2015 INTERNALISASI NILAI KEARIFAN LOKAL PAD A MAHASISWA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam

2016 DAMPAK KEBIJAKAN SUMEDANG PUSEUR BUDAYA SUNDA TERHADAP PENANAMAN NILAI-NILAI KESUNDAAN

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baru belum terbentuk. Hal ini karena sendi-sendi kehidupan selama ini dianggap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat, bangsa, dan negara sesuai dengan pasal 1 UU Nomor 20 Tahun 2003.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dikenal sebagai satu wadah untuk membangun dan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah

2015 PEMBELAJARAN MUATAN LOKAL KE PUI AN PERSATUAN UMAT ISLAM SEBAGAI UPAYA MENANAMKAN KESADARAN SEJARAH

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah mengungkapkan Pancasila sebagai jiwa seluruh rakyat Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis

I. PENDAHULUAN. tinggi yang mencapai puncaknya. Seiring berkembangnya zaman, rasa. nasionalisme dikalangan pemuda kini semakin memudar.

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

LOKAL GENIUS DALAM KAJIAN MANAJEMEN Oleh Drs. I Made Madiarsa, M.M.A. 6

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara optimal dalam pendidikan. Menurut Setiawan (2011:356), pendidikan

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DAN PENGEMBANGAN IPTEK

BAB I PENDAHULUAN. insan yang memiliki berbagai dimensi yaitu sebagai bagian dari civitas akademika

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuyun Yuniati, 2013

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)

BAB I PENDAHULUAN. yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB

Oleh : Andika Sartono KELOMPOK A 11-D3MI-02. Dosen : Khalis Purwanto MM

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

I. PENDAHULUAN. yang dicita-citakan. Sejalan dengan Mukadimah Undang Undang Dasar 1945,

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

BAB I. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 pasal 3. 2

I. PENDAHULUAN. suku bangsa, ras, bahasa, agama, adat-istiadat, maupun lapisan sosial yang ada

Disusun Oleh : 1. Hoirun Nisak 2. M. Imam Wahyudi 3. Yudha Adi Mas Ardhi SMA NEGERI 1 GRATI. Jalan Raya Sumurwaru 32 Nguling kabupaten Pasuruan

IDENTITAS NASIONAL. Mengetahui identitas nasional dan pluralitas bangsa Indonesia RINA KURNIAWATI, SHI, MH. Modul ke: Fakultas FAKULTAS.

Pendidikan Pancasila. Berisi tentang Pancasila dan Implementasinya (Bag. 3) Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom. Modul ke:

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas dalam bab-bab sebelumnya,

Kewarganegaraan. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian. Finy F. Basarah, M.Si. Modul ke: Fakultas Ilmu Komputer

PERAN KELUARGA DALAM MENGEMBANGKAN NILAI BUDAYA SUNDA (Studi Deskriptif terhadap Keluarga Sunda di Komplek Perum Riung Bandung)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kemasyarakatan. Pelaksanaan nilai-nilai budaya merupakan bukti legitimasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rizki Silvina Rahmi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses yang ditempuh oleh peserta didik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Andriyana, 2015

I. PENDAHULUAN. generasi muda untuk mempunyai jiwa kemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN. agama. Hal tersebut sangat berkaitan dengan jiwa Nasionalisme bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. generasi penerus. Karakter itu penting, karena banyak masyarakat memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap anak mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai alat pemersatu bangsa demi merebut kemerdekaan (Rawantina,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI WAWASAN KEBANGSAAN BERBASIS KEORGANISASIAN MAHASISWA DALAM MENINGKATKAN NASIONALISME

BAB I PENDAHULUAN. Batak merupakan salah satu suku bangsa yang terdapat di Indonesia yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membangun dirinya maupun lingkungan masyarakat, bangsa dan negaranya.

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hak bagi semua warga Negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai. Budaya dan nilai-nilai yang dipandang baik dan dijunjung tinggi oleh

2015 PERANAN KARANG TARUNA DALAM MENGEMBANGKAN SIKAP MENTAL GENERASI MUDA

BAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini dilanda era informasi dan globalisasi, dimana pengaruh dari

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam konteks kebangsaan, pendidikan berperan untuk menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan negara yang dikenal dengan masyarakatnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang utama untuk membentuk karakter siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. menciptakaniklim budaya sekolah yang penuh makna. Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kecerdasan, kepribadian, pengendalian diri serta keterampilan yang

I. PENDAHULUAN. karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang.

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. kearah suatu tujuan yang dicita-citakan dan diharapkan perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PEDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. khas sekaligus aset bagi bangsa Indonesia. Generasi muda sudah banyak

B. Tujuan C. Ruang Lingkup

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21

KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN STIKOM DINAMIKA BANGSA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gerakan yang lahir dan mengakar di bumi Nusantara merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persoalan yang dihadapi masyarakat semakin kompleks dalam tatanan kehidupan yang semakin global. Sekat-sekat budaya, Ideologi, dan letak geografis tidak lagi menjadi hambatan untuk saling berinteraksi dan berkomunikasi. Globalisasi, adalah sebutan untuk situasi dunia hari ini, dimana budaya, informasi, komunikasi dan gaya hidup sudah saling terhubung dengan manusia lainnya diseluruh penjuru belahan dunia. Jarak sudah bukan lagi halangan, karena proses komunikasi sudah dapat dijangkau melalui teknologi. Dewasa ini, kemajuan teknologi di era globalisasi tidak diimbangi dengan usaha penanaman nilai-nilai karakter jati diri bangsa. Hal ini dapat kita rasakan ketika banyaknya budaya-budaya luar yang telah masuk tanpa adanya regulasi, terjadilah disintegralisasi budaya. Atau, pola komunikasi yang pelan-pelan berubah, masyarakat gemar berkomunikasi di dalam media dunia maya dibanding dengan langsung bersosialisasi dan bertatap muka. Celakanya, kita seakan pelanpelan secara tidak sadar mencoba melupakan jati diri budaya bangsa sendiri dengan gemar mengadopsi budaya-budaya luar yang kadang sebenarnya sudah bersebrangan dengan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Oleh karena itu, perlu peran dari berbagai elemen masyarakat khususnya mahasiswa sebagai kaum intelektual. Hakikat tugas mahasiswa bukan hanya untuk sekedar belajar saja namun juga salah satunya sebagai Agent of Change, maka mahasiswa selayaknya berperan maksimal dan memiliki kemampuan intelektual untuk membawa masyarakat kearah perkembangan yang lebih baik. Mahasiswa harus menolong masyarakat agar mereka mampu mandiri dengan cara pemberdayaan guna mewujudkan perkembangan masyarakat atau Community Develovment.

2 Mahasiswa selaku golongan muda terdidik, dikenal memiliki jiwa militansi dan idealisme yang tinggi. Hal itu dikarenakan mahasiswa sebagai pemuda yang memiliki motif mencari identitas dan pengakuan eksistensi dirinya dengan ditopang oleh tingkat pengetahuan. Selain itu, mahasiswa sebagai kaum intelektual muda memiliki jiwa yang energik, tangguh dan menjadi barisan terdepan dalam setiap kegiatan yang berkenaan dengan kehidupan sosial kemasyarakatan. Dengan jiwa militansi dan idealisme yang tinggi mahasiswa menunjukan ketangguhan dalam mengatasi problematika bangsa, sebagai penjaga keutuhan nilai-nilai yang ada pada masyarakat, dan pembawa perubahan bagi masyarakat yang lebih baik. Di sisi lain terkadang mahasiswapun kehilangan pijakan nilai dan pola perilaku karena adanya perubahan lingkungan, hal ini terlihat dari mulai banyaknya kasus perilaku-perilaku mahasiswa yang menyimpang seperti seks bebas, penyimpangan seks, hedonisme, individualis, pragmatis, oportunis dan lain-lain. Mahasiswa adalah calon-calon pemimpin bangsa yang diharapkan mampu menyelasaikan persoalan yang dihadapi dengan cerdas, kreatif, dan bijak tanpa keluar dari tatanan nilai dan budaya Pancasila. Melihat realitas, mahasiswa saat ini bukan lagi berorientasi terhadap perubahan sosial ke arah yang lebih baik, tetapi berorientasi terhadap kepentingan pribadi atau golongan, mahasiswa saat ini dikenal lebih individualistis, pragmatis dan oportunis. Hal tersebut merupakan suatu kemunduran bagi gerak langkah mahasiswa yang sudah dikenal sebagai agen perubahan sosial dan pemegang estapet kepemimpinan bangsa dan negara. Seperti yang disebutkan oleh mangandaralam (kurniadi, 1991, hlm. vii) yang menyatakan : Terjadi erosi patriotisme dan idealisme di kalangan sementara generasi muda kita dewasa ini, yang lebih mengutamakan usaha-usaha untuk memperoleh kesenangan yang bersifat matrealistis bagi dirinya sendiri, yang melupakan tanggung jawabnya untuk memperjuangkan kesejahteraan yang lebih merata bagi seluruh bangsa Indonesia.

3 Mahasiswa Indonesia telah mengalami degradasi nilai-nilai kebajikan dan harus melakukan pembenahan dari penguatan karakter kepemimpinan mahasiswa. Dengan jiwa kepemimpinan yang kuat, mahasiswa dapat memposisikan diri sebagai elemen yang diperhitungkan keberadaannya dan dapat dengan bijak mejaga nilai-nilai baik di dalam masyarakat. Pandangan tentang nilai seperti yang diungkapkan Allport (dalam Disertasi Rais, 2012, hlm. 7), nilai adalah keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya. Pengertian nilai yang lain dikemukakan oleh Mulyana (2004, hlm. 11), nilai adalah rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat terlihat kesamaan pemahaman tentang nilai, yaitu (1) suatu keyakinan (2) berhubungan dengan cara bertingkah laku dan tujuan akhir tertentu. Oleh karena itu, kita harus tetap menjaga nilai yang ada di dalam bangsa Indonesia. Menurut Djahiri (1996, hlm. 7), secara tegas dampak ketimpangan nilai tidak terlepas dari ketimpangan arah tentang pendidikan nilai. Menurut beliau, ketimpangan arah pendidikan tentang nilai pada puncaknya akan menjadikan manusia cenderung arogan, eksistensialis, egois, individualistik, materialistik, sekuler, mendewakan ciptaanya sendiri serta lupa bahkan bersombong diri terhadap mahaciptaanya. Berdasarkan teori tersebut nilai merupakan sesuatu yang berharga, penting dan menjadi keyakinan bagi seseorang dalam kehidupan. Namun, besarnya dampak globalisasi, ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang tidak disertai pengembangan dan pembinaan aspek-aspek nilai berakibat tidak hanya perkembangan masyarakat tidak seimbang. Akan tetapi, lebih jauh dapat menjurus kepada terjadinya pengikisan harkat dan martabat manusia (dehumanisasi). Terdapat banyak nilai yang terkandung di dalam karakter bangsa yakni antara lain nilai kebersamaan, sopan santun, ramah, bersahaja, agamis, gotong royong dan diantara lainnya adalah nilai-nilai kearifaan lokal. Tidak sedikit

4 kalangan yang mempertanyakan relevansi nilai kearifan lokal ditengah-tengah perjuangan umat manusia menatap globalisasi. Kearifan lokal atau yang biasa disebut local wisdom dapat dipahami sebagai usaha manusia dengan menggunakan akal budinya untuk bertindak dan bersikap terhadap sesuatu objek, atau peristiwa yang terjadi dalam ruang tertentu. Nilai kearifan lokal menjadi identitas atau jati diri dari suatu wilayah dalam suatu bangsa. Pandangan menurut Gobyah (dalam Sartini, 2004, hlm. 112) mengatakan bahwa kearifan lokal adalah kebenaran yang telah mentradisi atau ajeg di dalam suatu daerah. Selain itu, menurut Permana (2010, hlm. 1), kearifan lokal dapat diartikan sebagai berikut: Sebagai pandangan hidup dan pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka. Dari pendapat di atas, dapat terlihat jelas bahwa kearifan lokal itu sebagai pandangan hidup yang telah mentradisi dan ajeg di dalam suatu daerah dan menjadi suatu strategi yang dilakukan oleh masyarakat untuk mengahadapi permasalahan-permasalahan dalam kehidupan di lingkungannya. Kearifan lokal perlu dikembangkan dalam kehidupan bangsa Indonesia dewasa ini, hal ini dikarenakan dalam kebudayaan lokal dan seni budaya pun banyak nilai-nilai kehidupan yang terkandung di dalamya, sehingga dapat terwujud menjadi kepribadian setiap individu. Selain itu, nilai kearifan lokal dapat dijadikan sarana yang tepat untuk pengembangan potensi pemuda dan pembangunan karakter warga negara. Menurut Permana (2010:1), kearifan lokal dapat diartikan: Sebagai pandangan hidup dan pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka di dalam lingkungan masyarakatnya. Dari pendapat di atas, jelas bahwasanya kearifan lokal itu sebagai pandangan hidup dan strategi yang dilakukan oleh masyarakat untuk mengahadapi

5 permasalah-permasalahan dalam kehidupan di lingkungannya. Kearifan lokal perlu dikembangkan dalam kehidupan bangsa Indonesia dewasa ini, hal ini dikarenakan dalam perilaku yang berdaskan pengamalan nilai-nilai kearifan lokal di daerah pelan-pelan mulai ditinggalkan. Selain itu, banyak nilai-nilai kehidupan yang terkandung di dalam kebudayaan lokal dan seni tradisional, sehingga dapat terwujud manjadi kepribadian setiap individu. Hal ini selain dapat sesuai dengan falsafah kehidupan lokal, juga dapat menjadi jati diri dari suatu daerah atau kelompok masyarakat. Kearifan lokal merupakan perpaduan antara nilai-nilai suci firman Tuhan dan berbagai nilai yang ada. Kearifan lokal terbentuk sebagai keunggulan budaya masyarakat setempat maupun kondisi geografis dalam arti luas. Nilai-nilai tersebut dapat diterapkan dengan cara menginternalisasi nilai-nilai itu sendiri di dalam suatu wadah lembaga pendidikan. Adapun pengertian Internalisasi menurut Johnson (1986, hlm. 124) seperti yang tertera di bawah ini : Proses dengan mana orientasi nilai budaya dan harapan peran benar-benar disatukan dengan sistem kepribadian. Internalisasi merupakan suatu proses pemahaman oleh individu mengapa sesuatu merupakan nilai (yang positif) hingga individu bersangkutan menerima nilai tersebut sebagai norma yang diyakininya, menjadi bagian pandangannya dan tindakan moralnya. Pandangan lain menyatakan bahwa internalisasi adalah proses dengan mana orientasi nilai budaya dan harapan peran benar-benar disatukan dengan sistem kepribadian (Johnson, 1986, hlm. 124). Selain itu, internalisasi merupakan suatu proses dimana individu belajar dan diterima menjadi bagian, dan sekaligus mengikat diri ke dalam nilai-nilai dan norma-norma sosial dari prilaku suatu masyarakat (Kalidjernih, 2010, hlm. 71). Berdasarkan pendapat tersebut, internalisasi dapat diartikan sebagai suatu proses penghayatan dimana orientasi nilai budaya dapat disatukan dan sekaligus mengikat dalam sistem kepribadian. Internalisasi dapat dikatakn pula proses seseorang untuk belajar secara mendalam tentang suatu nilai dan norma dengan

6 berdampak adanya proses penerimaan dirinya menjadi bagian dari suatu kelompok masyarakatnya. Secara sosiologis menurut Scott (1971, hlm. 12) internalisasi melibatkan sesuatu yakni ide, konsep dan tindakan yang bergerak dari luar ke suatu tempat di dalam mindah (pikiran) dari suatu kepribadian. Struktur dan kejadian dalam masyaarakat lazim membentuk pribadi yang dalam dari seseorang sehingga terjadi internalisasi. Berdasarkan teori di atas, hal tersebut menjelaskan bahwa internalisasi merupakan suatu proses pemahaman oleh individu yang melibatkan ide, konsep serta tindakan yang terdapat dari luar kemudian bergerak ke dalam pikiran dari suatu kepribadian hingga individu bersangkutan menerima nilai tersebut sebagai norma yang diyakininya, menjadi bagian pandangannya dan tindakan moralnya. Hasil observasi pra penelitian pada mahasiswa yang tergabung aktif di organisasi kedaerahan dalam hal ini mengenai internalisasi nilai kearifan lokal, peneliti menemukan hal yang sangat menarik. Salah satunya organisasi kedaerahan yang mengatas namakan Perhimpunan Mahasiswa Banten Bandung atau disingkat menjadi PMBB yang mana anggota dan pengurusnya itu adalah mahasiswa asal Banten yang sedang menempuh kuliah di perguruan tinggi negeri maupun swasta di Bandung Raya, memiliki kegiatan-kegiatan yang sifatnya menjaga tradisi-tradisi kebudayaan Banten. Selain itu pada kesehariannya dalam berorganisasi selalu mengutamakan nilai-nilai kearifan lokal dari adat istiadat orang Banten. Seperti contohnya adalah ketika pada saat berkumpul, kebiasaan dalam berkomunikasi selalu menggunakan logat dan Bahasa asli banten, yakni Bahasa sunda kuno atau Bahasa jawa serang. Selain itu, adanya kegiatan latihan debus, babacakan (tradisi makan bersama menggunakan daun pisang), pengajian rutin malam jumat dan lain-lain. dan Banten merupakan salah satu daerah yang kental dengan ajaran agama islam kaya akan tradisi-tradisi kebudayaan lokal warisan para leluhur yang mana kebudayaan itu dianggap suatu hal yang sangat berharga, bersifat sakral, dan

7 selalu menjadi kebanggaan bagi masyarakatnya, karena dianggap bisa memberikan nilai praktis yang bersifat immateri maupun materi. Hal yang menarik dari Perhimpunan Mahasiwa Banten Bandung yaitu jaringan silaturahmi antara anggota mahasiswa yang tergabung di dalam organisasi tersebut dengan tokoh-tokoh Banten (baik yang berdomisili di Banten maupun yang berdomisili di Bandung) juga dengan organisasi kepemudaan Banten di Bandung bahkan dengan mahasiswa Banten yang berdomisili di seluruh Indonesia terjalin sangat dekat dan harmonis. Selain itu kadang dalam melaksakan kegiatannya yang bersifat kedaerahan amupun nasional, semua elemen jaringan Banten di Bandung saling membantu dan mendukung dalam proses terselengganya kegiatan tersebut. Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, penulis sangat tertarik untuk mengkaji mengenai internalisasi nilai kearifan lokal masyarakat Banten pada mahasiswa yang tergabung dalam organisasi Perhimpunan Mahasiswa Banten Bandung atau disingkat menjadi PMBB. Karena itu, peneliti mengkaji hal tersebut dengan judul INTERNALISASI NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT BANTEN PADA MAHASISWA (Studi Kasus Pada Organisasi Perhimpunan Mahasiswa Banten Bandung). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana proses internalisasi nilai kearifan lokal masyarakat Banten pada mahasiswa Banten yang terhimpun dalam organisasi kedaerahan? 2. Nilai kearifan lokal apa saja yang ada pada mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia yang terhimpun dalam organisasi kedaerahan? 3. Manfaat apa saja yang diperoleh oleh mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia yang terhimpun di organisasi kedaerahan, dalam proses internalisasi nilai kearifan lokal?

8 4. Kendala apa saja yang dilakukan dalam proses internalisasi nilai kearifan lokal masyarakat Banten pada mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia yang terhimpun dalam organisasi kedaerahan? 5. Upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam proses internalisasi nilai kearifan lokal masyarakat Banten pada mahasiswa? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian yang akan diteliti adalah sebagai berikut 1. Untuk mengetahui bagaimana proses internalisasi nilai kearifan lokal masyarakat Banten pada mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia yang terhimpun dalam organisasi kedaerahan 2. Untuk mengetahui nilai kearifan lokal apa saja yang ada pada mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia yang terhimpun dalam organisasi kedaerahan 3. Untuk mengetahui manfaat apa saja yang diperoleh oleh mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia yang terhimpun di organisasi kedaerahan, dalam proses internalisasi nilai kearifan lokal 4. Untuk mengetahui kendala apa saja yang dilakukan dalam proses internalisasi nilai kearifan lokal pada mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia yang terhimpun dalam organisasi kedaerahan 5. Untuk mengetahui upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam proses internalisasi nilai kearifan lokal masyarakat Banten pada mahasiswa D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis Secara umum penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangsih pemikiran atau bahan kajian dan keilmuan dibidang sosial budaya dan pendidikan karakter, khususnya untuk mahasiswa yang telah atau pun belum aktif dalam

9 berorganisasi kedaerahan (primordial), juga untuk memberikan kesadaran tentang pentingnya internalisasi nilai kearifan lokal untuk menjaga jati diri bangsa. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberi masukan serta kontribusi pada jurusan pendidikan kewarganegaraan dalam memberikan wawasan bahwa pentingnya menginternalisasikan nilai kearifan lokal melalui aktif dalam berorganisasi kedaerahan. 2. Secara Praktis a. Bagi Mahasiswa yang terhimpun dalam organisasi kedaerahan Penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan pemahaman dan kesadaran bagi mahasiswa selaku pewaris peradaban bangsa akan pentingnya menjaga nilai-nilai kearifan lokal, mengetahui dan sadar akan manfaatnya dan mampu menurunkan dan menjaga serta menginternalisasikan nilai kearifan lokal di tengah-tengah masyarakat. b. Bagi Pemerintah Daerah Penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan peran pemerintah dalam membina organisasi kedaerahan ditingkat mahasiswa agar dapat mendukung dalam memaksimalkan proses internalisi nilai kearifan lokal. c. Bagi Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan Penelitian ini dapat bermanfaat bagi jurusan PKn dalam segi keilmuan, khususnya rumpun sosial budaya dan pendidikan karakter juga dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya. E. Struktur Organisasi Skripsi Dalam penulisan skripsi ini, penulis memaparkan urutan dalam penyusunannya. Adapun urutan dari masing-masing bab akan dijelaskan sebagai berikut :

10 1. BAB I tentang pendahuluan, pendahuluan berisikan tentang pemaparan : latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta struktur organisasi skripsi. 2. BAB II tentang kajian teori, kajian teori ini berisikan tentang pemaparan tinjauan umum tentang internalisasi, tinjauan umum tentang nilai, tinjauan umum tentang kearifan lokal, tinjauan umum tentang masyarakat, tinjauan umum tentang mahasiswa serta tinjauan umum tentang organisasi kemahasiswaan. 3. BAB III tentang metode penelitian, metode penelitian memaparkan secara rinci tentang pendekatan dan metode penelitian, teknik pengumpulan data, tahap penelitian serta lokasi dan subjek penelitian.