HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA SEKOLAH YANG DIRAWAT DI RUANG PERAWATAN ANAK DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

dokumen-dokumen yang mirip
Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifkan antara tingkat pengetahuan perawat dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan SOP pemasangan urin.

Iksirul Anwar 1, Listyana Natalia R. 2, Dian Wardanah 2 ABSTRACT

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN

Keterangan : = Sampel = Populasi e = Nilai Kritis / batas ketelitian 5 %

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien yang Dirawat di Ruangan Kelas III Rumah Sakit Immanuel Bandung

Lilis Maghfuroh Program Studi S1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kecemasan merupakan perasaan yang timbul akibat ketakutan, raguragu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terhadap pengalaman sakit, yang disebabkan karena faktor lingkungan,

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

INTISARI. Kata Kunci : Kondisi Kerja, Beban Kerja, Tingkat Stres perawat.

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses yang dapat diprediksi. Proses pertumbuhan dan. tumbuh dan kembang sejak awal yaitu pada masa kanak-kanak (Potter &

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP KEPATUHAN DALAM TINDAKAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 4-12 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menyebabkan stres kerja pada perawat antara lain pola dan beban kerja,

HUBUNGAN KOMUNIKASI TEURAPETIK BIDAN DENGAN KECEMASAN IBU BERSALIN DI RUANG KEBIDANAN DAN BERSALIN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PIDIE

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross sectional, yaitu data variabel bebas (caring perawat) dengan

BAB I PENDAHULUAN. anggotanya. Keluarga berfungsi tinggi untuk membantu dalam menjaga

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN EMPATI PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. yang mengharuskan mereka dirawat di rumah sakit (Pieter, 2011). Berdasarkan survei dari Word Health Organization (WHO) pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia (Potter & Perry, 2009). American Nurses Association

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI BANGSAL MELATI RSUD TUGUREJO SEMARANG

Naskah Publikasi SKRIPSI. Disusun oleh : LELY ERNAWATI 0302R00019

BAB I PENDAHULUAN. diatasi. Bagi anak usia prasekolah (3-5 tahun) menjalani hospitalisasi dan

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULAR YANG DIRAWAT DIRUANGAN ALAMANDA TAHUN 2015

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA YANG DILAKUKAN HOME CARE

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT KECEMASAN KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER SERVIKS DI RSUD Dr. MOEWARDI

PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN PERILAKU PERAWAT

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN STRES KERJA DI INSTALASI RAWAT INAP RSU ISLAM SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI IBU TENTANG PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN IBU DENGAN ANAK YANG DI RAWAT DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

Mahasiswa S-1 Prodi Keperawatan, STIKes CHMK, Kupang Jurusan DIII Keperawatan, Poltekes Kemenkes Kupang, Kupang c

TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DAN KESIAPAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA YANG MENDERITA STROKE DI DESA KEBAKKRAMAT KARANGANYAR

DUKUNGAN KELUARGA DAN HARGA DIRI PASIEN KANKER PAYUDARA DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN. sampai evaluasi selanjutnya (Uliyah & Hidayat, 2008). Keluhan yang

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI BANGSAL RAWAT INAP WARDAH RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan keterbaruan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. anak (Undang-Undang Perlindungan Anak, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu unik yang mempunyai kebutuhan sesuai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang

PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA PERAWAT KRITIS DAN PERAWAT GAWAT DARURAT DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang penting, sarat dengan tugas, beban, masalah dan harapan yang. memiliki kemampuan dalam menghubungkan aspek-aspek kemanusiaan

Gede Arioka Dwipayana 1, Atik Badi ah 2, Endang Lestiawati 3 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEBERSIHAN DIRI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) DI TK ASIH SEJATI, JANTI, CATUR TUNGGAL,SLEMAN, YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN ORANG TUA TERHADAP HOSPITALISASI ANAK DI RSUD Dr. MOEWARDI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. bermunculan dan di derita oleh manusia, baik yang bersifat patologis ataupun

HUBUNGAN FAKTOR- FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN DALAM MEMBERIKAN KONSELING PADA PELAYANAN KEBIDANAN DI PUSKESMAS WILAYAH SLEMAN

BAB l PENDAHULUAN. peningkatan jumlah anak di Indonesia. Hal ini memberi konsekuensi

BAB I PENDAHULUAN. hidup mereka. Anak juga seringkali menjalani prosedur yang membuat. Anak-anak cenderung merespon hospitalisasi dengan munculnya

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan dasar tersebut (Depkes, 2009). yang meliputi pelayanan: curative (pengobatan), preventive (upaya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN STRES KERJA PERAWAT DENGAN KELENGKAPAN DOKUMENTASI PROSES KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL.

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang dewasa, melainkan sebagai

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT KEPDA PASIEN DI RS AISYIYAH BOJONEGORO. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang merupakan amanat dari Undang-Undang Dasar Negara Republik. gangguan lain yang dapat mengganggu kesehatan jiwa.

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan dasarnya dan untuk belajar mandiri, lingkungan yang

: Komunikasi Terapeutik, Perawat

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN ABSTRAK

Siti Nursondang 1, Setiawati 2, Rahma Elliya 2 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif

Purwandita Anggarini, Lutfi Nurdian Asnindari STIKES Aisyiyah Yogyakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh banyak faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter dan tenaga

HUBUNGAN PERSEPSI PERAWAT PELAKSANA TENTANG KEMAMPUAN SUPERVISI KEPALA RUANG DENGAN KINERJA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa perawat merupakan back bone untuk mencapai targettarget

PENDAHULUAN INTISARI MUFLIH

HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN ADAPTASI PADA PERAWAT DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungannya dengan upaya stimulasi yang dapat dilakukan, sekalipun anak

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN TINGKAT KECEMASAN WANITA PRAMENOPAUSE DI DESA BANGSALSARI KECAMATAN BANGSALSARI JEMBER

BAB III METODE PENELITIAN

SKRIPSI. Oleh : EKAN FAOZI J Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan

BAB I PENDAHULUAN. jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak

HUBUNGAN PENGGUNAAN MEKANISME KOPING DENGAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DI UNIT ORTHOPEDI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

HUBUNGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP MELATI RSUD SUBANG. Ibrahim N. Bolla, S.Kp.

BAB 1 PENDAHULUAN. memperhatikan sikap non-verbal saat berinteraksi. sekedar hubungan saling menguntungkan (mutualisme) tetapi juga kedua

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan anak sakit dan hospitalisasi dapat menimbulkan krisis

Performance Hospital Service Against The Level Of Anxiety In Child. Performance Pelayanan Rumah Sakit Terhadap Tingkat Kecemasan Anak

HUBUNGAN FREKUENSI HOSPITALISASI ANAK DENGAN KEMAMPUAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK PRE SCHOOL PENDERITA LEUKEMIA DI RSUD Dr.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan bukan saja terlepas dari penyakit, karena individu yang terbebas dari

HUBUNGAN RELAKSASI PERNAPASAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN ASMA BRONKHIALE DI RUANG BOUGENVILLE 2 RSUD KUDUS

BAB I PENDAHULUAN. Menjalani perawatan di rumah sakit (hospitalisasi) merupakan pengalaman

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN : HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN IBU HAMIL DENGAN KESEHATAN JANIN TRIMESTER II DI RSIA KUMALA SIWI JEPARA

BAB I PENDAHULUAN. secara terus menerus, tulus, ikhlas, peduli dengan masalah pasien yang di hadapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap

BAB I PENDAHULUAN. mudah, terjangkau dan terukur kepada masyarakat dan pihak-pihak terkait.

DUKUNGAN DENGAN BEBAN KELUARGA MENGIKUTI REGIMEN TERAPEUTIK ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI HALUSINASI

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan motorik, verbal, dan ketrampilan sosial secara. terhadap kebersihan dan kesehatan.

Disusun Oleh: Wiwiningsih

Transkripsi:

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA SEKOLAH YANG DIRAWAT DI RUANG PERAWATAN ANAK DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL Listyana Natalia R INTISARI Latar Belakang : Anak yang menjalani perawatan di rumah sakit rentan mengalami kecemasan terutama disebabkan karena perubahan fungsi anak, lingkungan fisik rumah sakit serta berbagai perawatan yang harus dijalani anak. Kecemasan dapat diatasi diantaranya dengan melakukan perilaku caring perawat. Hasil studi awal di RSUD Panembahan Senopati sampai November 2011 diketahui jumlah anak yang dirawat sebanyak 348 dan 50% diantaranya mengalami kecemasan. Tujuan Penelitian : Mengetahui hubungan antara perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan anak yang dirawat di ruang perawatan anak RSUD Panembahan Senopati Bantul. Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif non eksperimental dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah pasien anak usia sekolah yag dirawat di ruang perawatan anak RSUD dengan rata-rata 21 orang per bulan. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling dengan besar sampel sebanyak 39 orang. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner. Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 19 Maret- 18 Mei 2012. Analisis data penelitian menggunakan analisis Spearman Rank. Hasil: Perilaku caring perawat di ruang perawatan anak RSUD Panembahan Senopati Bantul dalam kategori baik sebesar (71,8%). Tingkat kecemasan anak usia sekolah yang dirawat di ruang perawatan anak dalam kategori tidak cemas sebesar (66,7%). Hasil analisis Spearman Rank diperoleh nilai koefisien korelasi ( ) sebesar 0,703 dengan p value sebesar 0,000 (p<0,05). (koefisien korelasi ( ) sebesar 0,703). Kesimpulan: Ada hubungan yang signifikan antara perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan anak yang dirawat di ruang perawatan anak RSUD Panembahan Senopati Bantul. Kata Kunci: Perilaku caring, tingkat kecemasan, anak usia sekolah PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan sumber daya manusia suatu bangsa. Jika ditinjau dari proporsi penduduk, 40% dari total populasi adalah anak dan remaja berusia 0-16 tahun. Masalah kesehatan pada anak di negara-negara berkembang masih sedikit sekali diperhatikan, mengingat kondisi perekonomian yang belum stabil. Di Indonesia sendiri ini semakin memperburuk tingkat kesehatan penduduk terutama pada populasi anak, mereka akan sangat rentan terhadap penyakit (Huriah, 2000). Menurut Fitri (2008) anak merupakan pribadi yang masih bersih dan peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungan. Berbagai upaya dilakukan orang tua untuk anakanaknya. Kedua orang tua akan merasa senang bila dapat memenuhi kebutuhan anaknya, begitu juga sebaliknya, terutama masalah kesehatan. Orang tua

akan merasa panik dan stres jika anaknya mengalami masalah kesehatan. Orang tua tidak mengharapkan anaknya mengalami sakit, karena hal ini akan mengganggu atau mempengaruhi keadaan biologis, psikologis, sosisal serta ekonomi. Kesehatan anak tidak hanya dalam lingkup keluarga, tetapi juga menjadi perhatian pemerintah. Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti melalui wawancara dengan kepala ruangan di ruang perawatan anak Bangsal Anggrek, didapatkan hasil bahwa 50 % anak usia sekolah yang baru pertama kali dirawat di rumah sakit menolak untuk mendapatkan tindakan medis yang dilakukan oleh petugas kesehatan rumah sakit. Anak juga ketakutan dan menangis ketika perawat memasuki ruangan tempat mereka dirawat sambil membawa alatalat pengobatan dan juga menolak untuk diajak kerja sama dalam melakukan prosedur pengobatan. Selain itu juga dari hasil pengamatan, sebagian anak menolak ketika anak akan dibantu kebutuhannya oleh perawat, biasanya yang memenuhi kebutuhan anak adalah orang tua yang menemani anak saat itu. Dan didapatkan data bahwa jumlah pasien anak masuk pada Bangsal Anggrek bulan Januari sampai dengan bulan November 2011 sebanyak 348 orang anak. Dimana anak menjalani rawat inap di bangsal Anggrek RSUD lebih dari 50 % ditunggui oleh orang tuanya. Dan dididapatkan hasil bahwa 50% anak usia sekolah yang dirawat mengalami cemas. Berdasarkan permasalah dan fenomena yang didapat, maka peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan anak usia sekolah yang dirawat di ruang perawatan anak di RSUD yaitu Bangsal Anggrek. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan oleh penulis diatas, dapat disusun rumusan masalah penelitian yaitu Adakah hubungan yang signifikan antara perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan anak usia sekolah yang dirawat di ruang perawatan anak di RSUD? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan anak usia sekolah yang dirawat di ruang perawatan anak di RSUD. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengukur perilaku caring perawat di ruang perawatan anak di RSUD. b. Untuk mengukur tingkat kecemasan anak usia sekolah yang dirawat di ruang perawatan anak di RSUD. b. Untuk menganalisa hubungan perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan anak usia sekolah yang dirawat di ruang perawatan anak di RSUD. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif non eksperimen karena peneliti tidak memberikan perlakuan kepada subyek penelitian. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan cross sectional. Menurut Nursalam (2008) penelitian cross sectional adalah jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran/observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat dan tidak ada tindak lanjut. Pada penelitian ini peneliti menganalisa hubungan antara perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan anak usia sekolah yang

dirawat di ruang perawatan anak RSUD. B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 19 maret sampai dengan tanggal 18 mei 2012 di ruang perawatan anak RSUD Panembahan Senopati Bantul, yaitu Bangsal Anggrek. C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi merupakan seluruh subyek atau obyek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti. Bukan hanya obyek atau subyek yang dipelajari saja tetapi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki subyek atau obyek tersebut (Hidayat, 2009). Populasi dalam penelitian ini adalah pasien anak usia sekolah (6-12 tahun) yang dirawat di ruang perawatan anak RSUD Panembahan Senopati Bantul. Penelitian dilaksanakan tanggal 19 maret sampai dengan 18 mei 2012 dengan jumlah pasien 39 orang anak. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN D. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Rumah sakit berlokasi di Jl. Wahidin Sudiro Husodo No 14 Bantul. Ijin pendirian RSUD berdasarkan surat No 445/9539/V.2 Tanggal 21 Desember 2009. Ijin penyelenggaraan berdasarkan surat No 445/1835/V.2 tanggal 22 Desember 2009. Visi RSUD Panembahan Senopati Bantul adalah terwujudnya rumah sakit yang unggul dan menjadi pilihan utama masyarakat Kabupaten Bantul 2. Sampel Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat 2009). Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara total sampling yaitu semua pasien anak usia usia sekolah (6-12 tahun ) yang memenuhi kriteria inklusi selama penelitian dilakukan. Kriteria inklusi pada penelitian ini antara lain: a. Anak usia sekolah (6-12 tahun) yang pertama kali dirawat di rumah sakit b. Dapat berkomunikasi dengan baik c. Kondisi anak tidak dalam keadaan gawat dan sakit kronis d. Dirawat minimal 3 hari e. Bersedia menjadi responden f. Dapat membaca dan menulis. dan sekitarnya. Misi RSUD adalah memberikan pelayanan prima, meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia, melaksanakan peningkatan mutu berkelanjutan, meningkatkan jalinan kerjasama dengan institusi terkait dan melengkapi sarana prasarana secara bertahap. Pelayanan kesehatan yang ada diantaranya adalah rawat inap, rawat jalan, instalasi gawat darurat, laboratorium, radiologi, instalasi farmasi, nedah sentral, gizi dan pemulasaraan jenazah. Tenaga kesehatan yang ada di RSUD Panembahan Senopati Bantul yaitu dokter sebanyak 37 orang, paramedis sebanyak 190 orang. Dibantu tenaga struktural

sebanyak 21 orang, tenaga fungsional sebanyak 123 orang, tenaga non kesehatan 58 orang, tenaga kontrak 191 orang dan tenaga part time sebanyak 7 orang. Total perawat di Bangsal Anggrek sebanyak 20 orang yaitu 1 orang kepala ruangan, 19 perawat pelaksana(d3), perawat S1 1 orang. Rawat inap RSUD terdiri dari 13 jenis yaitu edelwies (VVIP), wijaya kusuma dan mawar (VIP), nusa indah (Klas utama), isolasi, alamanda (nifas), anggrek (rawat anak), perinatal (rawat bayi risiko tinggi), bakung (rawat penyakit dalam), bougenvile (rawat penyakit dalam), flamboyan (rawat penyakit dalam) dan melati (rawat kasus bedah). Penelitian ini difokuskan pada ruang perawatan anak yaitu di ruang anggrek (Profil RSUD, 2011). 2. Deskripsi Karakteristik Responden Responden penelitian ini adalah anak usia sekolah (6-12 tahun) yang dirawat di ruang perawatan anak RSUD. Karakteristik responden diteliti berdasarkan umur, jenis kelamin, dan jenis penyakit. Hasil analisis deskriptif karakteristik responden penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.1 Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden pada Anak Usia Sekolah yang Dirawat di RSUD Karakteristik Respoden Frekuensi Persentase (%) Usia 6-8 tahun 30 76,9 9-11 tahun 9 23,1 Jenis kelamin Laki-laki 18 46,2 Perempuan 21 53,8 Jenis Penyakit Asma 3 7,7 Abdominal 6 15,4 Tifus 5 12,8 ISPA 15 38,5 Anemia 1 2,6 Apendisitis 6 15,4 Febris 3 7,7 Jumlah 39 100,0 Sumber: Data primer diolah 2012 Berdasarkan Tabel 4.1, menunjukkan karakteristik berdasarkan umur responden diketahui sebagian besar responden berumur 6-8 tahun sebanyak 30 anak (76,9%), sisanya sejumlah 9 anak (23,1%) berumur 9-11 tahun. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, diketahui sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 21 anak (53,8%), sisanya sejumlah 18 anak (46,2%) berjenis kelamin laki-laki. Karakteristik responden berdasarkan jenis penyakit

diketahui sebagian besar anak menderita sakit ISPA sejumlah 15 anak (38,5%). 3. Analisis Univariat Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel penelitian. Dalam penelitian ini terdiri dari 2 variabel yaitu perilaku caring perawat dan kecemasan. Hasil analisis univariat variabel penelitian adalah sebagai berikut. a. Perilaku Caring Perawat Perilaku caring perawat di RSUD Panembahan Senopati Bantul dikategorikan dalam skala ordinal menjadi 3 kategori yaitu baik, cukup, dan kurang. Distribusi frekuensi data perilaku caring perawat dapat dilihat pada Tabel 4.2 Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Tingkat Perilaku Caring Perawat di RSUD Panembahan Senopati Bantul Perilaku Caring Frekuensi Persentase (%) Baik Cukup 28 11 71,8 28,2 Jumlah 39 100,0 Sumber: Data primer diolah 2012 Berdasarkan Tabel 4.2, diketahui sebagian besar responden mendapatkan perilaku caring kategori baik, yaitu sebanyak 28 anak (71,8%). b. Kecemasan Data tingkat kecemasan dikategorikan dalam skala ordinal dalam 5 kategori menjadi tidak ada kecemasan, kecemasan ringan, kecemasan sedang, kecemasan berat, dan kecemasan berat sekali/panik. Distribusi frekuensi tingkat kecemasan anak usia sekolah yang dirawat di ruang perawatan anak di RSUD dapat dilihat pada Tabel 4.3 Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Anak Usia Sekolah yang Dirawat di Ruang Perawatan Anak RSUD Tingkat Kecemasan Frekuensi Persentase (%) Tidak ada kecemasan Kecemasan ringan Kecemasan sedang Kecemasan berat 26 7 2 4 66,7 17,9 5,1 10,3 Jumlah 39 100,0 Sumber: Data primer diolah 2012 Berdasarkan Tabel 4.3, diketahui sebagian besar responden tidak mengalami 4. Analisis Bivariat Analisis bivariat digunakan untuk pembuktian hipotesis penelitian, atau untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara perilaku caring kecemasan, yaitu sebanyak 26 anak (66,7%). perawat dengan tingkat kecemasan anak usia sekolah yang dirawat di ruang perawatan anak RSUD Panembahan Senopati Bantul yang dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Hubungan Perilaku Caring Perawat dengan Tingkat Kecemasan pada Anak Usia Sekolah yang Dirawat di RSUD Panembahan Senopati Bantul Perilaku caring Baik Cukup Tidak cemas Total 26 66, 7 7 Sumber: Data primer diolah 2012 Cemas ringan Tingkat Kecemasan Cemas sedang Cemas berat Cemas berat sekali Total f % f % f f f % f % f % 61, 10, 0,0 71, 24 55, 4 37, 0 0,0 0 10, 0 0,0 28 828 2 1 3 7 2 5,1 4 3 0 0,0 11,2 17, 9 2 5,1 4 10, 3 0 0,0 39 100 Dari Tabel 4.4, diketahui bahwa sebanyak 24 anak (61,5%) anak yang mendapatkan perilaku caring kategori baik, tidak mengalami kecemasan. Sedangkan sebagian besar anak yang mendapatkan perilaku caring kategori cukup, memiliki tingkat kecemasan pada kategori cemas berat sebanyak 4 orang (10,3%). Tabel 4.5. Hasil Uji Korelasi Spearman Rank Pembuktian hipotesis untuk mengetahui hubungan antara perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan anak usia sekolah yang dirawat di ruang perawatan anak RSUD tahun 2012 dilakukan dengan uji Spearman Rank. Hasil analisis korelasi Spearman Rank dapat dilihat pada Tabel 4.5. Hubungan Koefisien korelasi ( ) p-value Perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan anak 0,703 0,000 Sumber: Data primer diolah tahun 2012 Berdasarkan hasil analisis Spearman Rank diperoleh nilai koefisien korelasi ( ) sebesar 0,703 dengan p value sebesar 0,000. Oleh karena nilai signifikansi kurang dari 0,05 (p<0,05), artinya ada hubungan yang signifikan antara perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan anak yang dirawat di ruang perawatan anak RSUD, sehingga hipotesis penelitian ini diterima. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,703 berdasarkan intepretasi koefisien korelasi menunjukkan keeratan hubungan kategori kuat. Artinya keeratan hubungan antara perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan anak usia sekolah yang dirawat di ruang perawatan anak RSUD

, dalam kategori kuat. 1. Perilaku Caring Perawat Hasil penelitian menunjukkan perilaku caring perawat di ruang perawatan anak RSUD Panembahan Senopati Bantul sebagaian besar dalam kategori baik sebesar 71,8%. Hasil ini dapat diartikan bahwa perawat telah menerapkan perilaku caring dengan baik dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak. Perilaku caring menunjukkan bahwa perawat tidak hanya sekedar merawat anak tetapi juga memberikan bantuan, dorongan, dan perhatian serta kasih sayang kepada anak. Perilaku merupakan aktivitas atau kegiatan-kegiatan yang dapat dilihat secara langsung. Caring sendiri didefinisikan sebagai kegiatan langsung untuk memberikan bantuan, dukungan, antisipasi atau pemenuhan kebutuhan untuk meningkatkan kondisi individu atau kehidupan, Leininger dalam Nuryani (2011). Perilaku caring perawat merujuk pada aktivitas atau tindakan yang dilakukan oleh perawat dalam memberikan bantuan, dukungan, pemenuhan kebutuhan dan perhatian kepada pasien yang sedang menjalani perawatan. Perilaku caring merupakan bagian dari pelaksanaan asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat. Perilaku caring perawat sangat dibutuhkan diantaranya dalam melakukan perawatan kepada anak. B. Pembahasan Perawatan anak membutuhkan kemampuan dan keterampilan khusus agar anak dapat bersikap kooperatif dalam menjalani perawatan. Perilaku caring perawat dapat membantu mempercepat proses kesembuhan anak. Sesuai dengan Sitorus (2006) menyebutkan bahwa sikap care juga akan meningkatkan kepercayaan klien dan mengurangi kecemasan klien. Kedua hal tersebut dapat memperkuat mekanisme koping klien sehingga memaksimalkan proses penyembuhan. Pelaksanaan asuhan keperawatan pada anak membutuhkan adanya perlakuan yang lebih dari perawat. Hal ini disebabkan karena karakteristik anak masih bergantung kepada orang dewasa dalam memenuhi kebutuhannya, sulit untuk mengemukakan perasaan dan anak sudah mempunyai perasaan takut. Pada saat kondisi sakit anak cenderung akan mudah marah, rewel dan mengalami kecemasan apabila menjalani perawatan, sehingga membutuhkan penanganan yang ekstra. Sesuai dengan Nelson dalam Laily (2006) yang menyebutkan pada usia sekolah anak sudah mengalami perubahan emosi seperti timbulnya perasaan takut dan cemas karena kondisi sakit yang dialami dan ketika menjalani perawatan di rumah sakit. Perilaku caring perawat di RSUD Panembahan Senopati

Bantul dalam kategori baik menunjukkan bahwa perawat telah melakukan komponen caring meliputi kesediaan menerima, membina hubungan dan kesediaan mendengarkan, Noddings dalam Wahyuni, (2009). Kesediaan menerima ditunjukkan dengan perilaku perawat yang bersedia terlibat dalam proses perawatan anak, memberikan kekuatan dan memberikan perhatian selama anak menjalani perawatan. Membina hubungan ditunjukkan perawat dengan kesediaan perawat untuk menjalin hubungan, berkomunikasi dengan baik, tidak memberikan jarak, menunjukkan kesabaran dan kepedulian dalam merawat anak. Kesediaan mendengarkan diwujudkan dalam bentuk bertanggung jawab, mendengarkan keluhan, tanggap dalam memenuhi permintaan anak selama perawatan. Kemampuan perawat dalam berperilaku caring dipengaruhi oleh faktor pendidikan. Semakin baik tingkat pendidikan perawat maka akan semakin baik penguasaan pengetahuan, kompetensi dan kemampuannya dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. Menurut data di lapangan diketahui sebagian besar perawat yang bertugas di RSUD minimal berpendidikan D III keperawatan, sehingga telah mempunyai bekal pendidikan yang memadai untuk menjalankan tugasnya dengan baik. Pelaksanaan asuhan keperawatan anak akan lebih efektif apabila disertai perilaku caring. Perawat yang melakukan perilaku caring akan mampu menjalin hubungan baik dengan anak, memberikan perhatian secara emosional sehingga dapat meningkatkan rasa aman dan menumbuhkan kepercayaan. Hal ini akan berdampak pada terbentuknya rasa nyaman, senang dan kooperatif dalam menjalani perawatan sehingga akan berdampak pada proses kesembuhan anak. Didukung dengan pendapat yang menyebutkan bahwa lingkungan yang penuh caring sangat berpotensial untuk mendukung perkembangan seseorang dalam memilih yang terbaik untuk dirinya menurut Watson dalam Nuryani (2011). 2. Tingkat Kecemasan Anak Hasil análisis menunjukkan tingkat kecemasan anak yang dirawat di ruang perawatan anak RSUD Panembahan Senopati Bantul sebagaian besar dalam kategori tidak cemas sebesar 66,7%. Hasil ini dapat diartikan bahwa anak tidak mengalami kecemasan berkaitan dengan perawatan yang dijalani anak di rumah sakit. Hal ini terlihat dari tidak adanya gejala fisik maupun psikologis anak yang mengarah pada indikasi terjadinya kecemasan. Kecemasan sendiri merupakan sebuah keadaan yang tidak menyenangkan

sebagai bentuk respon emosional yang disebabkan karena adanya ketakutan, kekhawatiran maupun ancaman. Stuart & Sundeen (2007) menyebutkan kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Kecemasan biasanya dapat diamati dari gejala yang terlihat dari perubahan fisiologis maupun perilaku sebagai upaya untuk melawan kecemasan. Kecemasan dapat terjadi pada siapa saja tidak terbatas pada usia. Kecemasan bahkan dapat dialami oleh anak-anak. Pemicu kecemasan pada anak disebabkan pada proses perkembangannya anak sudah mampu merasakan rasa takut, cemas, khawatir terutama ketika menghadapi lingkungan yang baru. Kecemasan juga rentan dialami oleh anak ketika menjalani perawatan di rumah sakit. Seperti yang dikemukakan oleh Supartini (2004) menyebutkan anak sering mengalami kecemasan pada saat sakit dan kecemasan pada anak semakin meningkat bila anak harus menjalani perawatan di rumah sakit. Proses perawatan di rumah sakit yang dijalani anak dapat menjadi faktor pemicu timbulnya kecemasan anak. Keadaan proses perawatan yang dapat memicu kecemasan diantaranya adalah ketakutan memasuki rumah sakit yang merupakan lingkungan baru bagi anak, dan berada dengan orang-orang asing yang tidak dikenal anak. Kecemasan juga timbul karena anak harus berpisah dengan keluarga, teman dan lingkungan yang membuatnya nyaman. Anak juga sering mengalami kecemasan karena proses perawatan penyakit yang harus dijalaninya. Sesuai dengan Wong dalam Tampubolon (2007) yang menyebutkan kecemasan anak yang berada di rumah sakit akan muncul karena adanya tantangantantangan seperti mengatasi perpisahan, penyesuaian diri dengan lingkungan, dan pengalaman terapi yang menyakitkan. Kecemasan yang dialami anak disebabkan karena anak tidak mampu mengatasi faktor pemicu kecemasan. Setiap individu mempunyai kemampuan koping yang berbeda dalam menghadapi faktor pemicu kecemasan. Sesuai dengan Suliswati (2005) mengemukakan bahwa kecemasan terjadi sebagai akibat dari ketidakmampuan diri untuk menghadapi ancaman. Hal ini menyebabkan terjadinya perbedaan tingkat kecemasan yang dialami oleh anak. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa anak yang menjalani perawatan di RSUD Panembahan Senopati Bantul tidak mengalami kecemasan. Hal ini dapat diartikan bahwa anak-anak telah mampu menghadapi dan merasionalisasikan sumber atau faktor pemicu kecemasan. Reaksi pada proses perawatan

di rumah sakit sangat bergantung pada usia perkembangan anak, pengalaman yang pernah dialami sebelumnya, adanya dukungan serta kemampuan koping yang dimiliki anak. Dilihat dari karakteristik anak diketahui sebagian besar anak berusia 6 8 tahun sebesar 76,9%. Anak usia sekolah banyak mengembangkan kemampuan interaksi sosial, belajar tentang moral dan budaya dari lingkungan selain keluarga. Anak sudah mulai mampu mengambil bagian dalam kelompok, belajar tentang nilai sosial dalam kelompok Supartini (2004). Pada rentang usia ini anak sudah dapat diajak berkomunikasi dan diberi pengertian sehingga dapat menurunkan berbagai ketakutan maupun kekhawatiran dalam menjalani perawatan di rumah sakit. Berdasarkan jenis penyakit diketahui sebagian besar anak menderita ISPA sebesar 38,5%. Bentuk terapi dan penanganan terhadap penyakit yang diderita anak sering kali menjadi faktor yang dapat memicu timbulnya kecemasan. Tidak terjadinya kecemasan pada anak, disebabkan karena terapi pada penyakitnya tidak menakutkan untuk anak. Selain itu dipengaruhi oleh kemampuan perawat dalam melakukan pendekatan terhadap anak ketika melakukan terapi. Tidak adanya kecemasan pada anak dipengaruhi juga oleh faktor dukungan orang tua, dimana orang tua selalu memberikan pendampingan kepada anak selama proses perawatan. Orang tua mempunyai peran untuk menguatkan anak, memberikan dukungan dan serta perhatian pada anak. Orang tua juga berperan untuk memberikan rasa aman selama perawatan sehingga akan menurunkan kecemasan yang dirasakan. Didukung pendapat dari Friedman dalam Wahuni (2009) menyebutkan dukungan keluarga dalam bentuk sikap, perilaku yang bersifat mendukung, siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan akan menurunkan terjadinya kecemasan. Keadaan anak yang tidak cemas akan lebih kooperatif dalam menjalani proses perawatan sehingga akan mempercepat proses kesembuhan. Anak yang mengalami kecemasan akan cenderung mengalami berbagai gangguan seperti gangguan emosional maupun psikomotorik yang akan berdampak pada proses perawatan yang dijalani oleh anak. Hasil penelitian ini berimplikasi sangat penting dilakukannya penanganan pada anak yang mengalami kecemasan dalam menjalani proses perawatan menggunakan metode yang tepat sesuai dengan karakteristik anak. 3. Hubungan Antara Perilaku Caring Perawat dengan Tingkat Kecemasan Anak yang Dirawat

di Ruang Perawatan Anak RSUD Panembahan Senopati Bantul Hasil análisis menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan anak yang dirawat di ruang perawatan anak RSUD. Dibuktikan dengan hasil analisis Spearman Rank diperoleh nilai koefisien korelasi ( ) sebesar 0,703 dengan p value sebesar 0,000 (p<0,05). Dapat diartikan bahwa perilaku caring perawat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap penurunan kecemasan pada anak yang menjalani perawatan di rumah sakit. Proses perawatan anak di rumah sakit membutuhkan adanya adanya pendekatan interpersonal yang tercermin dalam perilaku caring oleh perawat. Perilaku caring perawat akan membentuk pola hubungan yang membuat anak dan perawat dapat berinteraksi dengan nyaman, memberikan kesempatan perawat untuk membagi pengetahuan dan informasi tentang proses perawatan yang dijalani sehingga anak merasa diperhatikan walaupun ia dalam keadaan sakit. Sikap caring juga akan meningkatkan kepercayaaan anak terhadap perawat. Didukung pendapat dari Sitorus (2006) menyebutkan pada umumnya klien merasa cemas saat kontak dengan perawat, sehingga sikap perawat yang memperhatikan, mau membantu dan menghargai klien akan membantu mengurangi kecemasan klien. Sikap caring juga akan menigkatkan kepercayaan klien terhadap perawat. Hasil tabulasi silang penelitian ini diketahui sebagian besar anak yang mendapatkan perilaku caring kategori baik, tidak mengalami kecemasan dengan persentase (61,5%). Sedangkan sebagian besar anak yang mendapatkan perilaku caring kategori cukup, memiliki tingkat kecemasan pada kategori cemas berat dengan persentase (10,3%). Hal ini dapat diartikan bahwa semakin baik perilaku caring yang diperoleh anak, maka akan semakin menurunkan kecemasan pada anak dengan keeratan hubungan kategori kuat. Diartikan perilaku caring memberikan kontribusi yang tinggi terhadap penurunan kecemasan pada anak yang dirawat di rumah sakit. Perawat merupakan petugas yang memberikan penanganan dan perawatan secara langsung kepada anak selama proses perawatan. Perilaku perawatan yang dilakukan oleh perawat sangat berpengaruh terhadap keadaan anak. Asuhan keperawatan yang didukung dengan penguasaan terhadap keterampilan intelektual, teknikal disertai dengan kepedulian sosial dan pendekatan interpersonal yang merupakan cerminan dari perilaku caring akan mendukung pelaksanaan asuhan keperawatan secara

maksimal. Dampak nyata yang dirasakan anak adalah menurunnya kecemasan yang dirasakan karena anak merasa diperhatikan, diberi dukungan, diberi informasi yang jelas tentang tindakan perawatan yang dilakukan serta merasa aman dalam menjalani perawatan. Hal ini didukung juga dengan teori yang menyebutkan perilaku caring merupakan media untuk memberikan asuhan keperawatan kepada klien yang dapat membantu menghilangkan kecemasan dan kegelisahan sehingga anak merasa nyaman dalam menjalani perawatan (Roach dalam Nuryani, 2011). KESIMPULAN DAN SARAN E. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Perilaku caring perawat di ruang perawatan anak RSUD sebagian besar dalam kategori baik. 2. Tingkat kecemasan anak usia sekolah yang dirawat di ruang perawatan anak RSUD sebagian besar dalam kategori tidak cemas. 3. Ada hubungan yang signifikan antara perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan anak usia sekolah yang dirawat di ruang perawatan anak RSUD. 4. Keeratan hubungan antara perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan anak usia sekolah yang dirawat di ruang perawatan anak RSUD Panembahan Senopati Bantul dalam kategori kuat. B. Saran Berdasarkan kesimpulan penelitian, saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut. 1. Bagi RSUD Panembahan Senopati Bantul Meningkatkan pelayanan terutama dalam penanganan kecemasan di ruang perawatan anak dengan mempertahankan perilaku caring perawat yang sudah baik di unit pelayanan anak, menciptakan suasana yang menyenangkan, membuat setting ruangan yang ceria sehingga dapat menurunkan kecemasan pada anak yang menjalani perawatan. 2. Bagi Perawat Melakukan perilaku caring dalam memberikan asuhan keperawatan sebagai salah satu upaya untuk menurunkan tingkat kecemasan pada anak. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan untuk melakukan penelitian dengan meneliti faktor lain yang berhubungan dengan kecemasan anak usia sekolah dan dengan melibatkan populasi yang lebih luas. DAFTAR PUSTAKA Adiyanti. (2006). Menepis Hambatan Tumbuh Kembang Anak. Yogyakarta: Kanisius

Ali, Z. (2001). Dasar-Dasar Keperawatan Profesional. Jakarta: Widya Medika Arikunto. S. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta Asih, Y. (2010). Dasar-Dasar Riset Keperawatan. Jakarta: EGC Bahiyatun. (2011). Buku Ajar Bidan Psikologi Ibu dan Anak. Jakarta: EGC Basari, F, M. (2011). Tingkat Kecemasan Usia Produktif Paska Meletus Gunung Merapi dan Perubahan Pola Tidur di Ngancar Glagaharjo Cangkringan Sleman. Skripsi FIK UNRIYO. Tidak Dipublikasikan Dirawat di Bangsal Perawatan Anak RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Skripsi PSIK UGM. Tidak Dipublikasikan Laily, I, E. (2006). Faktor-Faktor yang Memepengaruhi Kecemasan pada Anak Sekolah yang Dirawat di Instalasi Kesehatan Anak (Inska) RSUP Dr. Sardjito Yogyaka Cahayaningsih, T, N. (2011). Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Tingkat Kecemasan Anak Pra Sekolah yang Mengalami Hospitalisasi di Ruang Anak Kenanga dan Melati I RSUP Soeradji Tirtonegoro Klaten. Skripsi FIK UNRIYO. Tidak Dipublikasikan Fitri. (2008). Pengertian Anak Tinjauan Secara Kronologis dan Psikologis. Http://duniapsikologi.dagdigdu g.com/category/psikologianak/ page/4. 20/11/2011 Hidayat, A, A. (2008). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba Medika Hidayat, A. A. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika Huriah, T. (2000). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan pada Anak Usia Sekolah yang