ANALISIS KARAKTERISTIK PARKIR KHUSUS TERHADAP INTENSITAS PARKIR DI KAWASAN SIMPANG LIMA TUGAS AKHIR

dokumen-dokumen yang mirip
PENETAPAN TARIF PARKIR SEBAGAI INSTRUMEN PENGENDALI PENGGUNA JASA PARKIR DI KAWASAN SIMPANGLIMA SEMARANG TUGAS AKHIR

STUDI PEMANFAATAN PARKIR UMUM DAN PARKIR KHUSUS TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DARI SEKTOR PERPARKIRAN DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PARKIR PADA SISI JALAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KAPASITAS JALAN (STUDI KASUS: DI JALAN MATARAM YOGYAKARTA) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Kota Dili sebagai Ibukota Negara Timor Leste yang terus mengalami

KAJIAN KINERJA JALAN ARTERI PRIMER DI SIMPUL JALAN TOL JATINGALEH KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Penggal Ruas Jalan Setia Budi)

IDENTIFIKASI KINERJA JARINGAN JALAN ARTERI PRIMER DI KOTA SRAGEN TUGAS AKHIR. Oleh : S u y a d i L2D

KAJIAN STRATEGI PENGELOLAAN RETRIBUSI PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya. kepemilikan kendaraan di perkotaan akan mempengaruhi pertumbuhan dan

ANALISIS KAPASITAS DAN KARAKTERISTIK PARKIR KENDARAAN DI PUSAT PERBELANJAAN (Studi Kasus Solo Grand mall Surakarta)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kota Sorong merupakan salah satu kota di Provinsi Papua Barat yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. luar datang ke Yogyakarta untuk sekedar berwisata maupun menetap untuk melanjutkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE KAJIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

SURVEY WAWANCARA PENGGUNA PARKIR Nama : Hari/Tanggal : Cuaca : Cerah/Mendung/Hujan Alamat :...

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pembangunan jalan diharapkan mampu untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas yang dilakukan oleh semua lapisan masyarakat disetiap bidangnya. Salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Data Hotel Malioboro. yang menampung sebanyak 12 unit kendaraan mobil penumpang. Luas lahan. B. Data Geometri Jalan

Studi Pemindahan Lokasi Parkir dari On-street Parking Menjadi Offstreet. (Studi Kasus Jalan Dhoho Kediri)

TUGAS AKHIR. Oleh: RICO CANDRA L2D

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. meningkatkan nilai tambah sumber daya alam. Sumber daya potensial yang

BAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya disebut dengan UU Pemda) yang selanjutnya mengalami perubahan

BAB III METODOLOGI. Kebijakan penataan lalu lintas. Penataan lalu lintas dan rambu, Pengaturan parkir dan angkutan umum, Sirkulasi lalu lintas,dll.

Dikdik Tandika ** 2005/2006

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi memainkan peranan penting dalam membantu perkembangan

FENOMENA PASAR KREMPYENG MALAM HARI PETERONGAN KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR TKP 481. Oleh: VERA P.D. BARINGBING L2D

BAB I PENDAHULUAN. yang besar dan penduduk yang padat. Untuk mengatur dan menjalankan sebuah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah maka akan bertambah pula taraf hidup masyarakat di daerah tersebut. Hal

I. PENDAHULUAN. bertanggung jawab secara profesional dalam menggali sumber-sumber. meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan merata dan terpadu.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KARAKTERISTIK DAN KEBUTUHAN PARKIR DI KABUPATEN JEMBRANA (Studi Kasus Parkir Tepi Jalan Pasar Umum Negara) TUGAS AKHIR BAB II

Studi Pemindahan Lokasi Parkir dari On-street parking menjadi Off-street parking (Studi Kasus Jalan Dhoho Kediri)

III. METODOLOGI PENELITIAN. yang dibutuhkan yang selanjutnya dapat digunakan untuk dianalisa sehingga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan jumlah kepemilikan kendaraan dewasa ini sangat pesat.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENATAAN DAN PENANGANAN PARKIR PADA BADAN JALAN SEPANJANG RUAS JALAN CIMANUK KABUPATEN GARUT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang


BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melewati suatu ruas jalan berhenti dalam waktu yang singkat maupun lama. Kemacetan

KAJIAN TARIKAN PERGERAKAN TOSERBA DI KOTA JOMBANG

BAB I PENDAHULUAN. oleh Negara Negara yang telah maju maupun oleh Negara yang sedang

KAJIAN KEBUTUHAN RUANG PARKIR PADA MALL GALAXY DI KOTA SURABAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. kebijakan di kawasan tertentu. Kawasan tersebut adalah wilayah yang berada

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih tinggi. Seperti yang dituangkan dalam GBHN (Tap. MPR No. IV/MPR/1999), pembangunan nasional merupakan usaha

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

EVALUASI KINERJA PARKIR DI RSU HAJI SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan perekonomian dan jumlah penduduk di suatu daerah. fasilitas transportasi yang cukup memadai untuk membantu kelancaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. berupa jalan aspal hotmix dengan panjang 1490 m. Dengan pangkal ruas

BAB I PENDAHULUAN. kota-kota besar lainnya di Indonesia seperti Jakarta, Surabaya dan Semarang

BAB I PENDAHULUAN. pungutan, tetapi hanya merupakan pemberian sukarela oleh rakyat kepada raja

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EVALUASI PARKIR DI MAL PONDOK INDAH TUGAS AKHIR. oleh PEMBIMBING IR. TITI LILIANI SOEDIRDJO, M.SC. IR. ADE SJAFRUDDIN, M.SC. PH.D.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jendral Perhubungan Darat (1996), ada beberapa pengertian tentang perparkiran.

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 88 TAHUN 2017 TENTANG

BAB II MANFAAT RETRIBUSI PARKIR TERHADAP PENDAPATAN DAERAH KOTA PADANGSIDIMPUAN. A. Retribusi Parkir dan Pengaturannya di Daerah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dipresentasikan pada hari Sabtu dan Senin, sedangkan untuk hari Minggu tingkat

BAB III PENGELOLAAN RETRIBUSI PARKIR KOTA SURABAYA. A. Pengaruh Retribusi Terhadap Pendapatan Asli Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan lalu lintas, khususnya di kawasan perkotaan Kabupaten

PENGARUH PERUBAHAN ARUS LALU LINTAS SATU ARAH TERHADAP KINERJA JARINGAN JALAN DI KAWASAN PUSAT KOTA SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN. memaksa untuk keperluan negara yang diatur oleh undang-undang.

ANALISIS KINERJA PARKIR SEPANJANG JALAN WALIKOTA MUSTAJAB SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Surakarta (Solo) ini, tentunya berusaha untuk memenuhi kebutuhan - kebutuhan di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan itu harus berhenti, baik itu bersifat sementara maupun bersifat lama atau

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Transportasi memegang peranan penting dalam perkotaan dan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Bab I pendahuluan ini berisi mengenai latar belakang mengapa penelitian ini dibuat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

WALIKOTA MOJOKERTO PERATURAN W ALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 4 TAHUN 2005 TENT ANG PETUNJUKPELAKSANAANPARKIR DI KOTA MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan jumlah penduduknya. Pesatnya pertumbuhan penduduk ini

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting untuk

PERDA KOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI JASA USAHA 23 HLM, LD No 5

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KAPASITAS PARKIR KENDARAAN PADA RUMAH SAKIT UMUM MUHAMMADIYAH METRO

III. METODOLOGI PENELITIAN. Tahap-tahap dalam melakukan sebuah penelitian yang hasil akhirnya berupa

LEMBARAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 15 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH DENPASAR NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan informasi, komunikasi, dan transportasi dalam kehidupan manusia

I. PENDAHULUAN. Penerimaan Pemerintah baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi masyarakat membentuk sebuah pusat salah satunya yaitu pasar.

FAKTOR-FAKTOR PENDORONG TERJADINYA KEMACETAN LALU LINTAS DI JALAN ARTERI PRIMER KAWASAN PASAR UNGARAN KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

Analisis Parkir Kendaraan Mobil Di Ruas Jalan Walikota Mustajab Surabaya

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK TARIF PARKIR PROGRESIF DI PUSAT PERBELANJAAN MATAHARI KAWASAN SIMPANG LIMA SEMARANG

Transkripsi:

ANALISIS KARAKTERISTIK PARKIR KHUSUS TERHADAP INTENSITAS PARKIR DI KAWASAN SIMPANG LIMA TUGAS AKHIR Oleh: YUNI SRI HANDAYANI L2D 097 490 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2002

ABSTRAK Kawasan Simpanglima sangat berperan dalam perkembangan perekonomian Kota Semarang, sebab di Kawasan Simpanglima ini terkonsentrasi berbagai kegiatan potensial yang menjadi tulang punggung kehidupan kota seperti perdagangan dan jasa, pusat perbelanjaan, hiburan dan rekreasi hingga kegiatan informal kota seperti pedagang kaki lima. Kompleksitas kegiatan dalam satu kawasan serta kehadiran pusat-pusat keramaian seperti Mal Ciputra, Plasa Simpanglima, Gajahmada Plasa, dan Pertokoan Simpanglima ini seolah menjadi magnet penarik bagi penduduk baik dari Kota Semarang maupun dari kota-kota sekitarnya. Tingginya intensitas pengunjung secara otomatis meningkatkan pula permintaan parkir di Kawasan Simpanglima. Terbatasnya lahan tidak memungkinkan penambahan ruang parkir. Oleh karena itu diperlukan pengelolaan perparkiran yang terpadu. Pemerintah Kota Semarang, mulai 1 Oktober 2001 menerapkan pajak terhadap parkir khusus sebesar 20% dari penerimaan parkir tiap bulan. Hal ini mengakibatkan kenaikan tarif parkir rata-rata 100% dari sebelumnya. Berdasarkan kebijakan perparkiran sebelumnya, yaitu penjelasan Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1997 dan SK Walikota Semarang No. 551.1/10/1999, kebijakan parkir dapat digunakan sebagai alat pengotrol perparkiran. Melalui studi ini, dianalisis karakteristik parkir khusus yang berkaitan dengan intensitas parkir setelah penerapan perda tersebut. Karakteristik parkir khusus dilihat dari kondisi parkir khusus dan karakteristik penggunanya. Dengan demikian akan diketahui karakteristik parkir khusus setelah adanya kenaikan tarif parkir sebagai akibat penerapan pajak parkir tersebut. Adapun lokasi parkir khusus yang diamati adalah lokasi parkir khusus di Plasa Simpanglima, Mal Ciputra, Pertokoan Simpanglima dan Plasa Gajah Mada yang terletak di Kawasan Simpanglima. Untuk mencapai tujuan penelitian di atas, digunakan analisis akumulasi parkir untuk mengetahui beban parkir saat ini, analisis deskriptif rata-rata pertumbuhan parkir sebelum dan setelah kenaikan tarif parkir serta analisis crosstabs untuk mengetahui karakteristik pengguna parkir yang mempengaruhi intensitas parkir. Hasil analisis menyebutkan bahwa akumulasi maksimal parkir motor dan mobil di Mal Ciputra, Plasa Simpanglima dan Pertokoan Simpanglima melebihi kapasitas ruang parkir yang tersedia. Dari ketiga lokasi parkir tersebut, parkir motor di Plasa Simpanglima dan parkir mobil di Pertokoan Simpanglima merupakan lokasi parkir yang paling tidak ideal, sebab beban parkirnya paling tinggi, masing-masing 560 motor/10 menit dan 98 mobil/10 menit. Sebaliknya, Plasa Gajahmada merupakan lokasi parkir khusus yang paling ideal sebab akumulasi puncak parkir baik motor maupun mobil di bawah kapasitas ruang parkir yang tersedia, masing-masing 216 motor/10 menit dan 57 mobil/10 menit. Rata-rata pertumbuhan parkir motor di Mal Ciputra meningkat 1,18%/bulan setelah kenaikan tarif parkir, namun parkir mobilnya menurun 0,38%/bulan. Sedangkan parkir motor dan mobil di Plasa Simpanglima cenderung menurun setelah kenaikan tarif, masing-masing 0,027%/bulan dan 0,057%/bulan. Berdasarkan karakteristik pengunjung yang cenderung memarkirkan motornya dekat dengan tujuan perjalanan dominan di Kawasan Simpanglima, maka intensitas parkir di Mal Ciputra dan Plasa Simpanglima lebih tinggi dari parkir khusus lainnya di kawasan tersebut. Berdasarkan kesimpulan di atas, direkomendasikan kepada Pemkot Semarang untuk mengevaluasi kinerja kebijakan pajak parkir khusus, terutama berkaitan dengan tujuan pengendalian perparkiran di kawasan intensitas tinggi. Pelaksanaan parkir khusus juga harus diawasi lebih intensif untuk menekan kebocoran dan menghindari penarikan tarif yang terlalu tinggi, sebab penerapan perda tersebut memberi kebebasan pengelola menetapkan tarif parkir sendiri-sendiri. Dan yang lebih penting lagi, kebijakan parkir harus lebih diorientasikan untuk pengendalian lalu lintas dan perparkiran.

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan pertumbuhan suatu kota, maka intensitas kegiatan di kota akan semakin meningkat. Intensitas kegiatan tinggi terutama berada di pusat kota. Simpanglima merupakan salah satu kawasan yang memiliki intensitas kegiatan tinggi di Kota Semarang. Kawasan Simpanglima sangat berperan dalam perkembangan perekonomian Kota Semarang, sebab di Kawasan Simpanglima ini terkonsentrasi berbagai kegiatan potensial yang menjadi tulang punggung kehidupan kota seperti perdagangan dan jasa, pusat perbelanjaan, hiburan dan rekreasi hingga kegiatan informal kota seperti pedagang kaki lima. Terkonsentrasinya beberapa kegiatan ekonomi dalam satu kawasan serta kehadiran pusat-pusat keramaian seperti Mal Ciputra, Plasa Simpanglima, Gajahmada Plasa, dan Pertokoan Simpanglima ini seolah menjadi magnet penarik bagi penduduk baik dari Kota Semarang maupun dari kota-kota sekitarnya, hingga secara otomatis meningkatkan pula volume lalu lintas di jaringan jalan sekitar kawasan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Universitas Diponegoro tahun 1994, diketahui bahwa sebanyak 33.163 orang per hari datang ke Kawasan Simpanglima baik untuk bekerja maupun hanya berkunjung untuk berbelanja, rekreasi dan sebagainya. Hasil penelitian juga mengungkapkan bahwa akumulasi tertinggi untuk semua jenis kendaraan yang masuk di Kawasan Simpanglima sebanyak 4.105 buah (dalam interval 15 menit), sedangkan banyaknya kendaraan yang sedang bergerak dalam kawasan ini mencapai 10.752 buah (dalam interval waktu 15 menit), dengan komposisi lalu lintas terdiri atas 50-60% kendaraan bermotor ringan baik mobil pribadi maupun angkutan umum, serta 40-50% sepeda motor dan kendaraan tidak bermotor (Lembaga Penelitian Undip, 1994). Intensitas kegiatan di Kawasan Simpanglima tersebut diperkirakan akan semakin pesat, karena adanya rencana pengaturan bangunan yang mengijinkan tinggi bangunan sampai 10 lantai, KDB

2 60% dan KLB 5% (RDTRK Kotamadya Semarang 1996-2005). Dengan pesatnya perkembangan di kawasan ini dikhawatirkan akan menyebabkan berbagai masalah, terutama yang berkaitan dengan lalu lintas serta permasalahan penyediaan parkir, sebab dengan makin tingginya volume kendaraan tersebut, secara otomatis permintaan parkir di kawasan tersebut juga meningkat. Jika permintaan tersebut tidak segera dipenuhi, maka berakibat seringnya terjadi kemacetan lalu lintas. Kemacetan ini salah satunya disebabkan oleh kendaraan yang antri untuk mendapatkan tempat parkir, adanya kendaraan parkir di pinggir jalan (on street) pada jam-jam sibuk, mengakibatkan turunnya kapasitas jalan sehingga penggunaan jalan tidak efektif dan akhirnya berimplikasi pada terhambatnya arus lalu lintas. Kondisi seperti ini sering dijumpai di Kawasan Simpanglima, terutama pada Sabtu malam dan Minggu pagi baik di sekitar bundaran Lapangan Simpanglima maupun di beberapa ruas jalan sekitarnya, seperti di Jalan Anggrek (belakang Mal Ciputra), pertemuan Jalan Simpanglima dengan Jalan Ahmad Dahlan dan Jalan Ahmad Yani. Penambahan fasilitas parkir sebagai upaya penyelesaian masalah tersebut sudah tidak memungkinkan, mengingat keterbatasan lahan di wilayah tersebut. Oleh karena itu, untuk mengatasinya dilakukan pembinaan dan pengelolaan perparkiran dalam rangka pengendalian parkir di kawasan berintensitas tinggi. Pembinaan dan pengelolaan perparkiran harus dilakukan secara terpadu dan terkoordinasi, agar dapat mewujudkan penataan lingkungan perkotaan, kelancaran lalu-lintas jalan, dan ketertiban administrasi pendapatan daerah. Sebab pengendalian perparkiran merupakan kunci pengendalian lalu-lintas yang tepat (O Flaherty dalam Warpani, 1990). Baru-baru ini, Pemerintah Kota Semarang melalui Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Semarang, mengeluarkan Perda No. 10 Tahun 2001 tentang Pajak Parkir, dimana mulai 1 Oktober 2001 Pemda Kota Semarang menerapkan pajak parkir kendaraan bermotor yang dikelola secara khusus di lahan milik swasta baik atas nama badan ataupun pribadi yang disebut sebagai parkir khusus, sebesar

3 20% dari penerimaan parkir. Hal ini menyebabkan kenaikan rata-rata 100% dari tarif parkir khusus sebelumnya (Suara Merdeka, 2001). Sebelum dikeluarkannya Perda No. 10 tahun 2001 tentang Pajak Parkir, pengelolaan parkir khusus diselenggarakan oleh UPD Pengelola Perparkiran Kota Semarang, sebagai retribusi jasa usaha. Hingga menjelang penetapan pajak terhadap parkir khusus atau tepatnya sampai bulan September 2001, parkir khusus telah memberi kontribusi lebih dari setengah, secara keseluruhan total penerimaan pendapatan daerah dari sektor retribusi parkir, yaitu 50,28% atau senilai Rp. 526.926.725,99 (UPD Pengelola Perparkiran Kota Semarang, 2001). Dengan diberlakukannya UU No. 34 tahun 2000 tentang Perubahan atas UU No. 18 tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah, mengakibatkan penyelenggaraan parkir di luar badan jalan dikenakan pajak. Penerapan pajak terhadap penyelenggaraan perparkiran dilandasi pemikiran bahwa parkir merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang potensial, yang dibutuhkan oleh Pemerintah Daerah dalam rangka membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah dalam rangka memantapkan otonomi daerah. Hal ini ditunjukkan dengan tingginya kontribusi pajak parkir dalam pemasukan PADS Kota Semarang hingga 4 bulan sejak diberlakukannya pajak parkir, yaitu sebesar 1,43% (Rp. 179.595.850,00) dari total PADS Kota Semarang Tahun Anggaran 2002 sebesar Rp.12.576.436.211,00 (DPKD Kota Semarang, 2002). Jumlah tersebut merupakan peningkatan pendapatan yang sangat besar, mengingat sebelum adanya penerapan pajak terhadap parkir khusus, pemasukan pendapatan Pemerintah Kota Semarang dari sektor parkir khusus hanya sekitar Rp. 300 400 juta/tahun (Pikiran Rakyat, 2001). Istilah pajak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pungutan wajib, biasanya berupa uang yang harus dibayar oleh penduduk sebagai sumbangan wajib kepada negara atau pemerintah sehubungan dengan pendapatan. Sedangkan retribusi berarti pungutan uang oleh pemerintah (Kota Praja dan sebagainya) sebagai balas jasa, dan istilah tarif dalam tata Bahasa Indonesia adalah tarif (daftar) harga (sewa, ongkos, dan sebagainya). Dari istilah