BAB 1 PENDAHULUAN. mengingat kondisi keuangannya yang tidak mencukupi untuk berobat ke dokter.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. investasi dan hak asasi manusia, sehingga meningkatnya derajat kesehatan

BAB 5 PENUTUP. dan pemerintah, serta pelaksanaan dari perencanaan tersebut. Objek dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelayanan di bidang kesehatan merupakan salah satu bentuk pelayanan yang

BAB I PENDAHULUAN. Berlandaskan pada Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4

BAB I PENDAHULUAN. program yang dapat melahirkan mahasiswa mahasiswa yang terampil,

BAB 1 : PENDAHULUAN. setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya

DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA MILIK PEMERINTAH DAERAH. mutupelayanankesehatan.

BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN BUPATI DHARMASRAYA NOMOR : 7 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan

MEKANISME PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hak-hak sipil dan kebutuhan hajat hidup orang banyak itu harus atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial. 6

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Belanja Negara (APBN), disamping barang-barang inventaris kekayaan negara

BAB 1 PENDAHULUAN. dibangku perkuliahan. Magang termasuk salah satu persyaratan kuliah yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Badan penyelenggara jaminan sosial (BPJS) merupakan lembaga

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2012 TENTANG PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang awalnya bertujuan sosial untuk memberikan pelayanan kesehatan

BAB II GAMBARAN UMUM BADAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN KENDAL

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya. yang tidak mampu untuk memelihara kesehatannya maka pemerintah mengambil

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilakukan

BAB. I PENDAHULUAN. warga negara berhak mendapatkan pelayanan sesuai dengan hak-haknya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia telah diatur di dalam Undang-Undang Dasar

KATA PENGANTAR. Lumajang, 20 Maret 2015 WAKIL BUPATI LUMAJANG. ttd. Drs. H. A S A T, M Ag. Laporan Kinerja Kabupaten Lumajang Tahun 2014 i

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat ke rumah sakit atau ke balai pengobatan itu sendiri. Hal ini tentunya

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 5 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II PENGELOLAAN JAMINAN SOSIAL DI INDONESIA. D. Pengertian dan Dasar Hukum Jaminan Sosial

BAB I PENDAHULUAN. Tap MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaran Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 27 Tahun : 2014

BAB III BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN. menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor

PEMERINTAH DESA BATUJAJAR BARAT KECAMATAN BATUJAJAR KABUPATEN BANDUNG BARAT JL. Desa NO : 11 DESA BATUJAJAR BARAT KECAMATAN BATUJAJAR

JAMINAN KESEHATAN SUMATERA BARAT SAKATO BERINTEGRASI KE JAMINAN KESEHATAN MELALUI BPJS KESEHATAN

WALIKOTA DUMAI PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Evaluasi pelaksanaan..., Arivanda Jaya, FE UI, 2010.

BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA

BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Pembangunan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2012 TENTANG PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

WALIKOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan UU. No 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah bahwa

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

BAB II EKONOMI MAKRO DAN KEBIJAKAN KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. sebab itu, pemerintah daerah harus dapat melakukan optimalisasi sumbersumber. pemasukan yang potensial bagi kas daerah.

: Sekretaris Daerah Kota Medan

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu kita perlu memahami tentang asuransi. Kebutuhan akan

BAB I PENDAHULUAN. memandang negara tersebut negara berkembang atau negara maju, namun pada

Kebijakan Pemerintah Daerah dalam Perluasan cakupan peserta dan peningkatan kolektabilitas Iuran Jamsos Bid. Ketenagakerjaan

BAB II TINJAUAN UMUM. 2.1 Konsep Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan Nasional sesuai dengan ketentuan

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia pada undang-undang Nomor 36

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

-1- PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN SPAM OLEH KELOMPOK MASYARAKAT YANG DIBANTU FASILITATOR

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DAN ASET DESA

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR : 77 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 48 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 25 Tahun : 2014

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2009

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan hak bagi setiap orang. Untuk mewujudkannya pemerintah bertanggung

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

I. PENDAHULAN. Puskesmas merupakan suatu unit organisasi yang bergerak dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, dan aspek-aspek lainnya. Aspek-aspek ini saling berkaitan satu dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas hidup manusia sangat penting yang tertuang dalam 9

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan dalam bidang ketenagakerjaan merupakan bagian dari usaha

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan laba yang maksimum dalam rangka mempertinggi tingkat

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN

BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 26

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN. 4.1 Visi dan Misi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

WALIKOTA TANGERANG SELATAN,

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. yang dimaksud barang milik negara adalah semua barang yang dibeli atau

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 Pasal 1 ayat 3 adalah

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RENCANA KERJA TAHUNAN ( RKT ) TAHUN 2017

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

WALIKOTA PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan daerah.

BUPATI JEMBER PROVINSI JAWA TIMUR

SISTEM JAMINAN KESEHATAN DAERAH

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 49 TAHUN : 2005 SERI : A PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI. NOMOR : 3 Tahun 2005 TENTANG

drg. Usman Sumantri, MSc. Dewan Jaminan Sosial Nasional

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam melaksanakan segala kegiatan atau pekerjaannya, masyarakat dihadapkan pada suatu risiko yang beragam bagi setiap orangnya. Risiko tersebut dapat berupa risiko jiwa maupun harta benda milik pribadi. Bagi masyarakat miskin atau kurang mampu, menderita sakit merupakan suatu hal yang menyiksa, mengingat kondisi keuangannya yang tidak mencukupi untuk berobat ke dokter. Bagi para pekerja, pegawai, atau buruh, risiko yang paling rentan dihadapi adalah risiko kesehatan. Para pekerja akan sangat mungkin mengalami sakit saat menjalankan tugasnya. Kesehatan merupakan salah satu kekayaan yang tidak ternilai harganya. Kesehatan tersebut juga suatu hak bagi setiap orang, seperti yang dituangkan pada Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28 H. Dalam pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Amandemen IV dijelaskan bahwa tujuan negara adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan mengembangkan sistem jaminan sosial. Selain itu, Pasal 34 ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat. Sedangkan pada ayat (3) menjelaskan bahwa negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan yang layak. 1

2 Kebutuhan masyarakat akan jaminan sosial, terutama jaminan sosial kesehatan, sangatlah tinggi. Kecenderungan meningkatnya biaya pemeliharaan kesehatan dapat menyulitkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, terutama bagi mereka yang tidak mampu. Tidak hanya masyarakat miskin, para pekerja dan anggota keluarganya juga membutuhkan jaminan kesehatan, mengingat tingginya risiko sakit yang akan dialami pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya. Bagi masyarakat miskin, keberadaaan jaminan sosial kesehatan masyarakat (jamkesmas) sangat penting karena mereka dapat melakukan pengobatan tanpa harus memikirkan biaya yang mahal, dan sebagainya. Bagi para pekerja, keberadaan jaminan sosial kesehatan juga penting. Adanya jaminan sosial kesehatan bagi para pekerja dirasa untuk memberikan rasa aman dalam menjalankan tugasnya tanpa perlu takut untuk mengalami sakit. Selain itu, adanya jaminan sosial kesehatan juga dapat menjadi motivasi para pekerja untuk menjalankan tugas dengan baik karena kesehatannya telah terjamin. Adanya jaminan kesehatan, masyarakat diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak apabila terjadi hal-hal yang dapat mengakibatkan hilang atau berkurangnya pendapatan karena menderita sakit, kecelakaan, dan lain-lain. Jaminan kesehatan bagi setiap penduduk dirasa penting keberadaaannya dan setiap penduduk perlu memiliki jaminan kesehatan tersebut. Alasan mengapa setiap penduduk perlu memiliki jaminan kesehatan adalah, karena 1. Tarif biaya pelayanan kesehatan yang terus mengalami kenaikan, 2. Adanya pergeseran pola penyakit dari infeksi ringan ke penyakit Degeneratif Kronis,

3 3. Perkembangan teknologi kedokteran semakin maju sehingga berdampak pada biaya yang semakin mahal, 4. Pasien tidak mempunyai pilihan selain berobat, serta 5. Sakit berdampak pada kondisi sosial dan kondisi ekonomi. Penduduk yang mengalami sakit dan tidak memiliki jaminan kesehatan akan memiliki risiko individu yang hanya dirasakan oleh penduduk itu sendiri sehingga timbul beban ekonomi keluarga. Jika penduduk tersebut memiliki jaminan kesehatan, risiko yang didapat akan menjadi risiko kelompok karena biaya yang dikeluarkan penduduk ditanggung bersama secara gotong royong, tidak secara pribadi seperti saat tidak memiliki jaminan kesehatan, sehingga tidak memberatkan penduduk tersebut dalam segi ekonomi. Dengan keadaaan seperti itu, kehadiran lembaga jaminan sosial kesehatan dirasakan sangat penting. Mengingat tingginya risiko kesehatan yang dapat diderita masyarakat miskin dan para pekerja. Kehadiran lembaga ini dapat menghapus kekhawatiran masyarakat dan pekerja saat menderita suatu penyakit karena biaya pengobatan yang kemungkinan mahal dan tidak terjangkau oleh mereka. Adanya lembaga jaminan sosial kesehatan ini bukan berarti menghapus biaya pengobatan yang harus ditanggung masyarakat atau pekerja yang menderita sakit, tapi lembaga ini dapat mengurangi biaya pengobatan yang harus ditanggung masyarakat dan pekerja melalui biaya yang dibayarkan masyarakat atau pekerja pada lembaga setiap bulannya. Biaya yang dikenakan pada masyarakat miskin merupakan biaya minimal karena jamkesmas merupakan program milik pemerintah dan dana pada

4 jamkesmas berasal dari APBN atau APBD untuk kesehatan. Sedangkan bagi para pekerja, mereka harus membayar jaminan sosial kesehatan tersebut melalui perusahaan tempat mereka bekerja atau biasa disebut pemberi kerja dengan cara memotong gaji atau upah yang mereka dapat setiap bulan sesuai dengan tarif yang ditetapkan oleh peraturan yang berlaku. Biaya yang diterima dari pemerintah melalui APBN atau APBD dan juga dari para pekerja melalui pemberi kerja akan dikelola oleh lembaga jaminan sosial kesehatan. Nantinya, biaya tersebut akan kembali kepada masyarakat dan pekerja untuk dipergunakan saat mereka mengalami sakit dan butuh perawatan atau pengobatan. Dalam mengelola dana dari masyarakat dan para pekerja, lembaga jaminan sosial kesehatan dituntut untuk selalu transparan. Hal tersebut dirasa penting karena dana tersebut berasal dari masyarakat dan para pekerja serta diperuntukkan juga bagi masyarakat dan para pekerja. Dengan kata lain, jaminan sosial kesehatan merupakan hak dari masyarakat, yang terdiri dari pekerja dan masyarakat miskin. Selain transparan dalam mengelola dana, lembaga jaminan sosial kesehatan juga harus akuntabel dengan dana yang dikelola. Pengelolaan dana lembaga jaminan sosial kesehatan sangat erat kaitannya dengan aspek perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban. Aspek perencanaan merupakan aspek pertama yang harus dipikirkan lembaga jaminan sosial kesehatan. Aspek ini berkaitan dengan perumusan tujuan organisasi, dalam hal ini lembaga jaminan sosial kesehatan, dan juga cara mencapai tujuan tersebut dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki.

5 Aspek kedua adalah penganggaran. Aspek penganggaran berkaitan dengan perkiraan penerimaan dan pengeluaran yang dilakukan lembaga jaminan sosial kesehatan. Penerimaan berasal dari APBN atau APBD dan juga biaya yang dikumpulkan pemberi kerja dari para pekerja, sedangkan pengeluaran didapat dari masyarakat atau pekerja yang mengklaim jaminan sosial kesehatannya karena mengalami sakit dan membutuhkan pengobatan. Aspek selanjutnya adalah pelaksanaan. Aspek ini merupakan realisasi dari aspek perencanaan dan aspek pengganggaran. Aspek terakhir yang berkaitan dengan pengelolaan dana adalah pertanggungjawaban. Aspek ini merupakan kewajiban lembaga jaminan sosial kesehatan dalam memberikan laporan kinerjanya. Dari keempat aspek yang terkait dengan pengelolaan dana, aspek pertanggungjawaban menjadi bagian yang sangat penting dalam pelaksanaan seluruh kegiatan lembaga penyelenggaran jaminan kesehatan. Seluruh aktifitas yang dilakukan lembaga jaminan sosial kesehatan, terutama pengelolaan dana, harus dipertanggungjawabkan. Pertanggungjawaban atas kinerja lembaga jaminan sosial kesehatan tersebut ditujukan kepada pemberi dana, yaitu pemerintah dan tentunya masyarakat serta para pekerja. Transparansi pengelolaan dana dan pertanggungjawaban atas kinerja lembaga jaminan sosial kesehatan ini bertujuan untuk menumbuhkan dan memupuk kepercayaan dari masyarakat dan pemerintah terhadap kinerja lembaga tersebut dalam hal mengelola dana dari masyarakat dan pemerintah. Selain itu, adanya pertanggungjawaban atas pengelolaan dana dan seluruh kegiatannya kepada masyarakat dan pemerintah dapat mengetahui baik atau buruknya kinerja

6 lembaga jaminan sosial kesehatan dalam mengelola dana jaminan sosial kesehatan serta tindak lanjutnya dari pertanggungjawaban atas kegiatan tersebut. Untuk mengetahui proses pengelolaan dana dan segala aspek yang berkaitan dengan pengelolaan dana pada suatu lembaga sosial jaminan kesehatan diperlukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan pengelolaan dana jaminan sosial kesehatan dan seluruh aspek yang terkait. Pertanyaan-pertanyaan tersebut tentunya tidak boleh melebar dari permasalahan yang sedang diteliti dan tetap berpedoman pada peraturan yang berlaku mengenai hal-hal tersebut. Penelitian ini akan membahas tentang proses pengelolaan dana jaminan sosial kesehatan pada lembaga jaminan sosial kesehatan dan aspek pendukungnya. Namun, yang lebih difokuskan untuk diamati adalah aspek perencanaan, proses pengelolaan dana dan aspek pelaksanaan dari perencanaan yang sudah disusun. Lembaga jaminan kesehatan yang dipilih peneliti adalah Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Divisi Regional VII Provinsi Jawa Timur. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dijabarkan di muka, maka permasalahan yang akan diteliti adalah Bagaimana mekanisme penyusunan perencanaan, pengelolaan dana jaminan kesehatan, serta pelaksanaan kegiatan pada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Divisi Regional VII Provinsi Jawa Timur?

7 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui mekanisme penyusunan perencanaan, pengelolaan dana jaminan kesehatan yang berasal dari masyarakat dan pemerintah, serta pelaksanaan kegiatannya pada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Divisi Regional VII Provinsi Jawa Timur. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapakan dapat memberikan manfaat-manfaat sebagai berikut: 1. Kontribusi Praktis Dari penulisan skripsi ini diharapkan pihak manajemen yang terkait dapat memaparkan mekanisme perencanaan, pengelolaan dana jaminan sosial kesehatan, dan pelaksanaan kegiatan yang telah disusun pada BPJS Kesehatan Divisi Regional VII Provinsi Jawa Timur sehingga dapat menambah wawasan keilmuan dalam bidang perencanaan, pengelolaan dana jaminan kesehatan dan pelaksanaan kegiatan tersebut, serta diharapkan dapat membantu memecahkan masalah yang tengah dihadapi. 2. Kontribusi Teoretis Hasil penelitian ini secara akademis diharapkan dapat dijadikan bahan dalam pengembangan model analisis perencanaan, pengelolaan dana jaminan sosial

8 kesehatan serta pelaksanaannya agar dapat dijadikan dasar untuk penelitian selanjutnya dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan. 3. Kontribusi Kebijakan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan dan menetapkan kebijakan-kebijakan mengenai mekanisme penyusunan perencanaan, pengelolaan dana jaminan sosial kesehatan serta pelaksanaannya agar dapat bermanfaat bagi instansi terkait dalam menyusun perencanaan, mengelola dana jaminan kesehatan, dan melaksanakan perencanaan yang telah disusun sesuai dengan peraturan yang berlaku. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas dan tidak terarah maka diperlukan pembatasan arah pembahasan dalam penulisan dan penyusunan skripsi. Objek penelitian yang dipilih oleh peneliti adalah Kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Divisi Regional VII Provinsi Jawa Timur. BPJS Kesehatan berlokasi di Jl. Raya Jemursari No. 234 Surabaya. BPJS Kesehatan berwenang menagih iuran, menempatkan dana, melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta BPJS Kesehatan dan pemberi kerja, serta memberikan sanksi administrasi kepada peserta BPJS Kesehatan.