P - 63 KEMANDIRIAN BELAJAR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS JURNAL INTERNASIONAL DAN NASIONAL

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MAHASISWA

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan

PENGARUH PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI GARIS DAN SUDUT

Media Pembelajaran Berbasis Open-Ended, Peningkatan Kemampuan High Order Thingking Dan Self Regulated Learning

Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

P-34 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK

PENERAPAN METODE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS MAHASISWA PADA MATA KULIAH KALKULUS I

SIKAP SISWA TERHADAP MATEMATIKA PADA PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN OPEN-ENDED DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

PENCAPAIAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PENEMUAN TERBIMBING

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN BELIEF SISWA

P 6 Pengaruh Model Pembelajaran Koperatif Tipe Think Talk Write Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Koneksi Matematis

PENCAPAIAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN GENERATIF

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs

HUBUNGAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA

PENGARUH MODEL PROJECT-BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK KELAS XI MIA SMA NEGERI 1 KEPANJEN

PEMBELAJARAN PENEMUAN UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS FISIKA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 7 MALANG UNIVERSITAS NEGERI MALANG

PENGARUH PENDEKATAN OPEN-ENDED TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Bandarlampung. Populasi dalam

Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dengan Metode Brainstroming

PENGGUNAAN PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA DI KOTA BENGKULU

PENERAPAN MODEL PBL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

METODE PENELITIAN. Bandarlampung Tahun Ajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa sebanyak 200

Peningkatan Kemandirian Belajar Mahasiswa Melalui Penggunaan Pendekatan Modifikasi APOS

Kata kunci: Teknik MURDER, Pendekatan Metakognitif, Penalaran Matematis.

PENGARUH PEMBELAJARAN PROBLEM POSING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA MTS KELAS VIII

Penerapan Metode Inkuiri Untuk Meningkatkan Disposisi Matematis Siswa SMA

P - 64 KEMAMPUAN SPASIAL SISWA MELALUI PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA DENGAN MEDIA GEOGEBRA

KEBIASAAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH

BAB III METODE PENELITIAN. sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis, temuan, dan pembahasan yang telah

1. BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan mata pelajaran yang senantiasa hadir pada setiap

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL. M. Gilar Jatisunda 1)

Eva Nuraisah 1, Riana Irawati 2, Nurdinah Hanifah 3. Program Studi PGSD Kelas UPI Kampus Sumedang Jl. Mayor Abdurachman No.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMK DI KOTA CIMAHI

PENGGUNAAN PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah suatu quasi eksperimen, dengan desain kelompok

Pengaruh Penerapan Strategi Trading Places Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMA

PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMP

BAB III METODE PENELITIAN

Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis melalui Pembelajaran berbasis Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Maryetta Evi Hariati: Mahasiswa FKIP Universitas Jambi Page 0

METODE PENELITIAN. Bandar Lampung. Kelas VIII di SMP Negeri 24 Bandar Lampung terdiri dari

PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS SCIENTIFIC DISCOVERY

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA DENGAN PENDEKATAN OPEN-ENDED

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah merupakan penelitian eksperimen semu.

Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project dengan Metode Two Stay Two Stray

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kaliurang Km 17 Pakembinangun, Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

Penerapan Scaffolding Untuk Pencapaian Kemandirian Belajar Siswa

Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA melalui Menulis Matematika dalam Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

BAB III METODE PENELITIAN

Muhamad Soeleman Universitas Suryakancana Cianjur

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA PADA PEMBELAJARAN KALKULUS MELALUI PENDEKATAN KONSTEKSTUAL

PENERAPAN GEOGEBRA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SURYAKANCANA

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI PESAWAT SEDERHANA

PENERAPAN PENDEKATAN MODEL ELICITING ACTIVITIES (MEAS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PROJECT BASED LEARNING

Pengaruh Penggunaan Model Problem Based Learning terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Mahasiswa pada Mata Kuliah Kalkulus III

Rahmi Dosen Tetap Pendidikan Biologi FKIP UNRIKA Batam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Ridwan Abdullah Sani dan Maryono Jurusan Pendidikan Fisika, FMIPA, Universitas Negeri Medan Jl. Willem Iskandar, Pasar V, Medan ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. treatment yang diuji yaitu pembelajaran aktif dengan metode peer lesson terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian dengan pendekatan saintifik berbasis Problem Based

Penerapan Pendekatan Konstektual untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah serta Disposisi Matematis Siswa SMA

Efektivitas Pendekatan Matematika Realistik Ditinjau Dari Sikap Dan Pemahaman Konsep Matematis Siswa

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis, temuan, dan pembahasan yang telah

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN CLIS (CHILDREN LEARNING IN SCINENCE) TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DAN SIKAP SISWA SMP.

PENDEKATAN INDUKTIF-DEDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS PADA SISWA SMP

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data pemahaman konsep matematis siswa untuk setiap sampel penelitian yaitu

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

PENCAPAIAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PROBLEM-BASED LEARNING (PBL)

InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 1, No.2, September 2012

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan adalah Quasi Experimental dengan desain

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasi experimen (experimen

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan disain

LAPORAN PENELITIAN KOLEKTIF MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR REFLEKTIF MATEMATIK MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN METAKOGNITIF

PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIK SISWA SMP ANTARA YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN SETTING

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Beji Kabupaten Pasuruan pada tanggal 11 Agustus Dalam observasi

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen semu. Penelitian ini dikatakan eksperimen semu karena

Pengaruh Model Pembelajaran Koperatif Tipe Think Talk Write Terhadap Kemampuan Komunikasi Dan Penalaran Matematis

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jayanti Putri Purwaningrum, 2015

Transkripsi:

P - 63 KEMANDIRIAN BELAJAR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA Risnanosanti Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UMB Email : rnosanti@yahoo.com Abstrak Penelitian ini didasarkan pada kerangka konseptual bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis mahamahasiswa berkaitan dengan kebiasaan belajar yang dilakukan. Fokus penelitian adalah perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis dan kemandirian belajar mahamahasiswa pada dua kelompok. Penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimen dengan subjek penelitian adalah mahamahasiswa yang mengambil mata kuliah matematika diskrit pada program studi pendidikan matematika FKIP Universitas Muhammadiyah Bengkulu. Data dikumpulkan pada semester ganjil tahun ajaran 2012/2013. Instrumen yang digunakan adalah tes kemampuan awal matematika, tes kemampuan pemecahan masalah matematis dan skala kemandirian belajar. Secara umum hasil yang diperoleh mendukung teori tentang kemandirian belajar yang menyatakan bahwa ketika mahamahasiswa diberi kesempatan dan diajar untuk belajar secara mandiri akan berpengaruh positif terhadap kemampuan pemecahan masalah matematisnya. Hasil ini juga menunjukkan bahwa mahamahasiswa menjadi agen yang aktif untuk dilatih menjadi pembelajar yang bertanggung jawab sehingga mereka tidak hanya memahami untuk apa belajar tetapi juga mengerti bagaimana caranya belajar. Kata Kunci: kemandirian belajar, kemampuan pemecahan masalah matematis A. PENDAHULUAN Kemampuan pemecahan masalah matematismerupakan suatu kemampuan matematis yang amat penting karena pemecahan masalah merupakan tujuan umum dari pengajaran matematika. Hal ini sejalan dengan pendapat dari Branca (dalam Sumarmo, 1993), yang mengemukakan bahwa pemecahan masalah merupakan jantungnya matematika. Kemampuan matematis seseorang termasuk mahasiswa secara umum dapat digambarkan berdasarkankan kemampuannya dalam memecahkan masalah matematika. Pentingnya kemampuan pemecahan masalah matematis terlihat dalam kerangka kurikulum matematika Singapura yang digambarkan sebagai sebuah segilima beraturan dengan setiap sisinya menggambarkan komponen pendukung kemampuan pemecahan masalah tersebut. Komponen-komponen tersebut adalah: (1) Konsep, (2) Pemrosesan, (3) Metakognisi (termasuk di dalamnya adalah kemandirian belajar), (4) Sikap, dan (5) Keterampilan. Apabila kelima komponen ini dikuasai dengan baik maka kemampuan pemecahan masalah matematis dapat dicapai. Untuk mencapai kemampuan pemecahan masalah matematis yang maksimal maka pembelajaran yang dilakukan haruslah memfasilitasi munculnya kemampuan tersebut. Hasil penelitian Sumarmo, dkk (dalam Hulukati, 2005) menunjukkan bahwa pembelajaran matematika memiliki karakteristik: pembelajaran berpusat pada guru, pendekatan yang digunakan lebih Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika dengan tema Penguatan Peran Matematika dan Pendidikan Matematika untuk Indonesia yang Lebih Baik" pada tanggal 9 November 2013 di Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY

bersifat ekspositori, guru lebih mendominasi proses aktivitas kelas, latihan-latihan yang diberikan lebih banyak yang bersifat rutin. Sementara itu, kurikulum yang disepakati untuk digunakan sebagai pedoman pembelajaran menuntut sebuah proses pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa, mengembangkan kreativitas mahasiswa, menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang, mengembangkan beragam kemampuan yang bermuatan nilai, menyediakan pengalaman belajar yang beragam dan belajar melalui berbuat. Karena itu harus ada upaya keras dari semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan untuk bersama-sama berusaha memperbaiki proses KBM yang terjadi pada saat ini. Selain faktor model pembelajaran, Self-Regulated Learning (SRL) atau sering disebut dengan istilah kemandirian belajar juga merupakan bagian penting dalam pembelajaran matematika. Karena saat ini konsep tentang belajar matematika telah berubah dari pemberian suatu konsep dan prosedur secara pasif dan tidak kontekstual menjadi pembentukan makna secara aktif sebagai hasil mengaitkan ide-ide baru pada pemahaman terdahulu. Fokus dalam pendidikan matematika telah berubah dari muatan matematika menjadi bagaimana mahasiswa belajar matematika secara efektif. Hal ini menyiratkan bahwa mahasiswa harus menjadi mahasiswa yang mandiri dan mendorong program matematika sekolah dalam menciptakan mahasiswa yang memiliki kemandirian dalam belajar. Mahasiswa membangun pemahaman yang mendalam dalam belajar matematika ketika mereka dapat mengontrol belajarnya, dengan cara menentukan tujuan belajar, memonitor kemajuannya, menilai dan merefleksi proses berpikirnya, percaya diri terhadap kemampuannya, dan berkeinginan dan tekun dalam menghadapi kesulitan. Menyikapi masalah-masalah yang timbul dalam pendidikan matematika, dan harapan yang ingin dicapai dalam pembelajaran matematika, maka diperlukan upaya yang inovatif untuk menanggulanginya. Mahasiswa perlu dibiasakan untuk mampu mengkonstruksi pengetahuannya dan mampu mentranformasikan pengetahuannya dalam situasi lain yang lebih kompleks sehingga pengetahuan tersebut akan menjadi milik mahasiswa itu sendiri. Proses mengkonstruksi pengetahuan dapat dilakukan sendiri oleh mahasiswa berdasarkan pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya, dan juga dapat berupa hasil penemuan yang melibatkan lingkungan sebagai faktor dalam proses perolehan pengetahuannya. Salah satu pendekatan pembelajaran yang didasari oleh faham konstruktivisme adalah Berbasis Masalah (PBM). ini memberikan suatu lingkungan pembelajaran dengan masalah yang menjadi basisnya, artinya pembelajaran dimulai dengan masalah kontekstual yang harus dipecahkan. Masalah dimunculkan sedemikian hingga mahasiswa perlu menginterpretasi masalah, mengumpulkan informasi yang diperlukan, mengevaluasi alternatif solusi, dan mempresentasikan solusinya. Ketika mahasiswa mengembangkan suatu metode untuk menyusun suatu prosedur, mereka mengintegrasikan pengetahuan konsep dengan keterampilan yang dimilikinya. Dengan demikian secara keseluruhan mahasiswa yang membangun pengetahuan mereka, dengan bantuan pengajar selaku fasilitator. Lingkungan belajar dengan PBM memberikan banyak kesempatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan matematis mereka, untuk menggali, mencoba, mengadaptasi, dan merubah prosedur penyelesaian, termasuk memverifikasi solusi, yang sesuai dengan situasi yang baru diperoleh. Sementara dalam kelas konvensional mahasiswa selalu dihadapkan dengan teori, contoh, dan latihan yang terbatas implementasinya dalam situasi yang tidak dikenal. Hal ini memperlihatkan bahwa untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematis mahasiswa dibutuhkan kemandirian belajar mahasiswa yang tinggi. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis dan kemandirian belajar mahamahasiswa ditinjau berdasarkan model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran konvensional. B. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dengan mengggunakan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang di kenal dengan pretest postest control group design Yogyakarta, 9 November 2013 MP - 494

(Fraenkel, 1990). Kelompok eksperimen mendapatkan perlakuan berupa model pembelajaran berbasis masalah (PBM) dan kelompok kontrol menggunakan pembelajaran konvensional (PK). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahamahasiswa program studi pendidikan matematika yang sedang mengambil mata kuliah matematika diskrit di semester V tahun ajaran 2012/2013 sebanyak 4 kelas. Sedangkan sampel dipilih 2 kelas dengan cara acak kelas. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kemampuan awal matematika berupa soal-soal materi prasyarat bagi matakuliah matematika diskrit, tes kemampuan pemecahan masalah matematis berupa soal uraian yang terdiri dari lima soal dan skala kemandirian belajar. Skala kemandirian belajar dalam penelitian ini diberikan kepada mahamahasiswa untuk mengetahui kemandirian belajar mahamahasiswa dalam belajar matematika. Skala ini dibuat dengan berpedoman pada bentuk skala Likert dengan empat option, dengan tidak ada pilihan netral. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari sikap ragu-ragu mahamahasiswa untuk tidak memihak pada pernyataan yang diajukan. Pernyataan dalam skala kemandirian ini terdiri dari pernyataan positif dan negatif. Hal ini dimaksudkan agar mahamahasiswa tidak asal menjawab karena suatu kondisi pernyataan yang monoton yang membuat mahamahasiswa cenderung malas berpikir. Selain itu, pemberian pernyataan yang positif dan negatif menuntut mahamahasiswa untuk membaca pernyataan-pernyataan tersebut dengan teliti, sehingga data yang diperoleh lebih akurat. Skala kemandirian belajar diberikan kepada mahamahasiswa kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol, sesudah semua kegiatan pembelajaran berakhir yaitu setelah postes. C. HASIL DAN PEMBAHASAN Tes kemampuan awal matematika diberikan untuk mengetahui pengetahuan yang telah dimiliki oleh mahamahasiswa sebelum proses pembelajaran berlangsung dan untuk mengetahui kesetaraan sampel penelitian. Untuk mengetahui kualitas pengetahuan awal dilakukan perhitungan rata-rata dan simpangan baku. Rangkuman hasil perhitungan rata-rata dan simpangan baku pengetahuan awal matematika disajikan dalam Tabel 1 di bawah ini. Tabel 1 Deskripsi Data KAM Berdasarkan Model Model Skor Simp.Baku Min. Maks. PBM 42 85 63,83 13,07 PK 40 86 62,32 11,99 Berdasarkan analisis data diperoleh hasil bahwa kelompok sampel penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan variansinya homogen. Untuk mengetahui ada atau tidak adanya perbedaan rata-rata kedua kelompok dilakukan uji perbedaan rata-rata skor awal kemampuan matematika mahamahasiswa dengan menggunakan uji-t. Hasil perhitungan uji-t skor awal kemampuan matematika mahamahasiswa disajikan pada tabel berikut ini. Tabel 2 Uji Perbedaan Tingkat Kemampuan Awal Skor Signifikans Kelompok Penelitian Nilai t Keputusan H i 0 Eksperimen Kontrol 63,83 62,32 0,758 0,450 Diterima Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan awal matematika mahamahasiswa pada kelompok eksperimen (PBM) dan kelompok kontrol (PK). Pengukuran skor akhir kemampuan pemecahan masalah matematis terhadap sampel penelitian bertujuan untuk mengetahui skor akhir mahasiswa setelah proses pembelajaran berlangsung. Dari hasil tabulasi yang dilakukan terhadap skor akhir kemampuan pemecahan Yogyakarta, 9 November 2013 MP - 495

masalah matematis matematis dapat diperoleh nilai rata-rata dan simpangan baku. Rangkuman hasil perhitungan rata-rata, simpangan baku skor akhir tes kemampuan pemecahan masalah matematis yang diperoleh disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Data Skor Akhir Kemampuan Pemecahan Masalah Kelompok Skor Simpangan Penelitian Min. Maks. Baku Eksperimen 21 88 52,94 14,75 Kontrol 14 78 43,61 15,75 Untuk mengetahui ada atau tidak adanya perbedaan rata-rata kedua kelompok sampel berdasarkan peringkat sekolah dan gabungannya, dilakukan uji perbedaan rata-rata skor akhir kemampuan pemecahan masalah matematis matematis menggunakan uji-t. Dengan program SPSS versi 17.0, diperoleh nilai t dan nilai probabilitas (sig.) dengan taraf signifikansi 0,05. Ringkasan hasil uji perbedaan rata-rata sebagaimana yang dimaksud disajikan pada tabel 4 berikut ini. Tabel 4 Ringkasan Hasil Uji-t Skor Akhir Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Faktor PBM PK Skor Akhir PBM*PK 52,94 43,61 3,83 0 t Sig. (2-tailed) H 0 0,000 Ditola k Berdasarkan hasil perhitungan yang disajikan pada Tabel 4, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan pemecahan masalah matematis matematis pada kelompok eksperimen (PBM) dan kelompok kontrol (PK). Data hasil pengukuran kemandirian belajar mahasiswa dideskripsikan dan dianalisis berdasarkan skor skala kemandirian belajar mahasiswa (seluruh sampel dan kelompok penelitian) Sebagai gambaran umum tentang kemandirian belajar mahasiswa disajikan dalam Tabel 5 Tabel 5 Data Skor Kemandirian Belajar Mahasiswa Kategori n Simp. Baku PBM 78 137,7821 10,3844 PK 79 131,3165 12,5285 Berdasarkan data pada Tabel 5 terlihat bahwa skor kemandirian belajar mahasiswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan menggunakan PBM lebih tinggi daripada skor kamandirian belajar mahasiswa pembelajaran matematikanya secara konvensional. Dari data yang telah dideskripsikan di atas, selanjutnya diuji beberapa hipotesis terkait dengan kemandirian belajar mahasiswa. Selanjutnya untuk mengetahui ada atau tidak adanya perbedaan rata-rata kedua kelompok sampel berdasarkan pembelajaran dilakukan uji perbedaan rata-rata skor kemandirian belajar mahasiswa menggunakan uji-t. Data hasil uji perbedaan terbut disajikan dalam Tabel 6. Yogyakarta, 9 November 2013 MP - 496

Tabel 6. Ringkasan Hasil Uji-t Skor Kemandirian Belajar Mahasiswa Berdasarkan Faktor PBM Nilai PK PBM*PK 137,7821 131,3165 t 3,15 8 Sig.(2-ta iled) H 0 0,001 Ditolak Berdasarkan hasil perhitungan yang disajikan pada Tabel 6 nilai probabilitas (sig.) lebih kecil dari 0,025. Ini berarti hipotesis nol ditolak. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kemandirian belajar mahasiswa pada kelompok eksperimen (PBM) dan kelompok kontrol (PK). Dalam hal ini kemandirian belajar mahamahasiswa pada kelompok eksperimen (PBM) lebih baik daripada kelompok kontrol (PK) Penelitian ini menghasilkan beberapa temuan terkait kemampuan pemecahan masalah matematis matematis serta kemandirian belajar mahasiswa. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis masalah secara signifikan lebih baik dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan kemandirian belajar mahasiswa dibandingkan pembelajaran konvensional. Hasil temuan ini memperkuat dan melengkapi hasil-hasil penelitian terdahulu tentang PBM antara lain penelitian yang dilakukan oleh Juandi (2006), Herman (2006), Dwijanto (2007), Dewanto (2008) yang menyimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada pembelajaran konvensional dalam meningkatkan kemampuan matematis maupun berpikir matematis pada mahasiswa. Berdasarkan karakteristik kedua pembelajaran tersebut, maka merupakan suatu kewajaran jika terjadi perbedaan hasil kemampuan yang diperoleh mahasiswa setelah mengikuti pembelajaran. PBM mengawali kegiatannya dengan penyajian masalah kontekstual kepada mahasiswa. Kemudian melalui diskusi kelompok, mahasiswa mengorganisasi ide-ide dan pengetahuan yang mereka miliki terkait dengan masalah, mahasiswa mengajukan pertanyaan atau isu-isu sekitar masalah. Mahasiswa diberi kesempatan untuk menyatakan apa yang mereka pahami dan tidak pahami. Dosen berkeliling memperhatikan diskusi yang terjadi. Apabila diperlukan, dosen sebagai fasilitator dapat memberikan petunjuk. Dalam diskusi kelas, isu-isu ini dibahas bersama, dan mahasiswa mengintegrasikan pengetahuan baru ke dalam konteks dari masalah. Dosen juga mengingatkan mahasiswa untuk melakukan refleksi terhadap apa yang telah dicapai. Apabila waktu memungkinkan, presentasi dari beberapa kelompok dilakukan disertai tanya jawab. Sementara itu, dalam pembelajaran konvensional dosen menjelaskan materi pelajaran secara terperinci, memberikan contoh cara menyelesaikan soal. Mahasiswa memperhatikan penjelasan dosen, kemudian mencatat apa yang dijelaskan guru. Sebelum mahasiswa mencatat, biasanya dosen memberi waktu kepada mahasiswa untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum dipahami. Jika ada mahasiswa yang bertanya, dosenpun langsung menjelaskan secara klasikal. Selanjutnya dosen memberikan soal-soal latihan yang dikerjakan secara individu. Sementara itu dosen berkeliling memperhatikan cara mahasiswa mengerjakan soal latihan dan membantu mengarahkan kepada mahasiswa yang mengalami kesulitan. Setelah waktu untuk mengerjakan soal habis, semua mahasiswa mengumpulkan hasil pekerjaannya kepada guru untuk dinilai. Untuk pembahasannya, beberapa mahasiswa diminta mengerjakan soal di papan tulis. D. SIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini telah mengungkap bahwa kualitas kemampuan pemecahan masalah matematis serta kemandirian belajar mahasiswa yang mendapat pembelajaran matematika berbasis masalah lebih baik daripada mahasiswa yang mendapat pembelajaran konvensional.. Kesimpulan ini memberikan implikasi bahwa PBM layak dipergunakan sebagai alternatif untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan kemandirian belajar Yogyakarta, 9 November 2013 MP - 497

mahasiswa. Selain itu kegiatan diskusi dan presentasi dalam PBM selain menjadi media untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan kemandirian belajar mahasiswa juga menjadi media pengembangan kepercayaan diri mahasiswa akan kemampuannya karena mereka mendapatkan lingkungan belajar yang lebih dinamis, demokratis dan menyenangkan. Penerapan PBM akan memotivasi dosen untuk lebih kreatif dalam menyiapkan bahan ajar yang digunakan, terutama dalam mengkonstruksi masalah-masalah matematis yang dapat memicu pengembangan kemampuan pemecahana masalah matematis dan kemandirian belajar mahasiswa. Peran dosen sebagai fasilitator dan mediator dalam PBM akan melatih dosen untuk lebih peka terhadap perbedaan kemampuan individu, sehingga dosen dapat menerapkan scaffolding yang sesuai serta dapat mengetahui kelemahan dari bahan ajar yang digunakan. Apabila dilakukan secara berkesinambungan maka akan meningkatkan kemampuan dosen dalam merancang bahan ajar dan pada akhirnya akan meningkatkan hasil belajar mahasiswa. E. DAFTAR PUSTAKA Dewanto, S. (2008). Meningkatkan Kemampuan Multipel Representasi Mahasiswa melalui Problem-based Learning. Disertasi. Bandung: Universitas Pendidik-an Indonesia. Dwijanto (2007). Pengaruh pembelajaran berbasis masalah berbantuan komputer terhadap pencapaian kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kreatif matematik mahasiswa. Disertasi pada SPS UPI. Bandung: Tidak Dipublikasikan. Herman, T. (2006). Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP). Disertasi Doktor pada PPS UPI.: Tidak Diterbitkan. Hulukati, E. (2005). Mengembangkan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMP melalui Model Generatif. Bandung: Disertasi PPs UPI. Tidak diterbitkan Juandi, D. (2006). Meningkatkan Daya Matematik Mahasiswa Calon Guru Matematika Melalui Berbasis Masalah. Disertasi Doktor pada PPS UPI: tidak dipublikasikan Sumarmo, U. (1993). Peranan kemampuan Logik dan Kegiatan Belajar terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah pada Siswa SMA di Kodya Bandung. Laporan Penelitian FPMIPA IKIP Bandung. Yogyakarta, 9 November 2013 MP - 498