Penggelaran Teknologi HSPA+ di Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
Agus Setiadi BAB II DASAR TEORI

ANDRIAN SULISTYONO LONG TERM EVOLUTION (LTE) MENUJU 4G. Penerbit Telekomunikasikoe

Evolusi Teknologi Wireless Seluler menuju HSDPA

1.2 Tujuan dan Manfaat Tujuan tugas akhir ini adalah: 1. Melakukan upgrading jaringan 2G/3G menuju jaringan Long Term Evolution (LTE) dengan terlebih

Pengertian dan Macam Sinyal Internet

Teknologi Seluler. Pertemuan XIV

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Alokasi frekuensi 3G Telkoms el

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

DAFTAR ISTILAH. sistem seluler. Bit Error Rate (BER) : peluang besarnnya bit salah yang mungkin terjadi selama proses pengiriman data

Pertemuan ke 5. Wireless Application Protocol

BAB II JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Pengenalan Teknologi 4G

BAB 2 TEKNOLOGI DAN TREN PERTUMBUHAN WCDMA/HSPA

I. PENDAHULUAN. telekomunikasi berkisar 300 KHz 30 GHz. Alokasi rentang frekuensi ini disebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

ANALISIS MANAJEMEN INTERFERENSI JARINGAN UPLINK 4G-LTE DENGAN METODE INNERLOOP POWER CONTROL DI PT TELKOMSEL

Transport Channel Processing berfungsi mengubah transport blok yang dikirim dari. Processing dari MAC Layer hingga physicalchannel.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Udayana Abstrak


BAB II LANDASAN TEORI

Studi Perencanaan Jaringan Long Term Evolution (LTE) Pada Spektrum 1800 MHz Area Kota Bandung Menggunakan Teknik FDD, Studi Kasus PT.

BAB II DASAR TEORI. DFTS-OFDM maupun nilai PAPR pada DFTS-OFDM yang membuat DFTS-OFDM menjadi

Multiple Access. Downlink. Handoff. Uplink. Mobile Station Distributed transceivers Cells Different Frequencies or Codes

BAB I PENDAHULUAN. Analisa kelayakan..., Deris Riyansyah, FT UI, Universitas Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Akhir yang berjudul Discrete Fourier Transform-Spread Orthogonal Frequency Division

A I S Y A T U L K A R I M A

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI ALGORITMA ROUND ROBIN DAN BEST CQI PADA PENJADWALAN DOWNLINK LTE

Perkembangan Teknolgi Wireless: Teknologi AMPS Teknologi GSM Teknologi CDMA Teknologi GPRS Teknologi EDGE Teknologi 3G, 3.5G Teknologi HSDPA, HSUPA

BAB 3 ANALISA DAN RANCANGAN MODEL TESTBED QOS WIMAX DENGAN OPNET. menjanjikan akses internet yang cepat, bandwidth besar, dan harga yang murah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II DASAR TEORI 2.1 Perkembangan sistem telekomunikasi bergerak (selular)

TUGAS AKHIR ANALISA KEY PERFORMANCE INDICATOR (KPI) 3RD CARRIER CELL PADA JARINGAN 3G

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS INDONESIA

: ANALIS PENERAPAN TEKNOLOGI JARINGAN LTE 4G DI INDONESIA PENULIS : FADHLI FAUZI, GEVIN SEPRIA HERLI, HANRIAS HS

ANALISIS dan PROSPEK TEKNOLOGI CDMA di INDONESIA Joseph Rasiman

Universal Mobile Telecommunication System

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini membahas literatur yang mendukung penelitian di antaranya adalah Long

Teknologi Komunikasi Data Seluler. Adri Priadana ilkomadri.com

I. PENDAHULUAN. terutama di bidang sistem komunikasi nirkabel (wireless). Sistem wireless

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

SISTEM KOMUNIKASI BEGERAK WHAT TECHNOLOGY ABOUT THIS???

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LONG TERM EVOLUTION (LTE) DAN KOMPONEN BTS (BASE TRANSCEIVER STATION)

BAB 3 REBALANCING GPRS TIME SLOT (GTS) TRAFFIC DATA GSM 900 MHZ

IEEE g Sarah Setya Andini, TE Teguh Budi Rahardjo TE Eko Nugraha TE Jurusan Teknik Elektro FT UGM, Yogyakarta

I. Pembahasan. reuse. Inti dari konsep selular adalah konsep frekuensi reuse.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Mengenal Teknologi EVDO

Home Networking. Muhammad Riza Hilmi, ST.

BAB III PEMODELAN SISTEM

Analisis Perencanaan Jaringan Long Term Evolution (LTE) Frekuensi 900 MHz Pada Perairan Selat Sunda

Radio Resource Management dalam Multihop Cellular Network dengan menerapkan Resource Reuse Partition menuju teknologi LTE Advanced

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERENCANAAN ANALISIS UNJUK KERJA WIDEBAND CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (WCDMA)PADA KANAL MULTIPATH FADING

BAB 4 ANALISA DATA. Gambar 4.1 Tampilan pada Wireshark ketika user melakukan register. 34 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. teknologi 3G yang menawarkan kecepatan data lebih cepat dibanding GSM.

Pengantar Teknologi Mobile

Pokok Bahasan : - Perkembangan Teknologi Informasi - WELCOME. Kursus Online - Pertemuan 5 - Join : Follow

STT Telematika Telkom Purwokerto

International Mobile Telecommunication-2000 (IMT-2000) Sistem Telekomunikasi Selular Abad 21

Teknik Multiple Akses FDMA, TDMA, CDMA

Dalam memberikan masukan penataan frekuensi pada band 3,3-3,5 GHz dalam dokumen ini, dijiwai dengan pandangan-pandangan berikut :

Evolusi Global HSPA. Anggraini Mulwinda Jurusan Teknik Elektro, Universitas Negeri Semarang

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN ABSTRAK. i ABSTRACT.. ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI.. v DAFTAR TABEL.. viii DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I-1

Wireless Technology atau teknologi nirkabel, atau lebih sering disingkat wireless adalah teknologi elektronika yang beroperasi tanpa kabel.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi telekomunikasi yang semakin pesat dan kebutuhan akses data melahirkan salah satu jenis

Teknologi Komunikasi. INFRASTRUKTUR KOMUNIKASI Broadband & Telecommunication USO. Yani Pratomo, S.S, M.Si. Advertising & Marketing Communication

ARSITEKTUR DAN KONSEP RADIO ACCESS

JUDUL SKRIPSI : Pengaruh Fading Lintasan Jamak Terhadap Performansi High Speed Downlink Packet Access (HSDPA)

BAB 2 PERENCANAAN CAKUPAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN. Long Term Evolution (LTE) menjadi fokus utama pengembangan dalam bidang

TUGAS BESAR KINERJA TELEKOMUNIKASI NEXT GENERATION NETWORK PERFORMANCE (NGN) QoS ( Quality Of Service ) Dosen Pengampu : Imam MPB, S.T.,M.T.

10/13/2016. Komunikasi Bergerak

PERANCANGAN CAKUPAN AREA LONG TERM EVOLUTION (LTE) DI DAERAH BANYUMAS

ANALISIS PENGARUH HANDOVER PADA MOBILE WIMAX UNTUK LAYANAN LIVE STREAMING

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Konsep global information village [2]

ANALISIS PERBANDINGAN THROUGHPUT PADA GENERAL PACKET RADIO SERVICE (GPRS) DAN ENHANCED DATA RATE FOR GSM EVOLUTION (EDGE)

BAB II TEKNOLOGI DVB-H

ANALISIS PENERAPAN MODEL PROPAGASI ECC 33 PADA JARINGAN MOBILE WORLDWIDE INTEROPERABILITY FOR MICROWAVE ACCESS (WIMAX)

Bab 1. Tren Global Pada Bisnis & Teknologi Telekomunikasi

MODUL TEKNOLOGI KOMUNIKASI (3 SKS) Oleh : Drs. Hardiyanto, M.Si

Analisis Pengaruh Penggunaan Physical Cell Identity (PCI) Pada Perancangan Jaringan 4G LTE

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III. IMPLEMENTASI WiFi OVER PICOCELL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II DASAR TEORI. Awal penggunaan dari sistem komunikasi bergerak dimulai pada awal tahun 1970-an.

BAB II SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULAR UTRA-TDD

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

Penggelaran Teknologi HSPA+ di Indonesia Rahmad Hidayat Manajemen Telekomunikasi, Universitas Mercubuana Abstrak Akses data kecepatan lebih tinggi melalui jalur nirkabel memungkinkan dilayani oleh teknologi High Speed Packet Access Evolved (HSPA+). HSPA+ mampu meningkatkan kemampuan broadband mobile dengan kecepatan data sampai 42 Mbps dengan latensi dan delay yang rendah. Kemampuan ini diperoleh dari adanya penambahan teknologi HOM (High Order Modulation), 2x2 MIMO (Multiple Input Multiple Output) dan DTX / DRX (Discontinuous Transmission and Reception) pada platform WCDMA. HSPA+ merupakan evolusi HSPA yang memungkinkan peningkatan upgrade dengan biaya relatif lebih rendah. Tulisan ini akan mendeskripsikan spesifikasi teknologi HSPA+ dan peluangnya yang cukup besar untuk digelar bagi peningkatan infrastruktur Information and Communication Technology (ICT) di Indonesia. Kata kunci : HSPA+, HOM, MIMO, DTX/DRX, ICT 1 PENDAHULUAN Sistem komunikasi bergerak saat ini telah dikembangkan untuk lebih menunjang layanan packet switched IP. UMTS Release 99, berdasarkan pada alokasi sumber daya dedicated per user belum melayani trafik data paket IP. Kemampuan ini dipenuhi dalam teknologi HSPA (High Speed Packet Access) yang memungkinkan adanya peningkatan signifikan layanan end to end dengan menyediakan IP based services. HSPA berkembang setiap saat dengan perbaikan-perbaikannya dituangkan dalam release-release 3GPP. HSPA evolved (HSPA+) adalah nama dari set pengembangan HSPA yang diawali dalam Release 7. Dengan HSPA+, jenis higher-order modulation tertentu dapat didukung pada uplink (16QAM) dan downlink (64QAM). Modulasi 16QAM memungkinkan diperolehnya kecepatan data puncak uplink sampai 12 Mbit/s, dan 21 Mbit/s untuk kecepatan data puncak downlink dengan modulasi 64QAM. Dengan tambahan antena 2x2 MIMO (Multiple Input Multiple Output) maka menambah dukungan untuk arah downlink HSPA+. Sistem ini menggunakan dua antena untuk melipatkan kecepatan puncak downlink secara efektif sehingga diperoleh kecepatan data puncak 28 Mbit/s. Jika 2x2 MIMO digabungkan dengan modulasi 64 QAM, kecepatan data puncak downlink sampai 42 Mbit/s dapat diperoleh. Latensi juga akan berkurang dengan HSPA+ ini. 96

97 InComTech, Jurnal Telekomunikasi dan Komputer, vol. 1, no. 2, 2010 1.2 Teknologi Pendukung HSPA+ 1.2.1 Higher Order Modulation (HOM) HSPA mendukung modulasi 16QAM pada arah downlink dan QPSK pada arah uplink. Sebagaimana gambar-1, kapasitas data (bit/simbol) bertambah sebagaimana perpindahan dari QPSK ke 16QAM dan 64QAM. HSPA+ R7 menggunakan 64QAM untuk downlink, dimana terjadi peningkatan kecepatan data 50% dalam kondisi sinyal yang bagus (SNR tinggi). Pada uplink, 16QAM menaikkan kecepatan data. Sinyalsinyal nirkabel yang dikirimkan dengan teknik modulasi tinggi memiliki sensitivitas lebih terhadap interferensi dan butuh SNR lebih tinggi pada penerima untuk keberhasilan proses demodulasi. HOM secara signifikan menaikkan kecepatan data untuk pengguna dengan SNR tinggi. Sehingga, trafik untuk pengguna ini dapat dilayani lebih cepat, meninggalkan Node B dengan lebih waktu dan sumberdaya untuk melayani pengguna di area sinyal lebih lemah (seperti tepi sel). Secara keseluruhan, hal ini akan menyediakan kecepatan data tinggi dan menambah pengalaman pemakai yang berada di dalam sel. Gambar 1 Higher Order Modulation (HOM)

Rahmad Hidayat: Penggelaran Teknologi HSPA+ di Indonesia 98 1.2.2 Discontinuous Transmission and Reception (DTX/DRX) Feature DTX memungkinkan perangkat mematikan kanal-kanal kontrol ketika tidak ada data pemakai untuk dikirim. Dengan cara sama, DRX akan mematikan penerima pada interval tertentu yang disetujui, penerima ini berada pada link Node B yang tidak mengirim informasi downlink. Operasi sinkron DTX dan DRX memungkinkan perangkat mematikan blok pemancar dan penerimanya secara lengkap, yang secara signifikan menaikkan waktu hidup batere perangkat untuk layanan voice melalui HSPA. Feature ini juga meningkatkan pengalaman always-on dengan mengijinkan pengguna terhubung lebih lama tanpa mengkompromikan waktu hidup batere saat menggunakan aplikasi bursty seperti Web browsing. DTX juga menambah kapasitas uplink dengan mengurangi interferensi uplink, khususnya untuk aplikasi data berkecepatan rendah seperti voice melalui HSPA. 1.2.3 Multiple Input Multiple Output (MIMO) HSPA+ R7 mendukung 2x2 MIMO arah downlink yang menggunakan dua antena transmit pada Node B untuk mengirimkan stream data orthogonal secara paralel menuju antena penerima. Dengan dua antena dan tambahan teknik signal processing tertentu pada pengirim dan penerima maka MIMO dapat meningkatkan kapasitas sistem dan menggandakan kecepatan data pengguna tanpa tambahan power atau bandwidth Node B. Sebagai tambahan, beamforming MIMO memberikan penguatan bagi user di posisi tepi sel dimana stream MIMO paralel tidak dimungkinkan. Untuk menjadi sangat efektif, aliran data paralel MIMO butuh SNR (signal-tonoise ratio) tinggi pada perangkat dan lingkungan kaya akan efek scattering. SNR tinggi menjamin bahwa perangkat mampu menerjemahkan sinyal dengan sukses dan lingkungan kaya efek scattering akan menjamin bahwa kedua aliran data bersifat orthogonal. Keuntungan MIMO dimaksimalkan pada lingkungan kota berkepadatan tinggi, sebagaimmana terdapat cukup potensi scattering dan ukuran sel yang kecil (berpotensi SNR tinggi pada perangkat). Pada lingkungan rural dengan ukuran sel besar dan scattering yang kurang, penguatan MIMO berharga lebih kecil. 2 DATA DAN PELUANG HSPA+ Saat awal digelar, teknologi HSDPA tidak merubah elemen-elemen seluruh jaringan eksisting dual band GSM-UMTS sehingga penggelaran tersebut berlangsung lebih mudah. Beberapa vendor telah menyediakan Node B di pasaran yang mendukung HSDPA hanya dengan meningkatkan kemampuan software, penambahan modul hardware dan penyesuaian elemen-elemen core network. Hal ini mereduksi besarnya investasi HSDPA. Implementasi HSDPA telah meningkatkan kapasitas pelayanan internet telephony (panggilan melalui jalur VoIP) yang secara signifikan akan menurunkan biaya panggilan. Seiring dengan meningkat pesatnya jumlah pelanggan mobile broadband, baik di lingkup global maupun di Indonesia, tarif berlangganan internet kecepatan tinggi akan semakin murah. Lambat laun tarif internet mobile broadband bisa

99 InComTech, Jurnal Telekomunikasi dan Komputer, vol. 1, no. 2, 2010 turun lebih separuhnya. Hal itu dipicu dengan semakin tingginya penetrasi jaringan internet bergerak yang hingga semester pertama 2009, secara global diselenggarakan oleh 236 operator di 104 negara. Tingginya penetrasi mobile broadband merangsang turunnya modul HSPA hingga 50%. Dari US$ 70 menjadi sekitar US$ 35 dalam waktu 18 bulan. Dengan semakin turunnya harga perangkat jaringan dan semakin banyaknya jumlah pelanggan, diprediksi pada 2011 mendatang tarif akan turun drastis. Hal ini bisa terlihat dari turunnya pendapatan operator dari tiap pelanggan atau ARPU (average revenue per user) hingga 50% dari US$ 48 menjadi US$24. Sebagai catatan saat ini peningkatan keuntungan dari layanan data membantu mengatasi penurunan ARPU dalam layanan suara. Dengan harga yang relatif lebih terjangkau, diprediksi pada 2012 jumlah pelanggan mobile broadband dunia bisa terdongkrak menjadi satu miliar pengguna. Prediksi penurunan tarif, juga semakin diperkuat dengan tren turunnya biaya infrastruktur jaringan hingga 3-5% tiap tahunnya. Studi dari NSN (Nokia Siemens Network) memperkirakan di tahun 2015, akan terjadi 'ledakan' teknologi komunikasi karena sebanyak 5 miliar penduduk dunia bakal disatukan oleh teknologi komunikasi tersebut. Efeknya banyak diantara pengguna yang akan menikmati konektivitas broadband, sehingga mereka dapat menggunakan berbagai macam layanan di manapun berada. Melihat grafik pada gambar-2 dan 3, pelanggan internet dan telekomunikasi nirkabel tumbuh secara eksponensial. Artinya berdasarkan grafik tersebut terdapat 6,5 juta potensi pelanggan internet dan 60 juta potensi pelanggan telekomunikasi nirkabel baru antara tahun 2005-2010. Jumlah tersebut menjadi referensi untuk menggelar HSPA+ pada saat yang tepat dan menentukan biaya akses pelanggan. Dinamika perubahan indikator tersebut tentu tidak lepas dari besarnya pendapatan per kapita, biaya langganan dan faktor lainnya. Gambar 2 Proyeksi Pertumbuhan Pelanggan Internet Indonesia (Sumber : APJII)

Rahmad Hidayat: Penggelaran Teknologi HSPA+ di Indonesia 100 Gambar 3 Proyeksi Pertumbuhan Pelanggan Telekomunikasi Nirkabel (Sumber : Warta Ekonomi) Kemudian khusus untuk Indonesia, diperkirakan pengguna layanan data internet bakal menembus angka 45 juta pelanggan pada 2013 mendatang, seiring dengan penurunan tarif dan kecepatan data yang lebih memadai melalui implementasi lanjutan dari generasi 3,5G teknologi seluler nirkabel ini. 3 KEMAMPUAN TEKNOLOGI HSPA+ (Evolved HSPA) 3.1 Multicarrier pada HSPA+ meningkatkan layanan broadband Sinyal multicarrier menyatukan beberapa carrier 5 MHz HSPA, membuat sebuah pipa data yang lebih besar sehingga memberikan peningkatan pemakaian broadband mobile bagi semua user dalam suatu sel sebagaimana pada gambar-4. Implementasi awal HSPA+ R8 dari sinyal multicarrier mendukung carrier downlink (DL) aggregate yang akan menggandakan kecepatan data untuk seluruh user pada semua sel. Selanjutnya, kecepatan data puncak seimbang dengan bandwidth dan adanya pelipatgandaan sampai 42 Mbps untuk arah downlink pada 10 MHz (tanpa MIMO pada R8). Gambar 4 Layanan broadband multicarrier

101 InComTech, Jurnal Telekomunikasi dan Komputer, vol. 1, no. 2, 2010 Teknik multicarrier memungkinkan pelanggan menikmati layanan broadband yang lebih baik ini dengan respon jaringan keseluruhan yang lebih cepat dengan kecepatan data yang lebih tinggi. Hal ini bermanfaat untuk aplikasi seperti web browsing dimana user dapat dilayani dua kali dibanding dengan single carrier. Gambar 5 R8 multicarrier terhadap single carrier Dengan multicarrier, upgrade software Node B akan berlangsung hemat. Multicarrier umumnya meningkatkan layanan broadband, juga meningkatkan aplikasi secara burst pada carrier tertentu yang dipakai. Pada Gambar-6 dibawah, multicarrier dapat mendukung layanan aplikasi burst seperti web browsing. Jaringan tidak dibebani sepenuhnya sepanjang waktu dan multicarrier dapat menggandakan kapasitas aplikasi burst dibandingkan dengan dua buah carrier tunggal. Gambar 6 Kapasitas R8 multicarrier vs trade-off latensi

Rahmad Hidayat: Penggelaran Teknologi HSPA+ di Indonesia 102 3.2 HSPA+ menggandakan kapasitas voice HSPA+ memiliki dua pilihan, voice dengan CS (circuit-switched) pada HSPA atau VoIP, dimana keduanya memiliki kapasitas lebih dari dua kali WCDMA R99 dan memberikan waktu percakapan sampai 50%. Pengguna akan secara kontinyu menikmati voice secara simultan dan layanan data berkecepatan tinggi dimana operator kini dapat dengan fleksibel mencampurkan layanan voice dan data ke dalam carrier HSPA+ yang sama. Gambar 7 Perbandingan kapasitas voice melalui HSPA+ dan WCDMA. Saat ini pada jaringan WCDMA, layanan voice dibawa melalui bearer CS (circuit switch) dedicated, yang dilakukan bagi semua user untuk durasi panggilan voice. Voice melalui HSPA menggunakan kanal-kanal paket dipakai bersama (shared-packet) dengan interval transmisi lebih kecil dan HARQ untuk mentransfer paket-paket voice secara efisien. HSPA+ akan meningkatkan kapasitas voice dengan memperkenalkan berbagai perbaikan seperti teknik CPC. Hal ini mengoptimalkan penggunaan sumber daya air interface, memberikan hampir dua kali kapasitas voice tanpa IC Node-B dan hampir tiga kali lipat dengan IC Node-B. Ke depan, adanya E-SCC (enhanced serving cell change) pada R8 akan meningkatkan reliabilitas handover dengan mengurangi panggilan yang gagal (dropped call) di dalam kondisi lingkungan propagasi tertentu. 3.3 HSPA+ Menggandakan Kapasitas Data dan Mengurang Biaya Dengan adanya HSPA, operator sedang melihat dan mengamati permintaan data yang signifikan, suatu hasil aplikasi data baru dan kebutuhan yang meningkat untuk layanan broadband mobile berperforma tinggi. HSPA+ meningkatkan performa jaringan HSPA dan memungkinkan operator wireless melanjutkan untuk mengisi kebutuhan data ini secara ekonomis, sebagaimana HSPA+ melipatgandakan kapasitas data dibandingkan terhadap HSPA R6. Hampir seluruh kapasitas data uplink dan downlink mengasumsikan adanya perbaikan performa receiver pada feature tambahan HSPA+ berupa UE equalizer, perangkat receive diversity dan IC Node B.

103 InComTech, Jurnal Telekomunikasi dan Komputer, vol. 1, no. 2, 2010 Gambar 8 Kapasitas data per sektor pada Mbps (5 MHz) Kapasitas data HSPA yang sangat meningkat melalui sistem R9 dengan penambahan HSSCH (high-speed shared channels) dengan HOM (16QAM), interval transmisi yang lebih kecil, HARQ (Hybrid ARQ) dan pemanfaatan opportunistic scheduling. HSPA+ membangun fondasi kuat ini melalui dukungan tambahan untuk 64QAM, 2x2 MIMO, DTX/DRX dan perbaikan air interface lainnya guna peningkatan kapasitas dan pengalaman pemakaian berbagai aplikasi oleh pengguna. 3.4 HSPA menawarkan seluruh range layanan IP HSPA and HSPA+ memungkinkan pengguna dan pebisnis untuk mempercayakan pada HSPA sebagai koneksi broadband utama mereka dan menawarkan pengalaman pengguna sejenis pada jaringan mobile dan fixed. Broadband uplink dan downlink pada HSPA berkapasitas tinggi dengan QoS terintegrasi dan berlatensi rendah dapat mendukung seluruh range layanan IP, mencakup aplikasi yang berdelay sensitif seperti VoIP dan layanan gaming berlatensi rendah, di samping video/musik, push to talk/media, multimedia upload/exchange, high speed web browsing, video telephony dan lainnya. HSPA+ kedepan meningkatkan pengalaman pengguna dan membuat layananlayanan tersebut lebih dapat tersedia (affordable) dengan biaya rendah melalui kapasitas yang meningkat. 3.5 Solusi optimal dalam blok 5 MHz tunggal dan aggregate HSPA+ merupakan upgrade perbaikan terhadap jaringan eksis HSPA dengan menggunakan sumber daya jaringan dan spektrum yang sama. Performa HSPA+ dalam blok 5 MHz tunggal atau aggregate dapat dibandingkan terhadap LTE yang akan datang dengan sejumlah antena yang sama. HSPA+ merupakan solusi optimal untuk upgrade jaringan HSPA eksis dan untuk sistem baru, pada blok tunggal atau aggregate 5 MHz.

Rahmad Hidayat: Penggelaran Teknologi HSPA+ di Indonesia 104 3.6 Meningkatkan manfaat pemakaian pengguna HSPA+ tidak hanya meningkatkan kecepatan data user, tetapi juga memperbaiki pemakaian always-on dengan memungkinkan user melakukan percakapan lebih lama tanpa mengkompromikan waktu hidup batere (CPC). Juga memperpanjang waktu percakapan sampai 50% melalui voice over HSPA (VoIP atau CS voice over HSPA) dibanding WCDMA. 4 SKENARIO PENGGELARAN DAN EVOLUSI HSPA+ menyediakan alur evolusi teknologi yang sangat bagus dari HSPA yang memungkinkan operator untuk menaikkan pengembalian investasinya melalui penggelaran komersialnya. HSPA+ dirancang kompatibel dengan R99 yang ada, perangkat dan jaringan R5/R6 dan pemakaian spektrum dan jaringan yang sama untuk menghasilkan performa yang meningkat. Jaringan radio dan core network dapat diupgrade ke HSPA+ tanpa butuh penambahan network element baru. Perangkat WCDMA yang ada dan HSPA+ baru dapat melakukan roaming tanpa jeda waktu (seamlessly) antara jaringan WCDMA, HSPA dan HSPA+. Banyak feature HSPA+ diperoleh melalui upgrade software Base Station yang ada. Dengan menggelar HSPA+, operator wireless akan memperoleh keuntungan besar dari perangkat 3GPP dan vendor yang luas yang memberikan keuntungan skala ekonomi (economies of scale) bagi komunitas 3GPP. Operator memiliki fleksibilitas tinggi dalam memilih vendor dan memiliki pilihan luas terhadap perangkat dan terminal sehingga menawarkan pelanggan harga yang kompetitif. Dukungan luas vendor memungkinkan operator menggelar HSPA+ dengan tepat waktu dan memberikan keuntungan time-to-market dibanding teknologi pesaing lainnya. Gambar 9 Upgrade jaringan HSPA+ Definisi HSPA+ R9 sudah ditetapkan awal 2009 dengan fokus pada peningkatan sistem multicarrier. Kombinasi MIMO dan multicarrier pada 10 MHz akan menghasilkan 84 Mbps pada HSPA+ R9. Multicarrier uplink juga merupakan kandidat R9 yang akan menaikkan kecepatan data uplink sampai 23 Mbps, dengan menghasilkan manfaat sama dengan multicarrier downlink dalam keadaan daya pancar yang terbatas. HSPA+ R8 memungkinkan penyatuan hanya dalam band spektrum yang sama, tetapi ke depan ditargetkan dapat juga dalam

105 InComTech, Jurnal Telekomunikasi dan Komputer, vol. 1, no. 2, 2010 band berbeda bahkan ke dalam separasi RF yang luas. Aggregasi sampai empat carrier downlink juga sedang dipertimbangkan untuk menghasilkan kecepatan data 84 Mbps dalam 20 MHz (tanpa MIMO). Gambar 10 Aggregasi multicarrier sampai empat carrier Gambar 11 Alur evolusi menuju HSPA+ 5 PENUTUP HSPA+ mampu melayani data dengan kecepatan tinggi sehingga aplikasi multimedia dan internet nirkabel lebih leluasa untuk digelar. Pengguna jaringan telekomunikasi nirkabel lebih nyaman dalam memperoleh layanan multimedia. Dengan kapasitas yang besar, kecepatan data yang tinggi dan reduksi besarnya investasi seharusnya biaya yang harus dikeluarkan untuk setiap bit data akan rendah. Biaya yang rendah akan meningkatkan jumlah pelanggan yang secara

Rahmad Hidayat: Penggelaran Teknologi HSPA+ di Indonesia 106 signifikan akan memperluas layanan dan memberikan keuntungan yang besar bagi operator jaringan. HSPA+ menghadirkan kecepatan akses data 14 Mbps hingga 21 Mbps sebagai peningkatan dari teknologi HSDPA (High Speed Downlink Packet Acces) sebelumnya sebesar 7,2 Mbps. Meskipun saat digunakan banyak orang secara bersamaan tak akan sampai sebesar itu, namun tetap saja, kecepatannya lebih baik dari teknologi 3,5G. Teknologi ini sudah memasuki HSPA+ rilis 7 yang mampu mendistribusikan data dengan kecepatan 21 Mbps, sedangkan untuk versi rilis 8 bisa sampai dua kali lebih cepat (42 Mbps). Sebagai fitur tambahan dari teknologi 3GPP sebelumnya, perlu selektivitas pemilihan Node B yang harus diupgrade menjadi HSPA+ sesuai kebutuhan market yang ada di suatu area tertentu, sebagai antisipasi perkembangan teknologi pesaing ke depan. Meski kemampuan jaringan HSPA+ mencapai 21 Mbps, jika kebanyakan perangkat handset yang ada di pasaran hanya mampu hingga 14 Mbps maka HSPA+ tidak akan memberikan hasil maksimal bagi semua pelanggan. Meskipun terdapat teknologi pesaing seperti WiMAX, Indonesia tetap memerlukan teknologi baru HSPA+. Harga software atau modul HSPA juga terus mengalami penurunan didorong oleh tingginya permintaan pasar dan banyaknya vendor penyedia. Untuk menekan biaya investasi saat meningkatkan kecepatan akses jaringannya menjadi 21 Mbps dengan teknologi HSPA+ operator seharusnya masih bisa menggunakan vendor jaringan 3G sebelumnya untuk meningkatkan (upgrade) kapasitas jaringan. Upgrade 3G ke HSPA+ tanpa swap (mengganti) vendor pun tidak masalah karena alat untuk HSPA+ sudah ada di Node B. Operator hanya perlu membayar lisensi untuk kemudian menginstal softwarenya." DAFTAR PUSTAKA [1] Klas Johansson, Johan Bergman, Dirk Gerstenberger, Mats Blomgren, Anders Wallén, Multi-Carrier HSPA Evolution, Ericsson, Stockholm, Swedia. Ditemukan di http://www.ericsson.com/technology/research-papers/atsp/doc/multicarrier_hspa_evolution.pdf. Diakses tanggal 23 Desember 2009. [2] Neville Ray, Opportunity for HSPA and HSPA+, 3G Americas, 2009. Dapat ditemukan di http://www.atis.org/lte/documents/02_neville Ray.pdf. Diakses tanggal 23 Desember 2009. [3]..., HSPA+ Technology Introduction,Rohde & Schwarz GmbH & Co.KG, 2009. http://www.3g4g.co.uk/hspa/hspae_wp_0905_rans.pdf. Diakses tanggal 18 Desember 2009. [4]...,HSPA+ for Enhanched Mobile Broadband, Qualcomm Incorporated,2009. http://www.qualcomm.com/common/documents/analyst/plugin-hspa_whitepaper.pdf. Diakses tanggal 23 Desember 2009. [5]..., Comparing Mobile WiMAX with HSPA+,LTE and Meeting the Goals of IMT- Advanced. WiMAX Forum, 2009. Dapat ditemukan di http://www.wimaxforum.org/files/wimax_lte/wimax_and_lte_feb2009.pdf. Diakses tanggal 23 Desember 2009. [6] Timo Smura, Competition Between Emerging Wireless Network Technologies : Case HSPA vs WiMAX in Europe, Helsinki University of Technology, Finlandia. [7]..., Basic Concepts of HSPA, White Paper, Ericsson, Februari 2007. [8]..., Technical Overview and Performance of HSPA and Mobile WiMAX. White Paper, Ericsson, Juni 2009. [9] http://www.indonesiantower.combro