BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari,

BAB I PENDAHULUAN. Seorang guru dituntut untuk memiliki dan menguasai keterampilan dasar

BAB I. aktivitas guru sebagai pengajar. Siswa dapat dikatakan belajar dengan aktif

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS DENGAN TEKNIK THIK- TALK-WRITE (TTW) Oleh: Usep Kuswari. Teknik TTW diperkenalkan oleh Huinker dan Laughin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Kualitas pendidikan ditentukan oleh kualitas guru. Sebaik apapun

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas salah satunya dapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran di sekolah. Pendidikan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Informasi dari berbagai media massa, baik media cetak atau elektronika sering dikemukakan bahwa mutu

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang tertentu. Untuk menciptakan keluaran SMK yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iis Teguh Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Sementara itu, bangsa Indonesia masih mengalami hambatan dalam menciptakan

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-I Program Studi Biologi

Ida Rosmawarni Surel :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ida Rosita, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN PARTISIPASI DAN MOTIVASI BELAJAR BIOLOGI MELALUI ACTION LEARNING PADA SISWA KELAS X.6 SMAN 5 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perubahan kurikulum 2006 menjadi kurikulum 2013 siswa di

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN KEAKTIFAN BERKOMUNIKASI SISWA DENGAN STRATEGI SNOWBALL THROWING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2016 PENINGKATAN KEMAND IRIAN BELAJAR SISWA D ENGAN MENGGUNAKAN MOD EL D ISCOVERY LEARNING D ALAM PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengajar yaitu terdapatnya interaksi antara siswa dan guru. Belajar menunjuk. dan evaluasi pembelajaran (Hamalik, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan keputusan dengan cepat dan tepat waktu (frinaldi dan embi, 2011).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diorganisasikan dan diarahkan pada pencapaian lima pilar pengetahuan: belajar

pembelajaran berbahasa dan kegiatan berbahasa dalam kehidupan sehari-hari karena antara satu dengan yang lainnya memiliki keterkaitan yang erat.

PENGARUH METODE KOOPERATIF TIPE CIRC (COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION) DAN TTW (THINK-TALK-WRITE) DALAM PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. belajar dari teori kognitif (Efi, 2007). Pendidikan Biologi diharapkan dapat

PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PARADIGMA BARU DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH. Oleh :

Suherman Guru Fisika SMA Negeri 1 Stabat dan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika Pascasarjana Unimed

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menuntut guru lebih inovatif dalam merancang pembelajaran, artinya

BAB I PENDAHULUAN. fenomena-fenomena dunia. Permasalahan pendidikan dewasa ini, terutama di

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan baik. guru dalam melaksanakan tugasnya, namun guru bukanlah satu-satunya

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. penunjang roda pemerintahan, guna mewujudkan cita cita bangsa yang makmur dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (pendidik), kurikulum (materi pelajaran), sarana (peralatan dan dana) serta murid

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia untuk menghadapinya. mengembangkan potensi peserta didik. Namun yang terjadi saat ini, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu proses pembelajaran tidaklah lepas dari berbagai hal

BAB I PENDAHULUAN. pada model pembelajaran yang di lakukan secara masal dan klasikal, dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran ekonomi selama ini berdasarkan hasil observasi di sekolahsekolah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pada

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peran utama. Proses belajar mengajar

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang

BAB I PENDAHULUAN. dan tidak dapat meningkatkan dan hasil belajar siswa. terbaik dalam menyampaikan materi pelajaran. Agar proses belajar mengajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir

A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu Sosial. Supardi (2011: 183)

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Roni Rodiyana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya kurikulum berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi guru, kurikulum

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PEMBELAJARAN KELISTRIKAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan ujung tombak bagi pembangunan peradaban.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan dirinya dan masyarakat (Anonim 2008). pembelajaran saat pembelajaran berlangsung.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Guru memegang peranan penting terhadap keberhasilan belajar siswa,

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran dipahami sebagai proses belajar mengajar yang

BAB I PENDAHULUAN. mengajar dirancang dan disajikan. Dengan dilaksanakannya Kurikulum

BAB V PENUTUP. dengan metode ceramah dan metode tanya jawab. 2. Ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar K3 siswa. Hasil

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan, karena pendidikan merupakan sarana yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI IPS DI SMA N 11 KOTA JAMBI. Benar Sembiring 1 Diliza Afrila 2

rangka perkembangan manusia (Hidayat dan Machali, 2010: 32). maka manusia dapat berkembang lebih jauh daripada mahluk-mahluk lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dapat ditingkatkan, baik di kalangan nasional maupun. agar mutu kehidupan masyarakat dapat meningkat. Melalui pendidikan

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) MENGGUNAKAN SOFTWARE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Resty Wijayanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Sebagai bukti bahwa matematika

I. PENDAHULUAN. Pengetahuan IPA yang sering disebut sebagai produk dari sains, merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah telah merumuskan peningkatan daya saing atau competitiveness

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran merupakan kunci utama tercapainya tujuan pendidikan. Keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa komponen diantaranya adalah guru, siswa, kurikulum, metode, tujuan, evaluasi, lingkungan belajar dan lainnya. 1 Namun komponen yang paling utama dalam proses pembelajaran adalah siswa dan guru. Hal ini dikarenakan hakekat pembelajaran adalah usaha terencana yang dilakukan oleh guru agar siswa dapat belajar. Menurut Sudjana (2010: 5) belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam bentuk perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap, kebiasaan, keterampilan dan perubahan aspek- aspek lainnya pada individu yang belajar. Perubahan tersebut tidak akan terjadi apabila tidak adanyan keaktifan siswa dalam belajar. Keaktifan siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dalam kegiatan belajar guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut (Kusnandar, 2008: 15). Berdasarkan pengertian tersebut keaktifan siswa sangat penting dalam proses pembelajaran karena pengetahuan, sikap dan keterampilan tidak bisa ditransfer begitu saja melainkan perlu adanya kegiatan siswa dalam mengolahnya. Pembelajaran yang menekankan bahwa siswa harus aktif sesuai dengan teori kontruktivisme. Teori ini menyatakan bahwa pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari pikiran guru kepada pikiran siswa. Artinya, siswa harus aktif secara mental dalam membangun pengetahuannya. Sementara itu,

2 Driver and Bell (Suryono dan Hariyanto, 2011: 106) mengemukakan karakteristik pembelajaran kontruktivisme sebagai berikut; 1. Siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan memiliki tujuan. 2. Belajar harus mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan siswa. 3. Pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar, melainkan dikontruksi secara personal. 4. Pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan melibatkan pengaturan situasi lingkungan belajar. 5. Kurikulum bukanlah sekedar hal yang dipelajari, melainkan seperangkat pembelajaran, materi dan sumber. Namun kondisi ideal dalam pembelajaran menurut padangan teori kontruktivisme tersebut kurang terlihat dalam pembelajaran sejarah sehingga menimbulkan permasalahan. Permasalahan yang sering muncul dalam pembelajaran sejarah berdasarkan pengalaman peneliti dan hasil pengamatan diantaranya adalah proses pembelajaran guru yang mendominasi, siswa bersifat pasif dalam pembelajaran. Menurut Wiriaatmadja (2002: 132) pembelajaran sejarah kurang mengikutsertakan siswa dan membiarkan budaya diam yang berlangsung di dalam kelas. Budaya diam dalam proses belajar dapat menghambat untuk memperoleh pengetahuan karena tidak adanya keinginan siswa untuk menggali materi yang sedang dipelajari. Pembiaran seperti ini tentunya dapat menimbulkan dampak yang negatif bagi diri siswa. Permasalahan pembelajaran sejarah di atas akan menimbulkan kurang kondusifnya proses belajar mengajar, sehingga tujuan pembelajarannya pun tidak dapat tercapai karena adanya rasa bosan ketika pembelajaran berlangsung. Hal ini dikarenakan dalam proses pembelajaran menggunakan metode belajar yang terpusat pada guru (teacher center), sehingga kemauan memecahkan masalah dan berpendapat siswa rendah. Proses pembelajaran seperti itu dikemukakan oleh pendapat Supriatna (2007: 21) guru- guru di Indonesia menggunakan sebagian waktunya dengan berbicara dan sedikit

3 untuk mendengarkan siswa- siwanya menyampaikan pendapat. Proses pembelajaran ini menyebabkan terjadinya komunikasi satu arah, sehingga siswa tidak aktif dalam mengungkapkan pendapat atau bertanya, dengan kata lain tidak terjadinya interaksi dalam proses belajar mengajar. Padahal pada kenyataannya Schroeder (Silberman, 2009: 8) menunjukkan bawa; Para peserta didik sekolah lanjutan atas lebih suka belajar aktivitas yaitu aktivitas kongkret bukan aktivitas yang berupa refleksi abstrak dengan perbandingan 5:1. Dari ini semua, dia menyimpulkan bahwa model mengajar dan belajar aktif menciptakan gabungan yang bagus untuk peserta didik sekarang. Agar efektif, pendidikan hendaknya menggunakan hal- hal berikut: diskusi kelompok kecil dan proyek (penelitian), presentasi kelas dan berdebat, latihan pengalaman lapangan, simulasi lab studi kasus Berdasarkan pendapat Schroeder di atas, siswa tingkat lanjut atas dalam proses belajar mengajar harus diikutsertakan secara aktif. Keaktifan siswa tidak terlepas dari peran guru karena guru berhadapan langsung dengan siswa melalui proses belajar mengajar. Sebagai seorang guru tidak hanya mengajarkan materi saja namun juga mempunyai tugas sebagai pembimbing siswa dalam belajar. Gurulah yang menjadi ujung tombak untuk mencapai tujuan pendidikan, sehingga guru harus memiliki kemampuan dalam mengatur suasana belajar mengajar yang diharapkan oleh siswa. Misalnya dalam menguasai materi dan hakikatnya serta menguasai berbagai strategi pembelajaran. Pembelajaran sejarah merupakan mata pelajaran yang sebagian besar materinya bersifat deskriptif tentang masa lalu sehingga apabila kurang tepatnya dalam penggunaan metode pembelajaran dapat mengakibatkan munculnya permasalahan yang dikemukakan di atas. Oleh karena itu, dalam proses belajar mengajar perlu adanya metode pembelajaran yang efektif dan mampu menciptakan suasana yang lebih mengaktifkan siswa pada mata pelajaran sejarah. Metode yang dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran salah satunya adalah metode diskusi. Hal ini senada dengan pendapat Jacobsen dkk (2009: 279):

4 Diskusi merupakan strategi pengajaran yang memanfaatkan interaksi guru-siswa dan siswa siswa sebagai kendaraan utama untuk mencapai tujuan pembelajaran tingkat tinggi. Strategi ini ditandai dengan menurunnya fokus pada guru, meningkatnya interaksi antarsiswa dan berkembangnya keterlibatan siswa dalam ruang kelas. Jika digunakan dengan efektif, diskusi dapat merangsang pemikiran, menantang sikap dan kepercayaan dan mengembangkan skill interpesonal. Namun jika tidak diatur dan dikelola dengan tepat, strategi ini akan membosankan bagi siswa, membuat guru frustasi dan secara umum hanya dapat membung- buang waktu. Diskusi ialah usaha semua siswa dalam suatu kelas untuk mencapai pengertian disuatu bidang, memperoleh pemecahan bagi sesuatu masalah, menjelaskan sebuah ide atau menentukan tindakan yang akan diambil. Menurut Suryosubroto ( 2009: 167 ), penyajian bahan pelajaran di mana metode diskusi adalah suatu cara guru memberikan kepada para siswa (kelompok- kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau penyusunan berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah. Peran guru dalam metode diskusi yaitu memberikan pengarahan mengenai pemecahan masalah. Selain itu, guru memiliki peran sebagai pengawas jalannya diskusi dan fasilitator, guru masih perlu untuk menciptakan dan mengembangkan kreativitas setiap siswa seoptimal mungkin. Dengan adanya metode ini diharapkan siswa aktif dalam proses belajar mengajar. Peneliti juga melihat dari berbagai hasil penelitian sebelumnya yang membuktikan bahwa metode diskusi dapat meningkatkan keaktifan siswa diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Tati Cahyati pada tahun 2008 yang berjudul Penerapan Diskusi Kelompok Dalam Upaya Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Tentang Lingkungan Sekolah Dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (Penitian Tindakan Kelas Pada Siswa Sekolah Dasar Negeri Nugraha Kelas IV) dalam ringkasan hasil penelitian skripsinya, beliau menyatakan bahwa selama proses diskusi berlangsung terlihat antara siswa terjalin sering pendapat, saling bantu membantu, kerjasama dan saling menghargai. Hal lain yang terlihat selama proses

5 pembelajaran berfokus pada siswa aktif. Dalam hal ini guru hanya berperan sebagai fasilitator, motivator dan evaluator. Penerapan metode diskusi kelompok berdampak pada hasil pembelajaran secara individu dari segi afektif siswa yang tadinya tidak mampu bersosialisasi mampu menumbuhkan sikap percaya diri dan berkomunikasi, sehingga suasana belajar menyenangkan. Selain itu, keterampilan menyampaikan pendapat, mempertahankan pendapat dan menghargai pendapat orang lain dapat dilihat dari penggunaan metode diskusi kelompok. Berdasarkan hasil penelitian tersebut peneliti tertarik untuk melihat seberapa besar hubungan penggunaan metode diskusi dengan keaktifan siswa dalam pembelajaran sejarah di SMA. Hal ini dikarenakan metode diskusi sering digunakan oleh guru pelajaran sejarah dibeberapa sekolah, salah satunya adalah MAN Sukamanah. Sehingga peneliti akan melakukan penelitian mengenai seberapa besar hubungan metode diskusi dengan keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas XI MAN Sukamanah. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya adalah Adakah Hubungan yang Signifikan Antara Penggunaan Metode Diskusi dengan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Sejarah di Kelas XI MAN Sukamanah. Rumusan masalah tersebut diubah menjadi pertanyaan penelitian yaitu adakah hubungan yang signifikan antara penerapan metode diskusi dengan keaktifan siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas XI Sukamanah? C. Tujuan Penelitian MAN Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara penggunaan metode diskusi dengan keaktifan siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas XI MAN Sukamanah.

6 D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah untuk menambah wawasan pengetahuan mengenai hubungan penerapan diskusi dengan keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas XI MAN Sukamanah. Adapun manfaat praktisnya adalah sebagai berikut: 1. Bagi Guru penelitian ini diharapkan mampu menjadi pedoman dalam pengembangan metode dalam pembelajaran sejarah. 2. Bagi Siswa dapat meningkatkan kemampuan bertanya, kemampuan pemecahan masalah, kemampuan berkomunikasi dan kemampuan berpendapat. 3. Bagi penulis diharapkan mampu memberi pengalaman baru dalam pembelajaran sejarah dalam penggunaan metode diskusi, sehingga dapat menambah referensi cara mengajar ketika penulis nanti menjadi seorang pendidik. E. Sruktur Organisasi Skripsi Sistematika peniltian digunakan untuk memperoleh gambaran penitian yang dikembangkan oleh peneliti. Adapun sistematika dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: Bab I Pendahuluan, pada bab ini menjelasakan keresahankeresahan yang peneliti temukan dalam suatu pembelajaran yang diungkapkan dalam latar belakang. Supaya penelitinnya terfokus dan terarah peneliti membuat rumusan masalah disertai pertanyaanpertanyaan penelitian. Penelitian ini juga memiliki tujuan dan manfaat baik bagi penulis maupun bagi orang lain. Selain itu, peneliti membuat sistematika penulisan yang menggambarkan isi dari bab- bab yang peneliti tulis.

7 Bab II Kajian Pustaka, dalam bab ini peneliti mengembangkan konsep- konsep, peneliian terdahulu dan pendapat para ahli yang sesuai dengan hubungan penggunaan metode diskusi dengan keaktifan belajar siswa. Konsep yang dikembangkan adalah yaitu pembelajaran sejarah di SMA, metode diskusi dan keaktifan.selain itu, peneliti juga menguatkan penelitian dengan mencantumkan teori pembelajaran yang sesuai dengan kondisi pembelajaran yang dikembangkan oleh peneliti. Bab III Metode Penelitian, bab ini berisi tentang metode yang digunakan peneliti untuk melakukan penelitian. Metode yang digunakan anadalah metode penelitian korelasi yang merupakan salah satu bentuk penelitian kuantitatif. Bab ini juga, mencantumkan lokasi, populasi, sampel penelitian. Walaupun peneliti sudah mencantumkan desain penelitian dalam bab satu, di bab ini juga dibahas kembali namun lebih jelas dan terperinci. Instrument penelitian, teknik pengumpulan data dan analisis data juga dibahas dalam bab ini. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, bab ini menguraikan tentang penjelasan- penjelasan terhadap rumusan masalah penelitian. Selain itu, peneliti membahas hasil analisis data yang dikembangkan berdasarkan data dan fakta yang diperoleh selama penelitian dan pembahasan atau analsis temuan. Bab V Kesimpulan dan Saran, dalam bab ini menguraikan tentang kesimpulan dari jawaban permasalahan- permasalahan yang terdapat pada bab- bab sebelumnya yang berisi tentang penafsiran penenliti terhadap hasil penelitiannya. Peneliti juga mencantumkan rekomendasi atau saran untuk peneliti selanjutnya, supaya penelitiannya lebih baik. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN