BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1.1 Defenisi Kurikulum Berbasis Kompetensi

dokumen-dokumen yang mirip
STRATEGI PEMBELAJARAN PENDEKATAN SCL

: Indrayanti, S.Kep; Ns. : STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta : drg. Gilang Yubiliana

MATERI 2. copyright: dit.akademik.ditjen dikti

Model pembelajaran dengan pendekatan SCL

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian pasien penerima bantuan iuran. secara langsung maupun tidak langsung di Rumah sakit.

MEMILIH METODE/BENTUK/MODEL PEMBELAJARAN

METODA PEMBELAJARAN STUDENT CENTRE LEARNING. yang relevan dengan kemampuan akhir yang ingin dicapai dan media pembelajaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dr. Katharina Rustipa, M.Pd.

PARADIGMA DALAM PEMBELAJARAN DI PERGURUAN TINGGI

21/04/2006 Draft MODUL TEACHING LEARNING

Tim Pengembang Kurikulum DIKTI

METODE METODE PEMBELAJARAN. OLEH : LISA TRINA ARLYM, SST., M.Keb

BAB I PENDAHULUAN. tinggi yang bersifat mendasar berupa perubahan dari pandangan kehidupan

yahoo.com

Softskill, Kurikulum, Dosen, dan Mahasiswa. Bertalya Universitas Gunadarma

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dengan mempertimbangkan: pemahaman peneliti terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar di perguruan tinggi.

SPESIFIKASI PROGRAM STUDI S1 TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MURIA KUDUS

SUPLEMEN PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN : METODA DAN MEDIA PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Dikti (2007), materi pembelajaran pendidikan tinggi di Indonesia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Slameto (2003) menyatakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawat merupakan suatu profesi dimana seorang petugas

KEGIATAN DOSEN MAGANG DIKTI UNPAD

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tentang: (1) Jenis dan Pendekatan Penelitian, (2) Tempat dan Waktu Penelitian, (3)

BAB III METODE PENELITIAN. wawancara mendalam dengan pendekatan fenomenologis. Penelitian kualitatif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pergeseran Paradigma Pendidikan Tinggi. PAU-PPI, Universitas Terbuka 2008

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

LOGO. Oleh: Alni Rahmawati

SISTEMATIKA KATALOG KURIKULUM PROGRAM STUDI

BAB 1 PENDAHULUAN. betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan

METODE PEMBELAJARAN. Prinsip pembelajaran menurut SN-Dikti : 1) interaktif, 2) holistik, 3) integratif, 4) saintifik, 5) kontekstual, 6) tematik,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan. lingkungannya (Rogers dalam Nursalam, 2009).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA

SPESIFIKASI PROGRAM STUDI DIII TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MURIA KUDUS

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. kewilayahan dalam penelitian ini merujuk desain penelitian deskriptifkualitatif,

BAB III METODE PENELITIAN. berhenti merokok, sehingga peneliti menggunakan pendekatan kualitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode merupakan jalan yang berkaitkan dengan cara kerja dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Sesuai dengan sifat dan karakter permasalahan data yang diangkat dalam

Pertama, penulis bermaksud mengembangkan konsep pemikiran,

Penelitian ini tidak tergolong kepada penelitian kuantitatif karena tujuan pokok

HAKIKAT METODE PEMBELAJARAN. Oleh : Herminarto Sofyan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 581/P/SK/HT/2010

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dan menambah pengetahuan. Meneliti dilakukan untuk memperkaya dan

BAB III METODE PENELITIAN

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP KREATIVITAS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kedokteran bertujuan untuk menghasilkan dokter yang. sebagai bekal untuk belajar sepanjang hayat (Konsil Kedokteran

BAB II METODE PENELITIAN. penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah atau natural setting (Sugiyono, 2012

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 yang merupakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif. Hal ini didasarkan atas tujuan penelitian yang ingin mengetahui dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tersebut maka digunakan metodologi penelitian sebagai berikut:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ini berkaitan dengan proses, prinsip dan prosedur penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Seiring dengan berkembangnya dunia global dan dunia kerja, sehingga

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ditinjau dari tempat atau lokasi penelitiannya, penelitian ini termasuk

Alasan Perubahan Kurikulum

STRATEGI PEMBELAJARAN

KERANGKA ACUAN (Term of Reference) Student Centered Learning Internal Grant

BAB III METODE PENELITIAN. A. Fokus Penelitian. Hardiness yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hardiness yang diartikan. B.

HAKIKAT METODE PEMBELAJARAN. Oleh : Herminarto Sofyan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan bagian dari strategi meningkatkan capaian pendidikan.

KERANGKA ACUAN (Term of Reference) Student Centered Learning Internal Grant. Hibah Internal Pembelajaran Berpusat pada Mahasiswa

BAB III METODE PENELITIAN

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HAKIKAT METODE PEMBELAJARAN. Oleh : Herminarto Sofyan

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara peserta didik

PEDOMAN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN

SILABUS PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian yang dipilih oleh peneliti adalah Medical Center

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. jelas. Penelitian kualitatif dilakukan dengan cara fenomenologis di mana

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan fenomenologi. Penelitian kualitatif adalah

(o) mengadakan analisis sejak awal penelitian. Sedangkan karakteristik lain

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER ADVERTISING PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS BUDDHI DHARMA 2016

KERANGKA PEMIKIRAN. Penelitian ini dimulai dengan melihat karakteristik orang tua tunggal dan

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis ataupun lisan tentang orang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

BAB III METODE PENELITIAN. Manajemen Mutu ISO di Sekolah Menengah Kejuruan Teknologi. Bandar Lampung. Bogdan dan Biklen (1998) mengemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Kurikulum Berbasis Kompetensi 1.1 Defenisi Kurikulum Berbasis Kompetensi Kurikulum berbasis kompetensi ialah perangkat rencana dan peraturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai oleh siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar dan pemberdayaan sumber daya pendidikan. Selain itu kurikulum berbasis kompetensi ialah kurikulum yang dikembangkan berdasarkan pada kemampuan atau tingkat kecerdasan penuh tanggung jawab dari profesi tertentu dalam menjalankan tugasnya di tempat kerjanya (standar kompetensi) (Dikti, 2008). Kurikulum berbasis kompetensi juga merupakan kurikulum yang berorientasi pada hasil yang berupa kompetensi atau kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah dilaksanakan sejumlah pengalaman belajar tertentu sehingga mampu bersaing didunia kerja (Purnomo, 2005). 1.2 Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Hal-hal yang mendasari pengembangan kurikulum berbasis kompetensi adalah The Four Pillars of UNESCO yaitu seseorang yang memiliki kompeten harus dapat memenuhi persyaratan sebagai berikut : (a) landasan kemampuan pengembangan kepribadian, (b) kemampuan penguasaan ilmu dan keterampilan (know how and know why), dan kemampuan berkarya (know to do), (c) kemampuan mensikapi dan berperilaku dalam berkarya sehingga dapat mandiri, menilai, dan mengambil keputusan secara bertanggung jawab (to be), (d) dapat 6

7 hidup bermasyarakat dengan berkerjasama, saling menghormati, dan menghargai nilai-nilai pluralism, dan kedamaian (to live together)(dikti, 2008). 1.3 Alasan Perubahan Kurikulum Beberapa hal yang melatar belakangi konsep kurikulum yang tercantum dalam Kepmendiknas No. 232/U/2000 dan No. 045/U/2002 yaitu lebih bnyak di dorong oleh masalah-masalah global atau eksternal. Masalah tersebut antara lainnya adalah sebagai berikut : (a) persaingan dunia global, yang berakibat juga terhadap persaingan perguruan tinggi di dalam maupun di luar negeri, sehingga perguruan tinggi dituntut untuk menghasilkan lulusan yang dapat bersaing secara global, (b) adanya perubahan orientasi pendidikan tinggi yang tidak lagi hanya menghasilkan manusia cerdas berilmu tetapi juga mampu menerapkan keilmuannya dalam kehidupan di masyarakat (kompeten dan relevan), yang lebih berbudaya, (c) adanya perubahan kebutuhan di dunia kerja yang terwujud dalam perubahan persyaratan dalam penerimaan tenaga kerja, yaitu adanya persyaratan softskills yang dominan disamping hardskillsnya. Konsep kurikulum ini didasarkan pada rumusan kompetensi yang harus dicapai atau dimiliki oleh lulusan perguruan tinggi yang sesuai atau mendekati kompetensi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Selain itu ada perubahan ini juga di dorong oleh adanya perubahan otonomi perguruan tinggi yang di jamin oleh Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, yang memberi kemudahan kepada perguruan tinggi untuk menentukan dan mengembangkan kurikulumnya sendiri (Dikti, 2008).

8 Beberapa perubahan konsep dari kurikulum berbasis isi (Kepmendikbud No. 056/U/1994 ke kurikulum berbasis kompetensi (Kepmendiknas No. 232/U/2000 dan 045/U/2002) dapat dilihat dalam tabel di bawah ini : No 1 Tinjauan Latar belakang Perubahan 2 Basis kurikulum 3 Luaran PT 4 Penilai kualitas Lulusan PERUBAHAN KONSEP KURIKULUM Kurikulum Berbasis Isi (KURNAS 1994) Masalah internal Berbasis isi(content Based Curricullum) Kemampuan minimal sesuaisasaran kurikulumnya Perguruan tinggi sendiri 5 Cara menyusun Mulai dari isi keilmuannya 6 Penekanan 7 Pembelajaran Output, lebih banyak menekankan hard skill Teacher centered learning (TCL), dengan titik berat pada transfer of knowledge Kurikulum Berbasis Kompetensi (2000) Masalah global Berbasis kompetensi (Competency Based Curricullum) Kompetensi yang dianggap mampu oleh masyarakat. Perguruan Tinggi dan pengguna lulusan/ stakeholders Mulai dari penetapan profil lulusan dan kompetensi Outcome, keseimbangan hardskill dan softskill Student centered learning (SCL), diarahkan pada pembekalan method of inquiry and discovery Tabel 1. Perubahan Konsep Kurikulum (Dikti, 2008) 1.4 Metode Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi di Perguruan Tinggi Dikti (2008) menjelaskan bahwa ada beragam metode pembelajaran untuk SCL, di antaranya adalah: (1) Small Group Discussion; (2) Role-Play & Simulation; (3) Case Study; (4) Discovery Learning (DL); (5) Self-Directed Learning (SDL); (6) Cooperative Learning (CL); (7) Collaborative Learning (CbL); (8) Contextual Instruction (CI); (9) Project Based Learning (PjBL); dan (10) Problem Based Learning and Inquiry (PBL/I). Dibawah ini akan dijelaskan

9 satu persatu bagaimana kesepuluh model pembelajaran Student Center Learning (SCL) dalam kurikulum berbasis kompetensi, yaitu : 1.4.1 Small Group Discussion Diskusi adalah pembelajaran dengan cara mahasiswa membuat kelompok kecil yang beranggotakan 5-10 orang, kemudian yang akan mendiskusikan bahan yang berikan oleh dosen atau diperoleh sendiri oleh kelompok tersebut. Dengan diskusi kelompok kecil ini, mahasiswa diharapkan akan belajar: (a) menjadi pendengar yang baik; (b) bekerjasama untuk tugas bersama; (c) memberikan dan menerima umpan balik yang konstruktif; (d) menghormati perbedaan pendapat; (e) mendukung pendapat dengan bukti; dan (f) menghargai sudut pandang yang bervariasi (gender, budaya, dan lain-lain). 1.4.2 Simulasi/Demonstrasi Simulasi adalah model yang membawa situasi yang mirip dengan sesungguhnya ke dalam kelas. Simulasi dapat berbentuk: (a) permainan peran (role playing). Contohnya dalam pembelajaran manajemen keperawatan tiap mahasiswa diberi peran seperti kepala ruangan, katim, atau perawat pelaksana, (b) Simulation exercices and Simulation games, dan (c) model komputer. Simulasi dapat mengubah cara pandang (mindset) mahasiswa, dengan catatan mahasiswa harus menerapkannya sesering mungkin dalam kehidupan bermasyarakat. 1.4.3 Discovery Learning Discovery Learning (DL) adalah metode belajar yang difokuskan pada pemanfaatan informasi yang tersedia, baik yang diberikan dosen maupun yang dicari sendiri oleh mahasiswa, untuk membangun pengetahuan dengan cara

10 belajar mandiri. Metode ini juga menekankan pada seberapa besar keinginan seorang mahasiswa untuk memperkaya ilmunya. 1.4.4 Self-Directed Learning Self-Directed Learning (SDL) adalah proses belajar yang dilakukan atas inisiatif individu mahasiswa sendiri. Dalam hal ini, perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian terhadap pengalaman belajar yang telah dijalani, dilakukan semuanya oleh individu yang bersangkutan. Sementara dosen hanya bertindak sebagai fasilitator, yang memberi arahan, bimbingan, dan konfirmasi terhadap kemajuan belajar yang telah dilakukan individu mahasiswatersebut. Metode belajar ini bermanfaat untuk menyadarkan dan memberdayakan mahasiswa, bahwa belajar adalah tanggung jawab mereka sendiri. Dengan kata lain, individu mahasiswa didorong untuk bertanggung jawab terhadap semua fikiran dan tindakan yang dilakukannya. 1.4.5 Cooperative Learning Cooperative Learning (CL) adalah metode belajar berkelompok yang dirancang oleh dosen untuk memecahkan suatu masalah/kasus atau mengerjakan suatu tugas. Kelompok ini terdiri atas beberapa orang mahasiswa, yang memiliki kemampuan akademik yang beragam. CL bermanfaat untuk membantu menumbuhkan dan mengasah: (a) kebiasaan belajar aktif pada diri mahasiswa (b) rasa tanggung jawab individu dan kelompok mahasiswa, (c) kemampuan dan keterampilan bekerjasama antar mahasiswa, dan (d) keterampilan sosial mahasiswa.

11 1.4.6 Collaborative Learning Collaborative Learning (CbL) adalah metode belajar yang menitikberatkan pada kerjasama antar mahasiswa yang didasarkan pada kesepakatan yang dibangun sendiri oleh anggota kelompok. Masalah/tugas/kasus memang berasal dari dosen dan bersifat open ended, tetapi pembentukan kelompok yang didasarkan pada minat, prosedur kerja kelompok, penentuan waktu dan tempat diskusi/kerja kelompok, sampai dengan bagaimana hasil diskusi/kerja kelompok ingin dinilai oleh dosen, semuanya ditentukan melalui keputusan bersama antar anggota kelompok. 1.4.7 Contextual Instruction Contextual Instruction (CI) adalah konsep belajar yang membantu dosen mengaitkan isi matakuliah dengann situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari dan memotivasi mahasiswa untuk membuat keterhubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota masyarakat. Pada intinya dengan CI, dosen dan mahasiswa memanfaatkan pengetahuan secara bersama-sama, untuk mencapai kompetensi yang dituntut oleh matakuliah, serta memberikan kesempatan pada semua orang yang terlibat dalam pembelajaran untuk belajar satu sama lain. 1.4.8 Project-Based Learning Project-Based Learning (PjBl) adalah metode belajar yang sistematis, yang melibatkan mahasiswa dalam belajar pengetahuan dan keterampilan melalui proses pencarian/penggalian (inquiry) yang panjang dan terstruktur terhadap

12 pertanyaan yang otentik dan kompleks serta tugas dan produk yang dirancang dengan sangat hati-hati. 1.4.9 Problem-Based Learning/Inquiry (PBL/I) Problem-Based Learning/Inquiry(PBL/I) adalah belajar dengan memanfaatkan masalah dan mahasiswa harus melakukan pencarian/penggalian informasi (inquiry) untuk dapat memecahkan masalah tersebut. Secara umum ada empat langkah yang perlu dilakukan mahasiswa dalam PBL/I, yaitu: (a) menerima masalah yang relevan dengan salah satu/beberapa kompetensi yang dituntut matakuliah, dari dosennya, (b) melakukan pencarian data dan informasi yang relevan untuk memecahkan masalah, (c) menata data dan mengaitkan data dengan masalah, dan (d) menganalis strategi pemecahan masalah. PBL/I adalah belajar dengan memanfaatkan masalah dan mahasiswa harus melakukan pencarian/penggalian informasi (inquiry) untuk dapat memecahkan masalah tersebut. 1.5 Penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi di Perguruan Tinggi 1.5.1 Kondisi Pembelajaran di Perguruan Tinggi Saat ini belum banyak perguruan tinggi yang menerapkan sistem kurikulum berbasis kompetensi. Proses pembelajaran perguruan tinggi saat ini kebanyakan masih berbentuk lecturing (tatap muka), pembelajaran searah dengan dosen sebagai pemberi ilmu (teacher center learning). Proses belajar seperti ini hanya akan membuat mahasiswa menjadi lebih banyak diam dan kurang aktif dalam pembelajaran. Sudah banyak upaya yang dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran ini, misalnya kombinasi lecturing, tanya-jawab, pemberian

13 tugas yang semuanya itu diberdasarkan dari pengalaman mengajar dosen yang bersangkutan bersifat trial error. Oleh karena itu perlu dilakukan perubahan materi dan proses pembelajaran di perguruan tinggi dengan tidak lagi berbentuk teacher center learning tetapi berganti prinsip menjadi student center learning yang di sesuaikan dengan keadaan perguruan tingginya (Dikti, 2008). 1.5.2 Perubahan dari TCL (Teacher Center Learning) kearah SCL (Student Center Learning) Proses pembelajaran dengan mengunakan paradigma lama dengan dosen sebagai penyedia pendidikan, saat ini tidak akan mampu mengatasi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang sangat pesat. Hal ini sejalan dengan alasan lahirnya kurikulum berbasis kompetensi, yaitu semakin pesatnya kemajuan dunia kerja secara global menuntut tersedianya tenaga kerja memiliki kompetensi yang mampu bersaing di di pasar dunia. Oleh karena itu SCL sebagai paradigma baru diharapkan mampu menjadi solusi untuk mencapai kompetensi tersebut. Paradigma baru inimenempatkan dosen hanya sebagai fasilitator dan motivator dengan menyediakan beberapa strategi belajar yang memungkinkan mahasiswa (bersama dosen) memilih, menemukan dan menyusun pengetahuan serta cara mengembangkan keterampilannya (method of inquiry and discovery). Dengan paradigma inilah proses pembelajaran (learning process) dilakukan (Dikti, 2008). Secara lebih rinci perbedaan antara metode pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered learning )dan student centered learning antara lain seperti berikut:

14 A B C D E F G H I J K L M Teacher Center Learning Pengetahuan ditransfer dari dosen ke mahasiswa Mahasiswa menerima pengetahuansecara pasif Lebih menekankan pada penguasaanmateri Biasanya memanfaatkan media tunggal Fungsi dosen atau pengajar sebagai pemberi informasi utama dan evaluator Proses pembelajaran dan penilaian dilakukan secara terpisah Menekankan pada jawaban yang benar saja Sesuai untuk mengembangkan ilmu dalam satu disiplin saja Iklim belajar lebih individualis dan Kompetitif Hanya mahasiswa yang dianggap melakukan proses pembelajaran Perkuliahan merupakan bagian terbesar dalam proses pembelajaran Penekanan pada tuntasnya materi Pembelajaran Student Center Learning Mahasiswa secara aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajarinya Mahasiswa secara aktif terlibat di dalammengelola pengetahuan Tidak hanya menekankan pada penguasaan materi tetapi juga dalam mengembangkan karakter mahasiswa (life-long learning) Memanfaatkan banyak media (multimedia) Fungsi dosen sebagai fasilitator dan evaluasi dilakukan bersama dengan mahasiswa. Proses pembelajaran dan penilaian dilakukan saling berkesinambungan dan terintegrasi Penekanan pada proses pengembangan pengetahuan. Kesalahan dinilai dapat menjadi salah satu sumber belajar Sesuai untuk pengembangan ilmu dengan cara pendekatan interdisipliner Iklim yang dikembangkan lebih bersifat kolaboratif, suportif dan kooperatif Mahasiswa dan dosen belajar bersama didalam mengembangkan pengetahuan, konsep dan keterampilan. Mahasiswa dapat belajar tidak hanya dari perkuliahan saja tetapi dapat menggunakan berbagai cara dan kegiatan Penekanan pada pencapaian kompetensi peserta didik dan bukan tuntasnya materi. Penekanan pada bagaimana cara mahasiswa dapat belajar dengan Penekanan pada bagaimana cara menggunakan berbagai bahan dosen melakukan pembelajaran pelajaran, metode interdisipliner, penekanan pada problem based learning dan skill competency. Tabel 2. Rangkuman Perbedaan TCL dan SCL (Dikti, 2008)

15 1.6 Penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam Keperawatan Kurikulum berbasis kompetensi dalam keperawatan bisa dikatakan menjadi solusi terbaru untuk memajukan profesi keperawatan agar mampu bersaing dengan secara global. Hal ini sesuai dengan tema pertemuaan AIPNI pada Oktober 2003 s.d November 2007. Di dasari oleh Kepmendiknas No. 232/U/2000, 045/U/2002 dan UU No. 20 Tahun 2003 serta untuk mengantisipasi perkembangan global, AIPNI merasa perlu untuk melakukan perubahan pada kurikulum Keperawatan. Pengembangan kurikulum keperawatan didasarkan pada pengembangan masalah yang berorientasi pada hal diberikut : (1) sehat-sakit, (2) etika keperawatan, (3) keberagaman budaya, (4) hubungan perawat-pasien, (5) pengasuhan (Caring)(AIPNI, 2008). Berikut ini penjelasan mengenai pemgembangan kurikulum keperawatan berdasarkan masalah adalah sebagai berikut : 1.6.1 Sehat-sakit Sehat adalah suatu keadaan yang dinamis dalam rentang sehat sakit yang dapat diartikan sebagai suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan. Sehat adalah tanggung jawab individu yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia seperti yang dimaksudkan dalam Undang-Undang Dasar 1945. Oleh karena itu harus dipertahankan dan ditingkatkan melalui upaya-upaya promotif, preventif, rehabilitatif dan kuratif. Selain itu sehat ditentukan oleh kemampuan individu, keluarga, kelompok atau komunitas untuk membuat tujuan yang realistik, serta

16 kemampuan untuk menggerakkan energi dan sumber-sumber yang tersedia untuk mencapaitujuan tersebut secara efektif dan efisien. 1.6.2 Etika Keperawatan Etika adalah suatu prinsip dan metode yang sistematik untuk membedakan antara yang benar dari yang salah, antara yang baik dari yang buruk. Budaya, teknologi, agama/kepercayaan, dan perbedaan status ekonomi menjadi dasar untuk penetapan keputusan terkait dengan masalah etika. Konsep etika keperawatan meliputi praktek keperawatan yang berdasarkan pada pemikiran inovatif dan antisipatif tentang tanggung jawab dan kewajiban ners terhadap pasien. 1.6.3 Keragaman Budaya Asuhan keperawatan kepada pasien, ners harus diberikan dengan memperhatikan aspek keberagaman budaya. Hal ini menjadi dasar pemikiran bahwa setiap pasien itu adalah individu yang unik. Pengembangan asuhan keperawatan mengacu pada keberagaman budaya, perbedaan gaya hidup, kepercayaan yang dianut, simbol dan pola budaya pasien. 1.6.4 Hubungan Perawat-Pasien Hubungan perawat-pasien adalah suatu hubungan interpersonal yang profesional dan terapeutik. Tujuan dari hubungan ini adalah untuk memenuhi kebutuhan pasien, bukan kebutuhan tim kesehatan. Hubungan profesional perawat dan pasien didasarkan pada pemahaman bahwa pasien adalah orang yang paling tepat untuk membuat keputusan. Peran utama tim kesehatan dalam membantu pasien membuat keputusan adalah memfasilitasi dan memberdayakan potensi

17 internal pasien. Dengan demikian, hubungan yang terjadi haruslah menguntungkan pasien dan tidak memiliki efek yang negatif bagi pasien. 1.6.5 Pengasuhan/Kepedulian (Caring) Caring adalah proses interpersonal yang menunjukkan perilaku yang berhubungan dengan orang lain dalam memfasilitasi perkembangan seseorang. Tema konseptual caring ini mengandung tingkat pemahaman peserta didik selama proses pendidikan terhadap keberadaan pasien yang sedang mengalami satu atau beberapa masalah kesehatan (AIPNI, 2008). Pendekatan utama dalam pengembangan pembelajaran keperawatan yang sesuai dengan kurikulum berbasis kompetensi meliputi : (a) menyelesaikan masalah secara ilmiah yaitu kemampuan menyelesaikan masalah secara ilmiah ditumbuhkan sejak dini dan dibina melalui berbagai bentuk pengalaman belajar terintegrasi. Metode ini merupakan landasan utama untuk menumbuhkan dan membina kemampuan memahami dan menerapkan proses keperawatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan, (b) pembelajaran berfokus pada peserta didik,maksudnya ialah peserta didik diarahkan untuk belajar aktif dan mandiri melalui metode pembelajaran berfokus pada peserta didik dengan mengoptimalkan sumber-sumber pembelajaran untuk mencapai kompetensi ners, (c) berorientasi ke masa depan, ialah peserta didik selalu diorientasikan pada perkembangan ke masa depan, sehingga mereka tidak tertinggal didalam perkembangan global (AIPNI, 2008).

18 2. Studi Fenomenologi Menurut Fenomenologi dikembangkan Husserl dan Heidegger yang bersumber dari sebuah tradisi filsafat yang merupakan sebuah pendekatan mengenai pengalaman hidup manusia. Seorang fenomenolog memiliki keyakinan bahwa kebenaran utama tentang realitas didasarkan pada pengalaman hidup seseorang (Polit & Beck, 2004). Pendekatan fenomenologi digunakan ketika sedikit sekali defenisi atau konsep terhadap suatu fenomena yang akan diteliti (Polit, Beck, 2001). Fenomenologi berfokus pada apa yang di alami manusia pada beberapa fenomena dan bagaimana mereka menafsirkan pengalaman tersebut. Fenomenologis percaya bahwa pengalaman hidup memberi arti penting terhadap persepsi masing-masing orang dari fenomena tertentu. Selain itu, seorang fenomenolog meyakini bahwa keberadaaan manusia memilik makna dan menarik karena kesadaran masyarakat terhadap keberadaannya. Tujuan penelitian fenomenologi sepenuhnya adalah untuk menggambarkan pengalaman hidup dan persepsi yang muncul (Polit & Hungler, 1997). Berdasarkan dari cara pengambilan kesimpulan dari fenomena yang ada dari subyek penelitian, ada dua jenis penelitian fenomenologi, yaitu fenomenologi deskriptif dan fenomenologi interpretatif. Fenomenologi deskriptif berfokus pada penyelidikan fenomena, kemudian pengalaman yang seperti apakah yang terlihat dalam fenomena (fenomena deskriptif), sedangkan fenomenologi interpretatif lebih kepada penafsiran dari pengalaman atau fenomena yang dialami subyek penelitian (Polit, Beck & Hungler, 2001).

19 Dalam fenomenologi deskriptif ada tiga fenomenoligist dalam proses analisa data. Dimana ketiga tokoh ini berpedoman pada filosof Husserl yang fokus utamanya adalah mengetahui gambaran sebuah fenomena. Ketiga tokoh tersebut adalah Collaizzi (1978), Giorgi (1985), dan Van Kaam (1959) (Polit, Beck & Hungler, 2001). Kehidupan seseorang bagi fenomenologis adalah sesuatu yang sangat berharga dan menarik. Selain pada penelitian fenomenologi komunikasi merupakan suatu sumber data utama, percakapan yang mendalam antara peneliti dan partisipan sebagai subyeknya. Seorang fenomenologis berusaha untuk membantu partisipan mengambarkan pengalaman hidupnya tanpa harus memimpin diskusi. Selain itu, dalam wawancara yang mendalam, peneliti berusaha untuk merasakan apa yang pernah dialami oleh informan untuk mendapatkan informasi penuh tentang pengalaman hidup mereka (Polit, Beck & Hungler, 2001). 3. Keabsahan Data Ada empat kriteria untuk memperoleh keabsahan data (twustworthiness) menurut Lincoln dan Guba (1985) yaitu : kredibilitas, transferalitas, defentabilitas, dan konfirmabilitas. 3.1 Kredibilitas (Credibility) Kredibilitas adalah suatu kriteria untuk memenuhi nilai kebenaran dari data dan informasi yang dikumpulkan. Hal ini menentukan apakah hasil penelitian ini dapat di percaya oleh semua pembaca secara kritis dan informan sebagai partisipannya. Adapun cara untuk memperoleh tingkat kredibilitas meliputi :

20 a. Prolonged Engagement yaitu adanya hubungan yang relatif lama yang memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data yang di kumpulkan, serta membangun kepercayaan antara partisipan dengan peneliti, dan dapat menjadi tolak ukur informasi yang di dapatkan. b. Persistent observation atau pengamatan yang berkelanjutan, sehingga peneliti dapat memperhatikan secara cermat, teliti, mendalam dan terperinci. c. Triangulation (triangulasi), yaitu memanfaatkan sesuatu yang di luar data untuk mengecek atau membandingkan data yang diperoleh. d. Peer Debriefing, yaitu mendiskusikan dengan orang lain dengan menunjukan hasil sementara dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan sejawat. Usahakan diskusikan dengan orang yang tidak terlibat dalam penelitian, agak lebih objektif dan netral dengan catatan harus memilik pengetahuan tentang pokok dan metode penelitian. e. Member Checking adalah memvalidasi analisis yang peneliti telah buat secara langsung kepada partisipan. Hal ini merupakan cara yang paling penting dilakukan agar partisipan bisa memperbaiki bila ada kesalahan yang dibuat peneliti selama wawancara berlangsung atau melengkapi hal-hal yang diperlukan. f. Analysis Case Negative, yaitu berusaha untuk menghindari kasus yang tidak sesuai dengan hasil penelitian dalam waktu tertentu. g. Refencial Adequacy Check, yaitu pengecekan bahan dokumentasi seperti hasil rekaman tape atau video-tape sebagai bahan refensi untuk meningkatkan kepercayaan atas keabsahan data.

21 3.2 Tranferabilitas (Transferability) Tranferabilitas adalah suatu kriteria untuk memenuhi bahwa hasil penelitian yang dilakukan dalam konteks tertentu dapat di transfer ke subyek lain yang memiliki topologi yang sama. Tranferabilitas bertujuan agar hasil penelitian dapat diaplikasikan dalam situasi lain. 3.3 Dependabilitas (Defendability) Defendabilitas adalah suatu kriteria untuk menilai apakah proses penelitian kualitatif bermutu atau tidak. Teknik yang sering digunakan adalah defendability audit yaitu meminta dependen atau independen auditor untuk memeriksa aktifitas peneliti. Dependabilitas sering juga dikenal dengan reliabilitas atau syarat validitas. 3.4 Konfirmabilitas (Confirmability) Konfirmabilitas adalah suatu kriteria yang digunakan untuk membuktikan kebenaran atau menilai kualitas dari hasil penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan dan dicantumkan dalam laporan lapangan. Hal ini dilakukan dengan membicarakan hasil penelitiaan dengan orang yang tidak ikut dan tidak berkepentingan dalam penelitian sehingga bisa lebih netral dan objektif.