KEBERHASILAN PENGGUNAAN TIGA PENGENCER DALAM DUA JENIS KEMASAN PADA PROSES PEMBEKUAN SEMEN SAPI FRISIEN HOLSTEIN

dokumen-dokumen yang mirip
KAJI BANDING DUA TEKNIK PENGEMASAN MENGGUNAKAN TIGA MACAM PENGENCER UNTUK PEMBEKUAN SEMEN SAPI FRIESIAN HOLSTEIN (FH)

SKRIPSI OLEH SARI WAHDINI

T.L.Yusuf, R.I. Arifiantini, dan N. Rahmiwati Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, Bogor ABSTRAK

HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi Semen Segar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Unit Pelayanan Tekhnis Daerah Balai

Pengaruh Pemberian Susu Skim dengan Pengencer Tris Kuning Telur terhadap Daya Tahan Hidup Spermatozoa Sapi pada Suhu Penyimpanan 5ºC

PENGARUH TINGKAT PENGENCERAN TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PE SETELAH PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR

PENGARUH LEVEL GLISEROL DALAM PENGENCER TRIS- KUNING TELUR TERHADAP MEMBRAN PLASMA UTUH DAN RECOVERY RATE SPERMA KAMBING PERANAKAN ETAWAH POST THAWING

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014 di Balai Inseminasi Buatan Daerah

Motilitas dan Daya Hidup Spermatozoa Ayam Dalam Pengencer Glukosa Kuning Telur Fosfat pada Penyimpanan 3-5 C

Jurnal Nukleus Peternakan (Juni 2014), Volume 1, No. 1: ISSN :

KUALITAS SPERMA SAPI BEKU DALAM MEDIA TRIS KUNING TELUR DENGAN KONSENTRASI RAFFINOSA YANG BERBEDA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 7 13 April 2014, di BIBD Lampung,

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

Kualitas Semen Cair Domba Garut pada Penambahan Sukrosa dalam Pengencer Tris Kuning Telur

PENGARUH KOMBINASI KUNING TELUR DENGAN AIR KELAPA TERHADAP DAYA TAHAN HIDUP DAN ABNORMALITAS SPERMATOZOA DOMBA PRIANGAN PADA PENYIMPANAN 5 0 C

PENDAHULUAN. sehingga dapat memudahkan dalam pemeliharaannya. Kurangnya minat terhadap

Jurnal Pertanian ISSN Volume 2 Nomor 1, April PENGARUH VITAMIN B 2 (Riboflavin) TERHADAP DAYA TAHAN SPERMATOZOA DOMBA PADA SUHU KAMAR

PERAN MALTOSA SEBAGAI KRIOPROTEKTAN EKSTRASELULER DALAM MEMPERTAHANKAN KUALITAS SEMEN BEKU DOMBA GARUT

PENDAHULUAN. kambing Peranakan Etawah (PE). Kambing PE merupakan hasil persilangan dari

Semen beku Bagian 3 : Kambing dan domba

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA. DAYA TAHAN SPERMATOZOA SAPI FRISIEN HOLSTEIN DALAM BERBAGAI BAHAN PENGENCER PADA SUHU 5 o C BIDANG KEGIATAN : PKM-AI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang ada (Mulyono dan Sarwono, 2004). K isaran volume semen per ejakulat

MUHAMMAD RIZAL AMIN. Efektivitas Plasma Semen Sapi dan Berbagai Pengencer

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pemeriksaan semen segar secara makroskopis meliputi volume, warna,

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. dan sekresi kelenjar pelengkap saluran reproduksi jantan. Bagian cairan dari

Penambahan Fruktosa Mempertahankan Motilitas dan Daya Hidup Spermatozoa Kalkun yang Disimpan pada Suhu 4 C

Dosis Glukosa Ideal pada Pengencer Kuning Telur Fosfat Dalam Mempertahankan Kualitas Semen Kalkun pada Suhu 5 C

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal April 2014 di Laboratoium Unit

PENGGUNAAN TELUR ITIK SEBAGAI PENGENCER SEMEN KAMBING. Moh.Nur Ihsan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang ABSTRAK

ABSTRAK. Kata Kunci : Jarak Tempuh; Waktu Tempuh; PTM; Abnormalitas; Semen ABSTRACT

PENDAHULUAN Latar Belakang

KAJI BANDING KUALITAS SPERMATOZOA SAPI SIMMENTAL, LIMOUSIN, DAN FRIESIAN HOLSTEIN TERHADAP PROSES PEMBEKUAN

DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. breeding station Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Domba jantan yang

Pengaruh metode gliserolisasi terhadap kualitas semen domba postthawing... Labib abdillah

Kualitas semen sapi Madura setelah pengenceran dengan tris aminomethane kuning telur yang disuplementasi α-tocopherol pada penyimpanan suhu ruang

STUDI TERHADAP KUALITAS DAN DAYA TAHAN HIDUP SPERMATOZOA CAUDA EPIDIDIMIDIS DOMBA GARUT MENGGUNAKAN BERBAGAI JENIS PENGENCER

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan metode artificial vagaina (AV). Semen yang didapatkan kemudian

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di. Balai Inseminasi Buatan Tenayan Raya, Pekanbaru.

PERBAIKAN TEKNIK PEMBEKUAN SPERMA: PENGARUH SUHU GLISEROLISASI DAN PENGGUNAAN KASET STRAW

PERBANDINGAN KUALITAS SEMEN KAMBING KEJOBONG DAN KAMBING KACANG DI JAWA TENGAH ABSTRACT

I PENDAHULUAN. dikembangkan di Indonesia. Sistem pemeliharannya masih dilakukan secara

Penambahan Bovine Serum Albumin Mempertahankan Motilitas Progresif Spermatozoa Kalkun pada Penyimpanan Suhu 4 C

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal April 2014 di Unit Pelayanan

MOTILITAS DAN VIABILITAS SPERMATOZOA SEMEN SEXING MENGGUNAKAN METODE SEDIMENTASI PUTIH TELUR DENGAN PENGENCER YANG BERBEDA

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian menggunakan semen kambing Peranakan Etawah

VIABILITAS SPERMATOZOA RUSA TIMOR (Cervus timorensis) DI DALAM PENGENCER TRIS DENGAN SUMBER KARBOHIDRAT BERBEDA YANG DISIMPAN PADA SUHU RUANGAN

Pengaruh Penambahan Trehalosa dalam Pengencer Tris terhadap Kualitas Semen Cair Domba Garut (Ovis aries)

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Hasil Evaluasi Karakteristik Semen Ayam Arab pada Frekuensi Penampungan yang Berbeda

PENGARUH MALTOSA SEBAGAI KRIOPROTEKTAN EKSTRASELULER DALAM MENINGKATKAN KUALITAS SEMEN BEKU GUNA MENDUKUNG KEBERHASILAN TEKNOLOGI INSEMINASI BUATAN

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Jakarta 2. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Pattimura, Ambon 3

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jakarta 2. Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, Cibinong 3

Effect of Quality Chilled Semen of Cross Bred Goat (Nubian and Ettawa) which Dilluted with Skim Milk and Yolk Citrate Extender

ANALISIS KUALITAS SEMEN BEKU SAPI SIMMENTAL MENGGUNAKAN PENGENCER ANDROMED DENGAN VARIASI WAKTU PRE FREEZING

MATERI DAN METODE. Materi

Pengaruh lama gliserolisasi terhadap keberhasilan produksi semen beku Sapi Simmental

Pengaruh Level Gliserol dalam Pengencer Sitrat... Ayunda Melisa

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. pejantan Peranakan Etawah berumur 1,5-3 tahun dan dipelihara di Breeding

OPTIMALISASI KUALITAS SEMEN BEKU DOMBA GARUT MELALUI PENAMBAHAN TREHALOSA KE DALAM PENGENCER TRIS KUNING TELUR

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. penis sewaktu kopulasi. Semen terdiri dari sel-sel kelamin jantan yang dihasilkan

PENGARUH JENIS PENGENCER TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU DOMBOS TEXEL DI KABUPATEN WONOSOBO

Pengaruh Plasma Semen Domba Priangan terhadap Daya Hidup Spermatozoa Kambing Peranakan Etawah yang Disimpan pada Suhu 3 5 o C

Pengaruh Penggunaan Tris Dalam Pengencer Susu Skim Terhadap Resistensi Spermatozoa Sapi Simmental Pasca Pembekuan

PENGARUH PENGENCER SEMEN TERHADAP ABNORMALITAS DAN DAYA TAHAN HIDUP SPERMATOZOA KAMBING LOKAL PADA PENYIMPANAN SUHU 5ºC

STUDI TENTANG PENGENCER KUNING TELUR DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU SAPI JAWA BREBES

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Objek yang digunakan adalah semen yang berasal dari lima kambing

PENGARUH SUHU DAN LAMA THAWING TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PERANAKAN ETAWA

Pengaruh Pengencer Kombinasi Sari Kedelai dan Tris terhadap Kualitas Mikroskopis Spermatozoa Pejantan Sapi PO Kebumen

PENGARUH PENGHILANGAN RAFINOSA DALAM PENGENCER TRIS AMINOMETHANE KUNING TELUR TERHADAP KUALITAS SEMEN KAMBING BOER SELAMA SIMPAN DINGIN SKRIPSI

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah semen kambing yang berasal 5 ekor kambing

HASIL DAN PEMBAHASAN. domba lokal yang digunakan dalam penelitian inibaik secara makroskopis

PENDAHULUAN. Domba merupakan salah satu ternak penghasil daging yang banyak diminati

PENGARUH PENAMBAHAN GLUTATHIONE

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Desember 2014 sampai

PENGARUH MEDIA PENGENCER TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA BEKU SAPI PO

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh kadar ekstrak daun Binahong (Anredera

MEDIA PENGENCER TRIS KUNING TELUR TERHADAP KUALITAS SEMEN CAIR DOMBA GARUT

DAFTAR ISI. BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Kerangka Berpikir Konsep Hipotesis...

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan bulan Februari Maret 2016 di Desa Bocor,

PENGARUH PENAMBAHAN BERBAGAI SUMBER KARBOHIDRAT PADA PENGENCER SKIM KUNING TELUR TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU SAPI BALI

PENGARUH SUHU DAN LAMA SIMPAN SEMEN SEGAR TERHADAP MOTILITAS DAN ABNORMALITAS SPERMATOZOA KAMBING PERANAKAN ETAWA (PE)

VIABILITAS SEMEN SAPI SIMENTAL YANG DIBEKUKAN MENGGUNAKAN KRIOPROTEKTAN GLISEROL

PENGARUH PENAMBAHAN LAKTOSA DI DALAM PENGENCER TRIS TERHADAP KUALITAS SEMEN CAIR DOMBA GARUT

PENGARUH JUMLAH SPERMATOZOA PER INSEMINASI TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU KAMBING PERANAKAN ETAWAH

PENGGANTIAN BOVINE SERUM ALBUMIN PADA CEP-2 DENGAN SERUM DARAH SAPI TERHADAP KUALITAS SEMEN SAPI LIMOUSIN PADA SUHU PENYIMPANAN 3-5 o C

KAJIAN KEPUSTAKAAN. 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing PE adalah hasil persilangan antara Etawah dan kambing kacang.

Pengaruh Penambahan Streptomycin dalam Skim Kuning Telur Sebagai Pengencer terhadap Kualitas Semen Ikan Mas (Cyprinus Carpio L.)

Kualitas Semen Kambing Peranakan Boer. Quality of Semen Crossbreed Boer Goat. M. Hartono PENDAHULUAN. Universitas Lampung ABSTRACT

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Karakteristik Semen Segar Domba Lokal Karakteristik. Volume (ml) 1,54 ± 0,16. ph 7,04±0,8

Motility of Spermatozoa Brahman Bull in CEP-D Diluent with Egg Yolk Suplementation of Gallus sp. of Hisex Brown Strain during Refrigerator Storage

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat

SKRIPSI. Oleh FINNY PURWO NEGORO. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

Pengaruh Level Gliserol dalam Pengencer Tris-Sitrat... Muthia Utami Islamiati

PEMBEKUAN VITRIFIKASI SEMEN KAMBING BOER DENGAN TINGKAT GLISEROL BERBEDA

Pengaruh Level Glutathione dalam Pengencer Tris-Kuning... Riga Pradistya Hardian

HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

KEBERHASILAN PENGGUNAAN TIGA PENGENCER DALAM DUA JENIS KEMASAN PADA PROSES PEMBEKUAN SEMEN SAPI FRISIEN HOLSTEIN RI. ARIFIANTINI DAN TL. YUSUF Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. RINGKASAN Motilitas sperma (% SM) dan sperma hidup (% SH) setelah pascathawing digunakan sebagai kriteria penilaian keberhasilan penggunaan tiga macam pengencer dalam dua kemasan yang berbeda. Lima belas ejakulat dari tiga ekor sapi FH diencerkan dengan tiga macam pengencer, yaitu tris kuning telur (TKT), home made triladyl (HMT) dan andromed, yang mengandung lesitin kacang kedelai (KK), masing-masing dikemas dalam minitub 0.3 ml and straw Cassou 0.25 ml. Sampel diekuilibrasi selama empat jam pada temperatur 5 o C kemudian dibekukan dalam uap nitrogen cair selama 10 menit. Hasil pascathawing menunjukkan % SM dan % SH pada pengencer KK (56,28; 74,22) lebih tinggi (P<0.05) jika dibandingkan dengan HMT (47,60; 65,93) dan TKT (48,74; 69,63). Tidak ada perbedaan kualitas pada teknik pengemasan dengan SM dan SH masing-masing 52,16; 69,4% (minitub) dan 49,59; 70,44% (Cassou). Persentase SH pada KK minitub (72,76±10,83) dan KK Cassou (75,67±8,1) menunjukkan hasil yang sama lebih baik jika dibandingkan dengan kombinasi lainnya. Persentase SM pada KK minitub (57,9±7,81) lebih tinggi jika dibandingkan dengan KK Cassou atau kombinasi lainnya. Kata kunci : Semen beku, sapi, tris, andromed, dan triladyl SUMMARY Motility and the percentage of live sperm in thawed frozen semen was used acriterion to evaluate methods of three types of semen cryopreservation. Fifteen ejaculates from three Frisien Holstein (FH) were diluted in three extenders, namely TEY (Tris egg yolk), home made triladyl (HMT) and AndroMed containing soya lecithin (KK). Each semen sample was packed using two techniques (0.3 ml minitub and 0.25 ml Cassou straw). The samples were equilibrated (5 o C) for four hour and frozen in the vapor of liquid nitrogen for 10 minutes. The percentages of post thawed e motility and life sperm were 56.28 and 74.22 for KK which were greater than HMT (47.60; 65.93) and TEY (48.74; 69.63) (P<0.05). There were no significant different in the percentages of the progressive motile and life sperm freezing in 0.3 ml (52.16; 69.4) or 0.25 ml (49.59; 70.44). The percentages of life sperm at KK minitub (72.76±10.83) and KK Cassou (75.67±8.1) were greater than any other combination. The percentages of progressive motile sperm in KK minitub (57.9±7.81) were greater than KK Cassou or any other combination. Keyword : Frozen semen, bull, tris, andromed and triladyl

PENDAHULUAN Pemanfaatan semen beku mulai berkembang setelah ditemukannya gliserol oleh Polge pada tahun 1949 (Royere et al., 1996) dengan kemasan yang digunakan pertama kali berbentuk pellet. Kemasan semen lain yang berkembang selanjutnya adalah ampul, mini (0,25 ml) dan medium (0,5 ml) straw, minitub (0,25 dan 0,3 ml), macrotub (5 ml) serta kemasan plitplat (5ml) yang digunakan pada semen beku babi. Kemasan yang sekarang populer dan digunakan secara universal adalah kemasan straw 0,25 dan 0,5 ml Cassou (IMV, Prancis) dan minitub 0,25; 0,3 dan 0,5 ml (Minitub, Jerman). Di Indonesia saat ini terdapat dua balai inseminasi buatan (BIB) nasional dan beberapa balai inseminasi buatan daerah (BIBD), yang menggunakan dua kemasan straw, yaitu ministraw dan minitub. Untuk menghasilkan semen beku yang berkualitas tinggi dibutuhkan bahan pengencer semen yang mampu mempertahankan kualitas spermatozoa selama proses pendinginan, pembekuan, maupun pada saat thawing (Aboagla dan Terada, 2004a). Karena itu, bahan pengencer semen beku harus mengandung sumber nutrisi, buffer, bahan anti cold shock, antibiotik, dan krioprotektan yang dapat melindungi spermatozoa selama proses pembekuan dan thawing. Sumber nutrisi yang paling banyak digunakan adalah karbohidrat terutama fruktosa yang paling mudah dimetabolisasi oleh spermatozoa (Toelihere, 1993). Buffer berfungsi sebagai pengatur tekanan osmotik dan juga berfungsi menetralisir asam laktat yang dihasilkan dari sisa metabolisme spermatozoa. Buffer yang umum digunakan adalah tris (hydroxymethyl) aminomethan yang mempunyai kemampuan sebagai penyangga yang baik dengan toksisitas yang rendah dalam konsentrasi yang tinggi (Steinbach dan Foote, 1967). Bahan anti cold shock yang umum ditambahkan adalah kuning telur atau kacang kedelai (Aboagla dan Terada, 2004b), yang dapat melindungi spermatozoa pada saat perubahan suhu dari suhu ruang (28 o C) pada saat pengolahan ke suhu ekuilibrasi (5 o C). Saat ini secara meluas telah dan digunakan bahan pengencer yang mengandung buffer seperti tris (hydroxymethyl) aminomethan yang secara universal digunakan untuk semen beku sapi (Davis et al., 1963; Anzar dan Graham., 1995); semen kambing (Suwarso, 1999); semen domba (Hahn, 1972; Maxwell dan Salamon, 1993); semen anjing (Yildiz et al., 2000) dan semen ayam 2

(Sexton, 1978; Abdillah, 1999). Selain pengencer semen yang dapat dibuat berdasarkan resep, terdapat berbagai pengencer kemasan yang telah beredar dan dapat diperoleh di pasaran seperti Biochiphos dan Bioexcel (IMV, Perancis) juga triladyl, biladyl dan pengencer AndroMed (Minitub Jerman) yang menggunakan lesitin dari kacang kedelai (KK). Tujuan Penelitian ini adalah 1). untuk membandingkan bahan pengencer tris kuning telur (resep dari FKH-IPB), triladyl (home made) dan pengencer KK (lesitin kacang kedelai) terhadap kualitas semen beku sapi FH, 2) membandingkan kemasan minitub 0.3 ml dan ministraw 0.25 ml terhadap kualitas semen beku sapi FH, serta 3) membandingkan kombinasi antara pengencer dan kemasan semen beku pada sapi FH. MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Unit Rehabilitasi Reproduksi (URR), Bagian Reproduksi dan Kebidanan, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dimulai dari bulan Pebruari sampai Agustus 2004. Materi Penelitian Hewan Percobaan Hewan yang dipergunakan sebagai sumber semen adalah tiga ekor sapi FH (Frisien Holstein) jantan dewasa kelamin, ditempatkan dalam kandang individu. Pakan yang diberikan berupa hijauan rumput segar dan konsentrat serta air minum diberikan ad libitum. Metode Penelitian 1. Persiapan Bahan Pengencer Bahan pengencer dibuat pada hari penampungan dengan komposisi seperti pada Tabel 1. 2. Penampungan dan Evaluasi Semen Penampungan semen dilakukan dua kali dalam satu minggu pada pagi hari sebanyak dua ejakulat menggunakan vagina buatan. Semen yang diperoleh dievaluasi secara makroskopis dan mikroskopis. 3

Tabel 1 Komposisi bahan pengencer semen beku yang digunakan Komponen TKT HMT KK Tris (hydroxymethyl) aminomethan (g) 1) 3.87 2.42 Asam sitrat (g) 1) 2.17 1.48 Fruktosa (g) 1) 1.56 1 Kuning telur (ml) 2) 20 20 Andromed konsentrat (ml) 3) - - 20 Gliserol (ml) 1) 6.4 6.4 Penisilin (IU) 4) 500.000 500.000 Streptomisin (mg) 4) 50 50 Aquabidest ad (ml) 100 100 100 1)Merck; 2) telur ayam ras; 3) Minitub Jerman ; 4) Meiji TKT= Tris kuning telur; HMT= home made triladyl; KK= pengencer lesitin kacang kedelai Evaluasi secara makroskopis meliputi pemeriksan volume (ml), warna, ph (ph special indicator paper; Merck, skala 6,5-10) dan konsistensi. Penilaian mikroskopis meliputi: gerakan massa; diperiksa dengan meneteskan satu tetes semen segar ke gelas obyek yang bersih dan hangat lalu diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 100 kali. Kriteria penilaian : +++ (3); gerakan massa yang paling baik yang ditandai dengan gelombang besar, gelap bergerak cepat, dan berpindah-pindah tempat; ++(2), gerakan massa yang baik ditandai dengan gelombang besar, tipis, jarang, dan bergerak lambat; + (1) gerakan massa yang kurang baik ditandai dengan gelombang tipis dan jarang. Persentase sperma motil (% SM) dievaluasi secara subjektif kuantitatif yang dilakukan dengan meneteskan sedikit semen di atas gelas objek yang bersih dan hangat, kemudian ditambahkan 4-5 tetes NaCl fisiologis, dihomogenkan dan diambil satu tetes pada objek gelas yang lain dan ditutup dengan gelas penutup. Jumlah spermatozoa diusahakan setiap lapang pandang hanya 10-20 sel dan dihitung dari 10 lapang pandang yang berbeda. Penilaian dilakukan mulai dari 0% tidak ada SM yang bergerak progresif sampai 100% bergerak progresif seluruhnya dengan kisaran penilaian 5% (Sorenson, 1979). Pemeriksaan persentase sperma hidup (% SH) dan sperma abnormal (% SAN) menggunakan preparat differensial (Barth dan Oko, 1989) dengan pewarnaan eosin nigrosin. Konsentrasi spermatozoa dihitung menggunakan hemocytometer pada kamar hitung Neubauer, yang diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 400 kali pada lima kotak yang mewakili empat bagian sisi dan satu di tengah (Parrish, 2003). 4

3. Pengenceran dan pengemasan Semen Semen yang berkualitas tinggi dibagi tiga bagian dan masing-masing dilarutkan dengan pengencer TKT, HMT dan KK dengan dosis pengenceran 25 juta/0.25 ml (straw Cassou) dan 25 juta/ 0.3 ml (minitub). Pengenceran dilakukan satu tahap pada temperatur ruang. Semen dilarutkan dengan bahan pengencer secara perlahan-lahan tetes demi tetes. Semen yang telah dilarutkan untuk masing-masing pengencer dikemas dalam straw 0.25 ml dan minitub 0.3 ml. 4. Ekuilibrasi, pembekuan, dan thawing Ekuilibrasi adalah waktu yang dibutuhkan oleh spermatozoa untuk menyesuaikan diri sebelun dilakukan pembekuan. Itu dilakukan dengan cara menempatkan straw pada temperatur 5 o C selama empat jam. Setelah ekuilibrasi, ditentukan proses pembekuan, dengan cara meletakkan straw pada uap nitrogen (N 2 ) cair, menggunakan boks styrofoam yang berukuran panjang x lebar x tinggi masing-masing 60 x 40 x 30 cm, selama 10 menit. Setelah beku, straw dan minitub disimpan dalam kontainer N 2 cair (-196 o C). Untuk mengetahui keberhasilan pembekuan semen, semen beku dicairkan kembali (thawing) dengan air hangat bersuhu 37 o C selama 30 detik. Semen yang telah cair diteteskan pada gelas objek yang telah dihangatkan dan ditutup dengan gelas penutup. 5.Analisis Data Peubah yang diamati adalah % SM dan % SH pada tahap semen segar, pascaekuilibrasi dan pascathawing. Data yang diperoleh dari hasil evaluasi pasca thawing dianalisis dengan sidik ragam Rancangan Acak Lengkap (RAL), pola faktorial 3 x 2 sebanyak lima ulangan (Steel dan Torrie 1993) Jika ada perbedaan antarperlakuan, analisis dilanjutkan dengan uji Duncan (α=0,05). HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Semen Segar Hasil pemeriksaan makroskopis menunjukkan volume semen sebanyak 6,5 ± 1,4 ml, berwarna krem, konsistensi sedang, dengan derajat keasaman (ph) 6,52 ± 0,0. Lebih lanjut, secara mikroskopis diamati gerakan massa 2,80 ± 0,70 ; SM 5

74,66 ± 3,35.% ; SH 89,32 ± 1,10%; spermatozoa yang abnormal (% SAN) adalah 5,40 ± 8,06% dengan konsentrasi spermatozoa 1093,66 ± 13,27 juta/ml. Hasil pengujian secara makroskopis maupun mikroskopis masih dalam kisaran semen sapi yang normal (menurut Hafez dan Hafez, 2000), sehingga dapat digunakan untuk pengolahan semen lebih lanjut. Kualitas Semen Pada Berbagai Tahapan Pengolahan Untuk memudahkan evaluasi keberhasilan serta mengetahui penurunan kualitas setiap tahapan maka pada penelitian ini, dilakukan evaluasi % SM pada pascapengenceran, pascaekuilibrasi serta pascathawing. Tanpa memperhatikan jenis pengencer serta kemasan semen beku yang digunakan, penurunan % SM pada penelitian ini dari pascapengenceran (72,25±3,7%) ke pascathawing (67,5±4,6%) sebesar 4,75%. Dari pascaekuilibrasi (67,5±4,6%) ke pascathawing (50,84±9,14), penurunannya adalah sebesar 16,66% dengan total penurunan % SM dari pascapengenceran ke pascathawing sebesar 21,41%. Penurunan SM sebesar 20,41% ini termasuk kecil, karena pada ternak lain penurunannya berkisar 10-40% (Parrish s 2003), bahkan bisa mencapai 50% (Sorenson, 1979). Penurunan %SM pada pembekuan semen domba adalah 27,42% (Herdis, 2005), kambing 27,16% (Suwarso, 1999) dan 33,05% (Tambing, 2004). Pengaruh Bahan Pengencer Terhadap Kualitas Semen Beku Pengaruh bahan pengencer, tanpa memperhatikan tahapan proses pengolahan serta kemasan yang digunakan, pengencer KK menunjukkan SM (60±9,41 %) lebih tinggi (P<0,05) jika dibandingkan dengan pengencer TKT (54±11,57 %) dan HMT (52,01±11,87 %) (Gambar 1). Demikian juga dengan kualitas pascathawing ternyata pengencer KK menunjukkan SM (56,28±2,29 %) dan SH (74,22±2,05 %) yang lebih tinggi (P<0,05) jika dibandingkan dengan pengencer TKT (47,60±1,12 % & 65,93±2,65 %) dan HMT (48,74±4,28 % & 69,63±2,49 %) (Gambar 2). 70 Sperma motil ( %) 65 60 55 50 45 52.01 54.00 60.00 Gambar 1. Rataan pengaruh bahan pengencer terhadap persentase sperma motil tanpa melihat tahapan pengolahan semen 40 TKT HMT KK Jenis Pengencer 6

Persen 80.00 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00 74.22 65.93 69.63 56.28 47.60 48.74 TKT HMT KK Jenis Pengencer SM SH Gambar 2. Pengaruh bahan pengencer terhadap kualitas semen beku pascathawing Pada kambing PE, SM pascathawing menggunakan pengencer tris adalah antara 50,39-51,56% (Suwarso, 1999) dan pada kambing Saanen 48,67 51,58% (Tambing, 2004). Pada semen beku domba Garut pascathawing, SM tertinggi 53,33% (Rizal 2005) dan 54,17% (Herdis 2005), sedangkan pada domba St Croix dapat mencapai 60% (Feradis, 1999). Pengencer yang mengandung KK pada penelitian ini menunjukkan % SM tertinggi. Hasil yang sama juga dilaporkan oleh Arifiantini dkk. (2004) dengan keberhasilan % SM pascathawing sebesar 50,20±7,07. Hal ini diduga karena pengencer KK mengandung lesitin kacang kedelai, dengan kandungan high density lipoprotein (HDL) yang rendah dan tidak seperti yang terkandung pada kuning telur, yang dapat menghambat respirasi dan motilitas spermatozoa (Moussa et al., 2002). Perbedaan ini bisa juga disebabkan oleh bahan pengencer KK yang mengandung lesitin kacang kedelai yang diperkirakan lebih mampu melindungi sperma dari pengaruh buruk pembekuan daripada kuning telur. Selain mengandung lecitin kacang kedelai, pengencer KK diduga mengandung komponen dan komposisi bahan yang lebih sesuai untuk semen beku sapi. Pengaruh Kemasan Terhadap Kualitas Semen Beku Kemasan yang digunakan untuk semen beku mempengaruhi proses penyebaran temperatur pada saat pembekuan. Ketebalan plastik, diameter serta panjang straw yang digunakan akan berngaruh terhadap kualitas semen beku yang dihasilkan. Pada penelitian ini, tidak diamati perbedaan kualitas (% SH dan % SM), dari straw yang digunakan. Straw minitub menunjukkan SH (69.4%) dan SM (52.16%) hampir sama dengan straw Cassou SH (70.44%) dan SM (49.59%) (Gambar 3). Kedua kemasan tersebut meskipun mempunyai perbedaan dalam ukuran panjang dan diameter, perbedaan tersebut tidak mempengaruhi proses pembekuan dan pada saat thawing. 7

80 70 60 50 % 40 30 20 10 69.4 70.45 52.16 49.59 Minitub Cassou Jenis Kemasan SM SH Gambar 3. Pengaruh kemasan terhadap kualitas semen beku pascathawing (SM= sperma motil; SH= sperma hidup) Pengaruh Interaksi Bahan Pengencer Dengan Kemasan Terhadap Kualitas Semen Beku Interaksi antara bahan pengencer dan kemasan yang digunakan, pengencer KK yang dikemas pada straw minitub (72.76±10.83) dan Cassou (75.67±8.1) menunjukkan % SH yang terbaik dari pengencer lain yang dikemas pada straw minitub maupun Cassou. Namun, % SM pada pengencer KK yang dikemas pada straw minitub (57.9±7.81) lebih tinggi daripada pengencer KK yang dikemas dalam straw Cassou (54.66±6.77) ataupun pada pengencer lain pada kedua kemasan (Tabel 2). Dari berbagai hasil penelitian ini, terlihat bahwa bahan pengencer merupakan faktor yang lebih berpengaruh jika dibandingkan dengan kemasan semen dan hal ini ditunjukkan dalam Gambar 2 dan 3. Pengencer yang digunakan mempengaruhi kualitas semen beku dan itu tergantung pada komposisi bahan yang terdapat di dalamnya. Pengencer TKT dan HMT menunjukkan kualitas yang hampir sama, hal ini disebabkan karena komposisinya hampir sama, yaitu dalam hal buffer, nutrisi (fruktosa), dan kuning telur sebagai bahan anti cold shock serta gliserol yang digunakan. Namun, pengencer KK merupakan pengencer paten sehingga selain kandungan lesitin dari kacang kedelai, bahan lain yang dikandung di dalamnya tidak diketahui secara pasti. Dengan hasil pembekuan yang diperoleh kemungkinan komposisi KK lebih sesuai dan mampu memberikan efek perlindungan yang lebih baik pada proses pembekuan ini jika dibandingkan dengan pengencer lainnya. 8

Tabel 2. Pengaruh interaksi kemasan dengan pengencer terhadap kualitas semen beku sapi FH Jenis Kemasan Pengencer Minitub Cassou % SH % SM % SH % SM TKT 64.05 ± 12.38 c 46.81 ± 8.57 d 67.8 ± 10.17 bc 48.39 ± 8.95 cd HMT 71.39 ± 7.93 ab 51.77 ± 4.90 bc 67.86 ± 8.6 bc 45.71 ± 11.84 d KK 72.76 ± 10.83 a 57.9 ± 7.81 a 75.67 ± 8.1 a 54.66 ± 6.77 ab Keterangan : Huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukkan beda nyata (P< 0.05). TKT= Tris kuning telur; HMT= home made triladyl; KK= pengencer kacang kedelai; %SH = persentase sperma hidup; %SM = persentase sperma motil Faktor kemasan meskipun menunjukkan perbedaan, tetapi tidak secara nyata mempengaruhi kualitas semen mengingat jenis kemasan yang digunakan sama-sama terbuat dari plastik. Hal yang sama juga dilaporkan oleh Suwarso (1999) yang menggunakan straw minitub dan Cassou untuk pembekuan semen kambing PE. Jika menggunakan kemasan lain seperti pellet atau ampul, kemungkinan perbedaan hasilnya akan terlihat. IV. KESIMPULAN 1. Penurunan motilitas sperma dari pascapengenceran ke pascaekuilibrasi sebesar 4,75%; pascaekuilibrasi ke pascathawing sebesar 16,66%; dengan total penurunan pascapengenceran ke pascathawing sebesar 21,41% 2. Pengencer KK menunjukkan hasil yang paling baik dalam mempertahankan kualitas semen beku. 3. Tidak ada pengaruh kemasan semen yang digunakan terhadap kualitas semen beku. 4. Pengencer KK dengan kemasan Minitub dan Cassou merupakan kombinasi yang paling baik dalam mempertahankan % SH. 5. Pengencer KK yang dikemas dalam Minitub menunjukkan % SM terbaik. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada Tim Hibah Penelitian SP4, yang mendanai penelitian ini, Unit Rehabilitasi Reproduksi dan Rumah Sakit Hewan 9

Bogor atas fasilitas hewan jantan yang digunakan, dan kepada Drs. Bondan Achmadi serta Vira AMD atas bantuannya selama penelitian. DAFTAR PUSTAKA Abdillah. 1999. Pengaruh beberapa pengencer semen, lama penyimpanan semen dan waktu inseminasi terhadap fertilitas spermatozoa ayam buras. Tesis Program Pascasarjana IPB Bogor. Aboagla EM-E, Terada T. 2004a. Effects of egg yolk during the freezing step of cryopreservation on the viability of goat spermatozoa. Theriogenology 62:1160-1172. 2004b. Effects of supplementation of trehalosa extender containing egg yolk with sodium dodecyl sulfate on the freezability of goat spermatozoa. Theriogenology 62: 809-818 Anzar M, Graham EF. 1995. Role of sperm motility and acrosome integrity in the filtration of bovine semen. Theriogenology 45 : 513-520. Arifiantini I, TL Yusuf dan N Graha. 2005. Longivitas dan Recovery Rate Pasca Thawing Semen Beku Sapi Fresian Holstein menggunakan Bahan Pengencer yang berbeda. Buletin Peternakan 28(3) Barth AD, Oko RJ. 1989. Abnormal Morfology of Bovine Spermatozoa. Iowa. Iowa State University Press. USA Davis IS, Bratton RW, Foote RH. 1963. Livability of bovine spermatozoa at 5, - 25 and -85 o C in tris-buffered and citrate-buffered yolk-glycerol. J. Dairy Sci., 46:333 Feradis. 1995. Penggunaan Antioksidan dalam Pengencer Semen Beku dan Metode Sinkronisasi Estrus Pada Program Inseminasi Buatan Domba St. Croix. [disertasi]. Bogor: Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Hahn G. 1972. Contribution to The freezing-preservation of goat-buck and ram semen. World Rev. Anim. Prod. 8:80. Hafez B, Hafez ESE. 2000. Reproductive Cycles dalam Reproduction in Farm Animals. 7 th Ed. Hafez ESE (Editor). Philadelphia : Lippincot Williams & Wilkins Herdis. 2005. Optimalisasi Inseminasi Buatan Melalui Aplikasi Tekhnologi Laserpunktur Pada Domba Garut (Ovis aries). [disertasi]. Bogor: Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Maxwell WMC, Salamon S. 1993. Liquid storage of ram semen: a review. Reprod. Fertil. Dev.5: 29-46 Moussa M, Martinez V, Trimeche A, Tanturier D, Anton M. 2002. Low Density Lipoprotein extracted from hen egg yolk by an easy method: cryoprotective effect on frozen-thawed bull semen. Theriogenology 57: 1591-1762 Parrish J. 2003. Techniques in Domestic Animal Reproduction - Evaluation and Freezing of Semen http://www.wisc.edu/ansci_repro/ (25 juli 2003) Rizal M. 2005. Fertilitas Spermatozoa Ejakulat dan Epididimis Domba Garut Hasil Kriopreservasi Menggunakan Modifikasi Pengencer Tris dengan Berbagai Krioprotektan dan Antioksidan. [disertasi]. Bogor: Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. 10

Royere D, Barthelemy C, Hamanah S, Lansac J. 1996. Cryopreservation of spermatozoa : a 1966 review. Human Reproduction Update vol 2, No. 6 pp 553-559 Salamon S, Visser D. 1972. Fertility of Ram Spermatozoa Frozen in a Tris Based Diluent. Aust. J. Biol. Sci., 26: 513-516 Salisbury GW, Van Denmark NL. 1985. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan pada Sapi. Djanuar R (Terjemahan). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Sexton TJ. 1978. A new poultry semen extender; Effect of storage condition on fertilizing capacity of chicken semen stored at 5 o C. J. Poultry. Sci. 57:258-289. Sorenson Jr AM. 1979. Laboratory Manual for Animal Reproduction. 4 ed American Press. Boston. USA Suwarso. 1999. Peranan Rafinosa Dalam Pengencer Tris-Sitrat Kuning Telur Terhadap Semen Beku Kambing Peranakan Etawah. [Tesis]. Bogor: Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Steinbach J, Foote RH. 1967. Osmotic pressure and ph effects on survival of frozen or liquid spermatozoa. J. Dairy Sci. 50:205. Steel RGD, Torrie JH. 1993. Prinsip dan prosedur Statistika, Suatu Pendekatan Biometrik. Terjemahan Sumantri B. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Tambing SN. 2004. Optimalisasi Pengembangan Pengencer Semen Beku Kambing Saanen [disertasi]. Bogor: Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Toelihere MR. 1993. Inseminasi Buatan pada Ternak. Bandung: Penerbit Angkasa. Yildiz C, Kaya A, Aksoy M, Tekeli T. 2000. Influence of sugar supplementation of the extender on motility, viability and acrosomal integrity of dog spermatozoa during freezing. Theriogenology 54: 579-585. 11