TRANSISI EPIDEMIOLOGI. Handout MK Epidemiologi PTM

dokumen-dokumen yang mirip
TRANSISI EPIDEMIOLOGI

BAB 1 PENDAHULUAN. transisi epidemiologi. Secara garis besar proses transisi epidemiologi adalah

BAB I PENDAHULUAN. mencakup dua aspek, yakni kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 : PENDAHULUAN. daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

Makalah Tentang Masalah Kesehatan

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG MANAJEMEN PELAYANAN HOSPITAL HOMECARE DI RSUD AL-IHSAN PROVINSI JAWA BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Periode I Periode II Periode III

Strategi Penguatan Upaya Promotif dan Preventif dalam RPJMN Sub Bidang Kesehatan dan Gizi Masyarakat

PERTEMUAN 9 : Ir. Darmawan L. Cahya, MURP, MPA

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa

BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dan bayi terjadi transisi epidemiologis penyakit. Populasi lansia semakin

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. Secara global, penyakit terkait dengan gaya hidup. dikenal sebagai penyakit tidak menular (PTM).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan perekonomian ke

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 1 PENDAHULUAN. cerebrovascular disease (CVD) yang membutuhkan pertolongan dan penanganan

BAB I PENDAHULUAN. depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan transisi epidemiologi. Secara garis besar transisi epidemiologi

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mortalitas pada semua kelompok usia di seluruh dunia termasuk di Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Tri Kurniasih, FE UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan faktor resiko primer penyakit jantung dan stroke. Pada

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit saat ini telah mengalami perubahan yaitu adanya transisi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Expected/S tandard/ goal. Observed/ Reality/ result. Gap/kesenjangan

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB 1 : PENDAHULUAN. tahun 2013 terjadi kenaikan jumlah kasus terinfeksi kuman TB sebesar 0,6 % pada tahun

Perkembangan, Pertumbuhan, & Transisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN. berfokus dalam menangani masalah penyakit menular. Hal ini, berkembangnya kehidupan, terjadi perubahan pola struktur

BAB I PENDAHULUAN. bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit TB dapat menyebar melalui droplet

BAB I PENDAHULUAN. menular juga membunuh penduduk dengan usia yang lebih muda. Hal ini

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

Konsep Penyebab Penyakit (orang, tempat dan, waktu) PERTEMUAN 5 Ira Marti Ayu KESMAS/ FIKES

BAB 1 PENDAHULUAN. (P2ISPA) adalah bagian dari pembangunan kesehatan dan upaya pencegahan serta

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk merupakan bagian integral dari suatu negara. Komposisi dan

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi energi pada kelompok umur 56 tahun ke atas yang. mengkonsumsinya di bawah kebutuhan minimal di provinsi Jawa Barat

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN STROKE DI INDONESIA

TRANSISI EPIDEMIOLOGI. Nurul Wandasari Singgih Prodi Kesehatan Masyarakat Univ Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

Burden (Beban) Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi penyakit menular namun terjadi peningkatan prevalensi penyakit tidak

PENDAHULUAN. Pola penyakit yang ada di Indonesia saat ini telah. mengalami pergeseran atau sedang dalam masa transisi

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Angka Insidensi T B Tahun 2011 (WHO, 2012)

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau sering disebut dengan istilah TBC merupakan penyakit

BAB III PEMBANGUNAN KESEHATAN PROVINSI GORONTALO

LANDASAN TEORI HERD IMMUNITY

BAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995).

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG

yang tidak sehat, gangguan mental emosional (stres), serta perilaku yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia memiliki sumber daya hayati dan merupakan salah satu negara

PERILAKU SEHAT DAN PROMOSI KESEHATAN

Hand Out Epidemiologi : Prodi D III Kebidanan Jurusan Kebidanan Poltekkes Surakarta SMT IV Tahun 2008 Oleh : Ig. Dodiet Aditya Setyawan, SKM.

BAB 1 : PENDAHULUAN. membungkus jaringan otak (araknoid dan piameter) dan sumsum tulang belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KONSEP TERJADINYA PENYAKIT

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN. atau calon ibu merupakan kelompok rawan, karena membutuhkan gizi yang cukup

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. begitu pula dengan permasalahan kardiovaskuler dan DM (Marliyanti, 2010).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. proporsinya yang tinggi dalam keseluruhan populasi rakyat Indonrsia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya tingkat kesejahteraan masyarakat di

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor risiko..., Helda Suarni, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDUDUK INDONESIA MENJELANG TAHUN 2000 PENINGKATAN HARAPAN HIDUP DAN KELOMPOK USIA TUA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

KERANGKA ACUAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT UPT. PUSKESMAS SOTEK

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh

Epidemiologi Kesehatan Reproduksi - 2

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di seluruh dunia. Sampai tahun 2011 tercatat 9 juta kasus baru

KONSEP EPIDEMIOLOGI. Oleh : Suyatno, Ir. MKes

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Kemajuan

KEBIJAKAN & STRATEGI PROGRAM PTM DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT 2008

BAB I DASAR-DASAR EPIDEMIOLOGI. KOMPETENSI DASAR 1. Memahami substansi tentang pengertian epidemiologi

PERILAKU SEHAT DAN PROMOSI KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia.

30/10/2015. Tujuan epidemiologi kebidanan :

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

Transkripsi:

Handout MK Epidemiologi PTM Abstract Paper ini adalah materi online class ke-4 mata kuliah Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, kelas 12, semester genap 2016, Universitas Esa Unggul, Jakarta Barat Ade Heryana, S.SiT, M.KM ade.heryana24@gmail.com

TRANSISI EPIDEMIOLOGI 1. Latar Belakang Konsep transisi epidemiologi timbul karena adanya perubahan pola kesehatan dan pola penyakit pada masyarakat yang rumit, salah satunya transisi demografi yang terjadi melalui proses yang panjang (Bustan, 2012). Konsep ini menyebabkan pergeseran perhatian masalah kesehatan dari penyakit menular kepada penyakit tidak menular. 2. Teori Transisi Epidemiologi Bustan (2012) menggambarkan transisi epidemiologi adalah terjadinya perubahan distribusi dan faktor-faktor penyebab terkait yang melahirkan masalah epidemiologi baru yang ditandai dengan perubahan pola frekuensi penyakit. Tabel berikut menggambarkan estimasi penyebab penyakit pada tahun 2020. Tabel 1. Estimasi 12 Besar Penyebab Kematian Dunia pada Tahun 2020 (Bustan, 2012) No. Kausa tahun 1990 Kausa tahun 2020 1 Penyakit jantung iskemik Penyakit jantung iskemik 2 Penyakit cerebrovascular Penyakit cerebrovascular 3 Lower respiratory infection Obstruksi pulmonal kronik 4 Diare Lower respiratory infection 5 Kelainan perinatal Kanker trachea, bronchus, paru 6 Obstruksi pulmonal kronik Kecelakaan lalu lintas 7 Tuberkulosis Tuberkulosis 8 Measles Kanker lambung 9 Kecelakaan lalu lintas HIV 10 Kanker trachea, bronchus, paru Trauma 11 Malaria Diare 12 Sirosis hati Sirosis hati ADE HERYANA, S.SIT, M.KM 1

Sementara menurut Noor (2008) pada transisi epidemiologi akan terjadi pergeseran pola penyakit dan pola penyebab penyakit dalam masyarakat yang ditandai dengan menurunnya angka kematian penyakit menular tertentu dan meningkatnya angka penyakit tidak menular. Paparan yang cukup lengkap tentang transisi epidemiologi disampaikan oleh Omran (2005) dalam publikasi berjudul The Epidemiologic Transition: A Theory of the Epidemiology of Population Change. Menurut Omran, teori transisi epidemiologi memusatkan kajian pada perubahan yang kompleks pada pola kesehatan dan penyakit, serta pada interaksi antara pola sehat/penyakit dengan demografi, determinan sosial ekonomi dan konsekuensinya. Transisi epidemiologi berjalan secara paralel/bersamaan dengan transisi demografis dan transisi teknologi di negara-negara berkembang. Dalam paparannya, Omran (2005) menyebutkan setidaknya 5 dalil yang perlu dipahami dalam transisi epidemiologi: 1. Angka kematian merupakan faktor penentu dalam dinamika kependudukan. Hasil studi demografi membuktikan bahwa angka kematian menentukan perkembangan populasi suatu negara; 2. Selama transisi epidemiologi berlangsung, perubahan panjang terjadi pada angka kematian dan pola penyakit, dimana penyakit menular secara berangsur-angsur digantikan oleh penyakit degeneratif dan penyakit akibat manusia sebagai penyakit yang memiliki angka kesakitan tinggi dan sebagai penyebab utama kematian. Pola perubahan angka kematian penyakit dibedakan dalam tiga tahap : a. Masa wabah sampar dan kelaparan (the age of pestilence and famine), yang ditandai dengan: Angka kematian tinggi dan berfluktuasi, yang akhirnya menghambat kelangsungan pertumbuhan penduduk; dan Angka harapan hidup rendah dan bervariasi, berkisar antara 20-40 tahun b. Masa penyusutan pandemi (the age of receding pandemics), yang ditandai dengan: ADE HERYANA, S.SIT, M.KM 2

Angka kematian berangsur turun, dan terjadi tingkat penurunan epidemik; Pertumbuhan penduduk terus berlangsung dan mulai terjadi pola eksponensial; dan Angka harapan hidup meningkat dan stabil pada usia 30-50 tahun c. Masa penyakit degeneratif dan penyakit akibat ulah manusia (the age of degenerative and man-made disease), yang ditandai dengan: Angka kematian berlangsung turun dan terkadang stabil mendekati level terendah; Angka harapan hidup meningkat secara bertahap hingga usia 50 tahun; dan Angka kesuburan (fertility) turut menjadi faktor krusial pada pertumbuhan penduduk. Penyebab utama terjadinya transisi penyakit menular kepada penyakit degeneratif antara lain: - Faktor ekobiologi, yang memperlihatkan adanya keseimbangan yang rumit antara agen penyakit, tingkat kerusakan lingkungan, dan resistensi host. - Faktor sosioekonomi, politik, dan budaya, antara lain standar hidup, perilaku sehat, dan higiene & nutrisi. - Medis dan kesehatan masyarakat, yakni ukuran upaya preventif dan kuratif tertentu yang digunakan untuk memerangi penyakit, meliputi peningkatan sanitasi secara umum, imunisasi, 3. Selama berlangsungnya transisi epidemiologi, perubahan pola kesehatan dan penyakit yang paling mendalam terjadi pada anak-anak dan wanita usia muda. Hal ini kemungkinan disebabkan tingkat kerentanan kelompok ini paling tinggi terhadap penyakit infeksi dan penyakit defisiensi. 4. Perubahan pola sehat dan penyakit yang terjadi selama transisi epidemiologi berhubungan erat dengan transisi demografi dan transisi sosial-ekonomi, yang menggambarkan kompleksitas dalam era modern. ADE HERYANA, S.SIT, M.KM 3

Interaksi antara transisi epidemiologi dengan transisi demografis turut berkontribusi pada pertumbuhan penduduk. Penurunan angka kematian selama transisi epidemiologi, memperlebar demographic gap (jarak demografis) antara tingkat kelahiran dengan tingkat kematian. Interaksi antara transisi epidemiologi dengan transisi sosial-ekonomi berlangsung kompleks. Penurunan angka kematian dan angka kejadian penyakit menular cenderung akan menambah efaktivitas tenaga kerja yang pada akhirnya meningkatkan produktivitas ekonomi. 5. Variasi yang khas pada pola, kecepatan, dan determinan penyakit, serta perubahan populasi, menghasilkan tiga model dasar transisi epidemiologi yaitu model klasik, model akselerasi, dan model kontemporer. a. Model klasik (transisi klasik) Disebut juga model transisi epidemiologi western/barat, terjadi di negara-negara Eropa Barat. Karakteristik model ini adalah: - Terjadi penurunan yang bertahap dan progresif pada angka kematian dan angka kesuburan. Angka kematian turun dari 30 per 1000 populasi menjadi kurang dari 10 per 1000. Sementara angka kesuburan turun dari sekitar 40 per 1000 menjadi kurang dari 20 per 1000 populasi; - Dipengaruhi oleh transisi sosio-ekonomik, yang ditandai dengan revolusi sanitasi (pada akhir abad 19) serta perkembangan medis dan kesehatan masyarakat (pada abad 20). - Pada fase terakhir transisi klasik, penyakit degeneratif dan penyakit akibat ulah manusia mendominasi penyebab kematian dan kesakitan, dibanding penyakit menular. b. Model Akselerasi (transisi dipercepat) Disebut juga model transisi epidemiologi yang dipercepat, terjadi di negara Jepang, Eropa Timur, dan Uni Sovyet. Karakteristik model ini antara lain: ADE HERYANA, S.SIT, M.KM 4

- Terjadinya penurunan angka kematian sangat cepat, mencapai angka 10 per 1000 populasi. Jangka waktu penurunannya lebih cepat dibanding transisi klasik. - Penurunan angka kesuburan (fertilitas) yang tinggi namun tidak cepat. Penurunan ini disebabkan oleh aspirasi masyarakat untuk menurunkan kesuburuan. Tindakan aborsi memegang peranan penting dalam penurunan angka kesuburan, terutama di Jepang; c. Model Kontemporer (transisi tertunda/delayed) Disebut juga model transisi epidemiologi yang tertunda, umumnya terjadi di negara-negara Amerika Latin, Afrika, Asia. Karakteristik model ini: - Terjadi penurunan angka kematian yang nyata - Penurunan fertilitas yang lamban 3. Penyebab Transisi Epidemiologi Beberapa literatur dan buku menerangkan beberapa penyebab terjadinya transisi epidemiologi. Noor (2008) menyatakan transisi epidemiologi dipengaruhi oleh transisi demografi, transisi sosial dan ekonomi, serta transisi lingkungan. Dikaitkan dengan konsep Trias Epidemiologi, maka kejadian transisi epidemiologi disebabkan oleh perubahan pada faktor Host dan Environment dibandingkan oleh Agen. Perubahan tersebut antara lain: a. Perubahan pada Host 1. Perubahan struktur masyarakat Telah terjadi perubahan struktur dalam masyarakat, dari yang sebelumnya bersifat agraris beralih ke masyarakat industri. Perubahan ini menyebabkan penurunan penularan penyakit menular akibat sanitasi yang lebih baik. Namun pada saat yang sama menimbulkan risiko penyakit baru yaitu kecelakaan lalu lintas dan kecelakaan kerja. Umumnya masyarakat industri identik dengan peningkatan penghasilan ADE HERYANA, S.SIT, M.KM 5

yang menyebabkan perubahan gaya hidup tidak sehat (merokok, alkohol, kurang gerak, narkoba). Perubahan lainnya adalah masyarakat lebih konsumerisme, sehingga kebutuhan hidup tidak merasa terpenuhi. Akibatnya masyarakat lebih disibukkan dengan mencari tambahan penghasilan, yang secara tidak langsung menyebabkan peningkatan stres. 2. Perubahan struktur demografis Perubahan ini disebut juga transisi demografis. Perubahan tersebut ditandai dengan terjadinya penurunan proprosi usia anak muda dan peningkatan jumlah penduduk usia lanjut. Keberhasilan program Keluarga Berencana (family planning) ikut menyumbang perubahan ini. Namun Noor (2008) menyatakan berdasarkan hasil Trend Assessment Study yang dilakukan Balitbangkes, akan terjadi penurunan proporsi Balita, dan terjadi peningkatan proporsi usia remaja, produktif, dan lanjut usia. 3. Perubahan status pekerjaan Penyebab utama perubahan ini adalah terjadinya pergeseran status pekerjaan pada wanita akibat emansipasi dan kesetaraan jender. Pergeseran ini akan menyebabkan perubahan pada pola asuh anak yang lebih dipercayakan kepada babby sitter dibanding kepada keluarga. 4. Perubahan pola pikir tentang kesehatan Perubahan ini sejalan dengan arus perkembangan globalisasi, teknologi, komunikasi, dan segala bentuk modernisasi, yang menandai dimulainya era baru dalam kesehatan masyarakat (new era of public health). 5. Perubahan mobilitas penduduk Dengan semakin majunya komunikasi dan informasi maka mobilitas penduduk meningkat yang berdampak pada penularan penyakit tertentu atau penyakit baru pada masyarakat. Mobilitas juga ditandai dengan makin berkurangnya aktifitas penduduk karena pengaruh teknologi dan otomatisasi, yang berisiko pada penyakit degenerasi. ADE HERYANA, S.SIT, M.KM 6

6. Perubahan nilai sosial dalam masyarakat Antara lain perubahan dalam menilai lembaga perkawinan yang lebih dilandasi oleh keinginan berteman dan bersosial dibanding untuk kesehatan reproduktif. Perubahan menjadi masyarakat yang individualistis menyebabkan angka kejahatan lebih tinggi akibat masyarakat akan lebih survive dan mencari jalan selamat sendiri. b. Perubahan pada Environment (lingkungan) 1. Perubahan sanitasi lingkungan Perubahan ini terjadinya khususnya disebabkan oleh penyediaan air yang bersih, sehingga penularan penyakit melalui air (waterborne disease) berkurang. Namun di wilayah lain terjadi pula kesulitan akan air bersih karena perubahan iklim, yang rawan menimbulkan penyakit menular seperti kolera dan muntaber. Kepadatan penduduk juga berpengaruh pada sanitasi lingkungan yang buruk. Beberapa penyakit timbul akibat masalah-masalah sanitasi dasar yang rendah seperti: ISPA, infeksi saluran penceraan, TBC, dan berbagai infeksi parasit. 2. Peningkatan pelayanan kesehatan Pelayanan kesehatan ikut berperan dalam pemberantasan penyakit infeksi dan meningkatkan umur harapan hidup (life expectancy). 4. Akibat dari Transisi Epidemiologi Transisi epidemiologi akan mengakibatkan kondisi-kondisi sebagai berikut: a. Gangguan bersamaan pada penyakit menular, yaitu masih ditemukan penyakit menular di daerah pedesaan (rural) dan pemukian kumuh perkotaan, serta masih ditemukan penyakit menular lama dan timbulnya penyakit menular baru b. Masalah gizi ganda, yaitu masalah gizi yang berkaitan dengan penyakit infeksi dan kemiskinan, serta masalah gizi lebih (over nutrition). c. Gangguan kesehatan pada masyarakat jompo akibat meningkatnya umur harapan hidup. ADE HERYANA, S.SIT, M.KM 7

d. Kecenderungan perubahan pola penyakit dari penyakit menular yang mudah disembuhkan ke penyakit tidak menular yang kronis dan sulit disembuhkan. Di Indonesia, transisi epidemiologi mengakibatkan berbagai kejadian yang tidak terpikirkan sebelumnya, antara lain: 1. Peningkatan prevalensi penyakit tidak menular Keadaan ini ditandai dengan munculnya empat besar penyakit tidak menular penyebab kematian yakni cardiovascular, cancer, diabetes, dan penyakit paru obstruksi kronis. Di era JKN, dana BPJS Kesehatan mengalami defisit disebabkan prevalensi penyakit tidak menular antara lain stroke, jantung, kanker, dan gagal ginjal. 2. Swastanisasi di bidang pelayanan kesehatan Transisi epidemiologi juga menyebabkan kesadaran akan pentingnya menyediakan pelayanan kesehatan yang lebih banyak sehingga terjadi pemerataan kepada masyarakat. Pelayanan kesehatan yang semula disediakan oleh pemerintah berangsur-angsur dilayani oleh swasta dengan kualitas pelayanan yang lebih baik. Swastanisasi bukan hanya dalam pelayanan kesehatan, tetapi juga dalam program kesehatan lainnya, antara lain pengelolaan sampah, penyediaan air bersih, dan abatisasi (pencegahan DBD). 3. Upaya promotif dan preventif menjadi prioritas utama Transisi epidemiologi menghasilkan kesadaran bahwa upaya peningkatan dan pencegahan kesehatan memberikan keuntungan lebih besar dibanding upaya pengobatan dan pemulihan. Di Indonesia hal ini sudah dicanangkan pemerintah dengan program-program yang mengarah ke promotif dan preventif, seperti: alokasi anggaran kesehatan yang lebih besar ditujukan untuk upaya pencegahan, promosi Perilaku Hidup Besih dan Sehat (PHBS), dan sebagainya. ADE HERYANA, S.SIT, M.KM 8

5. Hubungan Transisi Demografi, Epidemiologi, dan Kesehatan Perubahan pola penyakit bukan hanya disebabkan oleh transisi epidemiologi saja, melainkan juga ada transisi yang terjadi pada kependudukan atau transisi demografi. Menurut Last (2001), transisi demografis adalah penurunan angka kesuburan (termasuk angka kematian) pada suatu negara, yang sebelumnya dianggap sebagai akibat perubahan teknologi dan industrialisasi, namun kemudian kemungkinan disebabkan oleh makin banyaknya wanita yang melek huruf dan perubahan status wanita. Teori transisi demografis pada negara maju dalam Noor (2008) dijelaskan sebagai berikut: Pada awal pembangunan keadaan negara maju adalah - Fertilitas dan mortalitas agak stabil dan angkanya cukup tinggi - Pertumbuhan penduduk agak stabil, karena angka kematian tinggi diimbangi angka kelahiran yang tinggi Pada perkembangan dan kemajuan status ekonomi, keadaannya menjadi: - Angka kematian mulai turun dan diikuti penurunan fertilitas, yang pada akhir transisi keduanya akan menjadi stabil. Keadaan ini menghasilkan Net Reproductive Rate (NRR) = 1. - Pada pasca transisi, akhirnya NRR menjadi < 1 Teori transisi demografis di negara maju tidak sesuai dengan keadaan di negara berkembang, termasuk Indonesia, dalam hal: a. Penurunan angka kematian di negara berkembang lebih cepat dibanding negara maju, karena salah satu penyebabnya negara berkembang tidak harus menunggu peningkatan status sosial ekonomi supaya menghasilkan teknologi yang sudah ada di negara maju (teknologi diimpor dalam bentuk sudah jadi dari negara maju) seperti imunisasi, antibiotika dan sebagainya. b. Penurunan fertilitas cukup cepat dan tidak perlu menunggu kenaikan status ekonomi, yang disebabkan oleh keberhasilan program Keluarga Berencana (family planning). ADE HERYANA, S.SIT, M.KM 9

Model lainnya menyebut bahwa tidak hanya transisi epidemiologi dan transisi demografi saja yang mengalami perubahan, tetapi juga pada status gizi yang merubah perilaku dan menghasilkan gaya hidup modern. Transisi demografis Balita Manula Gaya hidup tradisional Transisi epidemiologis PM PTM Transisi Perilaku Transisi gizi Gizi kurang Gizi lebih Gaya hidup Modern Gambar 1. Transisi Demografis, Epidemilogis, dan Perilaku (Diolah dari: Bustan, 2012) 6. Literatur Bustan, Nadjib M., Pengantar Epidemiologi, edisi revisi, Jakarta, Rineka Cipta, 2012 Last, John M. (eds.), A Dictionary of Epidemiology, Fourth Edition, New York, Oxford University Press, 2001 Noor, Nur Nasry, Epidemiologi, edisi revisi, Jakarta, Rineka Cipta, 2008 Omran, Abdel R., The Epidemiologic Transition: A Theory of the Epidemiology of Population Change, The Milbank Quarterly, Vol.83, No.4, 2005 (reprint) ADE HERYANA, S.SIT, M.KM 10