BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan yang bergerak di berbagai bidang bisnis. Perkembangan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belah pihak tersebut adalah peristiwa hukum yang dapat berupa perbuatan,

I. PENDAHULUAN. rohani. Kebutuhan manusia tidak terbatas, faktor yang menyebabkan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat serta kompleks melahirkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. usaha yang efisien. Perusahaan yang semula menitikberatkan pada proses

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis di Indonesia telah memasuki era globalisasi,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah franchise dalam Bahasa Prancis memiliki arti kebebasan atau freedom.

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat bertahan hidup sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. yang sudah ada, dikenal istilah franchise yang sudah di Indonesiakan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. mobilitas masyarakat yang semakin tinggi di era globalisasi sekarang ini. mengakibatkan kerugian pada konsumen.

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengirim. Dimana ekspeditur mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut

BAB 1 PENDAHULUAN. Subekti dan Tjitrosudibio, Cet. 34, Edisi Revisi (Jakarta: Pradnya Paramita,1995), pasal 1233.

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Harus diakui bahwa globalisasi merupakan gejala yang dampaknya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik itu lembaga di bidang ekonomi, sosial, budaya, teknologi

I. PENDAHULUAN. berlaku pada manusia tetapi juga pada benda atau barang. Perpindahan barang

I. PENDAHULUAN. manajemen. Waralaba juga dikenal sebagai jalur distribusi yang sangat efektif

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang yang hidup di dunia dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyelenggaraan ibadah haji dan umroh merupakan tugas nasional karena

I. PENDAHULUAN. Dengan adanya hukum, hak-hak serta kewajiban-kewajiban anggota masyarakat

I. PENDAHULUAN. menimbulkan pengaruh terhadap berkembangnya transaksi-transaksi bisnis yang

BAB I PENDAHULUAN. produknya baik barang atau jasa dapat melakukan dengan berbagai cara, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian kredit pembiayaan. Perjanjian pembiayaan adalah salah satu bentuk perjanjian bentuk

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduknya. Peningkatan pertumbuhan penduduk. meningkatkan pula kebutuhan lahan permukiman di kawasan perkotaan.

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, maka manusia mengingkari kodratnya sendiri. Manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Perumahan dan pemukiman merupakan kebutuhan dasar manusia dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanggung jawab dalam bahasa Inggris diterjemahkan dari kata responsibility

sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 1792 Bab XVI Buku III Kitab

BAB I PENDAHULUAN. jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan atau jasa yang akan

BAB I PENDAHULUAN. membayar royalti dalam jumlah tertentu dan untuk jangka waktu tertentu.

I. PENDAHULUAN. ini merupakan persoalan bagi setiap perusahaan agar dapat bersaing dengan usaha

BAB I PENDAHULUAN. tidak bertentangan dengan Undang-undang dan Peraturan-peraturan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman dan meningkatnya tingkat kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. menjamur, hal ini disebabkan oleh adanya keinginan pemilik franchise untuk

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran arus lalu lintas penduduk dari dan kesuatu daerah tertentu.

I. PENDAHULUAN. Pada hakekatnya dalam kehidupan perekonomian khususnya dalam bidang

Undang-Undang Merek, dan Undang-Undang Paten. Namun, pada tahun waralaba diatur dengan perangkat hukum tersendiri yaitu Peraturan

I. PENDAHULUAN. lahirnya perusahaan yang menjalani berbagai kegiatan usaha untuk memajukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perkembangan dunia dewasa ini ditandai dengan arus globalisasi di segala

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi yang bergerak melaju sangat pesat, serta

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, dinamis dan sangat prospektif dan penuh dengan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. manusia menjadi hal yang tidak terelakkan, terutama dalam memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam pencapaian berbagai sasaran, guna menunjang

A.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupan mempunyai bermacam-macam kebutuhan. dalam hidupnya. Kebutuhan itu berfungsi untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan era globalisasi yang semakin pesat berpengaruh

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JAMBI FAKULTAS HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan relasi kerjasama abadi antara laki laki dan perempuan,

I. PENDAHULUAN. segala aspek yang berkaitan dengan persaingan usaha yaitu mencakup hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Tingkat perkembangan ekonomi dunia dewasa ini ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Perjanjian dalam Pasal 1313

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam perkembangan kebutuhan manusia pada umumnya dan pengusaha

BAB I PENDAHULUAN. dan kepercayaan terhadap merek tersebut. untuk memperoleh/meraih pasar yang lebih besar. Berdasarkan hal tersebut,

III. METODE PENELITIAN. dirumuskan dengan kemungkinan-kemungkinan sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya sesuai dengan prinsip ekonomi.

III. METODE PENELITIAN. terhadap asas-asas hukum. Penelitian asas-asas hukum dilakukan terhadap

I. PENDAHULUAN. kecil, serta melalui sistem penjualan grosir maupun retail merupakan perwujudan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARALABA. waralaba dapat diartikan sebagai usaha yang memberikan untung lebih atau

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan bertambahnya populasi kendaraan pribadi yang merupakan faktor penunjang

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Balakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga atau industri yang bergerak di bidang

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN WARALABA. (Studi Pada Perjanjian Waralaba Rumah Makan Ayam Bakar Wong Solo) S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. memulai usaha dari nol, karena telah ada sistem yang terpadu dalam. berminat untuk melakukan usaha waralaba.

BAB II ASPEK HUKUM MENGENAI PERSEROAN TERBATAS DAN PENERAPAN ASAS PIERCING THE CORPORATE VEIL ATAS TANGGUNG JAWAB DIREKSI

BAB I PENDAHULUAN. asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Dimana sebagian besar masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. handy talky. Tren alat komunikasi yang selalu mengalami pergeseran,

BAB I PENDAHULUAN. hanya satu, yaitu PT. Pos Indonesia (Persero). Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian adalah terjemahan dari bahasa Inggris, yaitu research. Kata research

METODE PENELITIAN. sistematika, dan pemikiran tertentu dengan jalan menganalisisnya. Metode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian hukum normatif-empiris (terapan), yaitu

I. PENDAHULUAN. Kehadiran bank sebagai penyedia jasa keuangan berkaitan dengan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah salah satu sumber penerimaan penting yang akan digunakan

I. PENDAHULUAN. barang, dan urusan-urusan keuangan yang bertalian dengan kegiatan-kegiatan ini.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang menyumbang sekitar 880,17 triliun pada Produk Domestik Bruto

Pedoman Pasal 50 huruf d Tentang Pengecualian terhadap Perjanjian dalam Rangka Keagenan

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 16 TAHUN 1997, TENTANG WARALABA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. penyalur dana masyarakat yang bertujuan melaksanakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. khusus (benoemd) maupun perjanjian umum (onbenoemd) masih berpedoman

SYARAT DAN KETENTUAN

I. PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis waralaba di Indonesia tergolong sangat prospektif karena

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

TANGGUNG JAWAB HUKUM PELAKU USAHA TERHADAP KONSUMEN Oleh : Sri Murtini Dosen Fakultas Hukum Universitas Slamet Riyadi Surakarta.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun

BAB I PENDAHULUAN. informasi keunggulan produk dari merek tertentu sehingga mereka dapat

ANALISIS TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN WARALABA DI INDONESIA

ASAS NATURALIA DALAM PERJANJIAN BAKU

III. METODE PENELITIAN. konstruksi, yang dilakukan secara metodologis, sitematis dan konsisten.

METODE PENELITIAN. menjawab permasalahan sesuai dengan fakta atau data yang ada dan dapat

I. PENDAHULUAN. rakyat. Oleh karena itu, hasil-hasil pembangunan harus dapat dinikmati oleh

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah

BAB I PENDAHULUAN. itu tidaklah mudah. Salah satu alternatif yang di ambil guna mencukupi

BUPATI BANGKA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan, beralihnya, berubahnya atau berakhirnya sesuatu yang

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. A. Pembiayaan Konsumen dan Dasar Hukumnya

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.04/2016 TENTANG AGEN PERANTARA PEDAGANG EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalan penelitian normatif empiris. Penelitian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ekonomi pada suatu negara ditandai dengan munculnya perusahaan-perusahaan yang bergerak di berbagai bidang bisnis. Perkembangan perusahaan tersebut ditandai dengan banyaknya kerjasama bisnis dengan pihak lain atau dengan perusahaan lain. Berbagai macam cara pengembangan usaha yang dapat dilakukan dan juga telah diatur oleh hukum diantaranya adalah: waralaba (franchise), ekspor-impor, pembiayaan (kredit), dan juga keagenan. Keagenan adalah salah satu bentuk kerjasama dalam hal pengembangan usaha dengan keunggulannya yaitu mendirikan agen baru tanpa membuka kantor cabang tetapi hanya menunjuk perusahaan lain sebagai wakil perusahaannya di daerah pemasaran baru. Kerjasama keagenan dapat dilakukan antar perusahaan nasional bahkan saat ini banyak kerjasama keagenan dilakukan oleh perusahaan Indonesia dengan perusahaan asing. Bentuk kerjasama tersebut dapat dipilih oleh suatu perusahaan di samping membuka cabang perusahaan tersebut juga dapat memperluas pemasaran produknya kepada konsumen. Istilah keagenan berasal dari bahasa Inggris yaitu agent yang diterjemahkan menjadi agen atau keagenan yang diartikan sebagai pemberian kuasa bersifat

2 perwakilan tetap ataupun tidak tetap. Pemberian kuasa tersebut dilakukan dengan cara melaksanakan suatu perjanjian keagenan (agency agreement), yaitu perjanjian pemberian kuasa bersifat perwakilan tetap atau tidak tetap antara perusahaan sejenis yang satu dengan perusahaan sejenis yang lain untuk melaksanakan segala kepentingan prinsipal di wilayah pemasaran tertentu. Dalam hubungan hukum keagenan, perusahaan sejenis yang diwakili kepentinganya di sebut prinsipal dan perusahaan pemberi kuasa untuk mewakili kepentingan prinsipal disebut dengan agen perusahaan. 1 Di Indonesia kontrak hukum keagenan tunduk pada ketentuan hukum pemberian kuasa (lastgeving) yang diatur di dalam Pasal 1792 sampai dengan Pasal 1819 KUHPdt. Pemberian kuasa tersebut dapat dilakukan antara pihak-pihak yang berstatus individu atau antara pihak-pihak yang berstatus badan hukum atau persekutuan yang menjalankan perusahaan. 2 Salah satu perusahaan yang memakai sistem bisnis keagenan ialah perusahaan Koninklijke Philips Electronics adalah salah satu produsen produk elektronik terbesar didunia didirikan pada tahun 1891 oleh Gerard Philips di kota Amsterdam Belanda. 3 Dengan produk adalanya yaitu lampu hemat energi yang berkualitas, yang juga diakui oleh para konsumen-konsumenya hingga manca negara, sehingga produk tersebut banyak diminati, dan secara otomatis apabila sebuah produk banyak diminati oleh para konsumenya maka jumlah produksinya akan ditingkatkan pula, dengan meningkatnya jumlah produksi tersebut maka wilayah pemasaran pun akan diperluas. 1 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, (Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 2010) hlm.43 2 Ibid, hlm.44 3 www.pricepanda.co.id/philips/ diakses pada 04/05/2014 pukul 20.00 WIB

3 Perusahaan Philips telah membuka kantor cabang atau perwakilanya di Indonesia dengan nama PT Philips Indonesia yang beralamat di jalan Buncit Raya Kav.99 Jakarta pada Tahun 2004. Agar seluruh konsumen Indonesia dapat menggunakan produk elektronik yang memiliki jaminan kwalitas yang baik, maka PT Philips Indonesia memperluas pemasaranya ke wilayah-wilayah di Indonesia dengan melakukan kerjasama keagenan dengan perusahaan-perusahaan sejenis di tiap-tiap propinsi, karena alasan mendirikan agen perusahaan sendiri memerlukan biaya yang cukup besar, padahal prinsip yang perlu dipertimbangkan oleh seseorang manajer perusahaan adalah efisiensi di samping keuntungan, untuk menghindari pengeluaran yang terlalu besar. Dengan demikian tidak perlu mendirikan atau membuka cabang perusahaan di wilayah pemasaran baru, tetapi cukup efisien jika mengadakan hubungan kerjasama dalam bentuk keagenan. 4 PT Philips Indonesia melakukan kerjasama dengan agen perusahaan di masingmasing propinsi seperti PT Mitra Jambi Pratama di propinsi Jambi, PT Sinar Abadi Pratama di Bangka Belitung. Di Propinsi Lampung kerjasama keagenan dipegang oleh PT Mitra Abadi Pratama yang beralamat di Jalan Kartini No.130 Palapa Tanjung Karang Pusat. Untuk menjadi agen perusahaan dari PT Philips Indonesia, PT Mitra Abadi Pratama harus memenuhi persyaratan dan prosedur, yang salah satunya adalah membuat perjanjian keagenan serta memenuhi kewajiban-kewajiban yang tertera pada perjanjian tersebut, selain itu PT Philips Indonesia juga harus memberikan komisi dari keuntungan penjualan yang menjadi hak dari PT Mitra Abadi Pratama dan menjadi kewajiban dari PT Philips 4 Abdulkadir Muhammad, Op. Cit., hlm.43

4 Indonesia. Dengan kata lain kedua belah pihak yang mengikatkan diri tersebut wajib mematuhi perjanjian yang mereka buat bersama, seperti mematuhi undangundang, kedua belah pihak harus melaksanakan perjanjian dengan jujur (itikad baik) serta tidak boleh dibatalkan secara sepihak, karena perjanjian yang dinyatakan sah memiliki akibat hukum seperti diatur dalam Pasal 1338 KUHPdt. 5 Suatu perjanjian keagenan selain memuat klausula hak, dan kewajiban bagi para pihak. Perjanjian keagenan juga harus memuat klausula mengenai pemilihan penyelesaian sengketa, pada setiap perjanjian memiliki kemungkinan masalah yang akan muncul di waktu-waktu yang tidak dapat di duga-duga, seperti yang pernah terjadi bahwa adanya perubahan harga karena kenaikan nilai tukar mata uang dollar terhadap mata uang rupiah yang menggakibatkan naiknya tarif penggiriman barang yang berdampak naiknya harga produk-produk Philips, namun PT Philips Indonesia terlambat menginformasikan naiknya harga produkproduk tersebut kepada PT Mitra Abadi Pratama sehingga PT Mitra Abadi Pratama tetap menjual produk-produk tersebut dengan harga normal sehingga PT Mitra Abadi Pratama mengalami kerugian. Dengan demikian jika terjadi masalah maka perlu diberi pilihan upaya hukum penyelesaian masalah atau wanprestasi yang dialami oleh salah satu pihak. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti dan mengkaji masalah tersebut untuk dijadikan sebuah bahan penelitian yang berbentuk skripsi dengan judul: Syarat dan Prosedur Keagenan Antara PT Philips Indonesia dengan PT Mitra Abadi Pratama 5 ibid, hlm.45

5 B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup Berdasarkan kerangka dan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana syarat dan prosedur keagenan pada PT Philips Indonesia? 2. Apa saja hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian keagenan tersebut? 3. Upaya hukum apa yang dapat dipilih apabila terjadi wanprestasi dalam perjanjian keagenan Philips? Ruang lingkup penelitian ini meliputi ruang lingkup pembahasan dan ruang lingkup bidang ilmu. Ruang lingkup pembahasan ialah hukum perjanjian mengenai analisis perjanjian PT. Philips Indonesia dengan PT. Mitra Abadi Pratama, sedangkan ruang lingkup bidang ilmu adalah Hukum Keperdataan Ekonomi khususnya Hukum Dagang tentang keagenan C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk memperoleh deskripsi secara lengkap, jelas, sistematis dan rinci tentang syarat dan prosedur menjadi agen PT Philips Indonesia; 2. Untuk memperoleh deskripsi secara lengkap, jelas, sistematis dan rinci tentang hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian keagenan tersebut;

6 3. Untuk memperoleh deskripsi secara lengkap, jelas, sistematis dan rinci tentang upaya hukum yang dapat dipilih jika terjadi wanprestasi pada perjanjian keagenan philips. D. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan input baik secara teoritis maupun secara praktis sebagai berikut: 1. Secara teoritis hasil penelitian ini akan memberikan sumbang saran dalam ilmu pengetahuan hukum, khususnya mengenai perjanjian keagenan. 2. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan akan : a. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis dan masyarakat luas yang nantinya berniat mengunakan sistem bisnis keagenan dalam usahanya; b. Menganalisis syarat dan prosedur yang harus dipenuhi dalam mendirikan sebuah agen, serta upaya hukum apa yang dapat dilakukan jika terjadi pelanggaran dalam perjanjian keagenan berdasarkan isi dari perjanjian antara PT Philips Indonesia dengan PT Mitra Abadi Pratama; c. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.