BAB I PENDAHULUAN. lebih baik dibandingkan pemerintahan masa lalu. Setelah runtuhnya rezim orde

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Negara tak perlu dan tak akan pernah minta maaf ke PKI

Cari Kuburan Massal untuk Pelurusan Sejarah

BAB V. Penutup. Dari kajian wacana mengenai Partai Komunis Indonesia dalam Surat Kabar

Negara Jangan Cuci Tangan

BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Freeport kembali menghatkan masyarakat Indonesia. Berita ini berawal dari

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Terdapat beberapa hal yang penulis simpulkan berdasarkan permasalahan yang

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Teori yang digunakan

Partai PDIP dan Pembasmian PKI Melalui Supersemar.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah parameter pelaksanaan pemilu yang demokratis :

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam mendukung berbagai aktivitasnya. Teknologi pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dunia Broadcasting (penyiaran) adalah dunia yang selalu menarik

BAB I PENDAHULUAN. dan televisi dapat menjadi candu (Morrisan, 2004:41) harus menyajikan acara yang bermutu.

BAB I PENDAHULUAN. wakil presiden dipilih oleh MPR dan anggota-anggotanya dipilih melalui

2015 REALISASI PRINSIP RELEVANSI PADA ACARA INDONESIA LAWYERS CLUB DI TV ONE

BAB I PENDAHULUAN. berposisi di baris depan, sebagai komunitas sosial yang memotori perwujudan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang pas dalam tayangan yang disiarkan. Stasiun TV swasta dalam satu hari dapat

BAB I PENDAHULUAN. serta aspirasi masyarakat. Pemilihan umum (pemilu) sebagai pilar demokrasi di

BAB I PENDAHULUAN. membuat informasi yang dibutuhkan dapat diakses dengan cepat, dan memiliki tampilan yang

Hasil Wawancara Melalui

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian

Analisis Isi Media Judul: MIP No.07. Rakernas PDIP Periode: 01/01/1970 Tanggal terbit: 12/01/2016

Gerakan 30 September Hal tersebut disebabkan para kader-kader Gerwani tidak merasa melakukan penyiksaan ataupun pembunuhan terhadap para

BAB I PENDAHULUAN. televisi tetap mendominasi komunikasi secara audio dan visual. mendapatkan apa-apa dari tayangan yang telah tersaji.

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan kemajuan zaman. Masyrakat modern kini menjadikan informasi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau

(Studi Kasus Tayangan Talk Show Indonesia Lawyers Club di TvOne)

HUKUM ACARA PEMBUBARAN PARTAI POLITIK

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang yang arbitrer yang digunakan oleh suatu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Rosihan Arsyad dalam Sinar Harapan online pun menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Di era yang semakin dikuasai oleh teknologi dan informasi seperti saat ini, menuntut

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Bab 1 PENDAHULUAN. Komunikasi akan berjalan dengan diterapkannya sebuah bahasa yang baik

Mencoba Berdamai dengan Sejarah Kelam

BAB I PENDAHULUAN. Media (pers) disebut sebagai the fourth estate (kekuatan keempat) dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Masyarakat informasi saat ini, telah menjadikan berita sebagai kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berasal dari Tuhan, dan tidak dapat diganggu gugat oleh. Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan salah satu nilai dasar

BAB I PENDAHULUAN. Menjelang pemilihan presiden yang digelar pada 9 Juli 2014, para kandidat

Analisis Isi Media Judul: MIP No. 252 Dugaan Jasa Lobi dalam Kunjungan Presiden. Periode: 01/01/1970 Tanggal terbit: 10/11/2015

BAB IV ANALISIS DATA

Kebencian pada Keturunan PKI Belum Hilang, Negara Harus Minta Maaf

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

pembentukan komisi kepresidenan

Presiden Seumur Hidup

Gus Dur minta ma'af atas pembunuhan tahun 1965/66

I. PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah negara berdasar atas hukum yang berlandaskan

Sikap Media Terhadap Isu Kenaikan Harga BBM Bersubsidi. (Analisis Framing Pemberitaan Koran Tempo dan Harian Sindo) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. di berbagai media massa baik elektronik maupun cetak semua menyajikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdemokrasi seperti saat ini. William L. Rivers menempatkan media massa

2014 PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA

Lampiran Draff wawancara dengan Dosen Ilmu Pemerintahan dan Dosen Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menjadi isu global dan hangat yang selalu ingin disajikan media kepada. peristiwa yang banyak menarik perhatian dan minat masyarakat.

2015 IDEOLOGI PEMBERITAAN KONTROVERSI PELANTIKAN AHOK SEBAGAI GUBERNUR DKI JAKARTA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma menurut Harmon dalam Octavia adalah cara mendasar untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, segala sesuatu yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa

Ini Pantauan CIA Saat Kejadian G30S/PKI

BAB I. Pendahuluan. Perbincangan mengenai Partai Komunis Indonesia (PKI) hampir selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Bagan 3.1 Desain Penelitian

PENGARUH TAYANGAN INDONESIA LAWYERS CLUB DI TV ONE TERHADAP KESADARAN HUKUM MAHASISWA

2016 PERSEPSI PEMIRSA TENTANG OBJEKTIVITAS BERITA DI KOMPAS TV

Modul ke: 13Fakultas. 13Ilmu. Patricia Robin, S.I.Kom., M.I.Kom. Komunikasi. Program Studi Broadcasting

BAB I PENDAHULUAN. Gejala politik pada bulan mei 1998 merupakan suatu peristiwa bersejarah bagi bangsa

MENYIMAK PEMBERITAAN PARTAI POLITIK DI MASA KAMPANYE TERBUKA (16 Maret 1 April 2014)

Habibi Serahkan Dokumen Tragedi 98

yang sangat penting, selain aspek lain seperti ketepatan dan keakuratan data. Dengan kemunculan perkembangan internet, maka publik dapat mengakses ber

I. PENDAHULUAN. pengaruh yang ditimbulkan oleh media massa (Effendy, 2003: 407).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Berita adalah proses simbolis di mana realitas diproduksi, diubah, dan

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana.

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan media sebagai salah satu alatnya (Maryani, 2011:3).

IPT 1965 Dituduh Tengah Melakukan Balas Dendam Terbuka

BAB I PENDAHULUAN. Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kasus sengketa lahan di Indonesia lebih banyak merupakan. dengan akses dan kepemilikan lahan yang kemudian berujung pada konflik

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi.

BAB V. KESIMPULAN dan SARAN. berisi tentang saran untuk program Mata Najwa di Metro TV.

SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Kick Andy merupakan salah satu progam acara di Metro TV yg sangat. informatif, inspiratif, dan edukatif. Sebuah acara talkshow yang

2018, No terhadap korban tindak pidana pelanggaran hak asasi manusia yang berat, terorisme, perdagangan orang, penyiksaan, kekerasan seksual, da

Catherine, Svetlana, dan Pancasila

Jokowi, Antara Hantu Komunisme dan Vonis Si 'Nemo' Ahok

BAB I PENDAHULUAN. satunya melalui media massa, seperti televisi, radio, internet dan surat kabar.

BAB I PENDAHULUAN. yang menyanjung-nyanjung kekuatan sebagaimana pada masa Orde Baru, tetapi secara

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pendekatan kualitatif adalah suatu penelitian yang bermaksud untuk

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia.

MOTIF DAN KEPUASAN PESERTA KUIS KEBANGSAAN DALAM MENGIKUTI PROGRAM ACARA KUIS KEBANGSAAN RCTI. Ruth Alvoncia Hernawan / Mario Antonius Birowo

BAB I PENDAHULUAN. Pusat yang dilakukan oleh beberapa teroris serta bom bunuh diri.

REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DALAM FILM PENGKHIANATAN G30S (Analisis Semiotik dalam Perspektif PPKn)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia telah berhasil melewati proses pergantian pemerintahan menjadi lebih baik dibandingkan pemerintahan masa lalu. Setelah runtuhnya rezim orde baru, pemerintah Indonesia terus berbenah. Namun berbagai peristiwa yang terjadi dalam rezim orde baru maupun rezim orde lama masih menjadi masalah yang harus diselesaikan oleh pemerintah. Salah satunya kasus pelanggaran HAM yang hingga kini masih belum terselesaikan. Presiden Joko Widodo akhirnya mengambil sikap dalam masalah ini, dengan memberikan pernyataan dalam pidato kenegaraannya di gedung parlemen pada tanggal 14 Agustus 2015. Pada pidato kenegaraannya, Jokowi menyatakan akan membentuk komite rekonsiliasi untuk korban pelanggaran HAM berat. Rekonsiliasi menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) adalah perbuatan memulihkan hubungan persahabatan pada keadaan semula, atau perbuatan menyelesaikan perbedaan. Pemerintah menginginkan rekonsiliasi nasional agar generasi muda mendatang tidak memikul beban sejarah masa lalu. Meskipun Presiden Jokowi tidak menyebut siapa korban pelanggaran HAM yang dimaksud, media dan khalayak berspekulasi korban yang dimaksud adalah keluarga eks anggota Partai Komunis Indonesia (PKI). Tidak diketahui secara pasti siapa pihak pertama yang menyatakan bahwa korban yang dimaksud adalah para anggota keluarga eks PKI, karena berbagai reaksi bermunculan setelah pidato tersebut. Namun demikian, yang mengejutkan

adalah munculnya sebuah wacana bahwa negara akan melakukan permintaan maaf pada para eks anggota PKI melalui Presiden Jokowi. Wacana ini mulai muncul kepermukaan publik bertepatan dengan peringatan 50 tahun terjadinya G30S PKI. Dicurigai adanya peran pihak tertentu dengan bantuan media sebagai penyebar informasi dibalik munculnya wacana tersebut. Setelah 50 tahun pasca tragedi pemberontakan Partai Komunis Indonesia yang dikenal dengan sebutan G30S/PKI memakan banyak korban jiwa, serta menimbulkan traumatik bagi para korban, maupun Keluarga korban PKI. Hingga saat ini masih ada pro dan kontra terhadap bagaimana sebenarnya kejelasan atau realitas dari gerakan 30 September yang diatur oleh Partai Komunis Indonesia itu di mata masyarakat Indonesia. Peristiwa ini menjadi salah satu peristiwa penting dan peristiwa hebat dalam sejarah Indonesia karena masyarakat Indonesia menganggap PKI memiliki ideologi yang berbahaya. Ideologi Komunis yang identik dengan anti ketuhanan, sehingga PKI tidak boleh berkembang di Indonesia demi keamanan negara. Setelah tragedi memilukan pada 30 september tahun 1965 silam, pemerintah masa orde baru memusnahkan PKI. Pemerintah maupun masyarakat mendiskriminasi PKI. Setiap kegiatan mereka diawasi oleh pemerintah. John Roosa menjelaskan dalam buku Dalih Pembunuhan Massal, para eks anggota PKI menggunakan kartu tanda pengenal yang berbeda dengan masyarakat yang bukan anggota PKI. Disisi lain, khalayak atau masyarakat juga memiliki pandangan yang berbeda terhadap PKI. Mereka memandang PKI sebagai suatu kelompok yang tidak bisa sepenuhnya disalahkan dalam peristiwa G30S PKI. Mereka melihat

adanya ketidak adilan terhadap para pelaku maupun keluarga dari PKI. Sebagian pihak menilai bahwa telah terjadi diskriminasi dan pelanggaran hak asasi manusia terhadap keluarga eks PKI (John Rossa dalam bukunya Dalih Pembunuhan Massal). Bukti nyata keberpihakan ini adalah Komnas HAM dan para aktivis HAM menuntut negara mengakui kesalahan dalam pembantain para anggota PKI. Komnas HAM kini sedang melakukan penyelidikan adanya dugaan pelanggaran HAM yang dilakukan negara terhadap para anggota PKI. Dikutip dari laman www.news,detik.com, aktivis HAM Nursjahbani Katjasungkana telah melaporkan peristiwa ini ke mahkamah Belanda untuk diusut. Tindakan yang dilakukan oleh Komnas HAM dan Nursjahbani ini tentu memancing reaksi dari berbagai pihak. Terutama reaksi negatif dari masyarakat. Hal tersebut dikarenakan yang menjadi korban bukan dari eks PKI saja dan posisi PKI sebagai partai terlarang di Indonesia. Karena PKI pada saat itu berada dipuncak kejayaan telah melakukan pembantaian terhadap ulama dan masyarakat dibeberapa daerah dan terkenal dengan isu komunisnya. Sementara itu, saat ini Indonesia telah memiliki landasan hukum untuk menangani isu komunisme, marxisme, dan lenimisme dalam TAP MPRS Tahun 1966, UU Nomor 27 Tahun 1999 dan TAP MPR Nomor 1 Tahun 2003 (Sekretariat Negara Indonesia,1994:20). Fenomena Partai Komunis Indonesia ini kembali hangat diperbincangkan pasca lima puluh tahun terjadinya pemberontakan G30S/PKI karena adanya peran dari media massa. Media massa zaman sekarang ini menjadi salah satu sumber informasi terbesar dan menjadi sumber referensi dan pemahaman oleh khalayak dari berbagai lapisan. Media massa memiliki peran besar seperti pernyataan Karl

Deutsch (dalam Effendy,200:325) mengatakan media merupakan urat nadi pemerintah.deutsch berargumen bahwa kekuasaan urat nadi pemerintah sebenarnya berada di jaring-jaring informasi. Media massa menyebarkan kembali topik G30S PKI bertepatan dengan peringatan 50 tahun G30S/PKI pada 30 september 2015 yang lalu. Informasi yang disebarkan media cukup mengundang pro kontra dikalangan masyarakat yaitu adanya wacana Joko Widodo sebagai Presiden mewakili negara dan masyarakat Indonesia akan meminta maaf kepada keluarga PKI terkait dengan diskriminasi yang dirasakan oleh para eks PKI beserta keluarga mereka selama ini. Hal tersebut mengundang berbagai kecaman dari masyarakat. Menurut mereka hal tersebut tidak perlu dilakukan dan merupakan suatu hal memalukan bila negara melakukannya mengingat kekejaman yang dilakukan oleh PKI pada masa silam terhadap berbagai kalangan di Indonesia. Kekejamannya berupa permbunuhan tujuh Jenderal, peristiwa pembunuhan santri dan para ulama, dan peristiwa berdarah lainnya yang terjadi sebelum tahun 1965. Beberapa media memberitakan hal tersebut. Pemberitaan tersebut didukung dengan adanya pemberitaan bahwa Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI Perjuangan) yang merupakan partai pendukung Jokowi mendukung wacana Presiden untuk meminta maaf kepada PKI. Beberapa juduljudul berita media yang memberitakan tentang Wacana Jokowi Harus Minta maaf pada PKI:

Gambar 1.1 Pemberitaan Jokowi terkait minta maaf pada PKI oleh media BBC Indonesia (sumber: www.bbcindonesia.com) Pada cuplikan berita diatas, Ketua Komnas HAM, Nur Khois menyatakan bahwa negara tidak memiliki pilihan, kasus dugaan pelanggaran HAM berat tahun 1965 harus diselesaikan karena menyangkut korban, sejarah dan hak-hak orang dan tidak berhubungan dengan ideologi. Pernyataan ketua Komnas HAM ini membingungkan karena pemerintah yang mewakili rakyat yang terlebih dahulu harus mengakui kesalahan terhadap PKI, kenapa korban kekejaman eks PKI tidak diutamakan oleh Komnas HAM. Gambar 1.2 Pemberitaan Wacana Presiden Jokowi Minta Maaf oleh Media Metro TV (sumber : www.metrotvnews.com) Kutipan berita diatas menyatakan kritikan terhadap wacana permintaan maaf Jokowi terhadap PKI muncul dari mantan Kepala Staf Kostran Mayjen Kivlan Zein. Menurutnya korban banyak berjatuhan justru dari Angkatan Darat,

NU, dan Muhammadiyah. Kivlan menganggap wacana Jokowi tentu akan berdampak pada kembali berkembangnya ideologi komunis di Indonesia. Gambar 1.3 Pemberitaan Jokowi oleh Harian Online Aktual (sumber: www.aktual.com) Kutipan berita diatas menyatakan bahwa ada beberapa kader dari partai PDI-P mendukung Pemerintah melakukan permintaan maaf pada PKI. Salah satunya yaitu Masinton Pasaribu. Gambar 1.4 Pemberitaan Jokowi oleh media SINDO (sumber : www.sindonews.com) Kutipan diatas berisi tentang kecaman yang disampaikan oleh mantan wakil presiden RI Try Sutrisno. Dia menolak jika pemerintah melakukan permintaan maaf pada PKI karena merupakan partai pengkhianat bangsa dengan dua kali melakukan pemberontakan.

Gambar 1.5 Pemberitaan PKI oleh media Detik.com (sumber : www.detik.com) Dalam kutipan berita diatas, Menko Polhukam Luhut Binsar Pandjaitan menyayangkan adanya orang indonesia yaitu aktivis HAM Nursjahbani Katjasungkana membawa isu pelanggaran HAM di Indonesia ke Mahkamah Internasional di Belanda. Tindakan tersebut sama juga mengkhianati bangsa sendiri. Padahal di Indonesia telah memiliki landasan hukum dalam menangani pembetantasan komunisme, marxisme, dan lenimisme. Salah satu program berita yang membahas isu hangat ini adalah program Talk Show Indonesia Lawyers Club yang tayang di stasiun TV One. Produser Indonesia Lawyers Club, Tejo Asmoro menyatakan dalam wawancara tertulis pada tanggal 16 juni 2016, Indonesia Lawyers Club merupakan bentuk Talkshow dengan konsep diskusi yang mengangkat isu-isu atau permasalahan yang sedang hangat atau sedang menjadi polemik di Indonesia. Pada umumnya dilakukan dengan pengamatan mendalam dari sudut pandang berbagai pengamat khususnya dari sudut pandang hukum.

Gambar 1.7 Program Talkshow ILC yang dipandu oleh Karni Ilyas (sumber : www.tvonenews.com) Indonesia Lawyers Club menghadirkan berbagai narasumber yang berkompeten dibidangnya. Acara ini lebih sering ditayangkan secara live, sehingga pernyataan-pernyataan yang disampaikan oleh para narasumber disampaikan tanpa adanya konsep atau perencanaan terlebih dahulu. Narasumber menyampaikan sesuai dengan apa yang mereka pikirkan tanpa adanya rekayasa. Indonesia Lawyers Club juga menghadirkan dialog interaktif antar sesama narasumber,sehingga terkadang terjadi perdebatan yang sengit antar sesama narasumber yang saling mempertahankan argumen mereka. Tayangan ILC ini telah banyak mendapat penghargaan salah satunya sebagai kategori program talkshow terbaik dalam Panasonic Gobel Awards. Tayangan ini juga dapat membantu para penonton untuk lebih berpikir kritis dalam memandang sebuah realitas yang terjadi di Indonesia. Juga melalui tayangan ini penonton dapat melihat bagaimana konstruksi realitas dari Partai Komunis Indonesia. Terkait dengan isu PKI, Indonesia Lawyers Club mengangkat episode yang berjudul 50 Tahun G30S PKI, Perlukah Negara Minta Maaf?. Judul tayangan tersebut dapat mengundang pro dan kontra dikalangan khalayak, karena selama ini Partai Komunis Indonesia dianggap sebagai bagian kelam dalam

sejarah Indonesia. Judul ILC tersebut seolah ingin bertanya pada khalayak perlukah negara minta maaf pada PKI, dan seakan memberi pernyataan bahwa penting atau perlukah Indonesia minta maaf kepada kelompok tersebut. Tayangan yang berdurasi tiga jam sepuluh menit tayang pada tanggal 29 September 2015 ini mendatangkan narasumber-narasumber yang berhubungan langsung dengan tragedi G30S tersebut, diantaranya Amelia Yani, yaitu putri dari Jenderal Ahmad Yani, Catherine Pandjaitan, merupakan Putri dari Jenderal D.I Pandjaitan, serta menghadirkan Ilham Aidit, putra dari DN Aidit, yang merupakan pemimpin partai komunis tersebut. Selain narasumber yang berhubungan langsung dengan peristiwa PKI tersebut, ILC juga menghadirkan para narasumber yang pro dan kontra terkait dengan peristiwa ini. Namun narasumber tersebut akan benar-benar terlihat pro dan kontra ditentukan dari analisis komentar dan percakapan para narasumber tersebut. Mereka berasal dari latar belakang yang berbeda-beda dan kepentingan berbeda pula. Pada tayangan ILC episode ini, berbagai narasumber melontarkan pernyataan mereka mengenai PKI. Pernyataan tersebut ada yang pro dan ada yang kontra, bahkan ada yang memposisikan diri sebagai pihak yang netral. Hal ini tentu memunculkan dilema bagi khalayak bagaimana sebenarnya tayangan ILC ini menggambarkan mengenai PKI, karena berbagai narassumber ada yang pro dan ada yang kontra mengenai eksistensi PKI saat ini. Dilema inilah yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana sebenarnya tayangan ILC mengkonstruksi realitas Partai Komunis Indonesia terhadap khalayak. Penelitian ini membongkar konstruksi realitas dari PKI menggunakan analisis wacana.

Crystal, dalam Eriyanto (2001:2) analisis wacana memfokuskan pada struktur yang secara alamiah terdapat pada bahasa lisan, sebagaimana banyak terdapat dalam wacana seperti percakapan, wawancara,komentar, dan ucapanucapan. Pernyataan dari Crystal diatas mendukung Program ILC TV One sebagai objek penelitian peneliti yang memproduksi wacana melalui dialog interaktif program tersebut. Penelitian Analisis Wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis teks semata. Karena teks hanyalah hasil dari suatu praktek produksi yang harus juga diamati. Dalam hal ini harus dilihat bagaimana suatu teks diproduksi, sehingga diperoleh suatu pengetahuan kenapa teks bisa semacam itu yang berupa kognisi sosial. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Konstruksi Realitas Media Terhadap Partai Komunis Indonesia (Analisis Wacana Partai Komunis Indonesia dalam Tayangan Indonesia Lawyers Club Episode 50 Tahun G30S PKI : Perlukah Negara Minta Maaf?. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut,maka pokok permasalahan yang ingin diteliti dalam tayangan Indonesia Lawyers Club episode 50 Tahun PKI, Perlukah Negara Minta Maaf? adalah bagaimana konstruksi realitas yang dihasilkan media terhadap PKI?

1.3 Tujuan Penelitian 1. Mengetahui konstruksi realitas Partai Komunis Indonesia dengan menganalisis tayangan ILC TV One episode 50 Tahun PKI, Haruskah Negara Minta Maaf? Menggunakan analisis wacana TeunVan Dijk. 2. Untuk mengetahui realitas yang dibentuk dibalik wacana yang ada dalam progam ILC. Dari analisis wacana,apa konstruksi makna atau realitas PKI yang dibangun? 3. Menganalisis mengapa pemberitaan PKI yang kembali muncul di media dan khalayak. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoristis Dalam penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengalaman penelitian dan kajian komunikasi, khususnya dalam masalah analisis wacana dan konstruksi realitas dalam media. 2. Manfaat Praktis Memberikan gambaran konstruksi realitas dari Partai Komunis Indonesia yang ditayangkan oleh media massa khususnya program talk show Indonesia Lawyers Club dengan menggunakan analisis wacana. Serta penelitian dapat memperkaya khasanah kajian ilmu komunikasi