PENGELOLAAN LAHAN PERTANIAN DAN EMISI GAS RUMAH KACA

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. Latar Belakang. Rataan suhu di permukaan bumi adalah sekitar K (15 0 C ), suhu

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Emisi Gas Rumah Kaca di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. sektor pertanian (MAF, 2006). Gas rumah kaca yang dominan di atmosfer adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

MENGURANGI EMISI GAS RUMAH KACA

BAB VII PERKIRAAN EMISI. Pemerintah Kabupaten Donggala A. GAS RUMAH KACA B. KEGIATAN MANUSIA DAN JENIS GRK. Badan Lingkungan Hidup Daerah

PEMANASAN GLOBAL Dampak terhadap Kehidupan Manusia dan Usaha Penanggulangannya

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #10 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Gambut

FENOMENA GAS RUMAH KACA

BAB I PENDAHULUAN. dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di

BAB I PENDAHULUAN. Di permukaan bumi ini, kurang lebih terdapat 90% biomasa yang terdapat

PEMANASAN GLOBAL: Dampak dan Upaya Meminimalisasinya

I. PENDAHULUAN. menyebabkan perubahan yang signifikan dalam iklim global. GRK adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. menyebabkan perubahan tata guna lahan dan penurunan kualitas lingkungan. Alih

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

Agenda Nasional [ ] Rencana Aksi [ ]

PEMANASAN GLOBAL. Efek Rumah Kaca (Green House Effect)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari

I. PENDAHULUAN. Peningkatan aktivitas manusia di muka bumi telah mendorong terjadinya

I. PENDAHULUAN. tidak berkelanjutan. Pertanian dengan olah tanah intensif di lahan kering merusak

PEMBAHASAN UMUM. Gambar 52. Hubungan antara nisbah C/N dengan fluks CO 2. Fluks CO2. (mg CO2 kg tanah -1 harī 1 )

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. intensitas ultraviolet ke permukaan bumi yang dipengaruhi oleh menipisnya

Geografi. Kelas X ATMOSFER VII KTSP & K Iklim Junghuhn

I. PENDAHULUAN. ini. Penyebab utama naiknya temperatur bumi adalah akibat efek rumah kaca

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

D4 Penggunaan 2013 Wetlands Supplement to the 2006 IPCC Guidelines untuk Inventarisasi Gas Rumah Kaca di Indonesia.

TINJAUAN PUSTAKA. udara pada saat tertentu dan di wilayah tertentu yang relatif sempit pada jangka

Unsur gas yang dominan di atmosfer: Nitrogen : 78,08% Oksigen : 20,95% Argon : 0,95% Karbon dioksida : 0,034%

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN

TINJAUAN PUSTAKA. oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap.

Perubahan Iklim? Aktivitas terkait pemanfaatan sumber daya energi dari bahan bakar fosil. Pelepasan emisi gas rumah kaca ke udara

Sosio Ekonomika Bisnis ISSN

KEBERLANGSUNGAN FUNGSI EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN MELALUI PENANAMAN KELAPA SAWIT/ HTI BERKELANJUTAN DI LAHAN GAMBUT

lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan mendatang.

MAKALAH PEMANASAN GLOBAL

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate

Rumus Emisi CO 2. E = (Ea + Ebb + Ebo Sa) / Δt. Ea = Emisi karena terbakarnya jaringan dipermukaan tanah, misalnya pada waktu pembukaan lahan.

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5. La Nina. El Nino. Pancaroba. Badai tropis.

PEMANASAN GLOBAL PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan iklim sekarang ini perlu mendapatkan perhatian yang lebih

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Lembar Fakta Kurva Biaya Pengurangan Emisi GRK (Gas Rumah Kaca) Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) seperti karbon dioksida

I. PENDAHULUAN. Upaya pemenuhan kebutuhan beras bagi 230 juta penduduk Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengolahan tanah merupakan tindakan mekanik terhadap tanah yang ditujukan

PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. iklim global ini telah menyebabkan terjadinya bencana alam di berbagai belahan

I. PENDAHULUAN. Singkong merupakan salah satu komoditi pertanian di Provinsi Lampung.

Fahmuddin Agus dan Achmad Rachman Peneliti Balitbangtan di Balai Penelitian Tanah

I. PENDAHULUAN. Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri penghasil devisa non migas di

Topik C4 Lahan gambut sebagai cadangan karbon

PERUBAHAN IKLIM DAN BENCANA LINGKUNGAN DR. SUNARTO, MS FAKULTAS PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Iklim Perubahan iklim

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Estimasi Fungsi Dampak Pertumbuhan Ekonomi di Sektor Pertanian dan Industri Terhadap Emisi Gas Rumah Kaca

II. TINJAUAN PUSTAKA

POTENSI EMISI METANA KE ATMOSFER AKIBAT BANJIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan 32% Papua 30% dan sebagian kecil ada di Sulawesi, Halmahera

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang. jenis tumbuh-tumbuhan berkayu lainnya. Kawasan hutan berperan

BAB I. PENDAHULUAN. Perubahan iklim merupakan fenomena global meningkatnya konsentrasi

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. isu utama dalam perubahan lingkungan global. Untuk mengurangi pengaruh emisi

II. TINJAUAN PUSTAKA. dari umbi. Ubi kayu atau ketela pohon merupakan tanaman perdu. Ubi kayu

BAB I PENDAHULUAN. karena hutan memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia, hewan dan

Pemanfaatan canal blocking untuk konservasi lahan gambut

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Jambi Tahun I. PENDAHULUAN

Global Warming. Kelompok 10

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

I. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di

1.PENDAHULUAN. Salah satu pupuk organik yang dapat digunakan oleh petani

I. PENDAHULUAN. Perubahan dramatis paradigma pemanfaatan sumberdaya alam yang terjadi

PENANGGULANGAN PEMANASAN GLOBAL DI SEKTOR PENGGUNA ENERGI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

Nations Framework Convention on Climate Change (Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMANASAN GLOBAL. 1. Pengertian Pemanasan Global

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. iklim sudah menjadi pengetahuan yang umum saat ini. Pemanasan global adalah

SUMBER DAYA ENERGI MATERI 02/03/2015 JENIS ENERGI DAN PENGGUNAANNYA MINYAK BUMI

PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN GAMBUT DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pihak menanggung beban akibat aktivitas tersebut. Salah satu dampak yang paling

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. membiarkan radiasi surya menembus dan memanasi bumi, menghambat

I. PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk dapat dimanfaatkan,

Perubahan iklim dunia: apa dan bagaimana?

Wiwi Widia Astuti (E1A012060) :Pengetahuan Lingkungan ABSTRAK

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi dunia saat ini. Pemanasan global berhubungan dengan proses. infra merah diserap oleh udara dan permukaan bumi.

BAB I PENDAHULUAN. banyak sekali dampak yang ditimbulkan oleh pemanasan global ini.

Transkripsi:

PENGELOLAAN LAHAN PERTANIAN DAN EMISI GAS RUMAH KACA s. minardi Jurusan Ilmu Tanah/Agroteknologi Fakultas Pertanian UNS ABSTRAK Peningkatan emisi gas rumah kaca (GRK), pengaruhnya terhadap pemanasan global yang terjadi pada 50 tahun terakhir banyak disebabkan oleh aktivitas manusia. Berbagai kegiatan pertanian, seperti adanya pengolahan tanah, pengairan dan pemupukan pada lahan lahan pertanian merupakan kegiatan manusia terbesar saat ini yang menyebabkan meningkatnya emisi GRK berupa gas CO 2, CH 4, dan N 2 O. Dilaporkan, pada skala global, kegiatan pertanian telah berkontribusi sekitar 15% dari seluruh emisi gas rumah kaca (GRK). Megurangi emisi gas rumah kaca yang ditimbulkan oleh kegiatan pertanian perlu dilakukan. Beberapa upaya yang dapat dilakukan seperti pemanfaatan lahan terbuka dengan vegetasi permanen atau campuran/agroforestry, diterapkannya secara luas sistem pertanian organik untuk berbagai komoditi pertanian serta diterapkannya secara luas perakitan teknologi pertanian dan agroindustri yang ramah lingkungan dalam kegiatan pertanian Pendahuluan Pemanasan global adalah kejadian terperangkapnya radiasi gelombang panjang matahari (infra merah atau gelombang panas) yang dipancarkan oleh bumi, sehingga tidak dapat lepas ke angkasa dan akibatnya suhu di atmosfer bumi meningkat. Gas-gas rumah kaca yang dinyatakan paling berkontribusi terhadap gejala pemanasan global adalah karbon dioksida (CO 2 ), methan (CH 4 ), dinitro oksida (N 2 O), perfluorkarbon (PFC), hidrofluorkarbon (HFC), dan sulfurheksfluorida (SF 6 ). Dalam konvensi PBB mengenai Perubahan Iklim (United Nation Framework Convention On Climate Change-UNFCCC), selain enam jenis yang digolongkan sebagai GRK ada beberapa gas yang juga termasuk dalam GRK yaitu karbonmonoksida (CO), nitrogen oksida (NO X ), clorofluorocarbon (CFC), dan gas-gas organik non metal volatil lain. Tiga jenis gas yang paling utama sering disebut gas rumah kaca (GRK) adalah (CO 2 ), (CH 4) dan (N 2 O), karena dianggap sebagai lapisan gas yang berperan sebagai perangkap gelombang panas dan akhir-akhir ini konsentrasinya di atmosfer terus meningkat sampai dua kali lipat (IPCC, 2001). Ketiga jenis GRK tersebut mempunyai masa hidup cukup panjang, seperti gas CO 2 merupakan gas yang paling pesat laju peningkatannya dan masa hidup paling panjang (5-200 th), diikuti gas N 2 O (114 th) dan CH 4 (12-17 th). Dari ketiga GRK, gas N 2 O mempunyai kemampuan radiasi 200 kali lebih besar dibanding CO 2 (Myrold, 1999). Oleh karena itu N 2 O merupakan GRK utama yang menjadi penyebab pemanas global (Majumdar et al., 2000) Makalah disampaikan pada Temu Alumni dan Seminar Nasional Sumbangan Pemikiran Alumni Dalam Pembangunan Pertanian Untuk Mengantisipasi Iklim Global Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta..

Di Indonesia kontribusi terbesar GRK berasal dari karbondioksida, metan dan dinitrogen oksida. Bagian terbesar emisi ini dihasilkan oleh sektor kehutanan (khususnya karena deforestasi) dan energi. Gas terbesar kedua dalam mempengaruhi pemanasan global adalah gas metan yang mayoritas berasal dari sektor pertanian termasuk didalamnya kegiatan peternakan. Hasil penelitian PPLH-IPB (1997) menyatakan bahwa secara sektoral, kehutanan merupakan penyumbang emisi GRK terbesar di Indonesia. Pada tahun 1990, sektor kehutanan dan tata guna lahan menghasilkan 42,5 % dari total emisi GRK, sedangkan sektor pertanian menyumbang 99.515,24 Gg CO 2 - eq atau setara dengan 13,4 % dari keseluruhan emisi GRK. Selain sebagai salah satu sektor yang menyebabkan dampak perubahan iklim karena menyumbang emisi GRK, sektor pertanian juga terkena dampak dari perubahan iklim tersebut. Salah satu dampak besar adalah perubahan siklus musim kemarau dan penghujan, dan perubahan curah hujan. Kedua perubahan ini akan menimbulkan potensi tingginya kegagalan panen, selain itu petani akan kesulitan untuk menentukan waktu memulai bercocok tanam karena ketidakpastian musim kemarau dan musim hujan. Dampak lain adalah tingginya erosi tanah karena curah hujan yang tinggi. Asian Least-cost Greenhouse Gas Abatement Strategy (ALGAS) tahun 1998 melaporkan hasil penelitian dari ADB (Asian Development Bank) tentang adanya penurunan hasil tanaman dataran tinggi seperti kedelai dan jagung sebanyak 20% dan 40%, dan padi sebanyak 2,5% karena erosi tanah akibat curah hujan yang tinggi. Dampak ekonomi dari penurunan hasil tanaman tersebut adalah kerugian sebesar 42 billiun rupiah pertahunnya. (Anonim, 2007) Permasalahan yang selalu muncul dan layak untuk dipertanyakan : 1. Apakah benar dengan penurunan biomassa, atau peningkatan mineralisasi/dekomposisi bahan organik tanah, menjadi sebab penting meningkatnya emisi CO 2 ke atmosfer? 2. Apakah pengelolaan tanah yang dipersawahkan/tanah sawah, atau juga tanah-tanah rawa menjadi sumber utama gas methan/ch 4? 3. Apakah kegiatan pemupukan (terutama Nitrogen) baik pupuk kimia, pupuk organik dan bahan organik tanah, menjadi sebab meningkatnya kadar nitrat yang diduga kuat sebagai sumber gas N 2 O? Apakah Pengelolaan lahan Pertanian merupakan sumber emisi GRK? Pada skala global, pengelolaan lahan untuk pertanian telah berkontribusi sekitar 15% dari seluruh emisi gas rumah kaca (GRK). Dan saat ini diperkirakan sepertiga dari semua emisi karbon berasal dari alih fungsi lahan (penebangan hutan, perubahan pertanaman dan intensifikasi pertanian), sedang dua pertiga emisi methan dan sebagian besar nitrogen dioksida juga berasal dari budidaya di sektor pertanian yang lain. Menurunnnya fungsi ekosistem tersebut akan menurunkan produksi tanaman dan kualitas lingkungan. Secara khusus, sumber emisi GRK dari kegiatan di sektor pertanian dapat dicermati dari penyebab dan proses terjadinya :

1. Pengelolaan lahan untuk pertanian. a. Pengelolaan lahan pertanian secara Intensif baik monokultur maupun polikultur (agroforestry) berdampak terhadap perubahan fungsi ekosistem terutama melalui penurunan kandungan bahan organik tanah/bot. Semakin intensif suatu sistem penggunaan lahan maka semakin rendah cadangan C nya (Hairiah, 2005). Konversi ekosistem alami menjadi lahan pertanian biasanya menyebabkan penurunan cadangan C dan selanjutnya akan mempengaruhi biodiversitas dalam tanah (Hairiah, 2005). Knorr et al. (2005) menyatakan bahwa peningkatan suhu yang ditimbulkan oleh perubahan fungsi ekosistem akan menyebabkan mikroorganisme tanah lebih cepat dalam menguraikan bahan organik serta melepaskan karbon dioksida (CO 2 ). Masih menurut (Hairiah, 2005) pembukaan lahan dengan menebangi pohon-pohon ikut meningkatkan jumlah CO 2 karena menurunkan penyerapan CO 2, dan dekomposisi dari tumbuhan yang telah mati juga meningkatkan jumlah CO 2. Agus dan Van Noordwijk (2007) dalam Hairiah, (2007) melaporkan bahwa pembakaran hutan alami pada lahan gambut menyebabkan pelepasan CO 2 sebanyak 734 ton ha -1 yang berasal dari C yang tersimpan di vegetasi sebasar 200 ton ha -1. Tetapi jumlah tersebut mungkin masih lebih rendah dari jumlah CO 2 yang diemisikan sebenarnya, karena selama pembakaran hutan lapisan atas gambut juga terbakar dan melepaskan CO 2. Seandainya gambut yang terbakar setebal 10 cm, maka akan terjadi penambahan emisi CO 2 sebesar 220 ton ha -1 karena tanah gambut mengandung C sekitar 6 ton ha -1 cm -1. Pada lahan-lahan pertanian (tanaman semusim), kehilangan karbon tanah terjadi karena adanya pengolahan tanah. Kegiatan pengelolaan seperti pengairan dan pemupukan dapat meningkatkan cadangan karbon dalam biomasa tanaman dan tanah berubah. Dari data yang ada, peningkatan lepasnya CO 2 ke atmospher antara lain disebabkan oleh kegiatan manusia dalam pengelolaan lahan pertaniannya. b. Pengelolaan lahan untuk pertanian menjadi sumber emisi N 2 O dengan mekanisme pelepasan atom N untuk bereaksi dengan udara. Tingkat emisi N 2 O ini akan meningkat apabila kegiatan pengolahan tanah pada budidaya pertanian tersebut dipupuk dengan pupuk nitrogen seperti urea. Emisi N 2 O dari tanah karena penggunaan pupuk kimia nitrogen yang terdapat pada pupuk urea dan ammonium sulfat menjadi N 2 O dan NO 2 dengan tingkat emisi 1 dan 1,57% (Ecosolve, Ltd., 2002). Pada tahun 1998/1999 emisi nitrogen dari penggunaan pupuk kimia di Indonesia sebesar 14,15 Gg N 2 O dan 22,23 Gg NO 2. 2. Budidaya padi (khusus untuk budidaya padi sawah). Budidaya padi sawah berkontribusi pada peningkatan emisi GRK berupa gas methan (CH 4 ) dan N 2 O. Berdasarkan laporan ADB-GEF-UNDP/ALGAS tahun 1998 padi sawah menyumbang 76% dari total gas methan (CH 4 ) yang diemisikan dari sektor pertanian. Hal ini lebih disebabkan oleh kondisi anaerobik pada lahan sawah akibat penggenangan air yang terlalu tinggi dan lama.

Dilaporkan, pulau Jawa memberikan kontribusi dalam emisi gas methan sebesar 58% dari pola penggunaan lahan untuk padi sawah (Anonim, 2007). Pengelolaan lahan dalam upaya menekan Emisi GRK Beberapa alternatif pengurangan emisi GRK dari kegiatan pengelolaan lahan untuk budidaya pertanian, antara lain : a. Pengelolaan tanah Pengelolaan tanah berkaitan dengan manajemen kesuburan tanah yang diupayakan dengan cara penggunaan bahan organik (kompos) sebagai pupuk, diharapkan dapat mengurangi emisi CH 4 dan CO 2 (misal pengolahan kompos dari limbah pertanian dan agroindustri untuk pupuk). Melakukan pemanfaatan input dari sumber daya lokal, maupun penerapan pengolahan tanah minimum, akan berdampak positif, khususnya dalam hal pengurangan emisi CO 2. Multi guna lahan yang mampu memberikan produksi biomasa sehingga dapat meningkatkan cadangan karbon dan sekaligus menghasilkan energi. Energi biomasa dapat diproduksi secara terus menerus dengan menanam dan memanen pada kegiatan usaha pertanian. Pengembangan teknologi untuk produksi energi biomasa yang efisien sangat penting untuk menekan biaya usaha dan menjamin lahan untuk tidak dialih-gunakan ke usaha lain. Hairiah (2007), mengemukakan bahwa cara pengelolaan paska pembakaran (terutama berhubungan dengan pengeringan dan pengolahan tanah) sangat mempengaruhi besarnya emisi CO 2 berikutnya. Lebih lanjut Hairiah,(2007), menjelaskan bahwa pembuatan saluran drainase sedalam 80 cm pada kebun sawit, diestimasi akan mengemisikan CO 2 sebanyak 73 ton ha -1 th -1. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa dalam satu siklus tanam sawit (25 tahun) akan mengemisikan CO 2 sebanyak 1820 tonha -1. Suatu jumlah pelepasan yang sangat besar, yang mungkin terlewatkan dalam penghitungan neraca C di skala global saat ini. Upaya pengelolaan lain seperti mengurangi penggunaan pupuk kimia sintetis dengan mengganti pupuk organik, diharapkan dapat mengurangi emisi N 2 O dan NO 2. Hasil penelitian Minardi dan Purwanto (2009) dalam merakit teknologi pemilihan seresah yang berkualitas untuk mengendalikan proses nitrifikasi dan pelindian NO 3 -, terbukti bahwa seresah kualitas rendah mampu menekan peningkatan konsentrasi NH 4 +, nitrifikasi potensial dan pelepasan NO 3 - yang diduga kuat sebagai sebagai sumber gas N 2 O melalui penghambatan nitrifikasi Pupuk kimia sintetis (contoh pupuk urea yang jelas-jelas menyebabkan emisi metan), terutama pada pemupukan N perlu diupayakan penggunaan pupuk berbahan dasar ammonium lain, seperti sulfic-ammonium ([NH 3 ] 2 SO 4 ) yang tetap dapat menjaga produktivitas tanaman namun rendah emisi metan. Upaya lain yang saat ini dilakukan dalam menekan gas metan pada bididaya padi sawah adalah dengan penggunaan pupuk hayati. Dilaporkan pupuk hayati dengan kandungan bakteri metanotropik mampu mengkonsumsi atau mengoksidasi gas methan menjadi metanol. Pengaturan terhadap tinggi genangan dan lamanya pemberian air pada budidaya padi sawah agar aktivitas bateri anaerob yang memproduksi gas methan dapat dikurangi.

b. Pemilihan varietas Penggunaan varietas yang unggul dan adaptif terhadap praktek pertanian terpadu akan mengurangi input pupuk kimia. Aktivitas ini akan mengurangi emisi N 2 O dari pupuk kimia dengan tetap mempertahankan kualitas produk pertanian. c. Pemanfaatan limbah pertanian Limbah pertanian dihasilkan dari kegiatan budidaya (on-farm) dan pengolahan hasil (off-farm).diupayakan agar dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, biogas, pupuk organik dan bahan bakar nabati (biomass), karena Limbah pertanian yang tidak dikelola dengan baik akan mengemisi gas CH 4, CO, N 2 O dan NO X. Penutup Pengurangan dari keseluruhan emisi GRK yang meliputi CH 4, N 2 O dan CO 2 yang ditimbulkan oleh kegiatan pertanian perlu dilakukan. Prioritas utama pengurangan GRK pertanian adalah emisi gas metan karena berdasarkan hasil inventarisasi GRK, pada tahun 1990 emisi gas metan dari pertanian mencapai 94,4% Pengelolaan lahan pada lahan terbuka perlu dilakukan dengan vegetasi permanen atau campuran/agroforestry, diterapkannya secara luas sistem pertanian organik untuk berbagai komoditi pertanian (sawah maupun lahan kering), pengembangan sistem budidaya untuk efisiensi pemupukan dengan penggunaan varietas yang unggul dan adaptif serta diterapkannya secara luas perakitan teknologi pertanian dan agroindustri yang ramah lingkungan dalam kegiatan pertanian Daftar Pustaka Anonim, 2007. Agenda Nasional (2008-2015) dan Rencana Aksi (2008-2009) Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca Sektor Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta. Ecosolve Ltd.,2002. Climate Change Challenge Fund. Final Report: Eco- Indorganic Project, Hairiah, K. 2005. Biodiversitas Tanaman Sebagai Dasar Menuju Pertanian Sehat. Makalah Seminar Nasional Dies Natalis ke 29 UNS. Fakultas Pertanian UNS. Surakarta.. 2007. Perubahan Iklim Global: Pemicu terjadinya peningkatan GRK (Modul 3). Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian. Unibraw. Malang.

Knorr, W., I. C. Prentice, J. I. House dan E. A. Holland, 2005. Long-term sensitivity of soil carbon turnover to warming. Nature Vol.433, 20 January 2005, 204-205 Mayumdar,D., Kumar,S., Kumar,U. 2000. Reducing nitrous oxide emission from an irrigated rice field of North India with nitrification inhibitors. Agriculture, Ecosystems and Environment. 81(3). 163-169. Myrold,D.D. 1999. Transformation of Nitrogen. In: Principles and Application of Soil Microbiology. Sylvia,DM; Jeffry,JF; Peter,GH and David AZ (eds.) Prentice hall, New Jersy. 259-294. Minardi, S dan Purwanto, 2009. Perakitan teknologi untuk peningkatan efisiensi pemanfaatan nitrogen oleh tanaman dengan penghambat nitrifikasi secara hayati. Hibah Strategi Nasional (Batch 1) Tahun 1 LPPM UNS.DP2M Ditjen Dikti. IPCC, 2001. Climate change 2001 : Impacts, adaption and vulnerability. Report of the working group l. Cambridge University Press. UK.p,967.