BAB I PENDAHULUAN. Osteoporosis merupakan salah satu penyakit degeneratif yang. menjadi permasalah global di bidang kesehatan termasuk di Indonesia.

dokumen-dokumen yang mirip
EFEK JALAN KAKI PAGI TERHADAP KEPADATAN MINERAL TULANG PADA WANITA LANSIA DI DESA GADINGSARI SANDEN BANTUL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya (WHO, 2004). Jumlah populasi

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakatakan hidup sehat. menyebabkan jumlah usia lanjut menjadi semakin banyak, tak terkecuali di

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Osteoporosis merupakan kondisi atau penyakit dimana tulang

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Karakteristik kasus menopause..., Herdiana Christanty Sihombing, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya patah tulang. Selama ini osteoporosis indentik dengan orang tua tapi

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan pembentukan tulang. Salah satu penyakit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga hal tersebut akan mempengaruhi pola konsumsi gizi dan aktivitas fisik

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN

PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

MANFAAT KEBIASAAN SENAM TERA PADA WANITA TERHADAP KEPADATAN MINERAL TULANG DI DUSUN SOROBAYAN, GADINGSARI, SANDEN, BANTUL SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MAKANAN BERKALSIUM DI PANTI WREDHA X YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. mineral tulang disertai dengan perubahan mikroarsitektural tulang,

BAB I PENDAHULUAN. tulang ditentukan oleh tingkat kepadatannya. Penurunan massa tulang akan terus

Gambaran Kepadatan Tulang Wanita Menopause Pada Kelompok X di Bandung

LEMBARAN KUESIONER. Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan penyakit osteoporosis

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

LATIHAN, NUTRISI DAN TULANG SEHAT

BAB I PENDAHULUAN. dari penyakit infeksi ke Penyakit Tidak Menular (PTM). Terjadinya transisi

BAB I PENDAHULUAN. dalam pencegahannya. Osteoporosis merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB 1. mempengaruhi jutaan orang di dunia karena sebagai silent killer. Menurut. WHO (World Health Organization) tahun 2013 penyakit kardiovaskular

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

BAB 5 HASIL Osteoporosis. Proporsi kasus osteoporosis dan osteoporosis berat terlihat pada gambar. berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan salah satu aspek yang menentukan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995).

BAB II KEROPOS TULANG (OSTEOPOROSIS)

OSTEOPOROSIS DEFINISI

BAB 1 : PENDAHULUAN. perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat telah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular atau NCD (Non-Communicable Disease) yang ditakuti karena

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB 1 PENDAHULUAN. Osteoporosis adalah kondisi atau penyakit dimana tulang menjadi rapuh dan

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. Osteoporosis merupakan penyakit tulang yang pada tahap awal belum

BAB I PENDAHULUAN. Manusia yang telah memasuki usia diatas 55 tahun mengalami proses penuaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia mengalami permasalahan gizi ganda yaitu perpaduan antara gizi

BAB I PENDAHULUAN. tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Brunner & Suddarth,

BAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan. mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia menderita

BAB 1 : PENDAHULUAN. lebih. Kondisi ini dikenal sebagai masalah gizi ganda yang dapat dialami oleh anakanak,

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran dan kelenjar payudara (Pamungkas, 2011). Kanker payudara merupakan

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari 90 mmhg (World Health Organization, 2013). Penyakit ini sering

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa remaja memberikan dampak pada masalah kesehatan. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) termasuk ke dalam penyakit

yang tidak sehat, gangguan mental emosional (stres), serta perilaku yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Kerangka Pemikiran

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

ASUHAN KEPERAWATAN PADA DENGAN OSTEOPOROSIS

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

Aida Minropa* ABSTRAK

AYYUN MUSTHOFIYAH J

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. penyakit degeneratif. Transisi epidemiologi ini salah satunya dipengaruhi oleh pola

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh dunia baik di negara berkembang maupun negara yang sedang

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

DIABETES MELITUS (TIPE 2) PADA USIA PRODUKTIF DAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DI RSUD Dr. SOEROTO KABUPATEN NGAWI)

BAB V HASIL. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dianggap masalah oleh semua orang. Papalia dan Olds (1995) mengatakan bahwa obesitas dan overweight terjadi jika individu

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa

I. PENDAHULUAN. Diperkirakan sekitar 7,6 juta (atau 13% dari penyebab kematian) orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang cukup banyak mengganggu masyarakat. Pada umumnya, terjadi pada

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk merupakan alasan untuk diperlukannya pelayanan Keluarga Berencana

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Osteoporosis merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi permasalah global di bidang kesehatan termasuk di Indonesia. Osteoporosis merupakan penyakit ditandai dengan massa tulang yang rendah atau berkurang, disertai gangguan mikro arsitektur tulang dan penurunan kualitas tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang (Wardhana, 2012 dan Hikmiyah dan Martin, 2013). Osteoporosis memiliki dampak yang cukup parah bagi kesehatan. Dampak dari penderita osteoporosis yaitu beresiko mengalami fraktur. Osteoporosis juga menyebabkan kecacatan, ketergantungan pada orang lain, gangguan psikologis sehingga menurunkan kualitas dan fungsi hidup serta menigkatkan mortalitas (Hikmiyah dan Martin, 2013). Prevalensi osteoporosis di dunia masih cukup tinggi. World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa sekitar 200 juta orang menderita Osteoporosis di seluruh dunia. Pada tahun 2050, diperkirakan angka patah tulang pinggul akan meningkat 2 kali lipat pada wanita dan 3 kali lipat pada pria (Kemenkes RI, 2012). Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2010, angka insiden patah tulang paha atas tercatat sekitar 200/100.000 kasus pada wanita dan pria diatas usia 40 tahun diakibatkan osteoporosis. World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa 50% patah tulang paha atas ini akan menimbulkan kecacatan seumur hidup dan menyebabkan angka kematian mencapai 30% pada tahun pertama akibat 1

komplikasi imobilisasi. Data ini belum termasuk patah tulang belakang dan lengan bawah serta yang tidak memperoleh perawatan medis di Rumah Sakit (Kemenkes RI, 2012). Terdapat beberapa faktor risiko terjadinya osteoporosis, yaitu faktor risiko yang dapat diubah dan yang tidak dapat diubah. Faktor risiko yang tidak dapat diubah antara lain adalah usia, jenis kelamin, riwayat keluarga, sedangkan faktor risiko yang dapat diubah antara lain adalah status gizi, asupan kalsium, konsumsi alkohol, kopi, merokok, hormon endogen seperti estrogen, menopause dini, aktifitas fisik, dan penggunaan steroid jangka panjang ( Wardhana, 2012 ). Peningkatan usia berhubungan dengan peningkatan risiko osteoporosis. Seiring dengan meningkatnya usia, pertumbuhan tulang akan semakin menurun. Sel osteoblas akan lebih cepat mati karena adanya sel osteoklas yang menjadi lebih aktif, sehingga tulang tidak dapat digantikan dengan baik dan massa tulang akan terus menurun (Agustin, 2009). Hasil penelitian Prihatini, et al(2010) menyatakan bahwa pada usia kurang dari 35 tahun 5,7 % sampel beresiko osteoporosis dan proporsinya terus meningkat dengan bertambahnya usia. Proporsinya mulai meningkat tajam pada usia 55 tahun. Status gizi berkaitan erat dengan berat badan. Berat badan yang ringan, indeks massa tubuh yang rendah, dan kekuatan tulang yang menurun memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap berkurangnya massa tulang pada semua bagian tubuh wanita (Krisdiana, 2012). Berdasarkan hasil penelitian Septriani (2013) menyatakan bahwa berat badan rendah 2

akan lebih menurunkan kepadatan tulang. Berat badan berlebih (overweight dan obesitas) mengakibatkan beban mekanik meningkat sehingga merangsang pembentukan tulang dengan menurunkan apoptosis serta meningkatkan proliferasi dan diferensiasi osteoblas dan ostosit (Septriani, 2013 dan Hikmiyah, 2013). Salah satu faktor penting terjadinya osteoporosis adalah kebiasaan minum kopi. Di Indonesia konsumsi minum kopi cukup tinggi, mengingat bahwa Indonesia adalah negara penghasil kopi terbesar ketiga di dunia.kandungan kafein pada kopi dapat mengurangi penyerapan kembali kalsium di dalam ginjal, sehingga kalsium keluar bersama urin (Kosnayani, 2007). Berdasarkan hasil penelitian di Bogor menyatakan bahwa 60,6% wanita dewasa mengkonsumsi kopi sebanyak 2-6 gelas/minggu (Septriani, 2013).Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Prihatini, 2010 menyatakan bahwa ada perbedaan yang bermakna antara kebiasaan minum kopi dengan osteoporosis. Proporsi resiko osteoporosis lebih tinggi pada orang yang biasa minum kopi setiap hari (Prihatini, 2010). Salah satu faktor yang berpengaruh penting dalam terjadinya osteoporosis adalah kalsium. Kalsium merupakan makromineral yang terbanyak di dalam tubuh yaitu sekitar 1000 mg. Kalsium berperan dalam mineralisasi tulang dan mempertahankan densitas tulang yang normal. Hasil penelitian Kosnayani (2007)menunjukkan bahwa asupan kalsium yang tinggi akan meningkatkan kepadatan tulang (Kosnayani, 2007). Salah satu cara pengukuran kepadatan tulang yaitu dengan Dual- Energy X-ray Absorptiometry (DEXA). Pemeriksaan DEXA merupakan gold 3

standard sesuai rekomendasi WHO, karena lebih sensitif dan akurat dalam menilai densitas mineral tulang (Putra, 2011). Pemeriksaan DEXA harganya cukup mahal, sehingga tidak semua daerah atau Rumah Sakit dilengkapi dengan fasilitas ini. Salah satu Rumah Sakit yang menyediakan pelayanan pemeriksaan Bone Mineral Density (BMD) adalah RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta. Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang dilaksanakan pada bulan Juli 2015 di RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta didapatkan jumlah pasien yang melakukan pemeriksaan BMD semakin meningkat setiap tahun. Pada tahun 2014 sebanyak 136 pasien yang melakukan pemeriksaaan BMD. Terdapat sebanyak 59 pasien (43,3 %) terdiagnosis osteoporosis. Pada bulan juli 2015 dari 13 pasien yang melakukan pemeriksaan BMDsebanyak 7 pasien (53,8%) terdiagnosis osteoporosis. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis akan melakukan penelitian tentang perbedaan usia, status gizi, frekuensi minum kopi dan asupan kalsium pada pasien osteoporosis dan non osteoporosisdi Poli Rawat jalan RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta. B. Rumusan Masalah Apakah ada perbedaan usia, status gizi, frekuensi minum kopi dan asupan kalsium pada pasien osteoporosis dan non osteoporosisdi Poli Rawat Jalan RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta? 4

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui perbedaan usia, status gizi, frekuensi minum kopi dan asupan kalsium pada pasien osteoporosis dan non osteoporosisdi Poli Rawat jalan RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan usia, status gizi, frekeunsi minum kopi, asupan kalsium dan kejadian osteoporosis pada pasien di Poli Rawat jalanrs Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta b. Menganalisis perbedaanusia pasien osteoporosis dan non osteoporosis c. Menganalisis perbedaanstatus gizipasien osteoporosis dan non osteoporosis d. Menganalisis perbedaan frekuensi minum kopi pasien osteoporosis dan non osteoporosis e. Menganalisis perbedaanasupan kalsiumpasien osteoporosis dan non osteoporosis D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Institusi Rumah Sakit Memberikan masukan terhadap Rumah Sakit untuk memperhatikan status gizi pasien osteoporosis. 2. Bagi Instalasi gizi Memberikan masukan terhadap ahli gizi Rumah Sakit untuk memperhatikan status gizi pasien dan meningkatkan asupan kalsium pada pasien osteoporosis melalui menu makanan yang tinggi kalsium. 5

3. Bagi pasien Memberikan informasi kepada pasien tentang faktor- faktor resiko terjadinya osteoporosis, sehingga pencegahan terhadap osteoporosis dapat ditingkatkan dan angka kejadian osteoporosis dapat menurun. 6