THIRD LEGAL LIABILITY INSURANCE OLEH ADVOKAT SEBAGAI BENTUK TANGGUNG JAWAB DALAM MENJALANKAN PROFESINYA Oleh: Hengki M. Sibuea *



dokumen-dokumen yang mirip
Istilah dan Pengertian Asuransi ASURANSI. Hubungan antara Risiko dengan Asuransi 11/8/2014

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian adalah peristiwa seseorang berjanji kepada seorang lain atau dua orang

Istilah dan Pengertian Asuransi ASURANSI. 02-Dec-17

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua belah pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada

I. PENDAHULUAN. Bahaya kebakaran pada kehidupan manusia banyak yang mengancam. keselamatan harta kekayaan, jiwa, dan raga manusia.

BAB I PENDAHULUAN. asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Dimana sebagian besar masyarakat

Manfaat Dan Mekanisme Penyelesaian Klaim Asuransi Prudential. Ratna Syamsiar. Abstrak

I. PENDAHULUAN. Manusia di dalam hidupnya selalu berada dalam ketidakpastian dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang dilaksanakan saat ini adalah pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya manusia juga tidak bisa terlepas dari kejadian-kejadian yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Dalam memenuhi kebutuhan

BAB II TINJAUAN MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TERTANGGUNG DAN SYARAT-SYARAT PERJANJIAN ASURANSI BERDASARKAN KUHD

BAB I PENDAHULUAN. Mengenai definisi perusahaan dapat ditemukan dalam Undang-Undang Nomor. 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASURANSI JIWA DAN KLAIM ASURANSI JIWA

BAB II PERJANJIAN ASURANSI DAN BENTUK-BENTUK PENYELESAIAN SENGKETA DALAM PERJANJIAN ASURANSI

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I. Perkembangan ekonomi Indonesia melalui perusahaan asuransi adalah

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN ASURANSI ATAS PEMBATALAN PERJANJIAN BAKU PADA POLIS ASURANSI JIWA di KOTA DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. Komanditer atau sering disebut dengan CV (Commanditaire. pelepas uang (Geldschieter), dan diatur dalam Kitab Undang-Undang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan jumlah dan kebutuhan hidup manusia sejalan dengan

DIMAS WILANTORO NIM: C.

BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING

TINJAUAN PUSTAKA. Istilah asuransi berasal dari bahasa Belanda Verzekering atau Assurantie. Oleh

AKIBAT HUKUM PENYELENGGARAAN PENGANGKUTAN BARANG OLEH PENGANGKUT DALAM KEADAAN MEMAKSA (OVERMACHT)

PERANAN POLIS ASURANSI JIWA DALAM PENUNTUTAN KLAIM (STUDI PADA PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE DENPASAR)

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan penyakit serta karena usia tua, yang dapat mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam keadaan yang sedang dilanda krisis multidimensi seperti yang

ASURANSI. Created by Lizza Suzanti 1

WANPRESTASI DALAM PEMBAYARAN PREMI ASURANSI DIHUBUNGKAN DENGAN TANGGUNG JAWAB PENANGGUNG ASURANSI JIWA

Dokumen Perjanjian Asuransi

BAB II LANDASAN TEORI. dengan sudut pandang yang mereka gunakan dalam asuransi. Adapun definisi

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah faktor yang sangat penting bagi produktivitas dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional adalah upaya untuk meningkatkan seluruh aspek

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASAS SUBROGASI DAN PERJANJIANASURANSI

BAB I PENDAHULUAN. selama orang tersebut memiliki kepentingan tanpa memandang status,

BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha di Indonesia. Asuransi merupakan sarana finansial dalam tata kehidupan rumah

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan negara merupakan salah satu asas pokok. pembentukan pemerintah Negara Kesatuan Republik

PEMBAYARAN KLAIM OLEH PERUSAHAAN AJB BUMIPUTERA 1912 DALAM HAL TERJADINYA WANPRESTASI OLEH TERTANGGUNG PADA PROGRAM MITRA BEASISWA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam zaman modern ini segala sesuatu memerlukan kecepatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia selalu terdapat kejadian kejadian yang tidak dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengirim. Dimana ekspeditur mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan dirinya dalam perkembangan yang sangat pesat, seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. Surety Bond memiliki konsep sebagai penyedia jaminan, merupakan

I. PENDAHULUAN. Setiap orang sering menderita kerugian akibat dari suatu peristiwa yang tidak

KEABSAHAN PERJANJIAN ASURANSI DALAM HUKUM KEPERDATAAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PERJANJIAN ASURANSI MELALUI TELEMARKETING DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008

II. LANDASAN TEORI. Asuransi atau pertanggungan, di dalamnya tersirat pengertian adanya suatu resiko,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

TANGGUNG JAWAB LESSEE TERHADAP MUSNAHNYA BARANG MODAL KARENA KEADAAN MEMAKSA (FORCE MAJEURE) DALAM PERJANJIAN LEASING

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1992 TENTANG USAHA PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditunaikannya dimana ia berkewajiban untuk menangani hal-hal yang

1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

ALAT BUKTI ASURANSI AKIBAT HILANGNYA POLIS DALAM PERJANJIAN ASURANSI

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan tanah hak kepada pihak lain untuk selama-lamanya (hak atas tanah

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Industri jasa asuransi merupakan salah satu pilar keuangan,

BAB I PENDAHULUAN. mendesak para pelaku ekonomi untuk semakin sadar akan pentingnya

BAB I PENDAHULUAN. Modal yang bernilai besar dalam menjalankan usaha; baik dari modal harta

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN BAKU 1 Oleh: Dyas Dwi Pratama Potabuga 2

BAB II PENGATURAN ASURANSI DI INDONESIA. A. Pengertian dan Dasar Hukum Asuransi. diharapkan. Disamping itu dapat pula berupa peristiwa negatif yang

BAB I PENDAHULUAN. material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. Subekti dan Tjitrosudibio, Cet. 34, Edisi Revisi (Jakarta: Pradnya Paramita,1995), pasal 1233.

BAB I PENDAHULUAN. keluarnya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Peransuransian.

BAB I PENDAHULUAN. berupa membayarkan sejumlah harga tertentu. mencukupi biaya pendidikan dan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA. Ali, Zainuddin. Metode Penelitian Hukum. Cet. 1. Jakarta : Sinar Grafika, 2009

ANALISIS HUKUM PEMBERATAN RISIKO DALAM ASURANSI JIWA PADA PERUSAHAAN AJB BUMIPUTERA 1912 BANDAR LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. hal yang dilakukan baik menggunakan sarana pengangkutan laut maupun melalui

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang serius ialah lembaga jaminan. Karena perkembangan ekonomi akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Asuransi dan Pengaturan Asuransi. sehingga kerugian itu tidak akan pernah terjadi.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASURANSI MENURUT HUKUM

AKIBAT HUKUM WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN BAKU. Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. suatu peristiwa yang tidak terduga semula, misalnya rumahnya terbakar, barangbarangnya

Oleh : Ni Putu Eni Sulistyawati I Ketut Sudantra. Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. pesat saat ini. Peningkatan ini dapat dilihat dari semakin tingginya kebutuhan

PELAKSANAAN ASURANSI TERHADAP DEBITUR SECARA TANGGUNG RENTENG DIHUBUNGKAN DENGAN PASAL 1278 KUH PERDATA

BAB II PEMBAHASAN ASURANSI JIWA SECARA UMUM. sangat singkat sekali dan hanya terdiri dari tujuh (7) pasal yaitu Pasal 302 sampai

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2011

BAB I PENDAHULUAN. yaitu saat di lahirkan dan meninggal dunia, dimana peristiwa tersebut akan

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin pesat, dan untuk itu masyarakat dituntut untuk bisa mengimbangi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupan mempunyai bermacam-macam kebutuhan dalam hidupnya.

ALTERNATIF HUKUM PERKAWINAN HOMOSEKSUAL

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan

SOAL JAWAB 110 : HUKUM DAN ASURANSI 26 SEPTEMBER 2000

vii DAFTAR WAWANCARA

BAB I PENDAHULUAN. Risiko akan selalu ada dan mengikuti kehidupan manusia. Salah satu. pembangunan, terbakarnya bangunan dan lain sebagainya.

PSAK 57 (Rev. 2009) PROVISI, LIABILITAS KONTINJENSI, DAN ASET KONTINJENSI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

I. PENDAHULUAN. rasa tidak aman yang lazim disebut sebagai risiko. kelebihan. Oleh karena itu manusia sebagai makhluk yang mempunyai sifat-sifat

PENGENALAN ASURANSI. Sistem Informasi Asuransi dan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang yang hidup di dunia dalam memenuhi

BAB II LANDASAN TEORI. kondisi teori-teori yang mendukung di dalam mengkaji masalah wanprestasi

BAB I PENDAHULUAN. memutuskan sesuatu (zoon politicon). Dalam pengambilan keputusan ini, manusia

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PEMBORONGAN KERJA. 1. Perjanjian untuk melakukan jasa-jasa tertentu; 2. Perjanjian kerja/perburuhan dan;

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah

Transkripsi:

THIRD LEGAL LIABILITY INSURANCE OLEH ADVOKAT SEBAGAI BENTUK TANGGUNG JAWAB DALAM MENJALANKAN PROFESINYA Oleh: Hengki M. Sibuea * Tak ada yang menduga sebelumnya jika seorang Advokat dan/atau Kantor Hukum tempat Advokat bekerja, dalam menjalankan profesinya, ternyata dapat digugat oleh klien yang merasa telah dirugikan oleh Advokat dan/atau Kantor Hukum tersebut. Kejadian yang menggemparkan dalam bisnis jasa hukum, khususnya bagi para Advokat, adalah sekelas firma hukum Ali Budiarjo, Nugroho, Reksodiputro ("ABNR ) ternyata telah digugat oleh Klien ABNR, Sumatra Partners LLC, dikarenakan Klien ABNR tersebut merasa telah dirugikan atas jasa hukum, dalam hal ini adalah legal opinion, yang diberikan oleh ABNR. Sebelumnya, untuk kasus yang hampir sama, firma hukum sekelas Hadiputranto, Hadinoto & Partners ( HHP ) pun pernah digugat di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan oleh kliennya, Permindo, yang telah menyewa jasa hukum dari firma hukum HHP untuk menyelesaikan sengketa perjanjian pengeboran minyak yang melibatkan Pilona Petro Tanjung Lontar Ltd. dan Equatorial Energy Inc. Menjadi pembelajaran yang sangat berharga bagi firma hukum-firma hukum yang ada di Indonesia, dari kejadian yang dialami oleh dua firma hukum besar tersebut, bahwa sekalipun jasa hukum yang diberikan oleh seorang Advokat, melalui firma hukum tempat Advokat bekerja, telah diberikan secara professional, ternyata para klien, yang tidak puas dengan jasa hukum yang diberikan oleh Advokat tersebut, sewaktu-waktu dapat menyeret Advokat dan/atau firma hukum tempat Advokat bekerja ke meja hijau. Artinya, para Advokat dan/atau firma hukum ternyata belum sepenuhnya memiliki rasa aman dan tenang dalam menjalankan profesinya. Terhadap tidak adanya rasa aman dan tenang bagi para Advokat dan/atau firma hukum dalam menjalankan profesinya tersebut, Erman Rajagukguk, seorang Guru Besar Hukum Ekonomi dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia, pernah mengatakan bahwa salah satu tindakan yang dapat dilakukan untuk memberikan rasa aman dan tenang bagi para Advokat dan/atau firma hukum dalam menjalankan profesinya, termasuk dari ancaman gugatan para klien yang marah dan merasa dirugikan atas jasa hukum yang diberikan oleh Advokat dan/atau firma hukum tersebut, adalah dengan mengasuransikan jasa hukum yang diberikan oleh Advokat dan/atau firma hukum tersebut. Salah satu negara yang telah mengasuransikan jasa hukum yang diberikan oleh Advokat dan/atau firma hukum adalah Inggris. Hal inilah yang menyebabkan mengapa jasa hukum para Advokat di negeri Ratu Elisabeth tersebut terkenal sangat mahal dan para calon klien yang hendak menggunakan jasa hukum para Advokat di Inggris harus siap-siap untuk membayar mahal. * Founder dan Senior Partner pada Kantor Hukum HENGKI SIBUEA & PARTNERS, sedang menyelesaikan Program Magister Hukum Bisnis pada Magister Hukum Bisnis Universitas Gadjah Mada, Jakarta.

Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan di atas, pertanyaan yang muncul adalah bagaimana asuransi dapat melindungi para Advokat dan/atau firma hukum di Indonesia dalam menjalankan profesinya memberikan jasa hukum?untuk sampai pada jawaban atas pertanyaan itu, maka perlu kiranya penulis membahas terlebih dahulu mengenai asuransi dan hal-hal terkait lainnya. Dalam menjalankan profesinya memberikan jasa hukum, sebagai Advokat dan/atau firma hukum, disadari atau tidak suatu saat pasti akan menghadapi suatu risiko. Agus Prawoto, dalam bukunya yang berjudul Hukum Asuransi dan Kesehatan Perusahaan Asuransi Berdasarkan Risk Base Capital (RBC) Edisi 2, penerbit BPFE Yogyakarta, 1995, mengemukakan bahwa risiko dapat berasal dari berbagai hal yang tidak diharapkan, namun dari suatu kemungkinan (probability). Hanya saja, seberapa besar risiko yang akan dihadapi oleh orang yang bersangkutan, sangat tergantung dari aktivitas yang dilakukan.hampir dapat dipastikan tidak ada bisnis yang bebas dari risiko. Demikian juga halnya dalam bisnis pemberian jasa hukum oleh Advokat tidak dapat terbebas dari risiko, misalnya: gugatan yang diajukan oleh klien yang merasa dirugikan atas jasa hukum seorang Advokat. Berdasarkan penjelasan mengenai kemungkinan risiko yang dihadapai oleh seorang Advokat di atas, timbul pertanyaan, apa yang harus dilakukan oleh seorang Advokat dalam menghadapai risiko berupa gugatan yang diajukan oleh klien yang merasa dirugikan atas jasa hukum tersebut? Apakah seorang Advokat menghindari risiko tersebut ataukah risiko tersebut, oleh seorang Advokat, dikelola sedemikian rupa, hingga kerugian yang mungkin timbul tersebut dapat diminimalisir sampai sekecil mungkin? Untuk memecahkan pertanyaan-pertanyaan tersebut, kiranya, seorang Advokat, perlu memahami terlebih dahulu arti atau makna dari risiko itu sendiri. R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, dalam bukunya Kamus Hukum, Pradnya Paramita Cetakan ke-2, Jakarta 1970, pada halaman 89, menyebutkan: Risiko, risico (Bld), risk (Ing), adalah kewajiban menanggung atau memikul kerugian sebagai akibat suatu peristiwa di luar kesalahannya, yang menimpa barang yang menjadi objek perjanjian. Selanjutnya pendapat David L. Bichlehaupt, yang dikutip oleh Emy Pangaribuan dalam bukunya Hukum Pertanggungan dan Perkembangannya, Liberty, Yogyakarta 1983, pada halaman 12, mengemukakan bahwa salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh manusia untuk mengatasi suatu risiko tersebut adalah dengan mengalihkan (transfer), yakni suatu cara pengalihan risiko dengan cara meminta orang lain untuk menerima risiko tersebut. Pengalihan risiko ini dilakukan dengan suatu perjanjian.termasuk dalam pengertian ini adalah pertanggungan (asuransi). Dari pendapat para pakar sebagaimana telah diuraikan diatas dihubungkan dengan pertanyaan mengenai --apa yang harus dilakukan oleh seorang Advokat dalam menghadapai risiko berupa gugatan yang diajukan oleh klien yang merasa dirugikan atas jasa hukum tersebut dan apakah seorang Advokat menghindari risiko tersebut ataukah risiko tersebut, oleh seorang Advokat, dikelola sedemikian rupa, hingga kerugian yang mungkin timbul tersebut dapat diminimalisir sampai sekecil mungkin-- dan untuk memberikan rasa aman dan tenang bagi seorang Advokat dalam menjalankan profesinya memberikan jasa hukum, maka para Advokat dapat mengalihkan risiko tersebut kepada pihak lain yang lebih berpengalaman dan lebih

memahami dalam mengelola risiko, dalam hal ini dengan mengalihkan risiko tersebut kepada lembaga asuransi. Terminologi lembaga (pranata hukum) asuransi, secara normatif, salah satunya dapat ditemui dalam Pasal 1774 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ( KUHPdt ), yang menyebutkan bahwa Suatu persetujuan untung-untungan ialah suatu perbuatan yang hasilnya, yaitu mengenai untung ruginya, baik bagi semua pihak maupun bagi sementara pihak, tergantung pada suatu kejadian yang belum pasti. Demikianlah persetujuan pertanggungan; bunga cagak hidup; perjudian dan pertaruhan. Persetujuan yang pertama, diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. Dalam tulisan ini, penulis, terlebih dahulu perlu mengemukakan terminologi asuransi yang digunakan dalam berbagai kepustakaan hukum asuransi, kadang-kadang digunakan juga istilah pertanggungan atau jaminan.sementara itu dalam kepustakaan asing terminologi asuransi dikenal dengan istilah Verzekering (Bld), Insurance/Assurance (Ing).Guna tujuan penulisan ini, penulis lebih suka menggunakan istilah asuransi dikarenakan istilah ini sudah tidak asing bagi telinga masyarakat banyak. Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang ( KUHD ), menjelaskan asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dimana penanggung dengan menikmati suatu premi mengikat dirinya terhadap tertanggung untuk membebaskannya dari kerugian karena kehilangan kerugian, atau ketiadaan keuntungan yang diharapkan, yang dapat diderita olehnya karena suatu kejadian yang tidak pasti. Sementara itu Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian ( UU Asuransi ), menyebutkan bahwa asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atau meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. Dari penjelasan yang terdapat dalam KUHD dan UU Asuransi di atas, didapatkan suatu fakta hukum bahwa asuransi atau pertanggungan merupakan suatu perjanjian dan oleh karenanya tidak dapat terlepas dari syarat sahnya suatu perjanjian sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 1320 KUHPdt. Berbagai literatur tentang hukum asuransi menyebutkan bahwa salah satu unsur yang mempunyai peran cukup penting dalam perjanjian asuransi adalah adanya kepentingan.pengertian kepentingan yang dimaksud adalah adanya keterkaitan hukum antara tertanggung dengan objek asuransi. Kepentingan juga sering disebut sebagai kekayaan atau hak subjektif yang jika terjadi suatu peristiwa, tertanggung akan mengalami kerugian, sehingga dalam suatu perjanjian asuransi, kepentingan adalah hal yang tidak bisa diabaikan. Kepentingan dalam asuransi, menurut HMN Purwostutjipto dalam bukunya Pengeritan Pokok Hukum Dagang Indonesia Jilid 6 Hukum Pertanggungan, Jakarta: Djambatan 1983, halaman 34/35, adalah objek pertanggungan, dan merupakan hak

subjektif yang mungkin akan lenyap atau berkurang, karena terjadinya peristiwa tak tentu (onzeker vooral) atau tidak pasti. Unsur kepentingan itu adalah unsur yang mutlak harus ada pada tiap-tiap pertanggungan, baik pada saat ditutupnya pertanggungan maupun pada saat terjadinya evenemen.abdulkadir Muhammad, dalam bukunya Hukum Asuransi Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, halaman 89/113, mengartikan evenemen sebagai peristiwa yang menurut pengalaman manusia normal tidak dapat dipastikan terjadi, atau walaupun sudah pasti terjadi, saat terjadinya itu tidak dapat ditentukan dan juga tidak diharapkan akan terjadi. Jika terjadi juga, mengakibatkan kerugian. Pada dasarnya, semua kepentingan dapat dijadikan sebagai objek asuransi, dengan syarat semua kepentingan tersebut memenuhi ketentuan undang-undang.pasal 268 KUHD mengemukakan bahwa suatu pertanggungan dapat mengenai segala kepentingan yang dapat dinilai dengan uang, dapat diancam oleh sesuatu bahaya, dan tidak dikecualikan oleh undang-undang. Dengan mengacu pada uraian ketentuan Pasal 268 KUHD tersebut, maka ada tiga kriteria yang harus dipenuhi agar kepentingan dapat memenuhi syarat menjadi objek asuransi, yaitu (i) kepentingan itu dapat dinilai dengan uang; (ii) kepentingan itu dapat diancam oleh suatu bahaya; dan (iii) kepentingan itu harus tidak dikecualikan oleh undang-undang. Selanjutnya, kepentingan sebagai objek asuransi, maknanya semakin diperluas dalam Pasal 1 angka 2 UU Asuransi, dengan menyebutkan objek asuransi adalah benda dan jasa, jiwa dan raga, kesehatan manusia, tanggung jawab hukum, serta semua kepentingan lainnya yang dapat hilang, rusak, rugi dan/atau berkurang nilainya. Mengacu pada rumusan ketentuan Pasal 1 angka 2 UU Asuransi tersebut, tampak bahwa objek asuransi menjadi lebih luas, hal ini dikarenakan dalam rumusan tersebut secara eksplisit telah menyebutkan bahwa tanggung jawab hukum juga dapat menjadi objek asuransi. Kepentingan lainnya juga dapat dijadikan objek asuransi dengan syarat bisa hilang, rusak, rugi dan berkurang nilainya. Dewan Asuransi Indonesia dalam buku Perjanjian Asuransi dalam Praktik dan Penyelesaian Sengketanya, yang disampaikan pada Simposium Hukum Asuransi di Padang, tanggal 13 15 November 1978, Jakarta: BPHN, 1980, pada halaman 120, menyebutkan bahwa tanpa adanya kepentingan dalam objek asuransi, tertanggung tidak dapat menarik sesuatu ganti rugi dari penanggung. Barang siapa menuntut suatu ganti kerugian asuransi harus dapat membuktikan bahwa ia pada saat terjadinya kerugian memang mempunyai kepentingan yang menjadi objek asuransi (voorwerp van verzekering) yang bersangkutan, sebagaimana disebutkan dalam polis yang diserahkan. Dengan memperhatikan uraian-uraian pendapat di atas, maka tampaklah bahwa kepentingan dalam perjanjian asuransi, kepentingan tersebut dapat berupa apa saja sebagaimana yang telah diuraikan di atas, merupakan hal yang bersifat mutlak dan jika dalam suatu perjanjian asuransi tidak ada kepentingan, maka perjanjian asuransi tersebut bisa batal. Memperhatikan rumusan asuransi dan objek asuransi sebagaimana diatur dalam UU Asuransi di atas, maka terlihat bahwa salah satu objek asuransi adalah tanggung jawab hukum. Tanggung jawab hukum yang dimaksud dalam rumusan tersebut adalah terkait dengan kewajiban seseorang untuk memberikan ganti rugi, karena

perbuatan yang dilakukan oleh orang tersebut mengakibatkan kerugian bagi orang lain. Terhadap tanggung jawab hukum orang yang bersangkutan tersebut dapat diasuransikan dan untuk jenis asuransi ini lebih dikenal dengan Asuransi Tanggung Gugat (Liability Insurance). Mengenai Asuransi Tanggung Gugat (Liability Insurance) ini, Mehr dan Cammack-A. Hasyami dalam bukunya Bidang Usaha Asuransi, Jakarta: Balai Aksara 1981, pada halaman 187, menjelaskannya sebagai asuransi untuk melindungi tertanggung terhadap kerugian yang timbul dari gugatan pihak ketiga karena kelalaian tertanggung. Oleh karena asuransi ini menyangkut persetujuan untuk mengganti kerugian kepada pihak ketiga, maka asuransi tanggung gugat ini disebut juga asuransi pertanggungjawaban terhadap pihak ketiga. Sementara, H. van Barneveld, alihbahasa oleh C. H. Strumhpler, Noerhadi dan Moerasad, dalam buku Pengetahuan Umum Asuransi. Jakarta: Bharatara, 1980, pada halaman 151, membagi jenis Asuransi tanggung jawab ini menjadi: (i) Tanggung jawab hukum, yang dalam hal ini adalah perikatan karena kekuatan undang-undang, dengan perbuatan manusia yang melanggar hukum. Perikatannya terbentuk karena perbuatan manusia; (ii) Tanggung jawab menurut kontrak, dimana hal ini ada jika sudah ada sautu perikatan karena persetujuan. Tidak atau secara salah melaksanakan perikatannya menimbulkan alasan untuk bertanggung-jawab; (iii) Tanggung jawab hasil produksi, Asurasi jenis ini muncul, baik karena undang-undang maupun persetujuan, karena kerugian yang ditimbulkan oleh benda yang telah diserahkan oleh tertanggung atau diserahkan setelah dikerjakannya; (iv) Tanggung jawab jasa. Pada jenis ini, produksi yang diserahkan adalah berupa jasa atau nasihat. Nasihat yang diberikan ternyata salah dan/atau mengakibatkan kerugian bagi penerima jasa; (v) Tanggung jawab jabatan. Tanggung jawab ini dikenal pada suatu jabatan, misalnya dokter, pengacara, notaris dan lain-lain.disini titik beratnya adalah kriterium kesaksamaan; (vi) Tanggung jawab moril, jika seseorang yang menurut hukum tidak bertanggung jawab namun secara moril menganggap dirinya bertanggung jawab. Bahwasanya seseorang baik dalam kapasitas sebagai pribadi maupun dalam kapasitas sebagai seorang professional dan atau sebagai pelaku usaha, bisa saja terjadi tindakan atau perbuatan yang dilakukan tersebut merugikan pihak lain. Dilihat dari kacamata ajaran hukum yang telah berlaku secara universal, tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang merugikan dirinya dapat menuntut ganti rugi kepada pihak yang melakukan perbuatan melanggar hukum tersebut.hal ini juga secara jelas diatur dalam ketentuan Pasal 1365 KUHPdt dan 1366 KUHPdt.Gugatan seperti ini sering disebut dengan tanggung jawab hukum terhadap pihak ketiga dan tanggung jawab seperti ini dapat diasuransikan yang dikenal dengan istilah Third Legal Liability Insurance. Mengacu pada uraian-uraian mengenai Asuransi Tanggung Gugat (Liability Insurance) atau yang dikenal denganthird Legal Liability Insurancetersebut, adapun pihak-pihak yang terdapat didalamnya adalah sebagai berikut: a. Pihak Tertanggung. Tujuan pihak Tertanggung ini adalah untuk memperoleh tanggungan atau jaminan atas kerugian yang mungkin dialaminya, yang disebabkan oleh suatu peristiwa yang belum diketahuinya sebelumnya.

b. Pihak Penanggung. Penanggung dalam hal ini memberi tanggungan atau jaminan dalam hal tertanggung mengalami kerugian. c. Orang yang dirugikan oleh pihak Tertanggung oleh karena adanya peristiwa hukum. Third Legal Liability Insurance ini ternyata telah dimanfaatkan oleh para profesional di bidang kedokteran. Hal ini berdasarkan pada pengalaman penulis dalam menangani beberapa perselisihan, sejauh ini setidaknya ada 5 (lima) perkara, yang melibatkan pasien, dokter dan rumah sakit. Dalam perselisihan tersebut, penulis mewakili dokter dan rumah sakit, yang menurut penilaian pasien dan kuasa hukumnya, diduga telah melakukan tindakan malpraktik yang merugikan pasien tersebut.perselisihan tersebut berakhir dengan perdamaian dikarenakan tuntutan ganti rugi yang diminta oleh pasien tersebut dapat disetujui oleh dokter dan rumah sakit. Sementara dana untuk ganti rugi kepada pasien tersebut tidak diambil dari kantong pribadi dokter dan rumah sakit, melainkan seluruhnya ditanggung dari dana asuransi yang selama ini diikuti oleh dokter dan rumah sakit tersebut. Begitu juga dengan risiko seorang Advokat digugat oleh klien-klien yang merasa dirugikan oleh jasa hukum yang diberikan oleh seorang Advokat, sebagaimana dokter dan rumah sakit yang digugat oleh pasien yang merasa dirugikan, adalah suatu hal yang tidak pasti dan tidak dapat diketahui sebelumnya. Namun Gugatan tersebut pastinya akan memberikan rasa tidak aman dan rasa tidak tenang bagi seorang Advokat dalam menjalankan profesinya. Keadaan dengan rasa tidak aman dan tidak tenang tersebut akan menghambat seorang Advokat dalam memberikan jasa hukumnya kepada klien dan juga dapat menghambat seorang Advokat dalam mengembangkan bisnis jasa hukumnya dikarenakan selalu dihantui oleh risiko akan digugat oleh klien yang merasa dirugikan. Untuk melindungi, memberikan rasa aman dan tenang serta dapat lebih fokus dalam mengembangkan bisnis jasa hukumnya, sudah saatnya seorang Advokat dan firma hukumnya mengasuransikan jasa hukum yang diberikan melalui Asuransi Tanggung Gugat (Liability Insurance) atau yang dikenal dengan Third Legal Liability Insurance tersebut. Hal ini bukan bermaksud untuk tidak profesional dan tidak bertanggung jawab ataupun memberikan jasa hukum yang asal-asalan kepada klien, akan tetapi, dengan mengasuransikan jasa hukum yang diberikan oleh seorang Advokat dan/atau firma hukum tersebut, hal tersebut semakin menunjukkan bahwa seorang Advokat tersebut sangat profesional karena Advokat dan/atau firma hukum tersebut dapat memberikan kenyamanan yang berlapis kepada para klien dan/atau masyarakat yang ingin menggunakan jasa hukumnya. **********000**********