TEKNIK PEMBUATAN BIBIT JABON PUTIH (Anthocepalus cadamba) SEBAGAI MATERI PEMBANGUNAN KEBUN BENIH SEMAI UJI KETURUNAN GENERASI PERTAMA (F-1)

dokumen-dokumen yang mirip
TEKNIK PEMBUATAN BIBIT Acacia crassicarpa UNTUK PEMBANGUNAN KEBUN BENIH SEMAI UJI KETURUNAN GENERASI KE-DUA (F-2)

UNTUK MENDUKUNG PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN

Penanganan bibit Acacia mangium (mangium) dengan perbanyakan generatif (biji)

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Sumber : Manual Pembibitan Tanaman Hutan, BPTH Bali dan Nusa Tenggara.

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

TEKNIK PENYEMAIAN CABAI DALAM KOKER DAUN PISANG Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi

III. BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

Cara Menanam Cabe di Polybag

Pembuatan Pembibitan Tanaman

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

Bercocok Tanam Tomat dalam Pot/Polybag Oleh: Muhamad Ichsanudin (Produk Spesialis Terong dan Tomat PT EWINDO)

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan memberi perlakuan (treatment) terhadap objek. penelitian serta adanya kontrol penelitian.

Kegiatan di Persemaian Secara Lengkap

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012.

UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG. Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta.

PEMBANGUNAN KEBUN BENIH SEMAI SENGON (Falcataria moluccana) Establihsment of Sengon (Falcataria moluccana) Seedling Seed Orchard

Metode Penelitian. commit to user 100% 13,33% 50% 26,67% 30% 46,67% 25% 60,00% 15% 66,67% 10% 73,33% 4% 80,00% 2% 86,67%

Teknik Membangun Persemaian Pohon di Desa

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

Teknik Pembenihan Acacia Spp. (Akasia) Bebas Penyakit

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

MATERI DAN METODE. Riau Jalan H.R Subrantas Km 15 Simpang Baru Panam. Penelitian ini berlangsung

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

Oleh : Iskandar Z. Siregar

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Jawa Barat, dengan ketinggian 725 m di atas permukaan laut.

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU

PENAWARAN MENJADI INVESTOR

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

TATA CARA PENELITIAN. A. Rencana Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni - Juli 2017 bertempat di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan

Tata Cara penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Penulisan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian,

3. METODE DAN PELAKSANAAN

Menanam Sayuran Dengan Teknik Vertikultur

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian. Penah atau pensil, Buku pengamatan. C.

III. BAHAN DAN METODE

MATERI DAN METODE. dilaksanakan di lahan percobaan dan Laboratorium. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih pakcoy (deskripsi

SERANGAN HAMA DAN PENYAKIT PADA BIBIT MERANTI (Shorea leprosula Miq.) DI PERSEMAIAN. NGATIMAN Balai Besar Penelitian Dipterokarpa

III. BAHAN DAN METODE. Laboratorium Produksi Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

PENGELOLAAN KEBUN PANGKAS HIBRID ACACIA (A. mangium x A. auriculiformis) Sri Sunarti Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan laboratorium Ilmu Tanah Fakultas

TATA CARA PENELTIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan laboratoriun lapangan terpadu

PENCAMPURAN MEDIA DENGAN INSEKTISIDA UNTUK PENCEGAHAN HAMA Xyleborus morstatii Hag. PADA BIBIT ULIN ( Eusideroxylon zwageri T et.

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur,

III. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan di jalan Depag, Komplek Perumahan. Wengga 1 Blok B Nomor 54 Kelurahan Kasongan Lama, Kecamatan Katingan

MATERI DAN METODE. = 0 minggu = 1 minggu = 2 minggu = 3 minggu = 4 minggu = 5 minggu = 6 minggu = 7 minggu = 8 minggu P 1 P 2 P 3 P 4 P 5 P 6 P 7 P 8

PRODUCT KNOWLEDGE PEPAYA CALINA IPB 9

STUDI AWAL PERBANYAKAN VEGETATIF NYAWAI (Ficus variegata) DENGAN METODE STEK

BUDIDAYA KELAPA SAWIT

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA)

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

BAB III TATA PELAKSANAAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas akhir Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan pada lahan yang bertempat pada Di Dusun

Kegiatan Pembelajaran 2. Penyiapan Tempat Pesemaian. A. Deskripsi

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret B. Penyiapan Bahan Bio-slurry

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 Februari Penanaman

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

III. MATERI DAN METODE

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

Pemeliharaan Ideal Pemeliharaan ideal yaitu upaya untuk mempertahankan tujuan dan fungsi taman rumah agar sesuai dengan tujuan dan fungsinya semula.

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium Proteksi Tanaman dan di Green

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Lahan Percobaan, di daerah Ketep, kecamatan

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

Transkripsi:

TEKNIK PEMBUATAN BIBIT JABON PUTIH (Anthocepalus cadamba) SEBAGAI MATERI PEMBANGUNAN KEBUN BENIH SEMAI UJI KETURUNAN GENERASI PERTAMA (F-1) Surip dan Sumaryana Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Yogyakarta I. PENDAHULUAN Pesatnya pertumbuhan penduduk dewasa ini telah menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan kayu untuk berbagai keperluan, terutama sebagai bahan bangunan dan pertukangan maupun industri pulp dan kertas. Hal ini terbukti dengan banyaknya di bangun hutan rakyat khususnya jenis kayu pertukangan seperti Jati, Acacia, Sengon, Suren, Mahoni, Jabon, dll untuk memenuhi kebutuhan kayu bangunan dan kayu pertukangan. Dari pengalaman tersebut, masyarakat akhirnya menentukan untuk memilih jenis-jenis tanaman hutan dengan daur pendek misalnya Acacia, Sengon, Jabon putih, maupun jenis tanaman cepat tumbuh yang berpotensi besar sebagai bahan baku pulp dan kertas serta untuk kayu lapis. Menurut The Angel (2009). Jabon putih (A. cadamba) mempunyai keunggulan dibandingkan dengan jenis tanaman lainnya seperti Sengon, Suren, mahoni, maupun Benuang (Octomeles sumatrana) yang telah menjadi jenis alternatif untuk industri perkayuan. Jabon Putih merupakan salah satu jenis kayu yang pertumbuhannya sangat cepat dan dapat tumbuh subur di dataran rendah dengan ketinggian 0 1000 m dpl (optimal pada ketinggian 700-800 m dpl), curah hujan rata-rata 1.500-5.000 mm/tahun, suhu maksimal 32 o - 43 o C (suhu optimal 23 o C) (Treegrower, 2009). Secara ekonomis budidaya tanaman Jabon Putih akan memberikan keuntungan yang cukup menggiurkan apabila dikerjakan secara serius dan benar (The Angel, 2009). Selanjutnya dikatakan bahwa dalam kurun waktu 4 5 tahun dapat diperoleh 625 pohon dengan volume 800 1.000 m 3 per ha. Dengan harga jual Rp 1.200.000,- per m 3 dan produksi 800 m 3, maka omzet dari penanaman Jabon Putih mencapai Rp. 960.000.000,- per hektar. Saat ini harga per m 3 Jabon Putih berumur 4 tahun mencapai Rp. 716.000,- ; umur 5

tahun Rp. 837.000,-. Apabila harga Jabon Putih tidak mengalami kenaikan (tetap Rp. 716.000,- per m 3 ), maka omzet dari budidaya Jabon Putih akan mencapai Rp. 572.800.000,- per hektar. Dengan potensi tersebut, Jabon di pilih sebagai salah satu tanaman alternatif untuk memenuhi kebutuhan akan kayu. Selain itu, dengan prospek dan berbagai kelebihan yang dimiliki Jabon, tidak hanya masyarakat, beberapa perusahaan swasta telah mengembangkan jenis tanaman tersebut dengan pola hutan rakyat maupun kemitraan dengan harapan dapat memberikan peluang kerja dan penghasilan kepada masyarakat sekitar perusahaan secara luas dan partisipatif (Trubus, 2010). Hingga saat ini produktivitas kayu Jabon Putih masih sangat bergantung pada alam. Oleh karenanya, untuk mendapatkan kelestarian produktivitas dalam jangka panjang sangat dibutuhkan adanya dukungan teknologi silvikultur intensif yang baik dan ketersediaan benih unggul (Setyaji, 2011). Dalam rangka penyiapan bibit unggul jenis Jabon, disusun teknik pembuatan bibit Jabon Putih untuk pembangunan kebun benih semai uji keturunan generasi pertama (F-1). II. BAHAN DAN ALAT Bahan yang diperlukan untuk pembuatan bibit jabon di persemaian adalah sebagai berikut : benih jabon (individual), bak tabur, media pasir, tanah, dan kompos, polybag, sungkup plastik, shading net/sarlon, obat fungisida dan insektisida, bambu untuk rangka sungkup, dan recording form benih. Sedangkan peralatan yang diperlukan dalam pembuatan persemaian Jabon antara lain; alat tulis, label seng, sprayer kabut, cangkul, gunting, dan alat bantu lain yang diperlukan. III. PEMBUATAN BIBIT A.Persiapan dan Penyusunan Recording Form Benih (Data Benih) Sebelum pembangunan kebun benih semai uji keturunan dilaksanakan, langkah awal yang harus dilakukan adalah persiapan materi genetik berupa inventarisasi jumlah famili (individual) hasil eksplorasi di lapangan. Apabila telah memenuhi syarat jumlah famili

yang tersedia untuk terbangunnya uji keturunan jenis tersebut, maka baru dilakukan langkah persiapan berikutnya. Informasi awal jumlah famili yang tersedia sangat penting untuk memudahkan dalam rencana pembuatan desain dan menghitung kebutuhan areal yang digunakan untuk pembangunan uji keturunan tersebut. Selanjutnya adalah penyusunan recording form benih yang berfungsi sebagai pengontrol pada saat menimbang benih dari masing-masing famili. Contoh recording form uji ketutunan Jabon putih disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Recording form benih Jabon Putih asal provenan Banten, Jawa Barat. Tent Seedlot Seed (gr) Seedlings Code No 1 2 1 2 Total Remark Seed Informatiom 1 JB EXPA 001 0.3 0.3 240 Petak 21, Sobang, Banten, Jabar 2 JB EXPA 002 0.3 0.3 200 Petak 21, Sobang, Banten, Jabar 4 JB EXPA 004 0.3 0.3 191 Petak 21, Sobang, Banten, Jabar 5 JB EXPA 005 0.3 0.3 187 Petak 21, Sobang, Banten, Jabar 6 JB EXPA 006 0.3 0.3 266 Petak 21, Sobang, Banten, Jabar 7 JB EXPA 007 0.3 0.3 137 Petak 21, Sobang, Banten, Jabar 8 JB EXPA 008 0.3 0.3 198 Petak 21, Sobang, Banten, Jabar 10 JB EXPA 010 0.3 0.3 175 Petak 21, Sobang, Banten, Jabar 11 JB EXPA 011 0.3 0.3 78 Petak 21, Sobang, Banten, Jabar 12 JB EXPA 012 0.3 0.3 25 Petak 21, Sobang, Banten, Jabar 13 JB EXPA 013 0.3 0.3 226 Petak 21, Sobang, Banten, Jabar 14 JB EXPA 014 0.3 0.3 143 Petak 21, Sobang, Banten, Jabar 15 JB EXPA 015 0.3 0.3 152 Petak 21, Sobang, Banten, Jabar 16 JB EXPA 016 0.3 0.3 56 Petak 21, Sobang, Banten, Jabar 17 JB EXPA 017 0.3 0.3 153 Petak 21, Sobang, Banten, Jabar 18 JB EXPA 018 0.3 0.3 13 Petak 21, Sobang, Banten, Jabar 19 JB EXPA 019 0.3 0.3 141 Petak 21, Sobang, Banten, Jabar 20 JB EXPA 020 0.3 0.3 221 Petak 21, Sobang, Banten, Jabar 21 JB EXPA 021 0.3 0.3 109 Petak 21, Sobang, Banten, Jabar 22 JB EXPA 022 0.3 0.3 224 Petak 21, Sobang, Banten, Jabar 23 JB EXPA 023 0.3 0.3 172 Petak 21, Sobang, Banten, Jabar 24 JB EXPA 024 0.3 0.3 296 Petak 21, Sobang, Banten, Jabar 25 JB EXPA 025 0.3 0.3 185 Petak 21, Sobang, Banten, Jabar 29 JB EXPA 029 0.3 0.3 199 Petak 21, Sobang, Banten, Jabar 30 JB EXPA 030 0.3 0.3 134 Petak 21, Sobang, Banten, Jabar dst B. Penimbangan Benih Penimbangan benih harus dilakukan dengan ekstra hati-hati dan tak boleh tercampur sedikitpun antar famili. Hal ini dimaksudkan

untuk menjaga kemurnian masing-masing famili yang diuji. Untuk menjaga supaya tidak terjadi kesalahan atau tercampurnya benih, penimbangan dilakukan satu persatu pada masing-masing famili. Setiap famili (individu) ditimbang sekitar 0,3 gram dan diulang sebanyak 2 (dua) kali. Maksud dari penimbangan 2 (dua) ulangan tersebut adalah seandainya ulangan satu terjadi kegagalan akibat serangan jamur atau hama dan penyakit, masih bisa mengharapkan pada ulangan lain. Setelah benih ditimbang dan dimasukkan dalam plastik klip, selanjutnya diberi nomor seri sesuai nomor tentatif kode yang ada di recording form benih. C. Pelabelan dan Pengepakan Benih Benih yang telah ditimbang diberi nomor/label sesuai dengan kode nomor famili yang ada pada recording form benih yang telah disiapkan sebelumnya. Label di sini sangat penting dan berfungsi untuk memberikan identitas masing-masing individu, dimana nantinya kronologis dari masing-masing individu terdeteksi dan memudahkan pengecekan untuk pengembangan generasi berikutnya. Ada pun contoh pembuatan label benih yang isinya memuat grup (A), nomor famili (10), dan ulangan (I atau II) adalah A-10-I dan A-10-II. Setelah pelabelan telah selesai dilakukan, kegiatan selanjutnya adalah mengecekan ulang nomor famili dengan recording form supaya jumlah famili yang diinginkan untuk pembangunan uji keturunan sesuai yang diinginkan. Kemudian dilakukan pengepakan benih untuk memudahkan penyemaian benih dipersemaian dan kegiatan selanjutnya. Gambar 1. Contoh pelabelan dan pengepakan benih di Laboratorium Benih.

D. Perkecambahan Berhasil tidaknya pembuatan bibit di persemaian tergantung pada tahap perlakukan perkecambahan pada benih. Benih Jabon putih tergolong benih dengan ukuran kecil dan lembut, dimana 1 kg terdiri dari sekitar 18-26 juta butir. Setiap jenis tanaman hutan sangat beragam perlakuannya, tergantung karakteristik masing-masing benih yang akan dikembangkan. Untuk biji Jabon Putih, tidak memerlukan perlakuan khusus atau dengan kata lain dapat ditabur secara langsung pada media tabur yang telah disediakan. Kegiatan ini harus dilakukan sangat hati-hati karena benihnya mudah terbang terbawa angin dan tercampur dengan benih dibak tabur lainnya. E. Persiapan Media Semai dan Bak Tabur Media semai adalah media untuk menaburkan benih agar benih tersebut menjadi kecambah. Dari pengalaman selama ini, media yang terbaik buat perkecambahan Jabon Putih adalah media pasir yang telah diayak. Media pasir memiliki keunggulan tertentu yaitu mudah menyerap dan meloloskan air sehingga tidak menggenang, tetapi pasir juga bisa menahan air dan oksigen yang cukup sehingga perakaran mudah terbentuk. Langkah menyediakan media pasir yang baik adalah dengan cara pasir disaring dulu dengan ayakan yang berdiameter lubang sekitar 2 mm. Setelah media pasir tersedia, bak tabur di isi dengan media pasir. Untuk masing-masing famili disediakan 2 bak tabur sebagai ulangan dan masing-masing bak tabur diberi label sesuai label yang ada dibenih (Gambar 2). Gambar 2. Penyediaan media tabur dan penataan bak tabur di persemaian.

F. Penaburan Benih Sebelum penaburan benih dilakukan, media tabur disiram sampai jenuh dan disemprot dengan fungisida untuk mencegah timbulnya jamur penyebab busuk kecambah. Benih didistribusikan ke bak tabur dan dipastikan label di benih dan di bak tabur sama. Karena benih Jabon Putih sangat lembut dan kecil, maka penaburan dilakukan merata dan dekat dengan media supaya benih tidak terbang tertiup angin. Setelah benih tertabur dengan merata di atas media, langkah selanjutnya adalah menutup bak tabur dengan hamparan plastik/sungkup. Hal ini dimaksudkan supaya kelembaban di dalam bak tabur bisa terjaga. Gambar 3. Penaburan benih Jabon Putih di persemaian G. Pemeliharaan Kecambah Pemeliharaan kecambah di bak tabur perlu dilakukan untuk menjaga kondisi lingkungan yang baik bagi perkecambahan, sekaligus mencegah dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti kerusakan pada batang, pucuk dan busuk akar pada kecambah. Kegiatan pemeliharaan yang perlu dilakukan adalah pemberian naungan dengan intensitas cahaya sekitar 65 %, penyiraman secukupnya dengan menggunakan sprayer dan penyemprotan dengan insektisida/fungisida apabila timbul gejala serangan hama penyakit. Untuk menjaga kondisi kecambah supaya tetap segar, perlu pengecekan secara kontinyu dan penyiraman sesuai kebutuhan kecambah di dalam bak tabur. Biasanya penyakit yang sering menyerang perkecambahan adalah penyakit dumping of (busuk akar) yang timbul karena kelembaban dalam bak tabur terlalu tinggi.

H. Penyapihan 1. Persiapan Media Sapih Sebelum penyapihan dilakukan, terlebih dahulu perlu dipersiapkan media sapih dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan bibit sampai siap tanam. Media yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan seperti mudah didapat, dapat mengikat air, ph netral, cukup kompak dan cukup ringan. Media yang biasa digunakan adalah top soil (tanah lapisan atas, biasanya sampai kedalaman sekitar 20 cm), kompos maupun gambut. Untuk penggunaan top soil biasanya dilakukan pencampuran dengan kompos dan pasir dengan perbandingan 3:2:1. Sementara pada gambut perlu dilakukan pengolahan pendahuluan sehingga dapat diperoleh ph yang sesuai (5-6). Beberapa jenis wadah media yang biasa digunakan adalah polybag (uk. 5 x 15 cm), pot trays (uk. 200cc/pot) maupun poly tube (uk.90 cc). Untuk pembuatan bibit di Jawa, biasanya menggunakan polybag dengan ukuran 5 x 15 cm. Media kemudian diisikan pada polybag dengan cara menuangkan ke dalamnya sampai penuh dan dipadatkan. Polybag yang telah terisi media disusun berkelompok ke dalam bedengan sesuai dengan jumlah famili yang digunakan dan diberi label. Selanjutnya kumpulan polybag yang tersusun di dalam bedengan di naungi dengan shading net dengan intensitas cahaya antara 65-80% dan pemberian sungkup plastik selama bibit perlu mendapat perlindungan dari panasnya sinar matahari dan hama tanaman. 2. Penyapihan Penyapihan sebaiknya dilakukan pada umur 21-30 hari setelah penaburan. Kecambah yang sudah bisa di sapih adalah pada saat dimana kecambah minimal sudah muncul 4 (empat) pasang daun, atau kecambah sudah setinggi 2 cm atau lebih. Dengan demikian, peluang prosen tumbuh bibit akan lebih tinggi dibandingkan penyapihan yang dilakuan pada saat kecambah masih kecil. Penyapihan dilakukan dengan membawa bak tabur/kecambah ke kelompok polybag yang telah terlabeli dan cocok antara label yang ada di bak tabur dan di kelompok polybag di bedengan. Penyapihan sebaiknya dilakukan pada pagi hari antara jam 07.00 10.00 dan sore hari antara jam 15.00 17.00. Untuk memudahkan dalam pencabutan kecambah, sebaiknya bak tabur disiram terlebih dahulu sampai benar-benar basah dan jenuh

agar akar kecambah tidak putus atau rusak. Pencabutan dilakukan secara ekstra hati-hati apabila mengunakan alat bantu (pinset atau sejenisnya) untuk mencongkel. Kecambah ditanam pada media sapih (polybag) yang sebelumnya telah dibuatkan lubang dengan menggunakan stik kayu seperti pensil yang lancip, dan diperkirakan dengan kedalaman sebatas leher akar dan dipadatkan kembali sampai rapat dan tidak goyah. Untuk mencegah kelayuan pada kecambah, setelah penyapihan selesai dilakukan penyiraman dengan menggunakan sprayer dan sungkup ditutup kembali (Gambar 4). Gambar 4. Model sungkup plastik pada media sapih di persemaian 3. Pemeliharaan bibit di persemaian Pemeliharaan bibit di persemaian secara kontinyu sangat penting dilakukan guna mendapat bibit yang berkualitas pada saat ditanam di lapangan. Waktu yang dibutuhkan dari penyemaian benih hingga siap tanam di lapangan adalah sekitar 5-6 bulan dengan tinggi bibit sekitar 30-50 cm. Waktu tersebut ideal bila bibit tidak ada serangan hama dan penyakit. Adapun kegiatan pemeliharaan bibit di persemaian meliputi : 1. Pemberian sungkup plastik selama 1 bulan pertama dan naungan shading net dengan intensitas sekitar 65% selama 1,5-2 bulan, selanjutnya persemaian di tempat terbuka sampai bibit siap tanam. 2. Penyiraman umumnya dilakukan 2 kali sehari, pagi jam 07.00 09.00 dan sore jam 15.00 17.00. Namun demikian bisa juga lebih, tergantung kebutuhan bibit pada saat itu. Agar tidak merusak bibit yang baru di sapih, pada tahap awal penyiraman

sebaiknya dilakukan dengan menggunakan sprayer, dan setelah bibit cukup kuat dapat disiram langsung dengan selang. 3. Penyiangan rumput Penyiangan rumput dilakukan setiap saat dari awal penyapihan sampai bibit siap tanam di lapangan. Penyiangan rumput dilakukan pada polybag dan sekitar bedengan. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah timbulnya hama belalang dan siput yang akan merusak batang, daun dan pucuk tanaman. 4. Penyulaman. Untuk tujuan pembangunan kebun benih semai, penyulaman sebaiknya dilakukan 1 (satu) bulan setelah penyapihan. Hal ini dimaksudkan supaya nantinya bibit yang akan ditanam ke lapangan pertumbuhannya seragam. Penyulaman harus sesuai dengan label/nomor yang sama. Apabila stok kecambah di bak tabur pada label/nomor yang sama habis, maka tidak boleh diambilkan nomor yang berbeda. 5. Pemupukan. Pemupukan di persemaian diperlukan untuk mengatasi kekurangan unsur hara yang tersedia dalam media. Pemupukan juga merupakan cara untuk memacu pertumbuhan tanaman. Pupuk yang cukup baik digunakan adalah pupuk NPK dengan dosis pemakaian 6 gram yang dilarutkan pada 1 liter air dengan mengunakan alat gembor kecil, dan air pupuk tersebut dituangkan di batang bibit. Air pupuk tidak boleh terkena daun bibit Jabon Putih karena bisa mengakibatkan daun kering dan rontok. Apabila air pupuk terkena daun dan kering, tidak menyebabkan kematian pada bibit di persemaian, tetapi pertumbuhan bibit agak terhambat sekitar 1-2 minggu dan selanjutnya pertumbuhan normal kembali. Untuk kepentingan memacu pertumbuhan bibit di persemaian (apabila dibutuhkan), pemupukan terbaik untuk jenis Jabon putih dengan frekuensi sebagai berikut : a). Bibit umur 1 bulan setelah penyapihan 6 gram NPK x 1 liter air dicampur hingga merata, dilakukan seminggu 1 kali. b). Bibit umur 2 bulan setelah penyapihan 12 gram NPK x 1 liter air di campur hingga merata, dilakukan seminggu 2 kali.

c). Pemupukan dihentikan 1 bulan sebelum dilakukan penanaman di lapangan, dengan tujuan supaya bibit diharapkan bisa menyesuaikan kondisi lapangan yang sebenarnya. 6. Penanggulangan hama dan penyakit Penanggulangan hama dan penyakit dilakukan apabila terdapat tanda-tanda adanya serangan hama dan penyakit pada daun dan batang tanaman. Untuk itu diperlukan kejelian dalam pengawasan sehingga bisa diketahui sedini mungkin bila terjadi serangan. Untuk serangan penyakit jamur dan jenis lainnya, biasanya digunakan fungisida jenis Dithane M-45, Benlate maupun Ridomil 2 G. Sementara untuk serangan hama dapat digunakan insektisida jenis Decis, Basudin maupun Supracide. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pemeliharaan lingkungan persemaian yang bersih dan baik, sehingga sirkulasi udara dan sinar matahari cukup memadai masuk dalam persemaian. 7. Seleksi dan Pengepakan bibit di persemaian. Seleksi bibit di persemaian dilakukan dengan tujuan mendapatkan bibit yang seragam, sehingga diharapkan persaingan pertumbuhan di lapangan bisa seragam pula. Untuk kepentingan uji/penelitian, keseragaman bibit sangat diperlukan guna mendapatkan informasi pertumbuhan masing-masing tanaman. Setelah bibit terseleksi selanjutnya dilakukan pelabelan untuk masing-masing famili yang telah ditentukan jumlah tanaman per plotnya dan harus sesuai dengan desain yang telah dibuat sebelumnya. Bibit yang baik dicirikan dengan tinggi sekitar 30 50 cm, akar kuat dan kompak, batang kuat dan kokoh seimbang dengan daun, sehat dan segar. Sebelum diangkut, bibit sebaiknya disiram terlebih dahulu secara sempurna. Dalam pengangkutan sangat diperlukan kehati-hatian terutama saat bongkar muat agar bibit tidak mengalami kerusakan. Bibit perlu ditata sedemikian rupa agar sirkulasi udara tetap lancar dan bibit tidak mengalami kelayuan yang berlebihan. Contoh seleksi dan packing bibit di persemaian pada Gambar 5.

Gambar 5. Bibit siap tanam dan kegiatan packing bibit di persemaian. IV. PENUTUP Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyediaan bibit Jabon Putih sebagai materi pembangunan kebun benih semai uji keturunan generasi pertama (F-1) adalah : 1. Pengumpulan materi genetik yang cukup dan bersifat individual, dimana jumlah famili yang di uji mewakili provenan asal benih. 2. Ketelitian dan prosedural dalam menyiapkan benih dari masingmasing famili yang akan diuji perlu mendapat perhatian khusus. 3. Pemeliharaan dan pengamatan yang cukup pada saat bibit masih dalam bentuk kecambah sampai dengan bibit siap di tanam. V. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih disampaikan kepada Teguh Setyaji, S.Hut, MSc sebagai penangungjawab penelitian Jabon dan Sri Sunarti, S.Hut, MP atas koreksi dan masukannya, serta Dr. Arif Nirsatmanto, Dwi Kartikaningtyas, S.Hut, Dwi Siwi Yuliastuti, S.Hut atas dukungannya dalam penulisan ini.

VI. DAFTAR PUSTAKA Setyaji, T. 2011. Jabon Putih Si jati Bongsor dan Prospeknya untuk Rakyat. Infotek Vol.9 No.2, September 2011. Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. The Angel. 2009. Menanam Jabon Putih Bagaikan Menanam Mas. http://theangel.wordpres.com/2009/06/29/(7-10-09) Treegrower. 2009. Jabon (Anthocepalus cadamba Miq) http://treegrower corporation.blogspot.com.(7-10-09) diakses pada tanggal 20 Maret 2012 Trubus. 2010. Jabon : Laba segar Masa Depan. Edisi 448, Juli 2010. PT. Trubus Swadaya, Jakarta.