BAB I PENDAHULUAN. utuh dimana indikator sehat tidak sekedar dari fisik yang sehat melainkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

BAB I PENDAHULUAN. jiwa menjadi masalah yang serius dan memprihatinkan, penyebab masalah

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah salah satu masalah kesehatan yang masih. banyak ditemukan di setiap negara. Salah satunya adalah negara

BAB I PENDAHULUAN. psikososial seperti bencana dan konflik yang dialami sehingga berdampak. meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa(keliat, 2011).

KATEGORI PASIEN GANGGUAN JIWA BERDASARKAN TRIAGE DI INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kurang baik ataupun sakit. Kesehatan adalah kunci utama keadaan

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat serius dan memprihatinkan. Kementerian kesehatan RI dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

BAB I PENDAHULUAN. sehat, maka mental (jiwa) dan sosial juga sehat, demikian pula sebaliknya,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Definisi sehat menurut kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. ringan dan gangguan jiwa berat. Salah satu gangguan jiwa berat yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. asma di dunia membuat berbagai badan kesehatan internasional. baik, maka akan terjadi peningkatan kasus asma dimasa akan datang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. dengan kondisi akut yang membutuhkan pertolongan segera (Ashour et al,

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang terbebas dari gangguan

BAB I PENDAHULUAN. faktor peningkatan permasalahan kesehatan fisik dan juga masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang. Gangguan jiwa adalah sebuah penyakit dengan. manifestasi dan atau ketidakmampuan psikologis atau perilaku yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk pasien yang membutuhkan perawatan akut atau mendesak. (Queensland

BAB I PENDAHULUAN. perannya dalam masyarakat dan berperilaku sesuai dengan norma dan aturan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi

BAB I PENDAHULUAN. berpikir, gangguan perilaku, gangguan emosi dan gangguan persepsi

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

BAB I PENDAHULUAN. sangat signifikan, dan setiap tahun di berbagai belahan dunia jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menyebabkan gangguan pada fungsi kejiwaan,yang berakibat. terganggunya hubungan sosial ( Townsend, 2008). Gangguan jiwa dapat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa di masyarakat yang sangat tinggi, yakni satu dari empat

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. L DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. (Stuart, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dalam kehidupan sehari-hari selalu mempunyai masalah,

BAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2005). Kesehatan terdiri dari kesehatan jasmani (fisik) dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sehat adalah suatu keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial serta

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif,

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi stres kerja yang dihadapinya. Berdasarkan hasil penelitian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. oleh penderita gangguan jiwa antara lain gangguan kognitif, gangguan proses pikir,

BAB I PENDAHULUAN. cair, dengan atau tanpa darah dan atau lendir, biasanya terjadi secara

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesalahpahaman, dan penghukuman, bukan simpati atau perhatian.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang mengarah pada kestabilan emosional (Nasir dan Muhith, 2011). mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. juga dengan masyarakat (Maslim, 2002 ; Maramis, 2010). masalah yang mesti dihadapi, baik menggunakan fisik ataupun psikologig

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan sehari-hari, hampir 1 % penduduk dunia mengalami

Infeksi yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan adalah salah satu penyebab utama kematian dan peningkatan morbiditas pada pasien rawat

BAB I PENDAHULUAN. signifikan dengan perubahan sosial yang cepat dan stres negatif yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive),

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendidikan, pekerjaan dan pergaulan (Keliat, 2006). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi ini teknologi berkembang semakin pesat, begitu

BAB I PENDAHULUAN. Pasien yang masuk ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit tentunya

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut undang undang Kesehatan Jiwa Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Menkes, 2005). Masyarakat (Binkesmas) Departemen Kesehatan dan World Health

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi yang luas sehingga harus memiliki sumberdaya, baik modal

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data World Health Organization (WHO), masalah gangguan

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan mental (jiwa) yang sekarang banyak dialami masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Bp. J DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dalam segi kehidupan manusia. Setiap perubahan situasi kehidupan individu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health organization (WHO) pada tahun 2012, depresi. konsentrasi yang buruk. Sementara itu depresi merupakan gangguan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Asma bronkial merupakan penyakit kronik yang sering dijumpai pada anak

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. World Health Organization (WHO) memperkirakan, pada tahun 2020

BAB 1 PENDAHULUAN. PERMENKES RI Nomor: 159b/Menkes/Per/II/1988 disebutkan bahwa setiap

BAB I PENDAHULUAN. adanya tekanan fisik dan psikologis, baik secara internal maupun eksternal yang

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. kendaraan bermotor di seluruh dunia pada tahun 2013 mencapai 1,2 juta jiwa dan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn.T DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI BANGSAL SEMBADRA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan sekedar

BAB I PENDAHULUAN. masalah kejiwaan yang mencapai 20 juta orang/tahun. 1. somatik. Somatic Symptom and related disorder merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang Undang No. 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa, mampu memberikan kontribusi pada komunitasnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan jiwa adalah proses interpesonal yang berupaya untuk

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari. Kesehatan indera. penglihatan merupakan faktor penting dalam meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang merupakan amanat dari Undang-Undang Dasar Negara Republik. gangguan lain yang dapat mengganggu kesehatan jiwa.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan kesehatan jiwa (Prasetyo, 2006). pasien mulai mengalami skizofenia pada usia tahun.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis. Sejalan dengan definisi kesehatan menurut UU Kesehatan. RI Nomor 23 tahun 1992, menurut World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah di atas batas normal, hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. mengadaptasikan keinginan-keinginan dengan kenyataan-kenyataan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan bangsa yang signifikan tidak terlepas dari Pembangunan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan manusia harus dipandang sebagai satu kesatuan yang utuh dimana indikator sehat tidak sekedar dari fisik yang sehat melainkan sehat dari mental, spiritual maupun sosial. Kesehatan jiwa merupakan suatu keadaan jiwa yang tenang sehingga menciptakan hidup harmonis dan produktif, sebagai bagian kualitas hidup manusia yang untuh dengan melibatkan semua segi kehidupan seseorang (Riset Kesehatan Daerah, 2013). Pesatnya peningkatan jumlah manusia dan beban hidup yang semakin tinggi menyebabkan masyarakat depresi sehingga menimbulkan gangguan jiwa. Kejadian ini banyak terjadi di Indonesia terutama di kotakota besar. Kesehatan jiwa manusia tidak dapat dipandang sebelah mata (Daryono, 2014). Gangguan jiwa secara langsung tidak akan menyebabkan kematian pada penderitanya, akan tetapi menyebabkan penderitanya menjadi tidak produktif, dan menimbulkan beban bagi keluarga serta masyarakat disekitarnya (Dinkes Surabaya, 2013). Dari data World Heath Organization (2012) sekitar 450 orang di semua negara menderita gangguan jiwa, dan sepertiganya adalah negara berkembang. Dari 10 penderita gangguan jiwa 8 penderita tidak menerima perawatan. World Heath Organization (WHO) menyatakan, negara 1

2 berkembang dari satu juta penduduk hanya mempunyai kurang dari satu dokter spesialis. Pada tahun 2013 Prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia sebesar 1,7 per mil dengan gangguan jiwa terbanyak di wilayah DI Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, Bali, dan Jawa Tengah. Proporsi Anggota Rumah Tangga (ART) dengan gangguan jiwa berat sebanyak 14,3%, sedangkan proporsi terbesar tinggal di wilayah pedesaan sebanyak 18,2%, dan prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk Indonesia sebesar 6,0% (Riskesdas, 2013). Berdasarkan data dari Tim Pengarah Kesehatan Jiwa Masyarakat (TPKJM) Provinsi Jawa Tengah menyatakan, bahwa penderita gangguan jiwa di daerah Jawa Tengah tergolong cukup tinggi, yaitu mencapai 107 ribu orang atau 2,3 persen jumlah penduduk (Widiyanto, 2015). Kota Surakarta merupakan salah satu kota di Jawa Tengah yang mengalami peningkatan angka gangguan jiwa dalam beberapa tahun terakhir (Daryono, 2014). Pada tahun 2010 hingga tahun 2014, angka penderita gangguan jiwa di Kota Solo mencapai ribuan penderita. Kenaikan penderita gangguan jiwa tersebut tercatat dalam jumlah kunjungan pasien di Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Surakarta pada tahun 2010 terhitung sebanyak 1.543 jiwa. Sedangkan pada tahun 2011 naik menjadi 1.828 jiwa, di tahun 2012 bertambah hingga 2.151 jiwa. Jumlah tertinggi tercatat di tahun 2013 mencapai 2.186 jiwa, sementara pada tahun 2014 jumlah pasien gangguan jiwa tercatat 1.531 jiwa (Winaryani, 2014).

3 Peningkatan angka kunjungan pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta menunjukkan bahwa gangguan jiwa memerlukan penanganan yang lebih serius terutama penanganan pertama ketika pasien dibawa ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Jiwa. Bagi masyarakat awam yang kurang mengerti tentang ilmu kesehatan beranggapan bahwa pelayanan di IGD cenderung lama dan lambat. Masalah ini tentu beralasan karena terdapat sistem triase yang diterapkan di IGD. Triase ini digunakan untuk penggolongan kondisi pasien berdasarkan kegawatan pasien (Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, 2013). Di Rumah Sakit, tahap pertama yang harus dilalui saat masuk rumah sakit yaitu penilaian dari perawat triase. Perawat ini lalu melakukan evaluasi keadaan pasien, perubahan-perubahan yang terjadi, dan menentukan prioritas urutan untuk masuk ke IGD dan prioritas dalam menerima penanganan. Setelah penanganan dan pemeriksaan darurat selesai, pasien bisa masuk ke dalam sistem kategori triase rumah sakit. Seorang petugas kesehatan di IGD diwajibkan peka menggunakan kemampuan penglihatan, pendengaran, indra peraba, serta tanggap situasi, cepat dan tepat saat menilai perubahan tiba-tiba pasien yang ada di IGD, karena sewaktu-waktu kondisi status pasien dapat berubah (Berita SKPD, 2013). Kepekaan dari petugas kesehatan sangat dibutukan untuk tindakan yang akan dilakukan ke pasien terutama pada pasien gangguan jiwa. Pasien ganguan jiwa berbeda dengan pasien yang mengalami masalah

4 pada fisik mereka. Penggolongan pada triase pasien gangguan jiwa perlu penanganan tersendiri karena pasien gangguan jiwa akan mendapatkan kategori berdasarkan keadaan mental. Fungsi layanan triase kesehatan mental adalah untuk menentukan sifat dan tingkat keparahan masalah kesehatan mental. Inti dari fungsi triase tersebut adalah untuk menentukan apakah pasien berisiko merugikan diri sendiri atau orang lain sebagai akibat dari kondisi mental mereka, dan untuk menilai risiko lainnya yang terkait dengan penyakit mental. Seperti model triase lainnya, petugas triase kesehatan mental harus menetapkan kategori urgensi untuk kasus yang dicatat menggunakan indikator triase pada pasien gangguan jiwa dari kategori Immediate (segera) sampai Nonurgen (Vingilis & State, 2011). Penilaian triase pada pasien gangguan mental sangat penting karena dapat mengetahui data kusus tentang tingkat kegawatan kesehatan mental pasien. Dari data pengkategorian triase kita dapat mengetahui gambaran kondisi kesehatan pasien berdasarkan kategori triase yang telah ditentukan dan mengetahui angka tertinggi masalah pasien jiwa jika dilihat dari kategori tingkat kegawatan kesehatan mental ketika pertama kali masuk ke IGD. Dengan dilakukannya penelitian ini juga akan diketahui karakteristik dari pasien gangguan jiwa yang masuk ke Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta berdasarkan identifikasi kegawat daruratannya.

5 Penelitian yang dilakukan oleh Sand (2014) membuktikan bahwa melakukan triase di IGD secara akurat dapat mempermudah untuk mengidentifikasi kegawatdaruratan kesehatan mental pasien. Berdasarkan penelitian tersebut yang dilakukan di Victoria Emergency Departemen Mental Health menunjukan hasil bahwa pasien dengan gejala psikotik akut lebih mungkin diprioritaskan sebagai urgensi tinggi. Dari survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan Januari 2016 di Insatlasi Gawat Darurat Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta didapatkan data jumlah pasien dalam tiga bulan terakhir, yaitu: bulan Oktober 2015 berjumlah 248 pasien, bulan November 2015 berjumlah 239 pasien, bulan Desember 227 pasien. Penilaian triase yang digunakan oleh petugas kesehatan IGD Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta adalah dengan menggunakan skala nilai dari skor 3-15. Data yang tercatatan dalam kegawat daruratan pasien di IGD Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta adalah pasien kategori agresif dan pasien dengan resiko perilaku kekerasan. Sedangkan dalam penelitian ini peneliti menggunakan alat ukur dari Australian Triage Tool yang dimodifikasi dimana pengkategorian pasien akan dibagi kedalam lima kategori yaitu Immediate, Emergency, Urgent, Semi-urgent, dan Non-urgent. Berdasarkan pendahuluan diatas penting dilakukan penelitian tentang Kategori pasien gangguan jiwa berdasarkan triage di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Jiwa Surakarta.

6 B. Pertanyaan Penelitian Bagaimana gambaran kategori pasien gangguan jiwa berdasarkan triage di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Jiwa Surakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui Kategori pasien gangguan jiwa berdasarkan triage di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Jiwa Surakarta. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mendiskripsikan karakteristik pasien gangguan jiwa di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Jiwa Surakarta. b. Untuk mengetahui gambaran pasien gangguan jiwa yang masuk Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Jiwa Surakarta. c. Untuk mengetahui kategori pasien gangguan jiwa berdasarkan triage di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Jiwa Surakarta. D. Manfaat Penelitian Setelah dilakukan penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1. Institusi Pendidikan Keperawatan Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi institusi pendidikan keperawatan dalam meningkatkan pengetahuan tentang triage pasien gangguan jiwa di Instalasi Gawat Darurat rumah sakit jiwa Daerah Surakarta.

7 2. Profesi Hasil penelitian ini diharapkan dapat menembah pengetahuan dan memperdalam ilmu tentang triage pasien gangguan jiwa dan sebagai bahan masukan bagi profesi dalam mengembangkan perencanaan keperawatan dalam upaya meningkatkan profesionalisme dan mutu pelayanan. 3. Penelitian Selanjutnya Diharapkan dari penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang Kategori pasien gangguan jiwa berdasarkan triage di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Jiwa. E. Keaslian Penelitian Adapun penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini diantaranya: 1. Sand (201 4). Investigating the predictive validity of an emergency department mental health triage tool. Penelitian ini merupakan penelitian kategorisasi dalam hasil deskriptif yang dilakukan di Victorian Emergency Department Mental Health dalam waktu 12 bulan. Hasil dari penelitian ini adalah dengan adanya triage tool secara akurat dapat mengidentifikasi kegawatdaruratan kesehatan mental pasien. Temuan signifikan menunjukan bahwa pasien dengan gejala psikotik akut lebih mungkin diprioritaskan sebagai urgensi tinggi.

8 2. Smart (2010). Mental health triage in emergency medicine. Tujuan dalam penelitian ini adalah mengembangkan skala triage untuk pasien dengan masalah kesehatan mental di ruang gawat darurat. Hasil dari penelitian ini menunjukan dengan adanya skala triage yang memprioritaskan masalah pasien dari segi kegawatan lebih efisien digunakan. Karena mengurangi waktu transit di ruang gawat darurat dan tenaga kesehatan lebih bisa konsisten dalam menangani pasien. Berdasarkan hasil terbanyak pasien diperoleh pada kategori 2 yaitu pasien dengan perilaku kekerasan, agresif, bunuh diri, dan membahayakan diri sendiri atau orang lain.