Metrologi Kimia. Sumardi dan Julia Kantasubrata

dokumen-dokumen yang mirip
Ketertelusuran Pengukuran

JADWAL RCCHEM LEARNING CENTER TAHUN 2017

VERIFIKASI METODA GRAVIMETRI UNTUK PENENTUAN THORIUM

Metrologi kimia: Peningkatan Kualitas dan Keamanan Pangan

JADWAL RCCHEM LEARNING CENTER TAHUN 2017

STRATEGI PENGEMBANGAN METROLOGI DI PUSLITBANG KUALITAS DAN LAB.LINGKUNGAN KLHK. Wahyu Marjaka Puslitbang Kualitas dan Laboratorium Lingkungan (P3KLL)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

[BADAN STANDARISASI NASIONAL] 2012

UNJUK KERJA METODE FLAME ATOMIC ABSORPTION SPECTROMETRY (F-AAS) PASCA AKREDITASI

PENTINGNYA KEBERADAAN LEMBAGA METROLOGI GAS DI INDONESIA. Andreas, S.Si

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

CARA MELAKUKAN KALIBRASI ALAT PENGUKUR KADAR AIR BENIH (OVEN MEMMERT TIPE UNB 400 )

PEMBELAJARAN - 2 PERTEMUAN KE 4 3 x pertemuan DIKLAT FUNGSIONAL PENERA 2011

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II PT.UNILAB PERDANA

LAPORAN PROGRAM UJI BANDING (PROFICIENCY TEST) ANTAR LABORATORIUM SKEMA KHUSUS SEMESTER I Bahan Uji: AIR PERMUKAAN VI BATCH 1 (APDS VI-1)

PENGETAHUAN SNI ISO/IEC 17025:2008. By Rangga K Negara, ST

Bahan Acuan (Reference Material) dalam Metrologi. oleh: Fitri Dara

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Faktor yang memegang peranan penting dalam produk agroindustri adalah

Yuuk..belajar lagi!!!

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

KETERTELUSURAN. Surya Ridwanna

MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN TERAMPIL KE AHLI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI

BAB I PENDAHULUAN. alat ukur suhu yang berupa termometer digital.

PETUNJUK PELAKSANAAN KOMPETENSI LABORATORIUM LINGKUNGAN

PERSYARATAN TAMBAHAN LABORATORIUM LINGKUNGAN

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG LABORATORIUM LINGKUNGAN.

Renstra Pusat Akreditasi Lembaga Sertifikasi BSN Tahun RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN

PERSYARATAN TAMBAHAN LABORATORIUM LINGKUNGAN

PENGEMBANGAN PEMBINAAN LABORATORIUM LINGKUNGAN DI DERAH KEDEPAN. Wahyu Marjaka Puslitbang Kualitas dan Laboratorium Lingkungan (P3KLL)

PENGEMBANGAN PEMBINAAN LABORATORIUM LINGKUNGAN DI DERAH KEDEPAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PE P NGE G NDAL A I L A I N MUTU TELE L KOMUNIK I ASI 3. Dasar Pengukuran

Rancang Bangun Sistem Kalibrasi Alat Ukur Tekanan Rendah

Kelembagaan Metrologi Nasional. - Jakarta, 20 Oktober 2016

BESARAN DAN PENGUKURAN

PELATIHAN STANDARDISASI. w w w. b s n. g o. i d. Pemahaman SNI ISO/IEC 17065:2012. Validasi Metode Pengujian Kimia. Pemahaman SNI ISO/IEC 17025:2008

PENGUJIAN, KALIBRASI PERALATAN KESEHATAN

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan P

PEMELIHARAAN PERALATAN LABORATORIUM

Tabel 1. Metode pengujian logam dalam air dan air limbah NO PARAMETER UJI METODE SNI SNI

Unjuk Kerja Metode Flame -AAS Page 1 of 10

LAPORAN PROGRAM UJI BANDING (PROFICIENCY TEST) ANTAR LABORATORIUM SKEMA KHUSUS SEMESTER I Bahan Uji: AIR MINUM DALAM KEMASAN I (AMDK I)

RENCANA KERJA T.A 2018 DIREKTORAT STANDARDISASI DAN PENGENDALIAN MUTU

RENCANA STRATEGIS KEDEPUTIAN BIDANG PENERAPAN STANDAR DAN AKREDITASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN

ESTIMASI KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN/PENGUJIAN DALAM PENGUKURAN/PENGUJIAN KIMIA

Regulasi sanitasi Industri Pangan

LAPORAN PROGRAM UJI BANDING (PROFICIENCY TEST) ANTAR LABORATORIUM SKEMA KHUSUS SEMESTER II Bahan Uji: AIR LIMBAH III (ALDS III)

Peran Laboratorium Uji & Kalibrasi LIPI Sebagai Laboratorium Rujukan Nasional

DTG 2M3 - ALAT UKUR DAN PENGUKURAN TELEKOMUNIKASI

Daftar Isi. Kata Pengantar... Daftar Isi... BAB I PENDAHULUAN Kondisi Umum Potensi dan Permasalahan 6

Perizinan BPOM (Badan Pengawasan Obat dan Makanan)

BAB IV PENILAIAN KESESUAIAN. Bagian Kesatu Kegiatan Penilaian Kesesuaian

Air dan air limbah Bagian 11: Cara uji derajat keasaman (ph) dengan menggunakan alat ph meter

BAB I. PENGUKURAN. Kompetensi : Mengukur besaran fisika (massa, panjang, dan waktu) Pengalaman Belajar :

Kajian Potensi LABORATORIUM LINGKUNGAN

Kebijakan Penerapan Standar Pedoman dan Manual Sekretariat Komite Teknis Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 01/MEN/2007 TENTANG

FITOFARMAKA Re R t e n t o n W a W hy h un u i n n i g n ru r m u

AUDIT INTERNAL (SNI ) Nama Laboratorium : Alamat

ANALISIS KESALAHAN DALAM SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM (SSA)

2015, No Meteorologi, Klimatologi,dan Geofisika sehingga perlu dilakukan penyesuaian; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud p

LAPORAN PROGRAM UJI BANDING (PROFICIENCY TEST) ANTAR LABORATORIUM SKEMA KHUSUS SEMESTER I Bahan Uji: AIR PERMUKAAN I (APDS I)

Company Profile PT. Global Inti Quality (GIQ)

PROPOSAL PROGRAM/KEGIATAN INOVASI PASCA TUGAS BELAJAR ATAS NAMA ZAKIAH KURNIATI, S.Farm., Apt.

Tera dan Kalibrasi. dr. Naila Amalia

Standar Kompetensi Menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya Kompetensi Dasar A. Mengukur Besaran Fisika B. Melakukan Penjumlahan Vektor

Air dan air limbah - Bagian 22: Cara uji nilai permanganat secara titrimetri

PENENTUAN KONSENTRASI SULFAT SECARA POTENSIOMETRI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di perusahaan-perusahaan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UJI PROFISIENSI LABORATORIUM. Dyah Styarini

Pengukuran Teknik Tri Mulyanto. Bab 1 PENDAHULUAN

Air dan air limbah Bagian 54 : Cara uji kadar arsen (As) dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) secara tungku karbon

Regulasi Laboratorium (Kimia) Pengertian laboratorium. Penggolongan laboratorium. Laboratorium pengujian. Laboratorium pengujian 3/17/2011

w w w. b s n. g o. i d

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAPORAN PROGRAM UJI BANDING (PROFICIENCY TEST) ANTAR LABORATORIUM SKEMA KHUSUS SEMESTER I BAHAN UJI: Air Permukaan V Batch 2 (APDS V-2)

Pensil adalah sesuatu yang diukur panjangnya. Contoh : Panjang pensil 5 cm. 5 adalah nilai besaran panjang dari pensil

PENGKAJIAN & PENGEMBANGAN METODE

LAPORAN PROGRAM UJI BANDING (PROFICIENCY TEST) ANTAR LABORATORIUM SKEMA KHUSUS SEMESTER II Bahan Uji: AIR LIMBAH I BATCH II (ALDS I-2)

GLP PERTEMUAN KE-5 SEJARAH ISO : 2008 PENGENALAN DAN PEMAHAMAN ISO : /16/2011

PENGGOLONGAN & RUANG LINGKUP KIMIA ANALITIK

Peraturan Pemerintah No. 102 Tahun Tentang : Standardisasi Nasional

2. Menyusun kebutuhan peralatan kategori 1 pada kegiatan pengabdian kepada. V. UNSUR PENGELOLAAN LABORATORIUM A. PLP Terampil Pelaksana

PANDUAN PENYUSUNAN PROPOSAL HIBAH LABORATORIUM SAINS PERGURUAN TINGGI BERBASIS SNI ISO/IEC TAHUN 2013

Air dan air limbah Bagian 20 : Cara uji sulfat, SO 4. secara turbidimetri

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG

BESARAN, SATUAN, DIMENSI DAN ANGKA PENTING 1.1

PENGENALAN METODE PENGAMBILAN CONTOH UNTUK PENGUJIAN LABORATORIUM

BADAN STANDARDISASI NASIONAL Jakarta, November 2013

Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri

Waspada Keracunan Akibat Produk Pangan Ilegal

PENERAPAN SNI PADA UKM DAN KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR MUTU DI BARISTAND INDUSTRI PALEMBANG

REVIEW PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014 DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI JAWA TIMUR

Undang-undang Pangan No. 7/1996

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 19/M-IND/PER/5/2006 T E N T A N G

Transkripsi:

Metrologi Kimia Sumardi dan Julia Kantasubrata Pentingnya Infrastruktur Pengukuran Kimia Banyak keputusan yang berkaitan dengan masalah-masalah keamanan, keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat lainnya harus diambil berdasarkan data hasil pengujian. Dalam hal ini mutlak diperlukan data hasil pengujian yang valid, yang dapat diandalkan oleh para penggunanya. Sebagai pihak pengguna, maka badan regulasi, baik nasional maupun internasional amat berkepentingan atas validitas hasil pengujian tersebut, agar dapat meningkatkan konfidensi atas keputusan-keputusan yang diambilnya. Selain itu salah satu faktor penting untuk kemajuan suatu negara adalah pertumbuhan ekonominya. Perdagangan internasional amat diperlukan dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Namun terdapat penghambat yang besar untuk peningkatan perdagangan antar negara, salah satunya adalah Technical Barrier to Trade (TBT) atau hambatan teknis perdagangan. Disamping itu persaingan antar negara yang semakin meningkat dalam era perdagangan bebas sekarang ini menuntut kualitas yang tinggi bagi produk-produk yang dipasarkan, artinya kualitas yang dapat diterima oleh pasar yaitu kualitas produk yang memenuhi regulasi dan standar internasional. Kualitas suatu produk dinyatakan dalam sertifikat pengujian produk tersebut. Disini diperlukan data yang valid yang berarti hasil uji di negara pengekspor komparabel (tidak berbeda) dengan di negara pengimpor. Tanpa pengujian yang valid tidak ada jaminan bahwa kualitas produk memenuhi regulasi/standar internasional dan hal ini dapat menghambat ekspor. Lemahnya infra-struktur metrologi yang diakui internasional merupakan akar penyebab hambatan teknis seperti diuraikan diatas, yang juga berarti menghambat perkembangan ekonomi negara. Dalam hal ini negaranegara berkembang merupakan kelompok yang paling dirugikan oleh adanya TBT, termasuk diantaranya Indonesia. Dilain pihak, membanjirnya produk manufacturing impor saat ini sudah mengancam kelangsungan hidup sebagian industri dalam negeri. Hal ini terjadi karena SNI (Standar Nasional Indonesia) untuk produk terkait belum tersedia, yang artinya infrastruktur

laboratorium pengujian untuk produk tersebut juga belum ada. SNI diperlukan untuk menangkal/membatasi masuknya produk-produk non standar berkualitas rendah yang merugikan konsumen, merusak pasaran dan mematikan industri lokal. Untuk lingkup nasional, badan-badan otorita/regulasi yang sangat berkepentingan atas validitas hasil pengujian tersebar dibeberapa departemen seperti ditunjukkan dalam tabel dibawah ini. No Bidang pengujian Badan/Departemen 1 2 3 4 5 6 7 8 Keamanan Pangan dan obatobatan Kesehatan Keamanan dan keselamatan lingkungan hidup Mutu produk perikanan Mutu barang ekspor-impor Mutu hasil industri Kualitas data forensik Kualitas hasil pengujian dan kalibrasi Badan POM Dep. Kesehatan Kementrian lingkungan hidup Dep. Kelautan dan Perikanan Dep. Perdagangan Dep. Perindustrian Dep. Kehakiman Badan Standarisasi Nasional Komite Akreditasi Nasional Masing-masing badan/departemen/kementerian tersebut pada umumnya membawahi laboratorium-laboratorium penguji yang terkait. Laboratorium tersebut bekerja atas dasar persyaratan untuk produk (spesifikasi produk), keamanan pangan, kesehatan, keselamatan lingkungan dll, berdasarkan standar dan regulasi yang berlaku. Pelaku pengujian disini adalah laboratorium penguji; yaitu organisasi yang memberikan jasa komersial di bidang pengujian. Untuk menjamin validitas hasil pengujian yang berasal dari laboratorium penguji diperlukan infrastruktur pengujian yang meliputi: National Measurement Institute (NMI), Lembaga Metrologi Nasional Badan-badan Standar Internasional Laboratorium Penyelenggara Uji Profisiensi- LPUP (Proficiency Testing Providers)

Produsen Certified Reference Material (CRM) Badan Akreditasi Metrologi Kimia yang merupakan konsep baru dari kimia analitik konvensional mencakup dua hal penting yaitu ketertelusuran (traceability) dan ketidakpastian pengukuran (uncertainty). Hasil uji yang diperoleh dari bahan yang sama pada lokasi dan waktu yang berbeda akan dapat dibandingkan (komparabel) apabila masing-masing hasil uji tersebut dapat dikaitkan (memiliki ketertelusuran) ke standar pengukuran yang diakui yang berfungsi sebagai acuan yang sama. Komparabilitas (comparability) ini yang merupakan indikator validitas hasil uji tersebut. Hasil uji seyogianya harus tertelusur ke Standar Internasional (SI); atau bila belum mungkin, minimal tertelusur ke acuan lain yang diakui secara internasional misal CRM atau WHO Internasional Unit. Apabila ini dipenuhi maka sebagai dampaknya hasil uji akan diakui secara global, hasil uji akan merupakan estimasi terbaik dari nilai sebenarnya dan penyimpangan hasil uji menjadi minimal. Ketertelusuran adalah sifat suatu hasil uji/pengukuran yang dapat dikaitkan ke suatu standar yang sesuai, umumnya standar internasional atau nasional melalui rantai pembandingan yang tidak terputus, dimana masingmasing rantai mempunyai nilai ketidakpastiannya. Standar yang sesuai (appropriate standard, reference point, stated references), yang tersebut diatas dapat mencakup: SI, CRM dan Metode Acuan (Reference Method). Standar International Satuan Ukur (SI) terdiri dari: Panjang (meter,m), Massa (kg), Waktu (detik), Arus listrik (ampere), Suhu (derajat Kelvin), Intensitas cahaya (candela) dan Jumlah zat (mole, mol). Ke enam unit yang pertama masuk dalam pengukuran fisika, sedangkan unit yang terakhir masuk dalam pengukuran/pengujian kimia. Berbeda dengan pengukuran fisika yang dapat berbentuk artifact, standar untuk jumlah zat (mole) tidak berbentuk artifact. Standar mole yang berupa 12 C mole atau 12 gram atom C, tidak tersedia di laboratorium. Agar pengujian kimia dapat tertelusur dikembangkan apa yang disebut CRM. CRM adalah bahan yang satu atau lebih sifatnya telah diberi sertifikat. CRM dapat berupa bahan standar dengan kemurnian tinggi atau bahan matriks (bahan yang mirip dengan contoh yang dianalisis di laboratorium,

misal berupa susu bubuk, tanah, air sungai, juice buah-buahan dan sebagainya. CRM dapat digunakan untuk antara lain: 1. Mengestimasi akurasi dari hasil suatu pengujian atau mengestimasi validitas/keabsahan hasil uji suatu contoh 2. Memvalidasi metoda pengujian/analisis 3. Mengevaluasi unjuk kerja (akurasi, presisi) suatu metoda pengujian 4. Memperbaiki atau mengembangkan metoda yang sudah dipunyai laboratorium. 5. Mengevaluasi unjuk kerja analis/laboratorium 6. Mengkalibrasi atau memeriksa unjuk kerja peralatan 7. Mengkalibrasi standar lain (yang lebih rendah tingkat akurasinya), misal standar/bahan acuan sekunder 8. Mengintegrasikan data uji yang diperoleh dari beberapa metode atau dari banyak laboratorium hingga diperoleh data yang absah. Kondisi Infrastruktur Metrologi Teknis di Indonesia Pusat Penelitian Kalibrasi, Instrumentasi dan Metrologi LIPI merupakan NMI untuk pengukuran fisika di Indonesia. Tugas dari NMI adalah mendiseminasikan kemamputelusuran pengukuran yang diakui secara internasional kepada laboratorium kalibrasi terakreditasi, produsen CRM terakreditasi, laboratorium rujukan terakreditasi, penyelenggara uji profisiensi teregistrasi dan laboratorium penguji terakreditasi. Dalam hal ini, Puslit KIM- LIPI selaku NMI mendiseminasikan ketertelusuran pengukuran fisika kepada laboratorium penguji melalui jaringan laboratorium kalibrasi terakreditasi. Dengan demikian sistem ketertelusuran nasional di bidang pengukuran fisika sudah terbangun. Lain halnya untuk pengujian kimia; sistem ketertelusuran nasional di bidang pengujian kimia belum terbangun, padahal lebih dari 70% pengujian yang dilakukan di Indonesia adalah pengujian kimia. Hal ini menunjukkan adanya ketimpangan yang serius dalam infra-struktur pengujian kimia. Terdapat beberapa pengecualian misalnya PPOMN dari Badan POM sudah sejak tahun 1990 berperan sebagai laboratorium rujukan tingkat nasional dan

produsen CRM di bidang pengujian obat dan makanan. Selain itu, BBP2HP dan SARPEDAL juga berperan sebagai laboratorium rujukan masing-masing untuk produk perikanan dan lingkungan. Pusat Penelitian Kimia LIPI baru memperoleh mandat sebagai Pengelola Teknis Ilmiah Standar Nasional untuk Satuan Ukuran di bidang Metrologi Kimia pada tahun 2007, berdasarkan keputusan Kepala LIPI nomor 237/M/2007. Laboratorium Analisis Kimia dari PPKimia-LIPI telah diakreditasi oleh KAN berdasarkan standar ISO/IEC 17025-2005 sejak tahun 2001 dengan nomor akreditasi LP-100-IDN. Kegiatan Metrologi Kimia yang Relevan dengan Tugas NMI Untuk merespon aspirasi yang timbul di masyarakat laboratorium penguji dan badan-badan regulator yang terkait, maka mulai tahun 1997 kegiatan di PPKimia-LIPI sudah diarahkan pada pengembangan bidang metrologi kimia yaitu studi tentang Bahan Acuan (Reference Materials). Kegiatan diatas difokuskan pada bidang analisis lingkungan dan pangan, dimana kedua bidang analisis tersebut masuk dalam ruang lingkup akreditasi KAN saat ini. Kualitas bahan acuan yang dihasilkan berupa bahan QC untuk jaminan mutu hasil pengujian, meskipun ada beberapa yang berkualitas lebih tinggi yaitu larutan standar logam yang tertelusur ke NIST. Bahan ini dibuat atas pesanan BSN. Selain itu, sejak 1999 PPKimia-LIPI juga telah mengembangkan contoh untuk uji profisiensi yang memliki nilai acuan yang tertelusur ke SI (satuan kg). Sudah dilaksanakan 13 kali uji profisiensi BAPEDAL, BPLHD dan KAN untuk pengujian air, air limbah dan AMDK (air minum dalam kemasan) untuk parameter logam berat (10 jenis) dan anion (6 jenis). Sejak tahun 1980, PPKimia-LIPI dalam wadah RCChem Learning Centre telah menyelenggarakan pelatihan di bidang teknis analisis untuk personil laboratorium di seluruh Indonesia. Tercatat sebanyak 227 laboratorium penguji (umumnya terakreditasi) mengikuti program ini dan untuk tahun 2010 terjadwal 76 topik pelatihan. Program Kegiatan 10 Tahun Ke Depan Dalam kurun waktu 10 tahun kedepan PPKimia LIPI akan melakukan:

1. Pengembangan kemampuan teknis, meliputi antara lain: 1.1. Kemampuan pengukuran dengan metode primer untuk bidang pengukuran spesifik, seperti: 1.1.1. Karakterisasi bahan murni untuk bahan acuan anorganik dan organik 1.1.2. Coulometri 1.1.3. Titrimetri 1.1.4. Analisis unsur renik anorganik/organic menggunakan teknik ID- MS 1.1.5. Gravimetri 1.2. Kompetensi pengujian/pengukuran dalam bidang yang spesifik, yang ditetapkan berdasarkan skala prioritas program bidang metrologi kimia, dengan pertimbangan-pertimbangan berikut ini: 1.2.1. Mendukung peningkatan ekspor komoditi/produk yang berkualitas, yang memenuhi standar internasional dan mempunyai daya saing dengan cara meminimisasi hambatan (TBT) melalui pengukuran yang tertelusur. 1.2.2. Mendukung program pemerintah di bidang: 1.2.2.1. Keamanan pangan dan nilai gizi dengan cara melindungi konsumen dalam negeri dan mengawasi mutu produk ekspor 1.2.2.2. Keamanan terhadap pencemaran lingkungan (udara, air dan tanah) dengan cara mengendalikan kontaminan pencemar lingkungan 1.2.2.3. Pelayanan kesehatan 1.2.3. Memperoleh dukungan dari NMI lain yang lebih mampu melalui jaringan kerjasama dan training 1.2.4. Menyediakan sarana peralatan, SDM dan kompetensi teknis 1.2.5. Memenuhi kebutuhan laboratorium-laboratorium yang terakreditasi yang jumlahnya saat ini sudah mencapai lebih dari 250 labo ratorium penguji dengan ruang lingkup kimia. 1.3. Mentransfer kemampuan pengukuran dan ketertelusuran ke laboratorium penguji di Indonesia melalui:

1.3.1. Training 1.3.2. Penggunaan CRM 1.3.3. Penyelenggaraan uji profisiensi 1.3.4. Penunjukkan laboratorium rujukan 2. Pengembangan kemampuan kelembagaan. Pengembangan ini meliputi: 2.1. Pengembangan laboratorium kalibrasi di bidang analisis kimia 2.2. Pengembangan fasilitas untuk pengukuran acuan kimia (chemical reference measurement) dengan cara pengembangan metode primer 2.3. Pengembangan bahan acuan bersertifikat (CRM) 3. Pengembangan SDM, sarana dan prasarana. 3.1. Pengembangan SDM dilakukan dengan cara: 3.1.1. Kerjasama dengan luar negeri yaitu dengan NMI lain atau institusi lainnya 3.1.2. Pendidikan akademis, dalam dan luar negeri 3.1.3. Merekrut tenaga baru S1/S2/S3/Akademis 3.2. Pengembangan sarana dan prasarana Sarana yang dibutuhkan adalah terutama peralatan pengukuran yang berkualitas metrologi, yang berbeda dengan yang biasa digunakan oleh laboratorium penguji. Kesimpulan Dari sudut metrologi kimia, jelas terlihat tujuan yang ingin dicapai oleh badan-badan regulasi adalah meningkatkan kualitas dan validitas hasil pengujian dari laboratorium penguji yang berada dibawah tanggung jawabnya. Kualitas dan validitas hasil pengujian akan dapat dicapai melalui antara lain penggunaan CRM dan pengadaan sampel uji profisiensi yang nilai acuannya tertelusur ke SI. Disini PPKimia-LIPI sebagai (kandidat) NMI di bidang metrologi kimia berperan mendiseminasikan ketertelusuran SI (SI traceability) ke laboratorium penguji melalui berbagai program pengembangan kemampuan teknis, kelembagaan, SDM, sarana dan prasarana.(smd)

ooooooooo