Denpasar, 20 April 2016

dokumen-dokumen yang mirip
- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tentang Peningkatan Kualitas terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh; Mengingat : 1. Undang-Undang N

WALIKOTA PANGKALPINANG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 17 TAHUN 2016

MODEL PERATURAN DAERAH TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH TAHUN 2016

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI WAKATOBI PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 8 Tahun : 2017

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI LAMPUNG TIMUR PROVINSI LAMPUNG

WALI KOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 4 Tahun 2017 Seri E Nomor 2 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

-1- PENETAPAN LOKASI PENILAIAN LOKASI. Gambar 1. Skema Penetapan Lokasi

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

RANCANGAN PERDA KUMUH KOTA YOGYAKARTA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2016

PROFIL DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA PEKANBARU TA.2017 BIDANG KAWASAN PERMUKIMAN

Kebijakan dan Pelaksanaan Program Bidang Cipta Karya

Aspek-aspek minimal yang harus tercantum dalam Perda Kumuh

PERANAN RP2KPKP DALAM PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS KUMUH PERKOTAAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN

KRITERIA DAN TIPOLOGI PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TEN TANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TEN TANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN

KEBIJAKAN PEMERINTAH PENUNTASAN PERMUKIMAN KUMUH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KONSEP DAN RENCANA PENANGANAN BANGUNAN GEDUNG DAN PROTEKSI KEBAKARAN PADA PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ACUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN PERUMAHAN TAPAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KONSEP DAN RENCANA PENANGANAN BANGUNAN GEDUNG DAN PROTEKSI KEBAKARAN PADA PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN

PROFIL DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA PEKANBARU TA.2017 BIDANG KAWASAN PERMUKIMAN

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT.

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN SEDERHANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAKA ESA

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA DAN CIPTA KARYA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 14 /PRT/M/2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 62 Tahun : 2016

C. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PEKERJAAN UMUM

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

D. BIDANG PEKERJAAN UMUM SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN. 1. Sumber Daya Air

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01/PRT/M/2015 TENTANG BANGUNAN GEDUNG CAGAR BUDAYA YANG DILESTARIKAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

- 6 - SUB BIDANG SUB SUB BIDANG RINCIAN URUSAN. 1. Pengaturan 1. Penetapan kebijakan pengelolaan sumber daya air daerah.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI BIDANG PENGEMBANGAN KAWASAN

PENINGKATAN KUALITAS KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05/PRT/M/2016 TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

NO LD.27 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2008 TANGGAL 16SEPTEMBER 2008 DAFTAR URUSAN PEMERINTAHAN KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH. sumber daya air pada wilayah sungai kabupaten/kota.

A. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN.

EVALUASI PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) PELAYANAN BIDANG SARANA DAN PRASARANA DASAR KABUPATEN KUTAI TIMUR. Arif Mudianto.

PERCEPATAN PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH DIREKTUR PERKOTAAN, PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN BAPPENAS JAKARTA, 5 SEPTEMBER 2017

1. Sumber Daya Air D. BIDANG PEKERJAAN UMUM SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN. 1. Pengaturan 1. Penetapan kebijakan pengelolaan sumber daya air daerah.

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA BATU KOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG CIPTA KARYA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

Kebijakan Keterpaduan Infrastruktur Permukiman dalam Penanganan Permukiman Kumuh

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Identifikasi Permukiman Kumuh Berdasarkan Tingkat RT di Kelurahan Keputih Kota Surabaya

Matrik Kerangka Kerja Logis Kabupaten Luwu

GUBERNUR SUMATERA BARAT

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

5. Pelaksanaan urusan tata usaha; dan

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 2014 TENTANG PEMBINAAN PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BELITUNG

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

CARA PERHITUNGAN SPM Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 01/PRT/M/2014

Disampaikan oleh: DR. Dadang Rukmana

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 2014 TENTANG PEMBINAAN PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pengelolaan Sampah. Pedoman.

PROFIL PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU)

Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Pengembangan Permukiman

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN

PEMERINTAH. 3. Penetapan rencana. 3. Penetapan rencana pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai

PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 7 TAHUN 2013, LD KOTA PARIAMAN 2013 PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG BANGUNAN GEDUNG.

SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN DAERAH

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

- 1 - WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN

BAB IV KONSEP DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH

Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh / 2015

Transkripsi:

Denpasar, 20 April 2016

Sistematika 1. FAMILY TREE PUU 2. ALUR PIKIR 3. KETENTUAN UMUM 4. KRITERIA DAN TIPOLOGI 5. PENETAPAN LOKASI DAN PERENCANAAN PENANGANAN 6. POLA-POLA PENANGANAN 7. PENGELOLAAN 8. POLA KEMITRAAN, PERAN MASYARAKAT DAN KEARIFAN LOKAL

UU-PR (UU 26/2007) UUD 1945 UU-HAM (UU 39/1999) UU-PKP (UU 1/2011) Family Tree Peraturan Perundang-Undangan terkait Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh PP-PPR (PP 15/2010) PP-RTRWN (PP 28/2006) PERPRES RTR KSN Perda RTRW Provinsi Perda RTRW Kab/Kota Perda RDTR Kws Perkot. PP Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman (proses penandatanganan oleh Presiden) Permen PUPR No. 2 Tahun 2016 tentang Peningkatan Kualitas Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh Perda tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh SK Bupati/Walikota tentang Penetapan Lokasi Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh Perbup/wal tentang Rencana Penanganan Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

1 ALUR PIKIR KEBIJAKAN NASIONAL RPJPN RPJMN UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang LANDASAN YURIDIS Pasal 96 UU No. 1 Tahun 2011 KOMITMEN INTERNA- SIONAL MDG s SDG s LATAR BELAKANG TUJUAN Meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupan masyarakat melalui perumahan dan permukiman yang sehat, aman, serasi, dan teratur. KRITERIA KUMUH 1. Bangunan Gedung 2. Jalan Lingkungan 3. Penyediaan Air Minum 4. Drainase Lingkungan 5. Pengelolaan Air Limbah 6. Pengelolaan Persampahan 7. Proteksi Kebakaran PERTIMBANGAN LAIN: 1. Nilai Strategis Lokasi 2. Kependudukan 3. Sosial, Ekonomi, Budaya KEARIFAN LOKAL LINGKUP PENGATURAN PENINGKATAN KUALITAS Penetapan Lokasi: a.identifikasi lokasi b.penetapan lokasi Pola penanganan: a. Pemugaran b. Peremajaan c. Pemukiman kembali Pengelolaan KEMITRAAN Pemerintah dan/atau pemda dengan BUMN, BUMD, atau BUMS Pemerintah dan/atau pemda dengan masyarakat PERAN MASYARAKAT Peran dalam penetapan lokasi Peran dalam perencanaan penanganan Peran dalam Peningkatan Kualitas Peran dalam Pengelolaan. Kelompok Swadaya Masyarakat CITA-CITA Terwujudnya perumahan dan permukiman layak huni dan bebas kumuh PERMUKIMAN TANPA KUMUH 2019 Berlaku pada masyarakat setempat dengan tidak bertentangan pada ketentuan peraturan perundangundangan

2 1. Rumah 2. Perumahan 3. Permukiman 4. Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman 5. Perumahan Kumuh 6. Permukiman Kumuh 7. Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh 8. Prasarana 9. Sarana 10. Utilitas umum 11. Pencegahan 12. Pemeliharaan KETENTUAN UMUM 13. Perbaikan 14. Pemugaran 15. Peremajaan 16. Pemukiman Kembali 17. Kearifan lokal 18. Pemerintah pusat 19. Pemerintah daerah 20. Setiap orang 21. Badan hukum 22. Kelompok swadaya masyarakat 23. Menteri Maksud: Peraturan menteri ini dimaksudkan sebagai acuan bagi Pemerintah, Pemerintah daerah, dan setiap orang dalam penyelenggaraan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh. Tujuan: Peraturan menteri ini bertujuan untuk meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupan masyarakat penghuni perumahan kumuh dan permukiman kumuh. Lingkup: Lingkup pengaturan dalam Peraturan Menteri ini meliputi: a. kriteria dan tipologi; b. penetapan lokasi dan perencanaan penanganan; c. pola-pola penanganan; d. pengelolaan; e. pola kemitraan, peran masyarakat, dan kearifan lokal.

Karakteristik Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh Berdasarkan UU Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman: Perumahan kumuh adalah perumahan yang mengalami penurunan kualitas fungsi sebagai tempat hunian. Permukiman Kumuh adalah permukiman yang tidak laik huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat. Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat dirumuskan karakteristik perumahan kumuh dan permukiman kumuh sebagai berikut, yaitu: 1. Merupakan satuan entitas perumahan dan permukiman, yang mengalami degradasi kualitas; 2. Kondisi bangunan memiliki kepadatan tinggi, tidak teratur dan tidak memenuhi syarat; 3. Kondisi sarana dan prasarana tidak memenuhi syarat (batasan sarana dan prasarana ditetapkan dalam lingkup keciptakaryaan), yaitu: a. Jalan Lingkungan, b. Drainase Lingkungan, c. Penyediaan Air Bersih/Minum, d. Pengelolaan Persampahan, e. Pengelolaan Air Limbah, f. Proteksi Kebakaran. Karakteristik tersebut selanjutnya menjadi dasar perumusan kriteria dan indikator dalam proses

Kenapa ini kumuh? Ketidakteraturan bangunan

Kenapa ini kumuh? Kualitas jalan yang buruk

Kenapa ini kumuh? Tidak tersedianya sarana pengelolaan air limbah

Kenapa ini kumuh? Tidak tersedianya sarana persampahan

3 KRITERIA DAN TIPOLOGI Pasal 4 - Pasal 14

Pasal 5-6 Kriteria Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh Kekumuhan Ditinjau dari Bangunan Gedung dari Jalan Lingkungan dari Penyediaan Air Minum dari Drainase Lingkungan dari Pengelolaan Air Limbah dari Pengelolaan Persampahan dari Proteksi Kebakaran a. ketidakteraturan a. tidak memenuhi ketentuan tata bangunan dalam RDTR; bangunan; dan/atau b. tidak memenuhi ketentuan tata bangunan dan tata kualitas b. tingkat kepadatan lingkungan dalam RTBL bangunan yang a. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) yang melebihi ketentuan tinggi yang tidak RDTR, dan/atau RTBL; dan/atau sesuai dengan b. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) yang melebihi ketentuan ketentuan rencana dalam RDTR, dan/atau RTBL; tata ruang; dan/atau kondisi bangunan gedung pada perumahan dan permukiman yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis, sbb: c. kualitas a. pengendalian dampak lingkungan; bangunan b. pembangunan bangunan gedung di atas dan/atau di bawah yang tidak tanah, di atas dan/atau di bawah air, di atas dan/atau di bawah memenuhi prasarana/sarana umum syarat. c. keselamatan bangunan gedung; d. kesehatan bangunan gedung; e. kenyamanan bangunan gedung; dan f. kemudahan bangunan gedung. kabupaten/kota belum memiliki RDTR dan/atau RTBL, maka penilaian ketidakteraturan dan kepadatan bangunan merujuk pada persetujuan sementara mendirikan bangunan. bangunan gedung tidak memiliki IMB dan persetujuan sementara mendirikan bangunan, penilaian ketidakteraturan dan kepadatan bangunan dilakukan oleh pemerintah daerah dengan mendapatkan pertimbangan dari Tim Ahli Bangunan Gedung (TABG).

Pasal 7 dari Bangunan Gedung Kekumuhan Ditinjau dari Jalan Lingkungan a. jaringan jalan lingkungan tidak melayani seluruh lingkungan perumahan atau permukiman; dan/atau sebagian lingkungan perumahan atau permukiman tidak terlayani dengan jalan lingkungan. dari Penyediaan Air Minum b. kualitas permukaan jalan lingkungan buruk. sebagian atau seluruh jalan lingkungan terjadi kerusakan permukaan jalan. Kriteria Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh dari Drainase Lingkungan dari Pengelolaan Air Limbah dari Pengelolaan Persampahan dari Proteksi Kebakaran

Pasal 8 dari Bangunan Gedung Kriteria Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh dari Jalan Lingkungan Kekumuhan Ditinjau dari Penyediaan Air Minum dari Drainase Lingkungan dari Pengelolaan Air Limbah a. ketidaktersediaan akses aman air minum; dan/atau b. tidak terpenuhinya kebutuhan air minum setiap individu sesuai standar yang berlaku. masyarakat tidak dapat mengakses air minum yang memenuhi syarat kesehatan. kebutuhan air minum masyarakat dalam lingkungan perumahan atau permukiman tidak mencapai minimal sebanyak 60 liter/orang/hari. dari Pengelolaan Persampahan dari Proteksi Kebakaran

Pasal 9 dari Bangunan Gedung dari Jalan Lingkungan a. drainase lingkungan tidak mampu mengalirkan limpasan air hujan sehingga menimbulkan genangan; menimbulkan genangan dengan tinggi lebih dari 30 cm selama lebih dari 2 jam dan terjadi lebih dari 2 kali setahun. Kriteria Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh dari Penyediaan Air Minum Kekumuhan Ditinjau dari Drainase Lingkungan dari Pengelolaan Air Limbah dari Pengelolaan Persampahan dari Proteksi Kebakaran b. ketidaktersediaan drainase; c. tidak terhubung dengan sistem drainase perkotaan; d. tidak dipelihara sehingga terjadi akumulasi limbah padat dan cair di dalamnya; dan/atau e. kualitas konstruksi drainase lingkungan buruk. saluran tersier, dan/atau saluran lokal tidak tersedia. saluran lokal tidak terhubung dengan saluran pada hirarki di atasnya sehingga menyebabkan air tidak dapat mengalir dan menimbulkan genangan. pemeliharaan saluran drainase tidak dilaksanakan, baik pemeliharaan rutin dan/atau pemeliharaan berkala. kualitas konstruksi drainase buruk, karena berupa galian tanah tanpa material pelapis atau penutup atau telah terjadi kerusakan.

Pasal 10 dari Bangunan Gedung dari Jalan Lingkungan dari Penyediaan Air Minum Kriteria Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh dari Drainase Lingkungan Kekumuhan Ditinjau dari Pengelolaan Air Limbah dari Pengelolaan Persampahan a. sistem pengelolaan air limbah tidak sesuai dengan standar teknis yang berlaku; dan/atau b. prasarana dan sarana pengelolaan air limbah tidak memenuhi persyaratan teknis. tidak memiliki sistem: a. pengelolaan limbah domestik; b. pengelolaan limbah komunal; atau c. pengelolaan limbah terpusat. a. kloset leher angsa tidak terhubung dengan tangki septik; atau b. tidak tersedianya sistem pengolahan limbah setempat atau terpusat. dari Proteksi Kebakaran

Pasal 11 dari Bangunan Gedung dari Jalan Lingkungan tidak tersedianya: a. tempat sampah dengan pemilahan sampah pada skala domestik atau rumah tangga; Kriteria Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh dari Penyediaan Air Minum dari Drainase Lingkungan dari Pengelolaan Air Limbah Kekumuhan Ditinjau dari Pengelolaan Persampahan dari Proteksi Kebakaran a. prasarana dan sarana persampahan tidak sesuai dengan persyaratan teknis; b. sistem pengelolaan persampahan tidak memenuhi persyaratan teknis; dan/atau c. Tidak terpeliharanya sarana dan prasarana pengelolaan persampahan sehingga terjadi pencemaran lingkungan sekitar. b. tempat pengumpulan sampah (TPS) atau TPS 3R (reduce, reuse, recycle) pada skala lingkungan; c. gerobak sampah dan/atau truk sampah pada skala lingkungan; dan d. tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) pada skala lingkungan. tidak tersedianya: a. sistem pewadahan dan pemilahan domestik; b. sistem pengumpulan skala lingkungan; c. sistem pengangkutan skala lingkungan; d. sistem pengolahan skala lingkungan. pemeliharaan sarana dan prasarana pengelolaan persampahan tidak dilaksanakan, baik pemeliharaan rutin dan/atau pemeliharaan berkala.

Pasal 12 dari Bangunan Gedung dari Jalan Lingkungan dari Penyediaan Air Minum Tidak tersedianya: a. pasokan air yang diperoleh dari sumber alam maupun buatan; Kriteria Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh dari Drainase Lingkungan dari Pengelolaan Air Limbah a. Prasarana proteksi kebakaran; dan b. jalan lingkungan yang memudahkan masuk keluarnya kendaraan pemadam kebakaran; c. sarana komunikasi untuk pemberitahuan terjadinya kebakaran kepada Instansi Pemadam Kebakaran; dan/atau d. data tentang sistem proteksi kebakaran dari Pengelolaan Persampahan lingkungan yang mudah diakses. Tidak tersedianya: a. Alat Pemadam Kebakaran Ringan (APAR) Kekumuhan Ditinjau dari Proteksi Kebakaran b. Sarana proteksi kebakaran. b. Kendaraan pemadam kebakaran c. Mobil tangga sesuai kebutuhan; dan/atau d. Peralatan pendukung lainnya.

Pasal 13 Tipologi Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh Permukiman Kumuh Atas Air - Banjarmasin 2 Permukiman Kumuh Tepi Air - Jakarta 3 Permukiman Kumuh Perbukitan- Jayapura 4 5 Permukiman Kumuh Rawan Bencana - Jogjakarta Permukiman Kumuh Dataran Rendah - Jakarta

Pasal 15 4 Bagian Kesatu: Umum PENETAPAN LOKASI DAN PERENCANAAN PENANGANAN PROSES PENDATAAN (oleh pemerintah daerah dengan melibatkan peran masyarakat) Identifikasi Lokasi PENETAPAN LOKASI Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh dilakukan oleh Pemerintah Daerah Penilaian Lokasi PERENCANAAN PENANGANAN

Bagian Kedua: Penetapan Lokasi IDENTIFIKASI LOKASI PROSEDUR PENDATAAN dilakukan oleh pemerintah daerah melibatkan peran masyarakat pada lokasi Pemda menyiapkan format isian dan prosedur pendataan PENILAIAN LOKASI PENETAPAN LOKASI Identifikasi lokasi didahului dengan mengidentifikasi satuan perumahan dan permukiman Identifikasi Kondisi Kekumuhan menentukan tingkat kekumuhan pd satuan perumahan &permukiman dgn menemukenali permasalahan kondisi bangunan gedung beserta sarana&prasarana pendukungnya. Kondisi Kekumuhan Legalitas Lahan Pertimbangan Lain Identifikasi Legalitas Lahan menentukan status legalitas lahan pada setiap lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh sebagai dasar untuk menentukan pola penanganan. Identifikasi Pertimbangan Lain identifikasi terhadap beberapa hal lain yang bersifat non fisik untuk menentukan skala prioritas penanganan perumahan kumuh dan permukiman kumuh Kumuh Kategori Ringan Kumuh Kategori Sedang Kumuh Kategori Berat Status Lahan Legal Status Lahan Tidak Legal Kategori Rendah Kategori Sedang Kategori Tinggi Dlm bntk Keputusan Bup/Wal (gubernur utk DKI) Berdasarkan Pertimbangan Lain Perumahan dan Permukiman Formal Perumahan dan Permukiman Swadaya dilakukan berdasarkan kriteria perumahan kumuh dan permukiman kumuh status penguasaan lahan kesesuaian dengan rencana tata ruang nilai strategis lokasi kepadatan penduduk kondisi sosial, ekonomi, dan budaya Dilengkapi Tabel Daftar Lokasi & Peta Sebaran Menentukan Prioritas Penanganan Pendekatan Fungsional Identifikasi Deliniasi Pendekatan Administratif kepemilikan sendiri kepemilikan pihak lain kesesuaian peruntukan Pasal 16-Pasal 24 Perumahan = RW Permukiman = kel / desa bukti dokumen sertifikat hak atas tanah bukti izin pemanfaatan tanah dari pemilik tanah bukti Surat Keterangan Rencana Kab/Kota lokasi pada fungsi strategis ka/kota lokasi bukan pada fungsi strategis ka/kota rendah: kepadatan < 150 jiwa/ha sedang: kepadatan 151-200 jiwa/ha tinggi: kepadatan 201-400 jiwa/ha sangat padat: kepadatan > 401 jiwa/ha potensi sosial tingk partisipasi masy dlm pembangunan potensi ekonomi keg ekonomi tertentu yg strategis bg masy potensi budaya adanya kegiatan / warisan budaya tertentu Peninjauan ulang min 1x dlm 5 thn Untuk mengetahui pengurangan jumlah lokasi dan/atau luasan Dilakukan melalui proses pendataan Hasil peninjauan ulang ditetapkan dlm keputusan Bup/Wal (Gub untuk DKI)

Pasal 25 Bagian Ketiga: Perencanaan Penanganan PERENCANAAN PENANGANAN Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh Pelaku: Pemerintah daerah dengan melibatkan masyarakat Tahap perencanaan penanganan a. persiapan; b. survei; c. penyusunan data dan fakta; d. analisis; e. penyusunan konsep penanganan; dan f. penyusunan rencana penanganan (rencana penanganan jangka pendek, jangka menengah, dan/atau jangka panjang beserta pembiayaannya). Tujuan: Mengkaji dan merencanakan pola penanganan sesuai dengan hasil penetapan lokasi Rencana Penanganan Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh sebagai dasar penanganan perumahan kumuh dan permukiman kumuh ditetapkan dalam bentuk peraturan bupati/walikota atau gubernur untuk DKI Jakarta

Pasal 26- Pasal 30 5 Bagian Kesatu: Umum POLA-POLA PENANGANAN dilakukan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya dengan melibatkan peran masyarakat Pola-Pola Penanganan Pemugaran Peremajaan Pemukiman Kembali Berdasarkan kondisi kekumuhan dan legalitas lahan Pertimbangan Pola-Pola Penanganan Berdasarkan Klasifikasi Kekumuhan dan Status Legalitas Lahan a. Kumuh berat & status lahan legal Peremajaan b. Kumuh berat & status lahan tidak legal Pemukiman Kembali c. Kumuh sedang & status lahan legal Peremajaan d. Kumuh sedang & status lahan tidak legal Pemukiman Kembali e. Kumuh ringan & status lahan legal Pemugaran f. Kumuh ringan & status lahan tidak legal Pemukiman Kembali Pertimbangan Pola-Pola Penanganan Berdasarkan Tipologi Perumahan Kumuh & Permukiman Kumuh a. Kumuh di atas air memperhatikan karakteristik daya guna, daya dukung, daya rusak air serta kelestarian air b. Kumuh di tepi air memperhatikan karakteristik daya dukung tanah tepi air, pasang surut air serta kelestarian air dan tanah c. Kumuh di dataran memperhatikan karakteristikdaya dukung tanah, jenis tanah serta kelestarian tanah d. Kumuh di perbukitan memperhatikan karakteristik kelerengan, daya dukung tanah, jenis tanah serta kelestarian tanah e. Kumuh di kawasan rawan bencana memperhatikan karakteristik kebencanaan, daya dukung tanah, jenis tanah serta kelestarian tanah

Sebelum Jalan Lingkungan Kegiatan Lokasi : Peningkatan Kualitas Jalan Lingkungan : Candikuning, Tabanan, Bali Sesudah

Saluran Drainase Sebelum Sesudah Kegiatan Lokasi : Pembangunan Saluran Drainase : Kawasan Sinarmanik, Bangka Belitung

Sebelum Persampahan Kegiatan Lokasi : Pembangunan Landasan Kontainer : Kawasan Tambakromo, Blora, Jawa Tengah Sesudah

Dilakukan untuk perbaikan dan/atau pembangunan kembali perumahan dan permukiman menjadi perumahan dan permukiman yang layak huni. Merupakan kegiatan perbaikan rumah, prasarana, sarana, dan/atau utilitas umum. Dilakukan untuk mengembalikan fungsi sebagaimana semula. Tahap pra konstruksi: a. identifikasi permasalahan & kebutuhan pemugaran; b. sosialisasi & rembuk warga terdampak; c. pendataan masyarakat terdampak; d. penyusunan rencana pemugaran; dan e. musyawarah dan diskusi penyepakatan. Tahap konstruksi: Bagian Kedua Pemugaran a. proses pelaksanaan konstruksi pemugaran; dan b. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan konstruksi peremajaan. Tahap pasca konstruksi: Pemanfaatan dan pemeliharaan & perbaikan. Pasal 29-Pasal 34 Dilakukan untuk mewujudkan kondisi rumah, perumahan, dan permukiman yang lebih baik guna melindungi keselamatan dan keamanan penghuni dan masyarakat sekitar. Dilakukan melalui pembongkaran dan penataan secara menyeluruh terhadap rumah, prasarana, sarana, dan/atau utilitas umum Harus dilakukan dengan terlebih dahulu menyediakan tempat tinggal sementara bagi Tahap pra konstruksi: masyarakat terdampak a. identifikasi permasalahan & kebutuhan peremajaan; b. penghunian sementara untuk masyarakat terdampak; c. sosialisasi dan rembuk warga terdampak; d. pendataan masyarakat terdampak; e. penyusunan rencana peremajaan; dan f. musyawarah dan diskusi penyepakatan. Tahap konstruksi: Bagian Ketiga Peremajaan a. ganti rugi bagi masyarakat terdampak; b. penghunian sementara masyarakat terdampak; c. pelaksanaan konstruksi peremajaan; d. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan konstruksi; dan e. penghunian kembali masyarakat terdampak. Tahap pasca konstruksi: Pemanfaatan dan pemeliharaan & perbaikan. Bagian Keempat Pemukiman Kembali Dilakukan untuk mewujudkan kondisi rumah, perumahan, dan permukiman yang lebih baik guna melindungi keselamatan dan keamanan penghuni dan masyarakat. Tahap pra konstruksi: a. kajian pemanfaatan ruang dan/atau kajian legalitas lahan; b. penghunian sementara (pada lokasi rawan bencana); c. sosialisasi dan rembuk warga terdampak; d. pendataan masyarakat terdampak; e. penyusunan rencana pemukiman baru, rencana pembongkaran pemukiman eksisting dan rencana pelaksanaan pemukiman kembali; dan f. musyawarah dan diskusi penyepakatan. Tahap konstruksi: a. ganti rugi bagi masyarakat terdampak; b. proses legalitas lahan pada lokasi baru; c. proses pelaksanaan konstruksi pembangunan baru; d. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan konstruksi; e. penghunian kembali masyarakat terdampak; dan f. pembongkaran pada lokasi pemukiman eksisting. Tahap pasca konstruksi: Pemanfaatan dan pemeliharaan & perbaikan.

Pasal 36 Bagian Kesatu: Umum Bertujuan: Mempertahankan dan menjaga kualitas perumahan dan permukiman secara berkelanjutan PENGELOLAAN Pengelolaan dilakukan oleh masyarakat secara swadaya dan dapat difasilitasi oleh pemerintah daerah untuk meningkatkan keswadayaan masyarakat Pengelolaan terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang telah ditangani Pembentukan kelompok swadaya masyarakat Pemeliharaan dan perbaikan

Pasal 37 PENGELOLAAN Bagian Kedua: Pembentukan Kelompok Swadaya Masyarakat Upaya untuk mengoptimalkan peran masyarakat dalam mengelola Perumahan dan Permukiman layak huni dan berkelanjutan. Pembentukan kelompok swadaya masyarakat dapat difasilitasi oleh Pemerintah Daerah, antara lain dalam bentuk: a. penyediaan dan sosialisasi norma, standar, pedoman, dan kriteria; b. pemberian bimbingan, pelatihan/penyuluhan, supervisi, dan konsultasi; c. pemberian kemudahan dan/atau bantuan; d. koordinasi antar pemangku kepentingan secara periodik atau sesuai kebutuhan; e. pelaksanaan kajian perumahan dan permukiman; dan/atau f. pengembangan sistem informasi dan komunikasi. Kelompok swadaya masyarakat dibiayai secara swadaya oleh masyarakat.

Pasal 38- Pasal 42 PENGELOLAAN Bagian Ketiga: Pemeliharaan & Perbaikan Pemeliharaan dan Perbaikan Pemeliharaan dilakukan melalui perawatan dan pemeriksaan secara berkala Pemeliharaan rumah wajib dilakukan oleh setiap orang Pemeliharaan prasarana, sarana dan utilitas umum wajib dilakukan oleh pemerintah daerah dan/atau setiap orang dilaksanakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau setiap orang Perbaikan dilakukan melalui rehabilitasi atau pemugaran Perbaikan terhadap rumah wajib dilakukan oleh setiap orang Perbaikan terhadap prasarana, sarana dan utilitas umum wajib dilakukan oleh pemerintah daerah dan/atau setiap orang

Pasal 43 Bagian Kesatu: Pola Kemitraan POLA KEMITRAAN, PERAN MASYARAKAT DAN KEARIFAN LOKAL Pola Kemitraan antar pemangku kepentingan dapat dikembangkan dalam upaya peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh Kemitraan antara Pemerintah dan/atau pemerintah daerah dengan setiap orang

Pasal 44- Pasal 50 Bagian Kedua: Peran Masyarakat Pada Tahap Penetapan & Perencanaan Tahap Penetapan Lokasi a. partisipasi pada proses pendataan lokasi, dengan mengikuti survei lapangan dan/ atau memberikan data dan informasi yang dibutuhkan; b. pemberian pendapat terhadap hasil penetapan lokasi dengan dasar pertimbangan dokumen atau data dan informasi. Tahap Perencanaan Penanganan masyarakat dapat: a. berpartisipasi aktif dalam pembahasan yang dilakukan oleh pemda; b. memberikan pendapat dan pertimbangan dalam penyusunan rencana penanganan; c. memberikan komitmen dalam mendukung pelaksanaan rencana penanganan pada lokasi sesuai dengan kewenangannya; d. menyampaikan pendapat dan pertimbangan terhadap hasil penetapan rencana penanganan dengan dasar pertimbangan berupa dokumen atau data dan informasi. Pada Tahap Peningkatan Kualitas Tahap Pemugaran, Permejaan, dan/atau Pemukiman Kembali a. berpartisipasi aktif dalam sosialisasi dan rembuk warga pada masyarakat yang terdampak; b. berpartisipasi aktif dalam musyawarah dan diskusi penyepakatan rencana pemugaran, peremajaan, dan/atau pemukiman kembali; c. berpartisipasi dalam pelaksanaan pemugaran, peremajaan, dan/atau pemukiman kembali baik berupa dana, tenaga maupun material; d. membantu pemerintah daerah dalam upaya penyediaan lahan yang berkaitan dengan proses pemugaran, peremajaan, dan/atau pemukiman kembali terhadap rumah, prasarana, sarana, dan/atau utilitas umum; e. membantu menjaga ketertiban dalam pelaksanaan pemugaran, peremajaan, dan/atau pemukiman kembali; f. mencegah perbuatan yang dapat menghambat atau menghalangi proses pelaksanaan pemugaran, peremajaan, dan/atau pemukiman kembali; dan/atau g. melaporkan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam huruf f kepada instansi berwenang agar proses pemugaran, peremajaan, dan/atau pemukiman kembali dapat berjalan lancar. Pada Tahap Pengelolaan a. berpartisipasi aktif pada berbagai program pemda dalam pemeliharaan dan perbaikan di setiap lokasi yang telah tertangani; b. berpartisipasi aktif secara swadaya baik berupa dana, tenaga maupun material; c. menjaga ketertiban dalam pemeliharaan dan perbaikan; d. mencegah perbuatan yang dapat menghambat atau menghalangi proses pemeliharaan dan perbaikan; dan/atau e. melaporkan perbuatan dlm huruf d, kepada instansi berwenang agar proses dpt berjalan lancar. pelibatan kelompok swadaya masyarakat merupakan upaya untuk mengoptimalkan peran masyarakat

Pasal 51 Bagian Ketiga: Kearifan Lokal Kearifan Lokal? nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat untuk mewujudkan perumahan dan permukiman yang sehat, aman, serasi, dan teratur. Peningkatan kualitas perumahan kumuh dan permukiman kumuh di daerah perlu dilakukan dengan mempertimbangkan kearifan lokal yang berlaku pada masyarakat setempat dengan tidak bertentangan pada ketentuan peraturan perundang-undangan.

Terima Kasih