MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

dokumen-dokumen yang mirip
Rumah Susun Sewa Di Kawasan Tanah Mas Semarang Penekanan Desain Green Architecture

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN - 1 -

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG

BAB 3 METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM

STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Konsep Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KETERKAITAN KEMAMPUAN MASYARAKAT DAN BENTUK MITIGASI BANJIR DI KAWASAN PEMUKIMAN KUMUH

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

BAB II KONDISI UMUM LOKASI

PENGARUH PEMBANGUNAN KAMPUNG PERKOTAAN TERHADAP KONDISI FISIK LINGKUNGAN PERMUKIMAN DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT

IDENTIFIKASI PENGARUH GENANGAN ROB TERHADAP AKTIVITAS MASYARAKAT DI KELURAHAN TANJUNG MAS SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan

BAB III METODOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan - 1 -

KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dialami masyarakat yang terkena banjir namun juga dialami oleh. pemerintah. Mengatasi serta mengurangi kerugian-kerugian banjir

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

KINERJA PENGENDALIAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA DI KOTA PALEMBANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDANG FEBRIANA L2D

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ,

BAB I PENDAHULUAN. Banjir yang melanda beberapa daerah di wilayah Indonesia selalu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan tentang genangan atau banjir sudah sangat umum terjadi di kawasan

BAB IV METODE PENELITIAN

KAJIAN DAYA TAMPUNG RUANG UNTUK PEMANFAATAN LAHAN KOTA TARAKAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan air memungkinkan terjadinya bencana kekeringan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang tabel 1.1

AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa penelitian dan kajian mengenai banjir pasang. Beberapa

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan pembangunan yang pesat di Kota Surabaya menyebabkan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

PENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK LOROK SEMARANG

ANALISIS PEMANFAATAN RUANG YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN DI KAWASAN PESISIR KOTA TEGAL

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Propinsi Sumataera Utara memiliki 2 (dua) wilayah pesisir yakni, Pantai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penataan Gambaran Umum

KAJIAN PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN AIR HUJAN

BAB I PENDAHULUAN. dari suatu tempat ke tempat lain. Pada kajian ini yang akan diangkat adalah

I. PENDAHULUAN. Banjir pasang (rob) merupakan peristiwa yang umumnya terjadi di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA SURVEI

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 26 Oktober 2010 : Ribuan rumah warga Kecamatan Medan Belawan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

PEMILIHAN LOKASI PERUMAHAN

IDENTIFIKASI MASALAH PERMUKIMAN PADA KAMPUNG NELAYAN DI SURABAYA

PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KABUPATEN SINJAI

KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Seminar Lokakarya Nasional Geografi di IKIP Semarang Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan iklim mengacu pada variasi signifikan variabel pada iklim

0 BAB 1 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KRITERIA DAN TIPOLOGI PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum BPLH Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Demikian Laporan Akhir ini kami sampaikan, atas kerjasama semua pihak yang terkait kami ucapkan terima kasih. Medan, Desember 2012

PROFIL SANITASI SAAT INI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (2006) menyebutkan

ARTIKEL STRATEGI PENANGANAN KEBENCANAAN DI KOTA SEMARANG (STUDI BANJIR DAN ROB) Penyusun : INNE SEPTIANA PERMATASARI D2A Dosen Pembimbing :

KAJIAN PENERAPAN SISTEM DINAMIS DALAM INTERAKSI TRANSPORTASI DAN GUNA LAHAN KOMERSIAL DI WILAYAH PUSAT KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. sebagai akibat akumulasi beberapa faktor yaitu: hujan, kondisi sungai, kondisi

AMDAL. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan By Salmani, ST, MS, MT.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kawasan pesisir merupakan prioritas utama sebagai pusat pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

TATA CARA PEMBUATAN RENCANA INDUK DRAINASE PERKOTAAN

KAJIAN PELUANG PELIBATAN MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN HUTAN KOTA SRENGSENG JAKARTA BARAT TUGAS AKHIR

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

commit to user BAB I PENDAHULUAN

TUGAS AKHIR. Oleh: MELANIA DAMAR IRIYANTI L2D

ANALISIS KONDISI DAN PENYEBAB DISPARITAS PEMANFAATAN RUANG KOTA PEKANBARU YANG TERPISAH OLEH SUNGAI SIAK TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. banyak, masih dianggap belum dapat menjadi primadona. Jika diperhatikan. dialihfungsikan menjadi lahan non-pertanian.

BAB II DESKRIPSI LOKASI STUDI

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

I. PENDAHULUAN. Permukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat tinggal menetap dan

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah yang

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur

VI. HASIL PEMILIHAN LOKASI PERUMAHAN

MITIGASI BENCANA TERHADAP BAHAYA LONGSOR (Studi kasus di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat)

IDENTIFIKASI PENGADAAN RUMAH SWADAYA OLEH MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga

Transkripsi:

MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: DINA WAHYU OCTAVIANI L2D 002 396 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2007

ABSTRAK Rob dan banjir yang sering terjadi di Perumahan Tanah Mas beberapa tahun lalu telah menyebabkan degradasi lingkungan yang merugikan masyarakat. Lingkungan hunian tidak lagi nyaman untuk ditinggali karena kualitasnya menurun, selain itu juga besarnya kerugian materi yang dialami oleh masyarakat akibat rob dan banjir yang terjadi. Banyak masyarakat yang meninggalkan Perumahan Tanah Mas, tetapi banyak pula yang masih bertahan. Pada tahun 1997 upaya penanganan rob dan banjir yang dilakukan oleh masyarakat, pemerintah setempat dan PT Tanah Mas berhasil mengendalikan genangan yang terjadi akibat aktivitas pasang air laut di Perumahan Tanah Mas (rob), tetapi belum bisa menangani dan mengendalikan genangan yang disebabkan oleh limpasan air dari Kota semarang bagian atas dan curah hujan lokal yang tinggi. Banjir masih terjadi di Perumahan Tanah Mas hingga tahun 2006 tetapi intensitasnya berkurang seiring dengan semakin baiknya upaya penanganan dan pengendalian banjir yang dilakukan. Berkurangnya intensitas genangan bagi masyarakat memberikan harapan untuk dapat hidup lebih nyaman, tetapi jika dilihat dari kondisi fisik dan fenomena- fenomena alam yang terjadi, kawasan Perumahan Tanah Mas masih dikatakan rawan rob dan banjir, sehingga belum menjamin bahwa Perumahan Tanah Mas akan semakin membaik beberapa tahun mendatang. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi motivasi masyarakat bertempat tinggal di kawasan rawan banjir dan rob di Perumahan Tanah Mas Semarang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif dengan merumuskan variabel berdasarkan teori. Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling, oleh karena masyarakat Perumahan Tanah Mas bersifat homogen maka seluruh masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi responden. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 70 responden, satu responden mewakili satu KK. Data yang dibutuhkan berupa data primer dan sekunder yang diperoleh melalui survei lapangan maupun instansi. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis distribusi frekuensi, crosstabulation, deskriptif statistik serta deskriptif komparatif. Analisis yang dilakukan meliputi analisis karakteristik kawasan Perumahan Tanah Mas yang dipengaruhi banjir dan rob, analisis karakteristik masyarakat Perumahan Tanah Mas, analisis alasan masyarakat bertempat tinggal di kawasan rawan banjir dan rob Perumahan Tanah Mas, dan analisis motivasi masyarakat bertempat tinggal di kawasan rawan banjir dan rob Perumahan Tanah Mas. Dari hasi analisis karakteristik kawasan Perumahan Tanah Mas yang dipengaruhi banjir dan rob diperoleh bahwa secara fisik Perumahan Tanah Mas dinyatakan sebagai kawasan rawan banjir dan rob, tetapi secara lingkungan menurut masyarakat dan kriteria minimal suatu hunian masih dinyatakan nyaman untuk ditinggali. Hasil analisis karakteristik masyarakat Perumahan Tanah Mas diperoleh bahwa kemampuan ekonomi tinggi ternyata mempengaruhi masyarakat tetap bertempat tinggal di Perumahan Tanah Mas karena dengan kemampuan ekonomi tersebut mereka mampu melakukan penanganan banjir dan rob yang lebih baik sehingga dampak buruk banjir tidak dirasakan. Latar belakang sosial juga mempengaruhi masyarakat bertempat tinggal di Perumahan Tanah Mas karena hubungan sosial yang cukup erat antar sesama mampu membentuk lingkungan sosial yang baik menjadikan masyarakat betah dan nyaman tinggal di Perumahan Tanah Mas. Heterogenitas etnis ternyata tidak mempengaruhi keeratan hubungan sosial antar masyarakat. Hasil analisis alasan masyarakat bertempat tinggal di kawasan rawan banjir dan rob Perumahan Tanah Mas menghasilkan faktor- faktor yang mempengaruhi alasan masyarakat bertempat tinggal di Perumahan Tanah Mas, yaitu penanganan banjir dan rob, kemampuan ekonomi, dampak banjir dan rob, kestrategisan, interaksi sosial, pekerjaan, ketersediaan sarana dan prasarana, tinggi genangan, lama surut genangan, wilayah genangan dan lama tinggal. Hasil ketiga analisis tersebut kemudian digunakan sebagai input dalam analisis motivasi masyarakat bertempat tinggal di kawasan rawan banjir dan rob Perumahan Tanah Mas dan menghasilkan kesimpulan motivasi masyarakat bertempat tinggal di kawasan rawan banjir dan rob Perumahan Tanah Mas adalah kenyamanan lingkungan Perumahan Tanah Mas sebagai kawasan hunian (membaiknya kondisi lingkungan karena optimalnya penanganan banjir dan rob), kemudahan mobilitas sehari- hari karena nilai lebih kestrategisan yang dimiliki oleh Perumahan Tanah Mas mampu mendukung aktivitas dan produktivitas masyarakat, lingkungan sosial yang baik dan sudah terbina cukup lama memberi ketenangan dan ketentraman bagi masyarakat, serta kemudahan dan kenyamanan memperoleh berbagai layanan kebutuhan sehari- hari karena ketersediaan sarana dan prasarana yang lengkap dan memadai yang dimiliki oleh Perumahan Tanah Mas. Rumusan motivasi masyarakat bertempat tinggal di Perumahan Tanah Mas ini selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya penanganan dan pengendalian banjir dan rob di Perumahan Tanah Mas. Agar banjir yang terjadi di Perumahan Tanah Mas tidak semakin parah dan keberlanjutan masyarakat dapat terjamin, maka perlu upaya penanganan dan pengendalian banjir dan rob yang lebih efektif dan efisien; prioritas penanganan dan pengendalian banjir untuk wilayah- wilayah genangan yang masih parah dan perlunya sosialisasi kepada masyarakat untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan (saluran drainase dan sungai), sehingga masyarakat lebih nyaman bertempat tinggal di Perumahan Tanah Mas. Kata kunci : Motivasi masyarakat, bertempat tinggal, kawasan rawan banjir dan rob

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan (UU No. 4 Tahun 1992). Sedangkan pengertian permukiman adalah perumahan dengan segala isi dan kegiatan yang ada didalamnya. Perumahan merupakan wadah fisik, sedangkan permukiman merupakan paduan antara wadah dengan isinya, yaitu manusia yang hidup bermasyarakat dan berbudaya didalamnya (Kuswartojo dan Salim, 1997: 21). Berdasarkan pengertian- pengertian tersebut, maka perumahan adalah sekumpulan rumah yang memiliki hubungan keterkaitan antara rumah dengan rumah itu sendiri, rumah dengan lingkungannya dan masyarakat yang ada disekitarnya, berfungsi sebagai hunian untuk kelangsungan hidup masyarakat, didukung sarana dan prasarana lingkungan. Pembangunan dan pengembangan perumahan merupakan kondisi awal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sebab produktifitas masyarakat sangat tergantung pada wadah yang tersedia untuk mewadahi aktivitas masyarakat, baik itu bekerja, istirahat dan bermasyarakat (Budiharjo 1991:1). Sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia (sandang, pangan, papan), rumah memiliki peran yang vital bagi penghuninya untuk mewadahi segala aktivitas kehidupan guna mencapai tujuan akhir kebahagiaan dan kesejahteraan. Manusia tidak akan dapat mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan dalam hidupnya jika rumah tidak memiliki keterkaitan yang baik dengan penghuni, masyarakat sosial maupun lingkungan disekitarnya, dengan demikian rumah, penghuni dan lingkungan memiliki hubungan yang saling terkait satu sama lain. Rumah dapat berperan sebagai wadah kehidupan yang mendorong tercapainya kebahagiaan dan kesejahteraan, oleh karena itu pembangunan perumahan dan permukiman harus bersifat berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, dalam arti memadukan, menyerasikan dan memperhatikan aspek ekonomi, sosial dan ekologi (kelestarian lingkungan hidup) sehingga dapat memenuhi kebutuhan tidak hanya masa kini tetapi juga masa yang akan datang. Hal ini sesuai dengan hasil Agenda 21 (The Habitat Agenda) di Rio Janeiro yang menyatakan bahwa pembangunan perumahan dan permukiman di prioritaskan untuk pembangunan perumahan yang layak bagi semua (adequate housing for all) dan berkelanjutan di seluruh kota di dunia (sustainable human settlements development in an urbanizing world) (Kuswartojo dan Salim, 1997: 31). 1

2 Untuk mendukung pembangunan dan pengembangan perumahan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan harus didasarkan pada acuan tata ruang kota dan kebijakan pembangunan perumahan. Berdasarkan acuan tata ruang kota/ wilayah, pembangunan perumahan akan diarahkan pada kawasan dengan peruntukan yang sesuai, yaitu kawasan dengan daya dukung lingkungan yang baik untuk menghindari terjadinya degradasi lingkungan yang dapat membahayakan dan mengancam keselamatan manusia di dalamnya. Peruntukan kawasan perumahan yang sesuai akan menciptakan kondisi lingkungan yang aman dan terhindar dari ancaman bahaya (banjir/ tanah longsor). Kondisi lingkungan perumahan yang aman akan menciptakan perasaan tenang dan nyaman sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan hidup bagi para penghuninya. Sebaliknya, kondisi lingkungan yang buruk dan rawan bencana alam menyebabkan keamanan dan kenyamanan penghuninya terganggu sehingga dapat menghambat aktivitas maupun kelangsungan hidupnya. Pembangunan perumahan sebagai bentuk pengembangan kota harus didasarkan pada tata ruang wilayah perkotaan, agar sesuai dengan struktur dan pemanfaatan ruang sehingga memacu pertumbuhan wilayah perkotaan yang mampu menjamin keserasian dan kelestarian lingkungan hidup serta meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Sesuai tata ruang wilayah (RTRW), Kota Semarang dibagi atas lima Wilayah Pengembangan (WP) dan masing-masing dibagi dalam Bagian Wilayah Kota (BWK). Dalam RTRW Kota Semarang, BWK III adalah kawasan yang salah satu fungsi peruntukannya untuk perumahan atau permukiman dengan intensitas kepadatan sedang. Wilayah BWK III meliputi Kecamatan Semarang Barat dan Semarang Utara. Jika dilihat dari kondisi fisiknya, kedua wilayah tersebut memiliki karakteristik lahan yang berbeda. Wilayah Kecamatan Semarang Barat memiliki daya dukung lahan yang lebih baik dari pada Kecamatan Semarang Utara (RDTRK Kota Semarang 2000-2010). Karena kondisi fisik dan karakteristik lahannya kurang baik, maka pengembangan perumahan dan permukiman di Kecamatan Semarang Utara diarahkan untuk intensitas kepadatan yang rendah. Selain karena faktor tersebut, kawasan Kecamatan Semarang Utara juga merupakan zona genangan. Beberapa perumahan dan permukiman di Kecamatan Semarang Utara sering mengalami banjir dan rob. Salah satu perumahan yang sering mengalami banjir dan rob adalah Perumahan Tanah Mas. Perumahan Tanah Mas adalah kawasan perumahan menengah keatas skala besar yang pertama kali dikembangkan di Kota Semarang, pada tahun 1976. Asal mula kawasan ini merupakan daerah pertanian tambak yang terbentuk dari hasil endapan aluvial sungai Kali Asin dan Banjir Kanal Barat (survei penyusun, 2006). Perumahan Tanah Mas termasuk dalam wilayah Kecamatan Semarang Utara yang meliputi Kelurahan Panggung Lor, Panggung Kidul dan Kelurahan Kuningan. Berdasarkan letaknya kawasan Perumahan Tanah Mas merupakan wilayah yang langsung berbatasan dengan laut.

3 Wilayah Kelurahan Panggung Lor, Panggung Kidul dan Kuningan berdasarkan kondisi hidrologinya telah ditetapkan sebagai daerah genangan yang rawan terhadap banjir dan rob (RDTRK Kota Semarang 2000-2010). Berdasarkan peruntukan lahannya, kawasan tersebut difungsikan sebagai kawasan rekreasi pantai dan permukiman dengan intensitas rendah-sedang, tetapi berdasarkan kondisi sekarang, pada kawasan tersebut telah dikembangkan perumahan Tanah Mas dengan intensitas kepadatan yang cukup tinggi. Hal ini dilihat dari besarnya jumlah rumah yang telah dibangun yaitu 6000 unit. Kondisi topografinya yang landai (kemiringan 0-8 %) menjadikan Perumahan Tanah Mas tergolong sebagai daerah rawan genangan banjir. Tidak hanya curah hujan lokal yang menjadi penyebab, tetapi juga adanya faktor banjir kiriman dari daerah yang lebih tinggi (Kompas, 2001). Perumahan Tanah Mas saat ini sudah tidak mengalami genangan rob, akan tetapi banjir di Perumahan Tanah Mas juga dapat dipicu karena terisinya saluran- saluran drainase oleh air laut pada saat aktivitas pasang yang mengalir melalui Sungai Asin, Sungai Semarang dan Sungai Banjir Kanal Barat. Banjir dapat terjadi bila dalam waktu yang berurutan terjadi hujan dengan curah hujan cukup tinggi kemudian disusul adanya fenomena pasang air laut. Belum sempat air hujan mengalir ke laut, ketiga sungai yang dekat dengan Perumahan Tanah Mas menerima limpasan air laut pasang. Akibatnya saluran- saluran drainase pun meluap dan menggenangi jalan. Meskipun saat ini Perumahan Tanah Mas sudah tidak digenangi rob lagi (karena upaya pompanisasi), tetapi masih tetap termasuk kawasan yang rawan. Hal ini karena letaknya yang sangat dekat dengan laut, menyebabkan kawasan Perumahan Tanah Mas cenderung masih sangat kuat dipengaruhi oleh fenomena-fenomena wilayah pesisir, selain itu rob juga diakibatkan oleh adanya fenomena penurunan permukaan tanah dibawah permukaan air laut pasang pada wilayah sepanjang pantai Kota Semarang. Berdasarkan data Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral diperoleh bahwa Perumahan Tanah Mas mengalami penurunan tanah setiap tahun. Perumahan Tanah Mas sebelah utara mengalami penurunan tanah sebesar 12,8 cm per tahun dan sebelah selatan mengalami penurunan sebesar 13 cm per tahun (Suara Merdeka, November 2006). Jika fenomena alam ini terus terjadi tidak menutup kemungkinan Perumahan Tanah Mas akan kembali tergenang rob. Dari data monografi 2006 diperoleh bahwa wilayah Kecamatan Semarang Utara memiliki ketinggian hanya ± 1,5 meter dari permukaan laut. Sedangkan ketinggian air laut pasang maksimum mencapai 1,2 meter (Berita Pelaut Indonesia, 2005). Jika fenomena air laut pasang terus terjadi dan penurunan permukaan tanah semakin bertambah setiap tahun, ditambah dengan kapasitas volume banjir kiriman yang bertambah besar, maka bahaya rob dan banjir akan semakin mengancam masyarakat yang tinggal di kawasan Perumahan Tanah Mas.