negeri 8 Semarang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah adalah Adakah pengaruh peran ibu terhadap perilaku penanganan dismenorhoe pada remaja putri di SMA Negeri 8 Semarang?.

6 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh peran ibu dengan perilaku penanganan dismenorhoe pada remaja putri di SMA Negeri 8 Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan peran ibu pada remaja putri yang mengalami dismenorhoe di SMA Negeri 8 Semarang. b. Mendeskripsikan perilaku penanganan dismenorhoe pada remaja putri di SMA Negeri 8 Semarang. c. Menganalisa pengaruh peran ibu dengan perilaku penanganan dismenorhoe pada remaja putri di SMA Negeri 8 Semarang. D. Manfaat Penelitian 1. Teoritis. a. Bagi Institusi Dapat memberikan sumbangan bagi institusi pendidikan untuk mempertimbangkan materi kesehatan remaja khususnya tentang masalahmasalah reproduksi remaja kedalam kurikulum pendidikan sekolah menengah pertama. b. Bagi Bidan Sebagai acuan untuk menentukan pendekatan yang tepat dalam meningkatkan derajat kesehatan, khususnya reproduksi remaja, dan dapat menjadi acuan untuk melakukan pendidikan kesehatan kepada masyarakat.

7 c. Bagi Remaja Putri Dapat memberikan informasi kepada remaja putri dan keluarga mengenai perlunya dukungan dari keluarga khususnya peran ibu ketika dismenorhoe dialami oleh remaja putri. 2. Praktis a. Bagi Metode Penelitian Memberi pengalaman baru bagi penulis dalam melaksanakan dan dapat memahami lebih baik tentang hubungan yang terjalin didalam sebuah keluarga serta mengaplikasikan teori yang sudah diterima dibangku kuliah. b. Bagi Ilmu Pengetahuan Dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan tentang materi kesehatan remaja khususnya tentang masalah-masalah reproduksi remaja E. Keaslian Penelitian Tabel 1.1. Keaslian Penelitian No. Judul, Nama, Tahun Sasaran Variabel Metode Hasil 1 Hubungan tingkat Pengetahuan dan pengetahuan tentang dismenorehoe Perilaku penanganan Dismenorhoe. dengan perilaku penanganan dismenorhoe pada siswi SMK YPKK I Sleman Yogyakarta. Dyah Pradnya Paramita (2010). 58 siswi SMK YPKK I Sleman Yogyakarta Jenis survey analitik dengan pendekatan waktu cross sectional. Ada hubungan tingkat pengetahuan tentang dismenorhoe dengan perilaku penanganan dismenorhoe pada siswi SMK YPKK I Sleman Yogyakarta

8 No. Judul, Nama, Tahun Sasaran Variabel Metode Hasil 2 Dukungan sosial jumlah Dukungan sosial Jenis Dukungan sosial keluarga pada responden keluarga pada remaja keluarga yang diberikan remaja yang sebanyak 5 dengan dismenorhoe. kualitatif. oleh keluarga umumnya mengalami orang. sudah baik. dismenore di SMP Negeri 21 Semarang. Tety Asmawira (2006). Adanya gangguan saat haid yaitu dismenorhoe dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada fisik yang mengakibatkan aktivitas remaja terganggu dan terjadi gangguan psikososial. Koping yang diambil remaja didasarkan atas sumber-sumber informasi tertentu dengan menggabungkan berbagai jenis koping sehingga dicapai keadaan yang 3 Hubungan antara pengetahuan dan dukungan sosial dengan tingkat kecemasan remaja dalam menghadapi dismenorhoe di SMP N 1 Ulujami Pemalang. PSIK UNDIP. Heny Irawati (2006). 4 Pengaruh peran ibu terhadap perilaku penanganan dismenorhoe pada remaja putri (studi di SMA N 8 Semarang Tahun 2012). Sri Sopiyah (2012). Sampel ini adalah seluruh siswi SMP N 1 Ulujami Pemalang sebanyak 79 siswi. Sampel ini adalah siswi SMA N 8 Semarang yang mengalami dismenorhoe sebanyak 65 siswi. Pengetahuan dan dukungan social dengan tingkat kecemasan remaja dalam menghadapi dismenorhoe. Peran ibu dan perilaku penanganan dismenorhoe. Jenis survey analitik. Jenis studi korelasi. adaptif Tingkat kecemasan yang tinggi terjadi pada remaja setiap mengalami nyeri haid dibandingkan dengan remaja yang tidak mengalami nyeri haid karena emosinya masih labil dan remaja kurang mendapat dukungan sosial saat menghadapi dismenorhoe. Ada hubungan antara pengaruh peran ibu dengan perilaku penanganan dismenorhoe pada remaja putri di SMA N 8 Semarang. Perbedaan ini dengan terdahulu pada tabel diatas adalah pada ini menggunakan variabel peran ibu dan perilaku penanganan dismenorhoe. Perbedaan lain adalah jenis menggunakan studi korelasi untuk mengetahui pengaruh peran ibu terhadap perilaku penanganan dismenorhoe pada remaja putri di SMA Negeri 8 Semarang.