Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung

dokumen-dokumen yang mirip
Pidato Ketua MGB ITB Periode pada Acara Serah Terima Jabatan Ketua MGB ITB

Pandangan MGB mengenai Model Masyarakat Akademik dan Sistem Governance ITB

Pandangan MGB mengenai Kegurubesaran dan Guru Besar ITB

KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 20/SK/K01-SA/2008 TENTANG KEBIJAKAN DASAR DAN NORMA AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

FORUM Senat Akademik ITB, Juli 2017 ITS BERBAGI PENGALAMAN

SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

KODE ETIK DOSEN LEMBAGA PENJAMINAN MUTU

KEBIJAKAN PEMBINAAN KEMAHASISWAAN

SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

KETETAPAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 023/SK/K01-SA/2002 TENTANG HARKAT PENDIDIKAN DI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

KETENTUAN MENGENAI TOLOK UKUR DAN TATA CARA PENILAIAN KINERJA PIMPINAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Pidato Ketua Senat Akademik ITB Pada Peringatan Dies Natalis ke-49 ITB

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju mensyaratkan para pekerja yang cakap, profesional dan terampil.

KETETAPAN MAJELIS WALI AMANAT IPB NOMOR : 62 /MWA-IPB/2007 T E N T A N G

SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Bandung, 13 Juli 2017

KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 20/SK/K01-SA/2010 TENTANG FOKUS RISET INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

REV 20 FEBRUARI 2015 RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENELITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MUKADIMAH. Untuk mewujudkan keluhuran profesi dosen maka diperlukan suatu pedoman yang berupa Kode Etik Dosen seperti dirumuskan berikut ini.

KEPUTUSAN MAJELIS WALI AMANAT UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 002/SK/MWA-UI/2008 TENTANG NORMA UNIVERSITAS RISET. Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa

UNIVERSITAS GADJAH MADA KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK NOMOR : 08/SK/SA/ 2004 TENTANG KODE ETIK SENAT AKADEMIK SENAT AKADEMIK UNIVERSITAS GADJAH MADA,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi Bangsa Indonesia adalah

RISALAH RAPAT KOMISI KELEMBAGAAN (K II) SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Bab 4. Visi, Misi, Tata Nilai, Tujuan Strategik, Arah Kebijakan dan Strategi Fakultas Ekonomi Unila

KETETAPAN MAJELIS WALI AMANAT INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR : 65 /MWA-IPB/2007 T E N T A N G

KODE ETIK DOSEN STIKOM DINAMIKA BANGSA

SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

KEBIJAKAN NORMATIF HUBUNGAN ANTARA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DENGAN ALUMNI DAN DENGAN IKATAN ALUMNI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

IKATAN KELUARGA ALUMNI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 152 TAHUN 2000 (152/2000) TENTANG PENETAPAN UNIVERSITAS INDONESIA SEBAGAI BADAN HUKUM MILIK NEGARA

BAB III GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KELAS KHUSUS INTERNASIONAL DI UNIVERSITAS INDONESIA REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA,

TOLOK UKUR DAN TATA CARA PENILAIAN KINERJA SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

SAMBUTAN KETUA SENAT AKADEMIK ITB Pertemuan Awal Semester II 2013/2014 Aula Barat Institut Teknologi Bandung 24 Januari 2014

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN:

KODE ETIK DOSEN MUKADIMAH BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 15/SK/K01-SA/2004 TENTANG KEBIJAKAN RISET INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN1990 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

SENAT AKADEMIK UNIVERSITAS INDONESIA

SAMBUTAN KETUA SENAT AKADEMIK ITB Pertemuan Awal Semester II 2012/2013 Aula Timur Institut Teknologi Bandung 18 Januari 2013

KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 032/SK/K01-SA/2002 TENTANG NILAI-NILAI INTI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Manual Mutu Pengabdian

MEMULAI KARIR BERBASIS KEJUJURAN DARI PENDIDIKAN DI ITB

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI. Presiden Republik Indonesia,

PERATURAN MAJELIS WALI AMANAT INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 001/P/I1-MWA/2014 TENTANG

Rencana Program Akademik Kampus ITB Walini. (Draft Versi 1.0, 31 Mei 2012)

SAMBUTAN KETUA SENAT AKADEMIK ITB Dies Natalis ke-56 Aula Barat Institut Teknologi Bandung, Senin 2 Maret 2015

1. Visi, Misi, Strategi dan Tujuan Universitas Dhyana Pura Visi Visi Universitas Dhyana Pura adalah Perguruan Tinggi Teladan dan Unggulan.

Menimbang : Mengingat :

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

MEMANTAPKAN RAMBU SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN KEGIATAN AKADEMIK ITB. Oleh: Djoko Santoso, DR., Ir., M.Sc. Profesor dan Ketua Senat Akademik ITB

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN LEMBAGA MITRA KERJA PENDIDIKAN TINGGI ISLAM

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2013 TENTANG STATUTA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

KESATUAN ITB DI ANTARA HARAPAN, TANTANGAN DAN KESEMPATAN Oleh: Dr. Ir. Djoko Santoso, M.Sc. (Guru Besar dan Ketua Senat Akademik ITB)

PEDOMAN POKOK NILAI-NILAI PERJUANGAN YAYASAN LBH INDONESIA DAN KODE ETIK PENGABDI BANTUAN HUKUM INDONESIA

Bandung, 26 Mei 2016

SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 01/SK/K01-SA/2008 TENTANG KEBIJAKAN SISTEM PENILAIAN HASIL BELAJAR MAHASISWA

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

KETETAPAN MAJELIS WALI AMANAT UNIVERSITAS INDONESIA Nomor : 007/TAP/MWA-UI/2005 TENTANG : ETIKA PENELITIAN BAGI SETIAP ANGGOTA SIVITAS AKADEMIKA

Puji syukur kehadirat Allah SWT, kita berkumpul dalam rangkaian acara ITB

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan kepemimpinan saat ini adalah menghadapi perubahan lingkungan

KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 18/SK/K01-SA/2007 TENTANG

MIMPI MEMPUNYAI UNIVERSITAS KELAS DUNIA. Oleh Hendra Gunawan*

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI PERKUATAN DAN PENGEMBANGAN WAWASAN KEBANGSAAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PIDATO KETUA SENAT AKADEMIK. Peran dan Tanggung Jawab Senat Akademik Menjembatani Retorika Pendidikan Tinggi dengan Realita

KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 37/SK/K01-SA/2006 TENTANG PEDOMAN EVALUASI KURIKULUM

Manual Mutu Akademik

Revisi Ke : Tanggal : 10 Oktober 2014 Dikaji ulang : Ketua Prodi D3 Keperawatan Dikendalikan : Badan Penjaminan Mutu Disetujui Oleh : Dekan

MAJELIS WALI AMANAT INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

A N G G A R A N D A S A R KEKERABATAN ALUMNI ANTROPOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA (KELUARGA) MUKADIMAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN SENAT AKADEMIK INSTITUT PERTANIAN BOGOR. Nomor : 91/SA-IPB /SP/2014

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN PROGRAM LEMBAGA MITRA KERJA PENDIDIKAN TINGGI ISLAM

MAJELIS WALI AMANAT INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

SAMBUTAN REKTOR ITB pada PERESMIAN PENERIMAAN MAHASISWA BARU ITB TAHUN AKADEMIK 2010/2011 ITB SEBAGAI KAMPUS PEMBINAAN PARA CALON PEMIMPIN BANGSA

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik.

SAMBUTAN MENTERI AGAMA PADA PERINGATAN HARI AMAL BAKTI KE-68 KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA TANGGAL 3 JANUARI 2014

KETETAPAN MAJELIS WALI AMANAT IPB NOMOR : 02/MWA-IPB/2002 T E N T A N G ORGANISASI MAJELIS WALI AMANAT INSTITUT PERTANIAN BOGOR

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 246/P/SK/HT/2004 TENTANG KODE ETIK DOSEN UNIVERSITAS GADJAH MADA REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA,

KETETAPAN MAJELIS WALI AMANAT IPB NOMOR : 08/MWA-IPB/2002 T E N T A N G TATA CARA PEMILIHAN DAN PENGANGKATAN PIMPINAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Kajian Statuta Universitas Indonesia Aspek Organisasi. Oleh: Muhammad Ridha Intifadha 1

KEMENTERIAN AGAMA RI SAMBUTAN MENTERI AGAMA PADA PERINGATAN HARI AMAL BAKTI KE - 68 KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 10/SK/K01-SA/2009 TENTANG KETENTUAN & TATA KERJA SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR : 30/I/KEP/SA/2003. tentang KEBIJAKAN DASAR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PIAGAM KERJASAMA PARTAI DEMOKRAT DAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA TAHUN

REVOLUSI MENTAL DAN PENDIDIKAN PASCASARJANA

KODE ETIK DOSEN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

KETENTUAN UMUM Pasal 1 Pengertian Peraturan Penelitian dan Publikasi Ilmiah

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dunia perguruan tinggi di Indonesia, maka sangatlah logis apabila. maupun jurnal intemasional. Hal ini merupakan salah satu upaya

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

UU 8/1990, AKADEMI ILMU PENGETAHUAN INDONESIA. Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor : 8 TAHUN 1990 (8/1990) Tanggal : 13 OKTOBER 1990 (JAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan juga merupakan cara yang efektif sebagai proses nation and

Transkripsi:

Institut Teknologi Bandung Sambutan Pada Refresshing Dosen 2007 Oleh: Harijono A. Tjokronegoro Sekretaris Majelis ITB (MGB) adalah salah satu dari empat pilar untuk penyelenggaraan Institut Teknologi Bandung, yang fungsi, tugas dan tanggung jawabnya sangat distinct (PP No. 155/2000, Ps. 1(8), dan Ps. 36(3): mengemban tanggung jawab atas tegaknya integritas moral dan etika perofesional civitas akademika institut dan atas kukuhnya kesarjanaan di lingkungan institut, ART ITB Th. 2005 Ps. 1(3), dan Ps. 50). MGB bertanggungjawab dalam tugas pembinaan nilai-nilai universal perguruan tinggi, yaitu sebagai: the house of learning, the guardians of values, the agent of change, the house of culture, the bastion of academic freedom. Makna lebih spesifik dari keberadaan MGB adalah bertanggung jawab menjaga idealisme akademik, yang meliputi: dihasilkannya secara terus-menerus ilmu pengetahuan baru oleh masyarakat akademik di lingkungan Institut, tetap terjaganya sepanjang masa kebenaran hakiki ilmu pengetahuan yang telah hadir, serta diusahakannya secara terus menerus manfaat maksimum dari setiap ilmu pengetahuan yang disumbangkan oleh Institut kepada lingkungannya. Berbeda dengan pilar yang lainnya, MGB tidak mempunyai perangkat formal dalam mensintesakan dan melaksanakan fungsi, tugas dan taggung jawabnya di atas, 1

kecuali harus bertanggung jawab sepenuhnya kepada masyarakat akademik ITB (PP No. 155/2000, Ps. 36). Namun demikian, justru disinilah posisi yang paling benar bagi MGB, pada suatu kultur dan tradisi sebuah universitas, yang kekuatan utamanya ada pada para anggotanya, yang academic leader, yang tersebar dalam berbagai posisi, baik vertikal maupun horisontal, lokal, nasional bahkan internasional. Untuk itu, pada prioritas pertamanya, MGB sangat concern pada pembangunan values pada para anggota komunitas akademik ITB, khususnya values dari para anggota MGB dimanapun mereka berada menjalankan fungsi, tugas serta tanggung jawab kegurubesarannya (academic leader). Dengan latar belakang tersebut diatas, serta dilandasi oleh semangat untuk selalu bersama dengan pilar-pilar yang lainnya dalam usaha mewujudkan cita-cita ITB, MGB menyelenggarakan berbagai kegiatan yang prioritas utamanya adalah membangun nilai-nilai masyarakat akademik ITB, lebih khususnya adalah membangun kualitas dan derajat values pada para anggota MGB sebagai pemimpin akademik. Dengan kegiatan tersebut diharapkan dapat terwujud sosok kelembagaan MGB yang berkualitas yang mendukung cita-cita visi ITB menjadi perguruan tinggi riset yang diakui oleh dunia. Berbagai pertemuan dan acara diskusi telah diselenggarakan oleh MGB guna memfasilitasi kehadiran para anggotanya untuk secara aktif menimba, mengasah, dan meningkatkan kualitas values-nya sebagai academic leader. Demikian pula berbagai pemikiran telah pula dihimpun dan disebar-luaskan kepada masyarakat ITB. Bahkan, mengingat maknanya yang demikian penting pada tataran values, maka informasi-informasi terdokumentasi tersebut disediakan pula untuk dapat dimanfaatkan oleh masayarakat umum yang di luar ITB sekalipun. Di antara sangat banyak kegiatan yang telah dilaksanakan pada kurun waktu hingga pertengahan tahun 2007 ini, dapat dilaporkan antara 2

lain (dengan bekerjasama dengan berbagai pihak) MGB telah menyelenggarakan diskusi dengan dua lembaga informal untuk memahami tentang visi bangsa Indonesia jauh ke depan (Yayasan Indonesia Forum: VISI Indonesia 2030, dan Hartarto Sastrosoenarto: Menuju Visi Indonesia 2030). Dalam pertemuan ini wawasan kita telah dibuka, bukan saja dalam dimensi pendidikan, tetapi juga sosial, ekonomi, bahkan politik, yang secara keseluruhan akan berpengaruh pada perjalanan bangsa Indonesia ke depan. Pengetahuan ini amat sangat berharga bagi kita, mengingat peran kita sebagai pelaku utama dalam membentuk budaya bangsa Indonesia. Kegiatan yang lain, sehubungan dengan concern kita pada masalah pendidikan bangsa, MGB telah menyelenggarakan seminar bersama dengan para tokoh media massa di Indonesia tentang peran media massa dalam pendidikan bangsa. Meskipun banyak diskusi yang lain tentang pendidikan yang telah diselenggarakan oleh MGB, pelajaran penting yang kita peroleh khususnya dari kegiatan yang ini adalah memang tidak mudah bersama-sama memperbaiki sistem pendidikan bangsa, pada saat bangsa telah terganggu nilainilai sosialnya seperti dewasa ini. Masih dalam concern pendidikan, MGB telah pula membahas pengalaman Li Lanqing (Former Chinese Vice Premier) dalam 10 tahun melakukan reformasi pendidikan di China (1993-2003), melalui bukunya yang berjudul Education for 1.3 Billion (2005). Banyak undangan kita layangkan untuk hadir pada diskusi ini, bahkan kita undang pula masyarakat dari luar ITB untuk memperkaya kualitas diskusi. Banyak values dapat kita peroleh dari acara ini. Namun ada satu point di antara banyak point berharga yang kemudian terungkap pada kegiatan tersebut. Di antara yang hadir adalah perwakilan dari Bapeda dari sebuah propinsi besar di Indonesia, yang dengan jujur mengungkapkan telah terdapat peningkatan anggaran pendidikan untuk 3

wilayahnya. Namun yang menjadi keprihatinan wakil Bapeda tersebut adalah bahwa Pemerintah Daerah tidak tahu bagaimana menggunakan peningkatan dana pendidikan tersebut untuk daerahnya. Ternyata ketersediaan dana bukan segalanya bagi usaha perbaikan pendidikan di Indonesia. Bukankah hal demikian merupakan point pelajaran yang sangat berharga untuk pembangunan kualitas values para academic leader di ITB, yang selalu menjadi tempat bertanya tentang membangun sistem pendidikan di Indonesia. Sejak akhir tahun 2006 yang lalu MGB mencoba menghadirkan suatu tradisi yang selama ini praktis tidak ada di ITB, yaitu menyelenggarakan Pidato Ilmiah Guru Besar Institut Teknologi Bandung. Guru Besar adalah jabatan institut yang dipercayakan kepada seorang dosen yang pantas untuk mengemban tugas serta kewajiban dalam melaksanakan kepemimpinan akademik (academic leader) yang bertanggung jawab dalam melahirkan dan menjaga kebenaran ilmu pengetahuan di lingkungan ITB. Dengan demikian, makna dari jabatan Guru Besar adalah identik dengan kehadiran ilmu baru yang berdasarkan norma akademik telah diakui, bahkan telah pula dibuktikan kemanfaatannya bagi masyarakat. Sejalan dengan hal tersebut, menghasilkan Guru Besar baru serta menyelenggarakan prosesi pidato ilmiah Guru Besar adalah bentuk tanggung jawab dari institusi ITB kepada semua unsur stake holders dalam menampilkan pemimpin akademik serta menyuguhkan karyakaryanya untuk kesejahteraan dan perdamaian umat manusia. Dengan demikian pula, masyarakat luas akan segera mengetahui kontribusi yang telah diberikan, yang ditawarkan, serta yang dijanjikan oleh institusi ITB. Tiga kata kunci akan dikemukakan dalam pidato ilmiah Guru Besar ITB, yaitu: kebenaran ilmu pengetahuan baru yang telah dikembangkan dan dipromosikannya, kemanfaatan serta kemungkinan pengembangan yang dijanjikan pada ilmu 4

pengetahuan yang telah dikembangkan dan dipromosikannya, dan jawaban atas hari depan dari ilmu pengetahuan baru yang telah dikembangkan dan dipromosikannya, baik dari sisi keilmuan maupun dari sisi masyarakat yang akan memanfaatkannya. Namun demikian, oleh karena ini suatu tradisi yang baru bagi ITB, maka mewujudkan kualitas serta idealisme dari obyektif pidato ilmiah Guru Besar sangat memerlukan perhatian kita semua, terutama agar kelak tidak berubah arah menjadi sesuatu yang justru menyebabkan degradasinya values dari Guru Besar maupun institusi ITB. Khususnya tentang values kegurubesaran di atas, MGB telah menyelenggarakan beberapa kali kegiatan pertemuan dan sarasehan tentang membangun kegurubesaran dan pemikiran MGB dalam mewujudkan kegurubesaran di ITB. Melalui kegiatan tersebut telah dirumuskan pemikiran tentang sosok pemimpin akademik yang dibutuhkan oleh ITB manakala berkehendak mendapatkan pengakuan masyarakat dunia. Yang amat kuat melatar-belakangi pendapat yang terumuskan dari kegiatan tersebut di atas utamanya adalah kesadaran MGB bahwa menjadi perguruan tinggi Indonesia yang mendapatkan pengakuan kelas dunia bukan saja wajib bagi ITB, tetapi juga tanggung jawab ITB atas kepercayaan yang telah diberikan bangsa Indonesia kepada ITB. Tidak ada di antara kita yang tidak menyadari bahwa amat banyak permasalahan yang perlu diselesaikan oleh bangsa Indonesia, juga oleh ITB, baik vertikal maupun horisontal. Sementara banyak dinyatakan oleh berbagai pendapat bahwa, pada kurun waktu yang tidak terlalu lama, Indonesia akan berada pada titik pusat geopolitik kumpulan negara-negara Asia yang akan mendominasi kekuatan sekaligus menjadi perhatian dunia. Oleh karena itu, atas dasar keterbatasan yang ada, ITB perlu berani menetapkan perannya yang paling pantas, bersama-sama kekuatan bangsa yang lain, untuk terwujudnya 5

daya saing serta martabat bangsa Indonesia menghadapi posisi geopoliknya yang akan datang. Suatu usaha untuk mensejajarkan bangsa Indonesia pada kekuatan bangsa-bangsa lain di kawasan Asia perlu menjadi pemikiran ITB ke depan. Untuk ini MGB menyadari dengan sesungguhnya betapa tantangan yang dihadapi untuk terwujudnya cita-cita di atas. Suatu tradisi luhur yang lain yang akan terus dibangun oleh MGB adalah kewajiban dan tanggung jawab memberikan penghargaan kepada siapapun yang telah berjasa dan berprestasi luar biasa dalam pengembangan keilmuan yang menjadi concern Institut. Hingga saat ini ITB mencatatkan sangat sedikit dalam memberikan penghargaan Doktor Kehormatan maupun Guru Besar Kehormatan kepada mereka yang telah mempersembahkan karya-karyanya yang luar biasa kepada bangsa, tak terkecuali kepada anggota masyarakat ITB sendiri. Suatu catatan yang dapat menggambarkan pula kualitas values pada kepemimpinan ITB (dan masyarakat di dalamnya) pada saat ini. Meskipun hal demikian belum terungkap secara terbuka, namun di lubuk hatinya yang paling dalam, diyakini masyarakat mempertanyakan hal tersebut. Tanggap akan hal ini, demi values-nya, MGB akan lebih aktif mencari dan menemukan mereka-mereka (dimanapun mereka berada) yang telah berjasa dan berprestasi luarbiasa dalam pengembangan untuk kemanfaatan keilmuan, khususnya pada lingkup keilmuan yang menjadi komitmen ITB, dan mengusulkannya untuk mendapatkan penghargaan Institut. Dan kemudian, MGB akan menyelenggarakan suatu bentuk pertanggung-jawaban Institut kepada masyarakat, lebih dari sekedar menyampaikan selembar surat pengakuan kepada yang bersangkutan. Mengawali hal ini, MGB telah mengagendakan semacam simposium/seminar terbuka tentang consilience, dimana MGB akan mengundang berkenannya para Guru Besar Emiritus ITB untuk menyampaikan 6

pemikirannya tentang bagaimana mewujudkan the unity of knowledge, yang telah banyak dikemukakan oleh berbagai sumber, akan merupakan kunci keberhasilan banyak hal ke depan. Kami meyakini bahwa topik ini akan sangat bermanfaat bagi pemahaman usaha membangun kualitas akademik bangsa Indonesia dewasa ini. Telah banyak dikatakan bahwa dewasa ini, dan kedepan, individu-individu yang paling berharga bukanlah mereka yang sangat maju dalam suatu spesialisasi, melainkan mereka yang mampu menangani masalah dengan mensinergikan beberapa disiplin keilmuan, dan kreatif menciptakan solusi menuju ke realisasi yang sangat bermanfaat bagi kesejahteraan umat manusia, dengan nilai-nilai etika sebagai rambu-rambu acuannnya. Dari berbagai diskusi di MGB, kami sangat menyepakati hal ini, bahkan kami sependapat bahwa langkah-langkah penyelesaian dengan pendekatan kartesianisme dan fragmental adalah merupakan keputusan yang sangat fatal. Untuk itu pula kami sangat mempercayai bahwa MGB akan mendukung setiap usaha membangun nilai-nilai interaksi antar disiplin keilmuan di ITB, bahkan dengan disiplin keilmuan yang diluar ITB sejauh masih efektif untuk terwujudnya cita-cita ITB. Sebagai penutup, dalam kesempatan yang terbatas ini kami tidak mungkin menyampaikan secara rinci semua kegiatan yang telah maupun yang akan dilaksanakan oleh MGB bersama perangkatnya. Namun dengan kapasitas yang ada, kami mempercayai bahwa MGB akan tidak berhenti, bahkan akan semakin aktif, berusaha membangun dan menjaga values Institut menghadapi berbagai perubahannya, sejalan dengan perubahan budaya dan kelahiran berbagai bentuk peradaban baru dunia. Diantara agenda MGB ke depan adalah dalam kerangka (ART ITB Tahun 2005, Ps 50(2)): mengkaji dan mengembangkan konsep pembinaan kehidupan akademik sivitas akademika Institut, mengkaji dan 7

mengembangkan sistem nilai akademik Institut, dan mengkaji dan merumuskan pandangan pengembangan Institut. Namun demikian, kami ingin menyampaikan sekali lagi bahwa keberhasilan dalam menjalankan fungsi, tugas, serta tanggung jawabnya, yang pada tataran values di atas, amat sangat bergantung pada para anggotanya yang secara kolektif membangun Majelis. Untuk itu, betapapun kendala yang kami hadapi, MGB tidak ingin berhenti berusaha mendukung sinergi dengan Majelis Wali Amanat, dengan Senat Akademik, dan dengan Eksekutif untuk mendapatkan langkahlangkah efektif membangun values seluruh anggota masyarakat akademik ITB, mencapai karir tertingginya, menghantarkan cita-cita Institut. Apapun kendalanya, values seorang pemimpin akademik tidak mungkin untuk direduksi untuk terwujudnya cita-cita ITB. Memang perubahan-perubahan harus segera dilakukan dan ditempuh dengan amat segera. Namun untuk itu, bukan hanya keberanian mengambil keputusan yang menjadi modal. Kita memerlukan pertimbangan yang cermat, meskipun amat segera, dengan mengkaji berbagai aspek dan tanggung jawab, serta menyadari bahwa setiap keputusan akan melahirkan tradisi baru, bahkan peradaban baru, yang ireversible sifatnya, yang seringkali tidak dapat diduga bentuk kemanfaatannya. Menurut hemat kami, yang saat ini perlu menjadi pertimbangan penting oleh kita semua, adalah bagaimana tradisi dan kultur masyarakat ITB telah tumbuh dan berkembang, yang betapapun telah pula menghasilkan banyak pengakuan amat penting dari masyarakat, kemudian dapat dijadikan potensi bagi pembangunan ITB ke depan sehingga semakin berarti keberadaannya bagi bangsa Indonesia. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa meridloi setiap usaha kita membangun ITB. 8