BAB III PEMODELAN SISTEM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PEMODELAN SISTEM"

Transkripsi

1 BAB III PEMODELAN SISTEM Coverage and Capacity Perangkat 3.1. Tahap Penelitian Migrasi menuju LTE merupakan issue yang sedang hangat terjadi dalam dunia telekomunikasi di negara-negara maju maupun berkembang, hal ini berkenaan dengan permintaan pasar yang bergerak cepat dan besar akan suatu teknologi yang dapat memenuhi kebutuhan akan data rate yang tinggi hingga kemampuan mobilitas yang lebih baik. Selain itu, proses migrasi memerlukan waktu yang cukup lama dalam implementasinya. Sebagai contoh, saat UMTS pertama kali diluncurkan di amerika utara pada juli Lebih dari empat tahun, pada akhir 2008 base station UMTS belum mampu melampaui GSM. Perencanaan migrasi UMTS menuju LTE memerlukan suatu skema yang dalam implementasinya tidak hanya mengenai hal-hal yang teknis, namun unsur bisnis dalam investasi teknologi tersebut juga diperhatikan. UMTS LTE Planning Pelanggan Potensial Traffic Arsitektur Estimasi Coverage and capacity Estimasi Perangkat Prediksi Traffic Arsitektur Market Share Penetrasi Pelanggan Jumlah Pelanggan Perencanaan Migrasi CAPEX dan OPEX REVENUE ARPU Analisa Ekonomi, Kelayakan Implementasi dan Kesimpulan Gambar 3.1. Skema Perencanaan Migrasi UMTS Menuju LTE dengan Tekno Ekonomi Dari skema yang digambarkan pada gambar 3.1 diatas terbagi atas 3 40

2 41 bagian parameter utama yaitu parameter tekno ekonomi, sistem exsisting UMTS dan perancangan LTE. Setiap bagian saling bergantung satu sama lain agar dapat suatu perencanaan migrasi. Sistem exsisting UMTS yang dibahas pada thesis ini meliputi trafik pelanggan yang di kaji pada interval tahun 2009 hingga 2013 yang meliputi layanan data dan voice pada level NodeB hingga RNC. Kapasitas maksimal NodeB UMTS dihitung menggunakan metode Uplink Pole Capasity, sebagai acuan implementasi migrasi. Sedangkan pengolahan trafik mengacu kepada nilai trafik tertinggi dari tiap site dan RNC. Selain itu arsitektur serta jumlah perangkat dan elemennya seperti NodeB, RNC mengacu kepada kondisi dari Operator. Penghitungan perencanaan cakupan LTE menggunakan metoda Okumura hatta dan perhitungan kapasitas maksimum enodeb menggunakan distribusi SINR per Modulation Scheme yang ada pada LTE. Forecasting trafik baik data maupun voice yang dilakukan berdasarkan data historis operator dengan menggunakan trendline regresi power. Dari perhitungan trafik dan kapasitas tersebut maka dapat kita estimasi jumlah perangkat yang mendukung jaringan LTE seperti enodeb, MME, Gateway, Backhaul hingga perencanaan upgrading NodeB. Hal tersebut akan mempengaruhi biaya CAPEX dan OPEX dari analisa tekno ekonomi yang dilakukan. Perencanaan migrasi mempertimbangkan perbandingan kapasitas dan trafik exsisting dengan perhitungan forcasting trafik pada periode yang akan datang. Hal ini untuk mencegah terjadinya overload trafik 3G, sehingga implementasi dilakukan pada saat forecasting trafik mendekati kapasitas maksimum jaringan 3G. Skema tekno ekonomi terdiri dari beberapa parameter yang mempengaruhi antara lain: market share, Chum rate, data pelanggan, penetrasi, biaya CAPEX dan OPEX yang dipengaruhi jumlah elemen perangkat yang digunakan sehingga menghasilkan output berupa IRR, NPV, Payback periode dan revenue.

3 Perencanaan Pada Wilayah Cakupan Penentuan Jumlah Sel Berdasarkan Cakupan Untuk menentukan jumlah sel dari sisi cakupan, maka yang pertama dilakukan yaitu menghitung redaman maksimum yang diijinkan berdasarkan perhitungan link budget. Setelah diketahui redaman maksimumnya, maka dengan menggunakan model propagasi luar ruangan yang sesuai akan didapatkan nilai jari-jari selnya Perhitungan Pada Link Budget Pathloss daerah urban (daerah yang dipadati dengan bangunan-bangunan besar dan perumahan-perumahan atau pedesaaan besar yang dipenuhi dengan rumah-rumah), dimodelkan dengan metode okumura-hatta. Metode Loss Okumura-Hatta daerah: = + ( ), ( ) ( ) + [,,...(3.1) Rugi-rugi Propagasi pada daerah sub-urban dinyatakan dengan: ( )( ) = (. ) Metode Faktor Koreksi Antena MS...(3.2) ( ) = [, ( ), ] [, ( ), ]...(3.3) Untuk daerah luas: ( ) = [, (, ), ]...(3.4) Sehingga, Radius sel maksimum yang bisa dicakup oleh BTS dimodelkan dengan persamaan,

4 43 = Dimana, h h trisectoral, ( ) +, ( ) + ( ),, ( ) = frekuensi (MHz) = Tinggi antena Base station (m) = Tinggi antena Mobile station (m) = Jarak antara MS dan BS = 69,55 untuk (MHz) = 46,30 untuk (MHz) = 26,16 untuk (MHz) = 33,90 untuk (MHz)...(3.5) Untuk menentukan luas dari sel yang menggunakan persamaan berikut: Dimana: dapat diperhitungkan dengan menggunakan =.....(3.6) : Luas sel : Jari-jari sel (km) sedangkan untuk menentukan jumlah sel dapat diperhitungkan dengan persamaan berikut: =.(3.7) 3.3. Perencanaan Berdasarkan Kapasitas Dalam desain jaringan perlu merencanakan jaringan yang mampu memenuhi penerimaan trafik di daerah layanan tersebut. Sehingga mengestimasi kebutuhan trafik merupakan langkah penting dalam proses perencanaan jaringan.

5 Uplink Pole Capacity Dalam Uplink, batasan atas dari kapasitas (N-pole) carrier WCDMA dapat diperkirakan menggunakan persamaan standar kapasitas uplink pada persamaan tersebut memperkirakan kapasitas dari jumlah user dari sebuah sel tunggal dengan Bandwidth (W), Ratio Access Bearer (RAB) bitrate (Rb), rasio Energy per bit to total Noise yang dibutuhkan (Eb/Nt), activity factor (v), dan interference (a). = + ( )...(3.8) Hasil dari persamaan (3.8) dapat bervariasi berdasarkan asumsi dan penjelasan sebagai berikut : 1) W (Spreading Bandwidth). Spreading Bandwidth dari sistem yang ditetapkan bernilai 7.68 Mcps untuk bandwidth 10 MHz 2) Rb (Radio Access bearer bit rate). Tabel 3.1 di bawah menunjukan tipikal bearier bit rate untuk aplikasi tertentu 3) Eb/Nt (Energy per bit to total noise ratio). Eb/Nt banyak dipengaruhi oleh data rate, kondisi channel, channel coding yang digunakan, Block Error Rate (BLER) dan implementasi hardware. Adapun asumsi besarnya nilai Eb/Nt bagi layanan voice dan video sebesar 7dB, sedangkan packet switch dan HSDPA sebesar 5dB 4) V (activity factor). Activity factor pada voice diasumsikan sebesar 0.67 sedangkan pada layanan data sebesar 1. 5) I (interference factor). I sangat tergantung kepada kualitas dari perencanaan jaringan karena mewakili interferensi sel lainnya. Interference factor secara langsung dipengaruhi oleh overlap antar sel dan oleh kemampuan dari suatu sel untuk mengendalikan power control panggilan. 6) (orthogonal factor) diasumsikan sebesar 0.5.

6 45 Tabel 3.1. Tipikal Bearier bit rate [13] Parameter Value Unit BW 10 MHz W 7.68 MCPS R voice 12.2 Kbps video 64 Kbps PS 384 Kbps HSDPA 2 Mbps Eb/Nt voice 7 db video 7 db PS 5 db HSDPA 5 db Α 0.5 I 0.65 Vj Voice 0.67 Data 1 Dari perhitungan menggunakan parameter pada tabel 3.1 diatas didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 3.2. Hasil Perhitungan NodeB Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa sebuah NodeB dapat mempunyai kecepatan Mbps dengan jumlah user 54. Hal tersebut merupakan nilai batasan migrasi yang digunakan pada thesis ini. Layanan User Mbps Voice Data PS HSDPA 1 2 Total Perhitungan Data Rate Untuk dapat mengetahui kebutuhan kapasitas informasi dalam satu node-b, makan dibutuhkan perhitungan data rate sesuai modulasi dan bandwith yang digunakan, Berikut prosedur perhitungan data rate.

7 Peninjauan Terhadap Trafic Pelanggan dan Jaringan Existing Pada bagian ini, meninjau secara grafik dari trafik pelanggan yang dibutuhkan pada layanan 3G serta forecasting Trafik Pelanggan Untuk Layanan Data Trafik pelanggan pada layanan data mencakup layanan 3G PS dan HSPA pada RNC pada lingkup Bali. Adapun langkah-langkah untuk mengolah data trafik dengan layanan data untuk seluruh RNC dapat dilihat pada diagram alir dibawah ini. Trafik harian tiap bulan pada periode pada semua site di tiap RNC Filter data Jumlahkan Payload PS dan Payload HSPA dan dibagi Pilih hasil trafik harian tertinggi pada tiap bulan Buatlah chart untuk tiap tahun dan lakukan forecast 3G dan 4G Akumulasikan trafik tahunan 3G Pilih nilai trafik tertinggi untuk menjadi trafik tahunan Gambar 3.2. Diagram Alir Penolahan Trafik Layanan Data Trafik harian tertinggi layanan data didapat dengan melakukan proses filtering dengan menggunakan pivot tabel pada microsoft excel, kemudian dibagi dengan untuk mendapatkan trafik waktu per detik. Kemudian dicari trafik per tahun dan dibuat dalam bentuk trafik. Kemudian untuk proses forecasting dilakukan dengan menggunakan metode ekstrapolasi trendline exponenttal pada Microsoft Excel. Terlihat grafik untuk layanan 3G untuk seluruh RNC pada tahun

8 RNC Denpasar RNC Badung RNC Ubud RNC Tabanan RNC Denpasar 2 RNC Sarbagi Gambar 3.3. Trafik Tahunan Layanan Data Per-Site Pada Gambar 3.4 merupakan trafik layanan data pada level RNC dari 6 RNC di wilayah Bali, baik trafik existing maupun forecasting. Grafik dibawah ini menunjukan bahwa RNC Denpasar 2 memiliki trafik tertinggi. Gambar 3.4. Trafik Tahunan Layanan Data Per-RNC Dari tabel 3.3 dibawah ini, dapat dilihat bahwa penggunaan layanan data dari tahun ketahun mencapai kenaikan yang sangat besar, dalam periode 3 tahun menunjukan kenaikan antara 74% hingga 94% pada masing-masing RNC. Hal tersebut menunjukan trend kenaikan positif yang ditunjukan layanan data dapat memacu

9 48 implementasi LTE lebih cepat. Tabel 3.3. Fluktuasi Trafik Pada Layanan Data RNC Peningkatan Penurunan Periode Trafik % Trafik % Denpasar Badung Ubud Tabanan Denpasar Sarbagi Periode Trafik Pelanggan Untuk Layanan Voice Trafik pelanggan layanan voice di wilayah Bali mencakup 6 RNC. Adapun pengolahan data pada layanan voice tidak banyak berbeda dengan layanan data, seperti diilustrasikan pada flowchart gambar 3.5 dibawah ini: Trafik harian tiap bulan pada periode pada semua site di tiap RNC Filter data Bagi nilai trafik tersebut Pilih hasil trafik harian tertinggi pada tiap bulan Buatlah chart untuk tiap tahun dan lakukan forecast 3G dan 4G Akumulasikan trafik tahunan 3G Pilih nilai trafik tertinggi untuk menjadi trafik tahunan Gambar 3.5. Diagram Alir Pengolahan Trafik Layanan Voice Trafik harian tertingi layanan data didapat dengan melakukan proses filtering dengan menggunakan pivot tabel pada Microsoft Excel, kemudian dibagi 24 untuk mendapatkan trafik waktu per jam. Kemudian dicari trafik per tahun dan dibuat dalam bentuk trafik.

10 49 Kemudian untuk proses forecasting dilakukan dengan menggunakan metode ekstrapolasi trendline exponential Microsoft Excel. Terlihat trafik pada layanan 3G untuk seluruh RNC pada tahun Gambar 3.6. Trafik Tahunan Layanan Voice Per-Site Gambar 3.7. Trafik Tahunan Layanan Voice Per-RNC Dari gambar 3.7 grafik diatas menunjukan trend penurunan pada layanan voice, setelah mengalami peningkatan pada periode Peningkatan hanya terjadi pada periode dengan range persentasi kenaikan 24% - 79%, namun pada periode selanjutnya mengalami penurunan 20% - 40%. Hal ini

11 50 dikarenakan mulai beralihnya pelanggan kepada layanan data dikarenakan peningkatan trafik pada penggunaan multimedia dan jejaring sosial. Tabel 3.4. Fluktuasi Trafik Pada Layanan Voice RNC Peningkatan Penurunan Periode Trafik % Trafik % Periode Denpasar Badung Ubud Tabanan Denpasar Sarbagi Arsitektur Jaringan Untuk menggelar jaringan LTE dari jaringan yang sudah ada UMTS, maka terdapat beberapa fase yaitu: a) Fase 1: Penggunaan jaringan IP menggantikan packet switch dan circuit switch, juga OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing) sebagai teknologi akses radionya. b) Fase 2: Pengembangan Node-B menjadi Evolved Node-B juga perancangan U-TRAN yang menghilangkan peran RNC, serta menghubungkannya kepada EPC (Evolve Packet Core). c) Memperkenalkan handset LTE Struktur Perubahan Jaringan UMTS ke LTE UMTS - LTE merupakan teknologi komunikasi data berbasis IP packet yang dikembangkan dari jaringan GSM - UMTS. Dalam pengimplementasiannya dibutuhkan modifikasi dari jaringan GSM yang telah ada. Modifikasi meliputi: a) Dilihat dari bearer network, yang menyediakan konektivitas IP

12 51 kepada subscriber, layanan yang membuat jaringan menyediakan fitur - fitur seperti call control, security dan accounting dan AS (Applicaton Server). b) LTE memanfaatkan OFDM untuk downlink data transmission dan SC-FDMA untuk transmisi uplink. OFDM dikenal sebagai teknik modulasi yang biasa dipakai pada kanal wireless yang selalu berubah-ubah akibat adanya fading. c) Teknik MIMO (Multiple Input Multiple Output) yang digunakan pada LTE yang menggunakan antenna multiple transmit dan multiple receive. Sehingga secara signifikan meningkatkan performa dari sistem ini dan dapat mendukung performa teknologi radio berbasis OFDM. d) Migrasi ini melibatkan suatu jaringan akses radio yang berevolusi. Domain tersebut diketahui sebagai E-UTRAN dan EPC menggunakan IP untuk layanan voice, video, multimedia dan data. Selain itu pada air interface, sebuah fungsi baru yang disebut enb didefinisikan untuk berperan sebagai interface antara mobile device dan core network.

13 52 Gambar 3.8. Evolusi Arsitektur UMTS-LTE [4] Pada evolusi LTE dibangun dari arsitektur jaringan flat dengan banyak fungsi dari RNC UMTS dipindahkan kepada enodeb dari beberapa fungsi lainnya pada MME dan serving GW, seperti diilustrasikan pada gambar 3.8. Arsitektur tersebut dirancang untuk mendukung efisiensi mass-market usage dari layanan-layanan berbasis IP. Arsitektur dari signaling teroptimalisasi dan pemrosesan data, biaya yang efisien dari pengembangan jaringan core GSM/WCDMA yang berbeda, namun masih tetap terhubung. Perubahan yang terjadi pada sisi arsitektur UMTS antara lain: a) enodeb merupakan gabungan dari beberapa fungsi RNC dengan

14 53 NodeB pada UMTS, antara lain: Header Compression, Radio bearer Control, RLC dan lain-lain. b) Serving-GW dibangun dari Mobility Anchoring dari sisi SGSN dan RNC ditambah fungsi IP flow to bearer mapping. c) MME dibangun dari fungsi-fungsi yang ada pada SGSN UMTS. d) PDN-GW merupakan modifikasi GGSN yang berfungsi sebagai packet filtering accounting IP Address Location dan lain-lain Arsitektur Jaringan LTE Co-existence Dengan UMTS Pada Thesis ini, arsitektur jaringan operator selular menggunakan skema implementasi LTE secara Co-existence dengan perangkat 3G UMTS dan saling interoperability. Skema ini dapat menghemat biaya pengeluaran dan menjamin kapasitas serta kualitas dapat terjaga karena adanya pemanfaatan jaringan 3G existing. Gambar 3.9. Arsitektur Jaringan LTE Co-Existence dengan UMTS [4] Dari struktur gambar 3.9, maka diperlukan upgrade software

15 54 maupun hardware pada jaringan agar dapat melakukan interoperability antara jaringan UMTS dan LTE, yaitu: 1) Upgrade hardware/software di RNC agar dapat mendukung interface S12. 2) Upgrade hardware/software di SGSN agar mendukung S3/S4 interface. 3) Perangkat mobile pada user harus mendukung jaringan 3G dan LTE. Skema Co-existence dengan band frekuensi yang berbeda dengan band frekuensi 3G UMTS dimana Co-existence site dengan memisahkan feeder dan antenna. Dampak atas skema tersebut antara lain tidak adanya loss yang ditimbulkan akibat sharing feeder maupun antenna dan perencanaan dan optimasi LTE dapat dilakukan secara maksimal tanpa mengganggu jaringan 3G existing, namun dibutuhkan biaya untuk feeder dan antenna tersebut. Adapun dua kemungkinan konfigurasi Co-existence antara lain: a) Baseband unit processing menyatu dengan kabinet 3G, hal ini dapat menghemat biaya untuk tempat daya dan maintenance. Namun, diperlukan upgrade pada sisi NodeB agar mendukung perangkat LTE. b) enodeb dan NodeB terpisah namun masih satu ruangan. Hal ini terjadi bila operator memiliki vendor yang berbeda untuk perangkat 3G dan LTE karena tidak saling mendukung sehingga dibutuhkan biaya dan tempat untuk membuat kabinet baru.

16 Skenario Migrasi Gambar Grafik Implementasi Skenario migrasi yang digelar pada thesis ini menitikberatkan kepada kapasitas jaringan 3G agar pencegahan terjadinya overload trafik pada jaringan existing. Uplink pole capacity menentukan kapasitas maksimum dari Node-B UMTS yang merupakan batas saturasi dari kemampuan jaringan melayani pelanggan. Sehingga dengan terus bertambahnya trafik layanan data tiap tahunnya membutuhkan teknologi broadband yang sanggup menangani penambahan kapasitas. Ketika trafik pada suatu site menyentuh titik kapasitas maksimum Uplink Pole Capacity, maka saat itu pula implementasi migrasi menuju LTE dilakukan. Hal ini tentunya tidak terjadi secara bersamaan pada semua RNC dari site. Hanya pada RNC yang memiliki kemungkinan trafik per site yang mendekati nilai Uplink Pole Capacity yang memiliki prioritas migrasi. Penentuan jumlah enode-b yang digelar setiap tahunnya berdasarkan trafik RNC yang akan digelar. Trafik RNC tersebut akan dibagi dengan kapasitas maksimum yang bisa ditangani oleh enode-b untuk mendapatkan jumlah enode-b setiap tahunnya. Begitu pula dengan jumlah MME yang akan menangani 150 enode-b setiap satu MME. Sedangkan perangkat gateway memiliki jumlah yang sama dengan MME.

17 56 Jumlah tersebut menunjukan waktu kelayakan implementasi berdasarkan forecasting trafik yang dibandingkan dengan batasan Uplink Pole Capacity. RNC Denpasar 1 dan Denpasar 2 mendapat prioritas utama dalam migrasi karena kedua RNC tersebut telah melewati batas Uplink Pole Capacity sehingga implementasi LTE direkomendasikan dilakukan pada tahun Diikuti oleh RNC Tabanan walaupun tidak melewati Uplink Pole Capacity, namun trafik pada tahun tersebut telah mendekati nilai Uplink Pole Capacity dan untuk mencegah terjadi overload trafik sebaiknya trafik dilakukan pada tahun Implementasi selanjutnya dapat dilakukan pada RNC Ubud pada tahun 2014 dan Wisma Sarbagi pada tahun Khusus pada RNC Bandung dikarenakan nilai trafik site tidak melewati 3Mbps maka tidak dapat diimplementasikan migrasi LTE. Tabel 3.5. Tahun Implementasi Migrasi RNC Tahun Trafik ketika Migrasi Uplink Pole Implementasi (Mbps) Capacity (Mbps) Denpasar Bandung Ubud Tabanan Denpasar Sarbagi Berdasarkan penetrasi diatas maka diperoleh jumlah pelanggan potensial pelanggan UMTS/HSPA dan LTE, data tersebut dihasilkan dari perbandingan data historis dan penetrasi berdasarkan Bass Model kemudian didapatkan hasil seperti pada tabel 3.6 berikut ini: Tabel 3.6. Pelanggan Potensial Tahun Pelanggan 3G Pelanggan 4G

18 CAPEX dan OPEX Biaya yang dikeluarkan dalam implementasi LTE sebagai model bisnis jaringan akses broadband dapat dibagi menjadi dua yaitu, Capital Expenditure (CAPEX) dan Operation Expenditure (OPEX). CAPEX merupakan keseluruhan investasi untuk pengadaan perangkat dan sarana penunjang lainnya sedangkan OPEX merupakan biaya operasional yang dikeluarkan secara periode untuk menjalankan aktifitas layanan, termasuk biaya sewa dan perijinan yang diperlukan. Perhitungan besarnya CAPEX dan OPEX ditentukan oleh besarnya jaringan yang akan digelar. Komponen CAPEX dan OPEX yang digunakan dalam thesis ini ditunjukan pada table 3.7 dan 3.8 Tabel 3.7. Jenis-Jenis CAPEX[8] Komponen Jaringan Keterangan Enode B Core O&M Site construction Backhauling Upgrade Lisensi 3 sector, 40 Watt, 2x2 MIMO MME SAE GW Jenis Biaya Tabel 3.8. Jenis-Jenis OPEX[8] Keterangan Network operation

19 58 Operasi Backhauling Sales and Marketing Field operation SW Upgrades Maintenance Power Site pental Urban site Suburban site Terminal subscriber Dealer commission Marketing cost Churn 3.8. Perhitungan Ekonomi Perhitungan ekonomi dilakukan dengan menggunakan metoda DCF dengan blok diagram sebagai berikut : Gambar Perhitungan Ekonomi dengan Metoda DCF [13] Revenue Revenue atau pendapatan diperoleh berdasarkan asumsi ARPU yang berhubungan dengan jumlah pelanggan. ARPU

20 59 diperoleh berdasarkan tarif yang diberlakukan ke pelanggan sehingga akan diperoleh revenue tahunan. Besarnya harga tarif mengacu pada harga yang diberlakukan ke pelanggan XL. Tarif yang diberlakukan pada LTE di Tesis ini ditentukan sehingga lebih murah dibandingkan tarif layanan yang sudah ada. Hal ini untuk mendukung premis bahwa pengimplementasian LTE ini relatif murah dikarenakan dukungan perangkat existing CAPEX Capex merupakan alokasi biaya perangkat yang akan diimplementasikan. Dengan skema co-existence, tentu CAPEX akan lebih kecil dibandingkan dengan skema greenfield/new deployment. Biaya perangkat meliputi perangkat EUTRAN/eNB, EPC, cost instalasi, Upgrade jaringan 3G existing, dan Backhaul upgrade OPEX OPEX merupakan alokasi biaya operasi dan perawatan jaringan LTE. Secara garis besar, biaya OPEX meliputi biaya personal, O&M, Marketing dan Administrasi. Pengambilan besaran OPEX ini berdasarkan data historis Telkomsel berdasarkan annual report yang dikeluarkan per tahun Umur Teknis, Suku Bunga dan Analisis Ekonomi Umur teknis perangkat yang digunakan adalah selama 8 tahun sehingga proses perhitungan secara ekonomis akan mengacu pada masa umur teknis ini. Pengambilan umur teknis ini Sesuai dengan referensi [25], diketahui bahwa umur rata-rata pemakaian perangkat jaringan telekomunikasi adalah berkisar 7 10 tahun, dimana untuk BTS adalah 7 tahun, untuk BSC adalah 8 tahun dan untuk MSC adalah 10 tahun, sehingga pada tesis ini digunakan umur ekonomis rata-rata yaitu 8 tahun. Penentuan umur teknis perangkat jaringan telekomunikasi tersebut berdasarkan pertimbangan material dasar bahan produk dan

21 60 juga perkembangan teknologi software dan hardware pendukung, seperti teknologi bahan metal untuk casing, teknologi mikro/nano chip, termasuk pertimbangan kondisi suhu iklim ruangan. Penentuan awal investasi dimulai dari tahun 0 yaitu tahun 2012 sehingga di tahun 2013 sudah komersial dan berakhir tahun Suku bunga yang dipakai sesuai dengan data suku bunga pinjaman Bank swasta yang ada di Indonesia, berdasarkan referensi rate BI sebesar 6,5%, maka suku bunga kredit yang ideal adalah 11,5 %[9]. Berdasarkan referensi BI tersebut, Bank BCA menempati posisi terdekat yaitu 12% sedangkan Bank Mandiri adalah 13,5%, sehingga pada tesis ini digunakan bunga kredit Bank BCA sebesar 12% sebagai referensi. Analisi ekonomi dengan menggunakan metoda DCF yaitu dengan pengamatan parameter NPV, IRR dan PBP. Sehingga diperoleh nilai kelayakan implementasi jaringan LTE rel 8. Dari hasil yang diperoleh dilakukan analisa sensitivitas dan resiko dari berbagai parameter untuk mendapatkan beberapa kondisi sehingga diketahui nilai batas atas dan batas bawah kelayakan Sensitivitas dan Resiko Pada tesis ini dilakukan analisis sensitivitas kelayakan ekonomi NPV terhadap beberapa parameter yaitu : ARPU, CAPEX, OPEX, Kurs dan penetrasi pelanggan. Hal tersebut bertujuan untuk menentukan parameter dominan yang berpengaruh terhadap implementasi jaringan LTE. Dalam analisis kelayakan ekonomi suatu investasi, diperlukan juga analisis resiko untuk.

1.2 Tujuan dan Manfaat Tujuan tugas akhir ini adalah: 1. Melakukan upgrading jaringan 2G/3G menuju jaringan Long Term Evolution (LTE) dengan terlebih

1.2 Tujuan dan Manfaat Tujuan tugas akhir ini adalah: 1. Melakukan upgrading jaringan 2G/3G menuju jaringan Long Term Evolution (LTE) dengan terlebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia telekomunikasi saat ini sangatlah pesat, kebutuhkan jaringan handal yang mampu mengirim data berkecepatan tinggi dan mendukung fitur layanan yang

Lebih terperinci

ANDRIAN SULISTYONO LONG TERM EVOLUTION (LTE) MENUJU 4G. Penerbit Telekomunikasikoe

ANDRIAN SULISTYONO LONG TERM EVOLUTION (LTE) MENUJU 4G. Penerbit Telekomunikasikoe ANDRIAN SULISTYONO LONG TERM EVOLUTION (LTE) MENUJU 4G Penerbit Telekomunikasikoe LONG TERM EVOLUTION (LTE) MENUJU 4G Oleh: Andrian Sulistyono Copyright 2012 by Andrian Sulistyono Penerbit Telekomunikasikoe

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASANNYA

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASANNYA BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASANNYA Perhitungan nilai ekonomis investasi upgrading LTE akan menentukan kelayakan dari teknologi itu untuk di implementasikan di Indonesia khususnya Jakarta. Biaya investasi

Lebih terperinci

Agus Setiadi BAB II DASAR TEORI

Agus Setiadi BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Teknologi 3G 3G adalah singkatan dari istilah dalam bahasa Inggris: third-generation technology. Istilah ini umumnya digunakan mengacu kepada perkembangan teknologi telepon nirkabel

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI LEVEL DAYATERIMA DAN SIGNAL INTERFERENSI RATIO (SIR) UE MENGGUNAKAN RPS 5.3

BAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI LEVEL DAYATERIMA DAN SIGNAL INTERFERENSI RATIO (SIR) UE MENGGUNAKAN RPS 5.3 BAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI LEVEL DAYATERIMA DAN SIGNAL INTERFERENSI RATIO (SIR) UE MENGGUNAKAN RPS 5.3 3.1 Jaringan 3G UMTS dan HSDPA Jaringan HSDPA diimplementasikan pada beberapa wilayah. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Layanan 3G komersial telah diluncurkan sejak tahun 2001 dengan menggunakan teknologi WCDMA. Kecepatan data maksimum yang dapat dicapai sebesar 2 Mbps. Walaupun demikian,

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini jumlah pelanggan seluler dan trafik pengggunaan data seluler meningkat secara eksponensial terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi selular semakin berkembang, diawali dengan munculnya teknologi 1G (AMPS), 2G yang dikenal dengan GSM, dan 3G yang mulai berkembang di Indonesia

Lebih terperinci

ANALISA PENERAPAN NETWORK SHARING DAN TEKNO EKONOMI BIAYA INVESTASI CAPEX & OPEX

ANALISA PENERAPAN NETWORK SHARING DAN TEKNO EKONOMI BIAYA INVESTASI CAPEX & OPEX ANALISA PENERAPAN NETWORK SHARING DAN TEKNO EKONOMI BIAYA INVESTASI CAPEX & OPEX Fadil Rahman Hakim1, Taufik Hasan2, Rendy Munadi3 Teknik Telekomunikasi, Program Pascasarjana Universitas Telkom Bandung

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE)

BAB II JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE) BAB II JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE) Pada bab dua ini akan dibahas mengenai evolusi jaringan komunikasi bergerak seluler, jaringan Long Term Evolution (LTE). Lalu penjelasan mengenai dasar Orthogonal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Alokasi frekuensi 3G Telkoms el

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Alokasi frekuensi 3G Telkoms el BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perkembangan jumlah pelanggan Telkomsel yang begitu cepat memberikan tantangan baru bagi operator tersebut untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas layanannya. Sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Long Term Evolution (LTE) 2.1.1. Pendahuluan LTE merupakan pengembangan standard teknologi 3GPP dengan menggunakan skema multiple access OFDMA pada sisi downlink dan SC-FDMA

Lebih terperinci

ANALISA IMPLEMENTASI GREEN COMMUNICATIONS PADA JARINGAN LTE UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI ENERGI JARINGAN

ANALISA IMPLEMENTASI GREEN COMMUNICATIONS PADA JARINGAN LTE UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI ENERGI JARINGAN Bidang Studi Telekomunikasi Multimedia, Jurusan Teknik Elektro FTI ITS ANALISA IMPLEMENTASI GREEN COMMUNICATIONS PADA JARINGAN LTE UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI ENERGI JARINGAN Oleh : Selva Melvarida Simanjuntak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Sistem standar 3G yang dipakai di Indonesia menggunakan teknologi WCDMA ( Wide Code Division Multiple Access ) dimana dengan teknologi ini memungkinkan kecepatan data mencapai 384

Lebih terperinci

3.6.3 X2 Handover Network Simulator Modul Jaringan LTE Pada Network Simulator BAB IV RANCANGAN PENELITIAN

3.6.3 X2 Handover Network Simulator Modul Jaringan LTE Pada Network Simulator BAB IV RANCANGAN PENELITIAN DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PERSETUJUAN... iii PERNYATAAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xii INTISARI... xiii ABSTRACT... xiv BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

Multiple Access. Downlink. Handoff. Uplink. Mobile Station Distributed transceivers Cells Different Frequencies or Codes

Multiple Access. Downlink. Handoff. Uplink. Mobile Station Distributed transceivers Cells Different Frequencies or Codes Multiple Access Downlink Uplink Handoff Mobile Station Distributed transceivers Cells Different Frequencies or Codes Base Station Fixed transceiver Frequency TDMA: Time Division Multiple Access CMDA: Code

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2. 1 Komunikasi Bergerak Perkembangan sistem komunikasi dunia semakin marak dengan teknologiteknologi baru yang memudahkan manusia untuk berkomunikasi dimanapun, dengan siapapun dan

Lebih terperinci

BAB 2 PERENCANAAN CAKUPAN

BAB 2 PERENCANAAN CAKUPAN BAB 2 PERENCANAAN CAKUPAN 2.1 Perencanaan Cakupan. Perencanaan cakupan adalah kegiatan dalam mendesain jaringan mobile WiMAX. Faktor utama yang dipertimbangkan dalam menentukan perencanaan jaringan berdasarkan

Lebih terperinci

Studi Perencanaan Jaringan Long Term Evolution (LTE) Pada Spektrum 1800 MHz Area Kota Bandung Menggunakan Teknik FDD, Studi Kasus PT.

Studi Perencanaan Jaringan Long Term Evolution (LTE) Pada Spektrum 1800 MHz Area Kota Bandung Menggunakan Teknik FDD, Studi Kasus PT. Studi Perencanaan Jaringan Long Term Evolution (LTE) Pada Spektrum 1800 MHz Area Kota Bandung Menggunakan Teknik FDD, Studi Kasus PT. Telkomsel Yonathan Alfa Halomoan (0822065) Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi telekomunikasi di Indonesia menyebabkan semakin banyaknya fasilitas yang ditawarkan seperti video conference, streaming, dan game

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (browsing, downloading, video streaming dll) dan semakin pesatnya kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. (browsing, downloading, video streaming dll) dan semakin pesatnya kebutuhan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin besarnya kebutuhan masyarakat akan informasi melalui internet (browsing, downloading, video streaming dll) dan semakin pesatnya kebutuhan masyarakat akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka Pada Penelitian Terkait Tugas akhir ini mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, dimana beberapa penelitian tersebut membahas manajemen

Lebih terperinci

Perancangan Jaringan Seluler 4G LTE Frekuensi MHz di Provinsi Papua Barat

Perancangan Jaringan Seluler 4G LTE Frekuensi MHz di Provinsi Papua Barat Perancangan Jaringan Seluler 4G LTE Frekuensi 1780-1875 MHz di Provinsi Papua Barat Nurul Hidayah Mt.R 1), Fitriana Istiqomah 2), Muhammad Dickri Primayuda 3) dan Nur Indah 4) Prodi S1 Teknik Telekomunikasi

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Model Propagasi dan Perubahan Tilt Antena Terhadap Coverage Area Sistem Long Term Evolution Menggunakan Software Atoll

Analisis Pengaruh Model Propagasi dan Perubahan Tilt Antena Terhadap Coverage Area Sistem Long Term Evolution Menggunakan Software Atoll Analisis Pengaruh Model Propagasi dan Perubahan Tilt Antena Terhadap Coverage Area Sistem Long Term Evolution Menggunakan Software Atoll Putra, T.G.A.S. 1, Sudiarta, P.K. 2, Diafari, I.G.A.K. 3 1,2,3 Jurusan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS POTENSI PEMANFAATAN TEKNOLOGI BROADBAND WIRELESS ACCESS PADA PITA FREKUENSI 2,3 GHz DI DAERAH USO

BAB V ANALISIS POTENSI PEMANFAATAN TEKNOLOGI BROADBAND WIRELESS ACCESS PADA PITA FREKUENSI 2,3 GHz DI DAERAH USO BAB V ANALISIS POTENSI PEMANFAATAN TEKNOLOGI BROADBAND WIRELESS ACCESS PADA PITA FREKUENSI 2,3 GHz DI DAERAH USO 5.1 Analisa Penggunaan frekuensi 2.3 GHz di Indonesia Pada bab 2 telah disinggung bahwa

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA. Analisa Kelayakan Migrasi BTS 3G Berbasis WCDMA Menuju Jaringan LTE di DKI Jakarta (Studi Kasus : PT Telkomsel) TESIS

UNIVERSITAS INDONESIA. Analisa Kelayakan Migrasi BTS 3G Berbasis WCDMA Menuju Jaringan LTE di DKI Jakarta (Studi Kasus : PT Telkomsel) TESIS UNIVERSITAS INDONESIA Analisa Kelayakan Migrasi BTS 3G Berbasis WCDMA Menuju Jaringan LTE di DKI Jakarta (Studi Kasus : PT Telkomsel) TESIS DERIS RIYANSYAH 0806424270 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK

Lebih terperinci

Simulasi Perencanaan Site Outdoor Coverage System Jaringan Radio LTE di Kota Bandung Menggunakan Spectrum Frekuensi 700 MHz, 2,1 GHz dan 2,3 GHz

Simulasi Perencanaan Site Outdoor Coverage System Jaringan Radio LTE di Kota Bandung Menggunakan Spectrum Frekuensi 700 MHz, 2,1 GHz dan 2,3 GHz Simulasi Perencanaan Site Outdoor Coverage System Jaringan Radio LTE di Kota Bandung Menggunakan Spectrum Frekuensi 700 MHz, 2,1 GHz dan 2, GHz Nanang Ismail, Innel Lindra, Agung Prihantono Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PERENCANAAN KEBUTUHAN NODE B PADA SISTEM UNIVERSAL MOBILE TELECOMMUNICATION SYSTEM (UMTS) DI WILAYAH UBUD

PERENCANAAN KEBUTUHAN NODE B PADA SISTEM UNIVERSAL MOBILE TELECOMMUNICATION SYSTEM (UMTS) DI WILAYAH UBUD PERENCANAAN KEBUTUHAN NODE B PADA SISTEM UNIVERSAL MOBILE TELECOMMUNICATION SYSTEM (UMTS) DI WILAYAH UBUD Agastya, A.A.N.I. 1, Sudiarta, P.K 2, Diafari, I.G.A.K. 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Literatur Para penulis di [1] menjelaskan bahwa algoritma self-organization network dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja jaringan secara keseluruhan dan mengurangi

Lebih terperinci

ARSITEKTUR DAN KONSEP RADIO ACCESS

ARSITEKTUR DAN KONSEP RADIO ACCESS Makalah Seminar Kerja Praktek ARSITEKTUR DAN KONSEP RADIO ACCESS PADA LONG TERM EVOLUTION (LTE) Oleh : Yunda Kumala Nasution (L2F007081) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Abstrak

Lebih terperinci

DAFTAR ISTILAH. sistem seluler. Bit Error Rate (BER) : peluang besarnnya bit salah yang mungkin terjadi selama proses pengiriman data

DAFTAR ISTILAH. sistem seluler. Bit Error Rate (BER) : peluang besarnnya bit salah yang mungkin terjadi selama proses pengiriman data DAFTAR ISTILAH ACK (acknowledgement ) : Indikasi bahwa sebuah data yang terkirim telah diterima dengan baik Adaptive Modulation and Coding (AMC) Access Grant Channel (AGCH) arrival rate for SMS message

Lebih terperinci

Analisis Perencanaan Jaringan Long Term Evolution (LTE) Frekuensi 900 MHz Pada Perairan Selat Sunda

Analisis Perencanaan Jaringan Long Term Evolution (LTE) Frekuensi 900 MHz Pada Perairan Selat Sunda Analisis Perencanaan Jaringan Long Term Evolution (LTE) Frekuensi 900 MHz Pada Perairan Selat Sunda Muhammad Haidar 1, *, Uke Kurniawan Usman 1, Linda Meylani 1 1 Prodi S1 Teknik Telekomunikasi, Fakultas

Lebih terperinci

SISTEM KOMUNIKASI BEGERAK WHAT TECHNOLOGY ABOUT THIS???

SISTEM KOMUNIKASI BEGERAK WHAT TECHNOLOGY ABOUT THIS??? SISTEM KOMUNIKASI BEGERAK WHAT TECHNOLOGY ABOUT THIS??? KELOMPOK 4 1.BAYU HADI PUTRA 2. BONDAN WICAKSANA 3.DENI ANGGARA PENGENALAN TEKNOLOGI 2G DAN 3G Bergantinya teknologi seiring majunya teknologi yang

Lebih terperinci

BAB II CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (CDMA) CDMA merupakan singkatan dari Code Division Multiple Access yaitu teknik

BAB II CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (CDMA) CDMA merupakan singkatan dari Code Division Multiple Access yaitu teknik BAB II CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (CDMA) 2.1 Pengenalan CDMA CDMA merupakan singkatan dari Code Division Multiple Access yaitu teknik akses jamak (multiple access) yang memisahkan percakapan dalam domain

Lebih terperinci

ANALISIS PERANCANGAN JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE) DI WILAYAH KOTA BANDA ACEH DENGAN FRACTIONAL FREQUENCY REUSE SEBAGAI MANAJEMEN INTERFERENSI

ANALISIS PERANCANGAN JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE) DI WILAYAH KOTA BANDA ACEH DENGAN FRACTIONAL FREQUENCY REUSE SEBAGAI MANAJEMEN INTERFERENSI ANALISIS PERANCANGAN JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE) DI WILAYAH KOTA BANDA ACEH DENGAN FRACTIONAL FREQUENCY REUSE SEBAGAI MANAJEMEN INTERFERENSI DESIGN ANALYSIS OF LONG TERM EVOLUTION (LTE) NETWORK

Lebih terperinci

WIRELESS & MOBILE COMMUNICATION ARSITEKTUR JARINGAN SELULER

WIRELESS & MOBILE COMMUNICATION ARSITEKTUR JARINGAN SELULER WIRELESS & MOBILE COMMUNICATION ARSITEKTUR JARINGAN SELULER Arsitektur jaringan seluler dibagi menjadi yaitu: 1. Generasi Kedua terdiri atas: SISTEM DECT (DIGITAL ENHANCED CORDLESS TELECOMMUNICATION) adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan pada sistem komunikasi nirkabel dan bergerak sangatlah kompleks

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan pada sistem komunikasi nirkabel dan bergerak sangatlah kompleks BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan pada sistem komunikasi nirkabel dan bergerak sangatlah kompleks seperti noise, fading, dan interferensi. Permasalahan tersebut merupakan gangguan yang

Lebih terperinci

Analisis Jaringan LTE Pada Frekuensi 700 MHz Dan 1800 MHz Area Kabupaten Bekasi Dengan Pendekatan Tekno Ekonomi

Analisis Jaringan LTE Pada Frekuensi 700 MHz Dan 1800 MHz Area Kabupaten Bekasi Dengan Pendekatan Tekno Ekonomi Analisis Jaringan LTE Pada Frekuensi 700 MHz Dan 1800 MHz Area Kabupaten Bekasi Dengan Pendekatan Tekno Ekonomi Ketty Siti Salamah Teknik Elektro, Universitas Mercu Buana, Jakarta kettysitisalamah@yahoo.com

Lebih terperinci

Teknik Multiple Akses FDMA, TDMA, CDMA

Teknik Multiple Akses FDMA, TDMA, CDMA Teknik Multiple Akses FDMA, TDMA, CDMA OVERVIEW Dalam sistem komunikasi wireless, efisiensi pemakaian lebar bidang frekuensi diusahakan diantaranya melalui teknik multiple akses, agar dalam alokasi frekuensi

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Public Switched Telephone Network (PSTN). Untuk menambah kapasitas daerah

BAB II TEORI DASAR. Public Switched Telephone Network (PSTN). Untuk menambah kapasitas daerah BAB II TEORI DASAR 2.1 Umum Sistem komunikasi seluler merupakan salah satu jenis komunikasi bergerak, yaitu suatu komunikasi antara dua terminal dengan salah satu atau kedua terminal berpindah tempat.

Lebih terperinci

Jl. Telekomunikasi, Dayeuh Kolot Bandung Indonesia

Jl. Telekomunikasi, Dayeuh Kolot Bandung Indonesia PERENCANAAN COVERAGE dan CAPACITY JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE) FREKUENSI 700* MHz PADATOL CIPULARANG (CIKAMPEK-PURWAKARTA-PADALARANG) MENGGUNAKAN METODE PHYSICAL CELL IDENTITY (PCI) Riano Febrianto

Lebih terperinci

Evolusi Teknologi Wireless Seluler menuju HSDPA

Evolusi Teknologi Wireless Seluler menuju HSDPA 27 Evolusi Teknologi Wireless Seluler menuju HSDPA Rahmad Hidayat Manajemen Telekomunikasi, Universitas Mercu Buana Abstrak Teknologi data dalam keluarga GSM meliputi GPRS, EDGE, UMTS/WCDMA dan HSDPA.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Semakin tingginya pertumbuhan pengguna telepon seluler/smartphone dewasa ini menyebabkan pertumbuhan pengguna layanan data menjadi semakin tinggi, pertumbuhan

Lebih terperinci

Universitas Kristen Maranatha

Universitas Kristen Maranatha PENINGKATAN KAPASITAS MENGGUNAKAN METODA LAYERING DAN PENINGKATAN CAKUPAN AREA MENGGUNAKAN METODA TRANSMIT DIVERSITY PADA LAYANAN SELULER AHMAD FAJRI NRP : 0222150 PEMBIMBING : Ir. ANITA SUPARTONO, M.Sc.

Lebih terperinci

PERENCANAAN ANALISIS UNJUK KERJA WIDEBAND CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (WCDMA)PADA KANAL MULTIPATH FADING

PERENCANAAN ANALISIS UNJUK KERJA WIDEBAND CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (WCDMA)PADA KANAL MULTIPATH FADING Widya Teknika Vol.19 No. 1 Maret 2011 ISSN 1411 0660 : 34 39 PERENCANAAN ANALISIS UNJUK KERJA WIDEBAND CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (WCDMA)PADA KANAL MULTIPATH FADING Dedi Usman Effendy 1) Abstrak Dalam

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA KEY PERFORMANCE INDICATOR (KPI) 3RD CARRIER CELL PADA JARINGAN 3G

TUGAS AKHIR ANALISA KEY PERFORMANCE INDICATOR (KPI) 3RD CARRIER CELL PADA JARINGAN 3G TUGAS AKHIR ANALISA KEY PERFORMANCE INDICATOR (KPI) 3RD CARRIER CELL PADA JARINGAN 3G Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun oleh : Nama : Dyan Tri

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 18 BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 3.1 Konsep Perencanaan Sistem Seluler Implementasi suatu jaringan telekomunikasi di suatu wilayah disamping berhadapan dengan

Lebih terperinci

DAFTAR SINGKATAN. xiv

DAFTAR SINGKATAN. xiv DAFTAR SINGKATAN 3GPP BHSA BTS DAS DL DSL EUTRAN EPC enodeb FAP FDD HSDPA HSUPA IBC LTE MAC MAPL Mbps MIMO MME PCRF PGW QPSK QAM RSL RPS SGW SINR SIR SPV TDD UE Third Generation Partnership Project Busy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknik Joint Base Station (JBS) didesain sebagai teknik penggabungan beberapa BTS dari jaringan 2G, 3G, dan LTE sehingga operator 2G/3G dapat mengurangi biaya

Lebih terperinci

PENS SISTIM SELULER GENERASI 2 POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA By: Prima Kristalina

PENS SISTIM SELULER GENERASI 2 POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA By: Prima Kristalina SISTIM SELULER GENERASI 2 By: Prima Kristalina POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 2016 Overview Pengenalan Sistim Seluler Generasi 2 Arsitektur GSM Upgrade GSM (2G) to GPRS (2.5G) CDMA IS 95 Arsitektur

Lebih terperinci

I. Pembahasan. reuse. Inti dari konsep selular adalah konsep frekuensi reuse.

I. Pembahasan. reuse. Inti dari konsep selular adalah konsep frekuensi reuse. I. Pembahasan 1. Frequency Reuse Frequency Reuse adalah penggunaan ulang sebuah frekuensi pada suatu sel, dimana frekuensi tersebut sebelumnya sudah digunakan pada satu atau beberapa sel lainnya. Jarak

Lebih terperinci

Wireless Communication Systems. Faculty of Electrical Engineering Bandung Modul 14 - Perencanaan Jaringan Seluler

Wireless Communication Systems. Faculty of Electrical Engineering Bandung Modul 14 - Perencanaan Jaringan Seluler Wireless Communication Systems Modul 14 Perencanaan Jaringan Seluler Faculty of Electrical Engineering Bandung 2015 Tujuan Mengetahui model perencanaan jaringan yang optimum Dapat memberikan pengembangan

Lebih terperinci

Handbook Edisi Bahasa Indonesia

Handbook Edisi Bahasa Indonesia 4G Handbook Edisi Bahasa Indonesia Industry Outlook Overview Data on 2G & 3G Frequency Spectrum on 4G 4G OFDMA & SC-FDMA 4G LTE SAE Heterogeneus Network 4G LTE Planning with Atoll 4G LTE Drivetest Collaborator

Lebih terperinci

Radio Resource Management dalam Multihop Cellular Network dengan menerapkan Resource Reuse Partition menuju teknologi LTE Advanced

Radio Resource Management dalam Multihop Cellular Network dengan menerapkan Resource Reuse Partition menuju teknologi LTE Advanced JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 A-31 Radio Resource Management dalam Multihop Cellular Network dengan menerapkan Resource Reuse Partition menuju teknologi LTE Advanced Theresia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Long Term Evolution (LTE) LTE sudah mulai dikembangkan oleh 3GPP sejak tahun 2004. Faktor-faktor yang menyebabkan 3GPP mengembangakan teknologi LTE antara lain adalah permintaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 3G/UMTS. Teknologi WCDMA berbeda dengan teknologi jaringan radio GSM.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 3G/UMTS. Teknologi WCDMA berbeda dengan teknologi jaringan radio GSM. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teknologi 3G (WCDMA / UMTS) Teknologi WCDMA adalah teknologi radio yang digunakan pada sistem 3G/UMTS. Teknologi WCDMA berbeda dengan teknologi jaringan radio GSM. Pada jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisa kelayakan..., Deris Riyansyah, FT UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Analisa kelayakan..., Deris Riyansyah, FT UI, Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kebutuhan akan berkomunikasi dimana dan kapan saja merupakan sebuah tuntutan manusia yang dinamis pada saat ini. Salah satu kebutuhan tersebut adalah komunikasi data

Lebih terperinci

PENGANTAR SISTEM KOMUNIKASI SELULER

PENGANTAR SISTEM KOMUNIKASI SELULER PENGANTAR SISTEM KOMUNIKASI SELULER DASAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI YUYUN SITI ROHMAH, ST,.MT //04 OUTLINES A. Pendahuluan B. Frequency Reuse C. Handoff D. Channel Assignment Strategies //04 A. Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB II PEMODELAN PROPAGASI. Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel

BAB II PEMODELAN PROPAGASI. Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel BAB II PEMODELAN PROPAGASI 2.1 Umum Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel ke sel yang lain. Secara umum terdapat 3 komponen propagasi yang menggambarkan kondisi dari

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Penggunaan Physical Cell Identity (PCI) Pada Perancangan Jaringan 4G LTE

Analisis Pengaruh Penggunaan Physical Cell Identity (PCI) Pada Perancangan Jaringan 4G LTE JURNAL INFOTEL Informatika - Telekomunikasi - Elektronika Website Jurnal : http://ejournal.st3telkom.ac.id/index.php/infotel ISSN : 2085-3688; e-issn : 2460-0997 Analisis Pengaruh Penggunaan Physical Cell

Lebih terperinci

Perkembangan Teknolgi Wireless: Teknologi AMPS Teknologi GSM Teknologi CDMA Teknologi GPRS Teknologi EDGE Teknologi 3G, 3.5G Teknologi HSDPA, HSUPA

Perkembangan Teknolgi Wireless: Teknologi AMPS Teknologi GSM Teknologi CDMA Teknologi GPRS Teknologi EDGE Teknologi 3G, 3.5G Teknologi HSDPA, HSUPA Perkembangan Teknolgi Wireless: Teknologi AMPS Teknologi GSM Teknologi CDMA Teknologi GPRS Teknologi EDGE Teknologi 3G, 3.5G Teknologi HSDPA, HSUPA TEKNOLOGI AMPS Analog mobile phone system(amps) dimulai

Lebih terperinci

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011 TUGAS AKHIR EVALUASI KINERJA MIMO-OFDM DENGAN MODULASI ADAPTIF PADA LONG TERM EVOLUTION DALAM ARAH DOWNLINK Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendididikan sarjana (S-1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada zaman globalisasi saat ini salah satu faktor terbesar yang mempengaruhi tingkat kehidupan masyarakat adalah perkembangan teknologi. Berpedoman pada tingkat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN Pada tahap ini akan dibahas tahap dan parameter perencanaan frekuensi dan hasil analisa pada frekuensi mana yang layak diimplemantasikan di wilayah Jakarta. 4.1 Parameter

Lebih terperinci

10/13/2016. Komunikasi Bergerak

10/13/2016. Komunikasi Bergerak 0//06 TI dan Telekomunikasi Komunikasi Bergerak Definisi Sistem komunikasi yang memberikan layanan jasa telekomunikasi bagi pelanggan bergerak dimana daerah layanannya dibagi bagi menjadi daerah yang kecil

Lebih terperinci

BAB II SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULAR UTRA-TDD

BAB II SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULAR UTRA-TDD BAB II SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULAR UTRA-TDD 2.1 UTRA-TDD UMTS (Universal Mobile Telecommunication System) adalah sistem yang pertama kali dikembangkan oleh ETSI (European Telecommunications Standard

Lebih terperinci

# CDMA1900, khususnya kanal 12 untuk 3G/WCDMA. Dengan penataan ulang yang dilakukan oleh pihak regulator berdampak juga terhadap pengguna komunikasi s

# CDMA1900, khususnya kanal 12 untuk 3G/WCDMA. Dengan penataan ulang yang dilakukan oleh pihak regulator berdampak juga terhadap pengguna komunikasi s BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini kemajuan teknologi terus meningkat dalam penggunaan perangkat telekomunikasi, terutama telekomunikasi selular. Beberapa operator telekomunikasi selular gencar

Lebih terperinci

Universal Mobile Telecommunication System

Universal Mobile Telecommunication System Universal Mobile Telecommunication System Disusun Oleh: Fikri Imam Muttaqin Kelas XII Tel 2 2010026 / 23 UMTS merupakan salah satau evolusi generasi ketiga (3G) dari jaringan mobile. Air interface yang

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN ANTISIPASI REVOLUSI MASIF JARINGAN SELULER DI INDONESIA

PERENCANAAN DAN ANTISIPASI REVOLUSI MASIF JARINGAN SELULER DI INDONESIA PERENCANAAN DAN ANTISIPASI REVOLUSI MASIF JARINGAN SELULER DI INDONESIA Disusun oleh : Irene Tandrian (1122049) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Jl. Prof. Drg. Suria Sumantri, MPH. No. 65, Bandung,

Lebih terperinci

OPTIMASI KAPASITAS JARINGAN 2G, 3G, DAN LTE DENGAN TEKNIK JOINT BASE STATION

OPTIMASI KAPASITAS JARINGAN 2G, 3G, DAN LTE DENGAN TEKNIK JOINT BASE STATION Jurnal Emitor Vol. 12 No. 01 ISSN 1411-8890 OPTIMASI KAPASITAS JARINGAN 2G, 3G, DAN LTE DENGAN TEKNIK JOINT BASE STATION Doan Perdana, A. Ali Muayyadi, Nachwan Mufti, Endang Chumaidiyah Magister Teknik

Lebih terperinci

Diajukan guna melengkapi sebagian syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh :

Diajukan guna melengkapi sebagian syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : TUGAS AKHIR MENGATASI ADJACENT CHANNEL INTERFERENCE 3G/WCDMA PADA KANAL 11 & 12 MILIK OPERATOR AXIS DENGAN MENGUNAKAN BAND PASS FILTER STUDI KASUS SITE PURI KEMBANGAN Diajukan guna melengkapi sebagian

Lebih terperinci

Analisa Tekno-Ekonomi Perencanaan Teknologi Long Term Evolution (LTE) di Kota Tasikmalaya

Analisa Tekno-Ekonomi Perencanaan Teknologi Long Term Evolution (LTE) di Kota Tasikmalaya Jurnal Rekayasa Elektrika Vol. 9, No. 4, Oktober 2011 159 Analisa Tekno-Ekonomi Perencanaan Teknologi Long Term Evolution (LTE) di Kota Tasikmalaya Hesti Susilawati, Widhiatmoko H.P. dan Taufik Faturohman

Lebih terperinci

DAFTAR ISTILAH. Besarnya transfer data dalam komunikasi digital per satuan waktu. Base transceiver station pada teknologi LTE Evolved Packed Core

DAFTAR ISTILAH. Besarnya transfer data dalam komunikasi digital per satuan waktu. Base transceiver station pada teknologi LTE Evolved Packed Core DAFTAR ISTILAH B Bandwidth Beamwidth BER C C/(I+N) Cell Center Cell Edge Coverage Area CSI CQI D Data Rate E enodeb EPC I Interferensi L LTE N Neighbour Cell O OFDM OFDMA Q QPSK Lebar pita frekuensi Cara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. (proses handover dari macrocell ke femtocell) telah dilakukan secara luas dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. (proses handover dari macrocell ke femtocell) telah dilakukan secara luas dalam II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Literatur Penelitian dan pengembangan teknologi mengenai prosedur hand-in (proses handover dari macrocell ke femtocell) telah dilakukan secara luas dalam beberapa tahun

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN ANALISA KAPASITAS SKEMA OFFLOAD TRAFIK DATA PADA JARINGAN LTE DAN AH

PERENCANAAN DAN ANALISA KAPASITAS SKEMA OFFLOAD TRAFIK DATA PADA JARINGAN LTE DAN AH PERENCANAAN DAN ANALISA KAPASITAS SKEMA OFFLOAD TRAFIK DATA PADA JARINGAN LTE DAN 802.11AH Tiara Yunita Ekawati 1), Doan Perdana 2), Dwi Septiaji 3) 1),2) Teknik Telekomunikasi, Universitas Telkom 3 )

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Semakin majunya kehidupan manusia di era globalisasi seperti sekarang ini membuat teknologi mengalami kemajuan yang pesat khususnya di teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Spektrum frekuensi merupakan salah satu sumber daya yang terbatas, sangat vital dan merupakan aset nasional yang memerlukan kehati-hatian dalam mengaturnya. Kemajuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mutkahir Penelitian ini mengacu terhadap referensi-referensi yang terkait dengan penelitian yang telah ada, dimana masing-masing penulis menggunakan metode penelitian

Lebih terperinci

TEKNOLOGI SELULER ( GSM )

TEKNOLOGI SELULER ( GSM ) TEKNOLOGI SELULER ( GSM ) GSM (Global System for Mobile communication) adalah suatu teknologi yang digunakan dalam komunikasi mobile dengan teknik digital. Sebagai teknologi yang dapat dikatakan cukup

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Pertumbuhan global pelanggan mobile dan wireline [1].

Gambar 1.1 Pertumbuhan global pelanggan mobile dan wireline [1]. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keinginan manusia untuk mendapatkan berbagai macam kemudahan dalam setiap aktifitasnya mendorong berbagai macam perubahan, salah satunya pada teknologi komunikasi.

Lebih terperinci

Teknologi Seluler. Pertemuan XIV

Teknologi Seluler. Pertemuan XIV Teknologi Seluler Pertemuan XIV Latar Belakang Teknologi jaringan seluler berevolusi dari analog menjadi sistem digital, dari sirkuit switching menjadi packet switching. Evolusi teknologi seluler terbagi

Lebih terperinci

Dalam perkembangan teknologi telekomunikasi telepon selular terutama yang berkaitan dengan generasi ke-tiga (3G), CDMA menjadi teknologi pilihan masa

Dalam perkembangan teknologi telekomunikasi telepon selular terutama yang berkaitan dengan generasi ke-tiga (3G), CDMA menjadi teknologi pilihan masa Dalam perkembangan teknologi telekomunikasi telepon selular terutama yang berkaitan dengan generasi ke-tiga (3G), CDMA menjadi teknologi pilihan masa depan CDMA adalah teknologi berbasis spread spectrum

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. DFTS-OFDM maupun nilai PAPR pada DFTS-OFDM yang membuat DFTS-OFDM menjadi

BAB II DASAR TEORI. DFTS-OFDM maupun nilai PAPR pada DFTS-OFDM yang membuat DFTS-OFDM menjadi BAB II DASAR TEORI Bab dua ini akan membahas tentang dasar teori. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perkembangan telekomunikasi yang berupa penjelasan mengenai Jaringan generasi ke-3 (3G), Jaringan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Komunikasi Seluler GSM GSM merupakan salah satu teknologi seluler yang banyak digunakan pada saat ini. GSM adalah generasi kedua dalam teknologi seluler yang menggunakan

Lebih terperinci

Analisis Tekno Ekonomi Perancangan Migrasi 2G/3G ke 4G (LTE)

Analisis Tekno Ekonomi Perancangan Migrasi 2G/3G ke 4G (LTE) Analisis Tekno Ekonomi Perancangan Migrasi 2G/3G ke 4G (LTE) Studi Kasus di Wilayah Bekasi Harry Chrismanaria dan Kus Prayoga Kurniawan Teknik Elektro, Universitas Mercu Buana, Jakarta Harry.chrismanaria@mercubuana.ac.id,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : LTE-Advanced, signal level, CINR, parameter, dense urban, urban, sub urban, Atoll. ABSTRACT

ABSTRAK. Kata kunci : LTE-Advanced, signal level, CINR, parameter, dense urban, urban, sub urban, Atoll. ABSTRACT PERENCANAAN PEMBANGUNAN JARINGAN 4G LTE DI BANDUNG PADA FREKUENSI 2100 MHZ MENGGUNAKAN SOFTWARE ATOLL Bobby Juan Pradana 1, Achmad Setiaji 2 1,2 AKADEMI TELKOM SANDHY PUTRA JAKARTA 1 bobbyjuan.p@gmail.com,

Lebih terperinci

BAB II LONG TERM EVOLUTION (LTE) DAN KOMPONEN BTS (BASE TRANSCEIVER STATION)

BAB II LONG TERM EVOLUTION (LTE) DAN KOMPONEN BTS (BASE TRANSCEIVER STATION) BAB II LONG TERM EVOLUTION (LTE) DAN KOMPONEN BTS (BASE TRANSCEIVER STATION) 2.1. Teknologi LTE Long Term Evolution (LTE) adalah generasi teknologi telekomunikasi selular. Menurut standar, LTE memberikan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Dalam sistem komunikasi seluler, informasi dipertukarkan di antara mobile

BAB II DASAR TEORI. Dalam sistem komunikasi seluler, informasi dipertukarkan di antara mobile BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Sel Dalam sistem komunikasi seluler, informasi dipertukarkan di antara mobile station (MS) dan base transceiver station (BTS) melalui sinyal radio. Setiap BTS hanya dapat

Lebih terperinci

BAB 2 TEKNOLOGI DAN TREN PERTUMBUHAN WCDMA/HSPA

BAB 2 TEKNOLOGI DAN TREN PERTUMBUHAN WCDMA/HSPA BAB 2 TEKNOLOGI DAN TREN PERTUMBUHAN WCDMA/HSPA Telekomunikasi nirkabel yang dikenal dengan istilah seluler merupakan suatu cara dalam pertukaran informasi antara penggunanya dengan tidak terpaku pada

Lebih terperinci

FLEXI DAN MIGRASI FREKUENSI

FLEXI DAN MIGRASI FREKUENSI BAB 2. FLEXI DAN MIGRASI FREKUENSI 2.1 TELKOM FLEXI PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) merupakan perusahaan penyelenggara informasi dan telekomunikasi (InfoComm) serta penyedia jasa dan jaringan telekomunikasi

Lebih terperinci

Estimasi Luas Coverage Area dan Jumlah Sel 3G pada Teknologi WCDMA (Wideband Code Division Multiple Access)

Estimasi Luas Coverage Area dan Jumlah Sel 3G pada Teknologi WCDMA (Wideband Code Division Multiple Access) Estimasi Luas Coverage Area dan Jumlah Sel 3G pada Teknologi WCDMA (Wideband Code Division Multiple Access) Anindito Yusuf Wirawan, Ir. Endah Budi Purnomowati, MT, Gaguk Asmungi, ST., MT Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Makalah Seminar Kerja Praktek UPGRADE POWER TRANSMISSION 3G KEADAAN CONGESTION

Makalah Seminar Kerja Praktek UPGRADE POWER TRANSMISSION 3G KEADAAN CONGESTION Makalah Seminar Kerja Praktek UPGRADE POWER TRANSMISSION 3G KEADAAN CONGESTION Brilian Dermawan (21060111130041), Dr. Wahyul Amien Syafei, ST. MT (197112181995121001) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

Prakiraan Kebutuhan Akses Broadband dan Perencanaan Jaringan Mobile WiMAX untuk Kota Bandung

Prakiraan Kebutuhan Akses Broadband dan Perencanaan Jaringan Mobile WiMAX untuk Kota Bandung Prakiraan Akses Broadband dan Perencanaan Jaringan Mobile WiMAX untuk Kota Bandung Natanael Makarios 1 Institut Teknologi Bandung Email: natanaelmakarios@yahoo.com Abstrak- Makalah ini memiliki bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaringan wireless menjadi salah satu sarana yang paling banyak dimanfaatkan dalam sistem komunikasi. Untuk menciptakan jaringan wireless yang mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang DAFTAR ISTILAH Bandwidth : lebar pita, rentang frekuensi kerja Carrier aggregation : suatu metode penggabungan carrier, baik yang bersebelahan maupun berjarak dan berada pada band frekuensi yang sama ataupun

Lebih terperinci

BAB III PERKEMBANGAN BISNIS SELULAR DAN FWA INDOSAT

BAB III PERKEMBANGAN BISNIS SELULAR DAN FWA INDOSAT BAB III PERKEMBANGAN BISNIS SELULAR DAN FWA INDOSAT 3.1 SEKILAS TEKNOLOGI SELULAR DAN FWA Pembahasan teknologi selular dan FWA yang dilakukan pada Sub Bab ini ditekankan pada beberapa aspek teknis yang

Lebih terperinci

Teknik Transmisi Seluler (DTG3G3)

Teknik Transmisi Seluler (DTG3G3) Teknik Transmisi Seluler (DTG3G3) Yuyun Siti Rohmah, ST.,MT Dadan Nur Ramadan,S.Pd,MT Trinopiani Damayanti,ST.,MT Suci Aulia,ST.,MT KONSEP DASAR SISTEM SELULER 2 OUTLINES LATAR BELAKANG KONFIGURASI SEL

Lebih terperinci

Teknik Transmisi Seluler (DTG3G3)

Teknik Transmisi Seluler (DTG3G3) Teknik Transmisi Seluler (DTG3G3) Yuyun Siti Rohmah, ST.,MT Dadan Nur Ramadan,S.Pd,MT Trinopiani Damayanti,ST.,MT Suci Aulia,ST.,MT KONSEP DASAR SISTEM SELULER OUTLINES LATAR BELAKANG KONFIGURASI SEL PARAMETER

Lebih terperinci

Wireless Communication Systems Modul 9 Manajemen Interferensi Seluler Faculty of Electrical Engineering Bandung 2015

Wireless Communication Systems Modul 9 Manajemen Interferensi Seluler Faculty of Electrical Engineering Bandung 2015 Wireless Communication Systems Modul 9 Manajemen Interferensi Seluler Faculty of Electrical Engineering Bandung 2015 Pengaruh Interferensi Interferensi antar sel merupakan masalah serius yang harus diminimalisasi,

Lebih terperinci

Doan Perdana 1, A. Ali Muayyadi 2, Nachwan Mufti 3, Endang Chumaidiyah 4

Doan Perdana 1, A. Ali Muayyadi 2, Nachwan Mufti 3, Endang Chumaidiyah 4 Analisa Kelayakan Refarming Frekuensi 2100 MHz dengan Analisis Prediksi Cakupan Feasibility Analysis Refarming Frequency 2100 MHz with Coverage Estimation Analysis Doan Perdana 1, A. Ali Muayyadi 2, Nachwan

Lebih terperinci