BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang mengimpor maupun mengekspor akan menimbulkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia Analisis pergerakan..., Adella bachtiar, FE UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. Globalisasi dalam bidang ekonomi menyebabkan berkembangnya sistem

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

BAB I PENDAHULUAN. Krisis mata uang di Amerika Latin, Asia Tenggara dan di banyak negara

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan impor sangat

I. PENDAHULUAN. atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. negeri, seperti tercermin dari terdapatnya kegiatan ekspor dan impor (Simorangkir dan Suseno, 2004, p.1)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dibandingkan dengan negara-negara maju, Indonesia sangatlah tertinggal

PENGARUH NILAI KURS RUPIAH TERHADAP INFLASI DI INDONESIA. Oleh : Natalia Artha Malau, SE, M.Si Dosen Universitas Negeri Menado

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

Indeks Nilai Tukar Rupiah 2000 = 100 BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dihasilkannya (Hariyani dan Serfianto, 2010 : 1). Menurut Tri Wibowo dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk mengukur kinerja ekonomi suatu negara dapat dilakukan dengan menghitung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

Keseimbangan Ekonomi Empat Sektor. Oleh: Ruly Wiliandri, SE., MM

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS P ENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

I. PENDAHULUAN. terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional

BAB I PENDAHULUAN. lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. sektor utama dalam perekonomian Negara tersebut. Peran kurs terletak pada nilai mata

BAB II LANDASAN TEORI. tidaknya pembangunan ekonomi adalah dengan menentukan besarnya Produk

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka,

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. dan jasa dalam perekonomian dinilai dengan satuan uang. Seiring dengan

I. PENDAHULUAN. hidup pada tahap subsisten dan mata pencarian utama adalah dari mata. pencaharian di sektor pertanian, perikanan dan berburu.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang aktif

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan,

BAB I PENDAHULUAN. internasional tidak bisa lepas dari hal-hal yang sedang dan akan berlangsung di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman era globalisasi ini persaingan perekonomian antar negara semakin

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal,

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dan kesejahteraan suatu negara yaitu dengan meningkatkan faktor

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara berkembang yang menggunakan sistem perekonomian terbuka.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. negara atau lintas negara yang mencakup ekspor dan impor. Tambunan

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan melakukan pembangunan baik dalam jangka pendek dan jangka

I. PENDAHULUAN. Mata uang asing (valuta asing) merupakan suatu komoditas yang memiliki nilai

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BABI PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis ekonomi tabun 1997, perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian internasional, diantaranya yaitu impor. Kegiatan impor yang dilakukan

DAFTAR ISI. Hal. i ii iii

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan net ekspor baik dalam

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan. Karena adanya kebutuhan ini, maka

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

I. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia saat ini sudah tidak dapat terpisahkan lagi dengan

VI. SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

Analisis fundamental. Daftar isi. [sunting] Analisis fundamental perusahaan. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. modal. Penambahan modal ini berupa investasi dan tabungan. Di satu sisi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada dewasa ini kita melihat dunia pasar modal semakin cukup

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

I. PENDAHULUAN. Nilai tukar mata uang adalah catatan harga pasar dari mata uang asing (foreign

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional (Wikipedia, 2014). Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, masih memiliki stuktur

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat menutup diri terhadap

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan nilai tukar mengambang, tentu saja Indonesia menjadi sangat rentan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perdagangan internasional berawal dari adanya perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. fungsi sebagai penyimpan nilai, unit hitung, dan media pertukaran.

I. PENDAHULUAN. Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDB pada

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM

Transkripsi:

15 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nilai Tukar Sistem nilai tukar mengambang ditetapkan dalam Undang Undang Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia dan Undang Undang Nomor 24 tahun 1999 tentang Lalu Lintas Devisa dan Sistem Nilai Tukar. Sesuai dengan Undang- Undang tersebut, sistem nilai tukar di Indonesia ditetapkan oleh pemerintah setelah mempertimbangkan rekomendasi yang disampaikan oleh Bank Indonesia. Hal ini mengingat perubahan sistem nilai tukar akan berdampak sangat luas, tidak saja terhadap kegiatan di bidang moneter dan sektor keuangan, tetapi juga kegiatan ekonomi riil, baik konsumsi, investasi maupun perdagangan luar negeri. Kebijakan moneter dalam sistem nilai tukar rupiah yang fleksibel, secara teori memerlukan sensitivitas yang tinggi antara suku bunga domestik terhadap aliran modal internasional dan keeratan hubungan negatif antara nilai tukar rupiah dengan suku bunga serta elastisitas yang tinggi antara perubahan nilai tukar rupiah dengan penawaran ekspor dan permintaan impor. Selain itu, nilai tukar rupiah yang fleksibel dan stabil juga harus tetap dijaga agar tidak memberikan tekanan pada harga-harga domestik. Nilai tukar mata uang suatu negara dengan negara lain menunjukkan indikator daya saing perekonomian nasional di pasaran dunia. Nilai tukar atau kurs diukur dalam nilai mata uang yang sama dan merupakan perbandingan antara tingkat harga komoditas di pasar dunia relatif terhadap tingkat harga komoditas tersebut di dalam negeri. Apabila nilai uang dari suatu negara dinyatakan dengan satu mata uang asing saja, maka kurs tersebut disebut kurs bilateral atau nominal. Sedangkan nilai kurs multilateral atau kurs relatif adalah harga sekelompok mata uang asing yang dinyatakan dalam satu mata uang dalam negeri. Pergerakan nilai tukar di pasar dipengaruhi oleh faktor fundamental dan non fundamental. Faktor fundamental tercermin dari variabel-variabel ekonomi makro seperti pertumbuhan ekonomi, laju inflasi, perkembangan ekspor impor dan sebagainya. Sementara itu, faktor non fundamental antara lain berupa

16 sentimen pasar terhadap perkembangan sosial politik, faktor psikologi para pelaku pasar dalam memperhitungkan informasi, rumors atau perkembangan lain dalam menentukan nilai tukar sehari-hari. Untuk mengetahui apakah harga barang-barang dalam negeri menjadi relatif lebih murah atau lebih mahal daripada harga-harga luar negeri, dapat dilihat dari berapa besar nilai kurs efektif riil begara tersebut, yang mengukur daya saing suatu negara di dalam perdagangan internasional. Nilai kurs riil dapat dihitung dengan cara 10 : R = e. Pf/P (2.1) R : nilai kurs riil e : nilai kurs nominal Pf : harga luar negeri P : harga dalam negeri Pada dasarnya dalam sistem nilai tukar mengambang bebas, nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing ditentukan melalui kekuatan permintaan dan penawaran terhadap mata uang asing yang bersangkutan di pasar valuta asing. 11 Sistem nilai tukar ini menghendaki tidak adanya campur tangan pemegang otoritas moneter suatu negara secara formal dalam rangka menstabilkan atau mengatur nilai tukar mata uangnya. Dengan demikian diharapkan perhatian pemegang otoritas moneter semakin terfokus pada tanggung jawab pengendalian moneter dalam negeri, misalnya pengendalian inflasi domestik. Pergerakan nilai tukar mempengaruhi daya saing internasional dan posisi neraca perdagangan, dan konsekuensinya juga akan berdampak pada output riil dari negara tersebut yang pada akhirnya akan mempengaruhi cash flow saat ini dan masa yang akan datang dari perusahaan dan harga saham perusahaan tersebut. Perubahan nilai tukar menyebabkan dua perubahan, yaitu perubahan nilai dan perubahan volume. Pada saat terjadi depresiasi nilai tukar maka terjadi perubahan nilai yang menurunkan nilai ekspor dalam mata uang mitra dagang 10 Dornbusch R. dan S. Fisher, 1990 11 Atmadja, Adwin Surya, 2002

17 karena ekspor menjadi lebih murah, dan terjadi perubahan volume yang berpengaruh positif terhadap neraca perdagangan. Volume permintaan terhadap barang ekspor domestik jadi lebih tinggi dan permintaan barang impor menurun. Depresiasi nilai tukar akan menurunkan harga relatif ekspor dan meningkatkan daya saing produk ekspor sehingga permintaan luar negeri terhadap produk ekspor akan meningkat. Hal ini tentu saja akan berimplikasi terhadap peningkatan volume ekspornya. Sebaliknya harga produk impor akan menjadi lebih tinggi sehingga menekan permintaan produk impor dan berimplikasi terhadap menurunnya volume impor. Peningkatan ekspor dan penurunan impor tersebut belum tentu akan meningkatkan nilai neraca perdagangan atau nett export. Penurunan harga ekspor akan meningkatkan permintaan impor oleh luar negeri dan menurunkan permintaan impor dalam negeri. Namun penurunan impor tidak hanya disebabkan oleh depresiasi mata uangnya, namun juga tingkat pendapatan nasionalnya yang bertambah dapat mempengaruhi permintaan impor negara tersebut. Penjelasan teori tersebut dapat ditunjukkan dengan persamaan berikut: 12 CA = X (e,y * ) M (e,y) (2.2) CA X M e Y * Y : transaksi berjalan : ekspor : impor : kurs : pendapatan nasional : pendapatan luar negeri 2.2. Ekspor Kegiatan ekspor adalah sistem perdagangan dengan cara mengeluarkan barang-barang dari dalam negeri keluar wilayah pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku. Ekspor merupakan total barang dan jasa yang dijual oleh sebuah negara ke negara lain, termasuk diantara barang-barang, asuransi dan jasa-jasa pada suatu tahun tertentu. 12 Dernburg, Thomas F., 1985

18 Fungsi penting komponen ekspor dari perdagangan luar negeri adalah negara memperoleh keuntungan dan pendapatan nasional naik, yang pada gilirannya menaikkan jumlah output dan laju pertumbuhan ekonomi. Dengan tingkat output yang lebih tinggi, maka lingkaran kemiskinan dapat dipatahkan dan pembangunan ekonomi dapat ditingkatkan. 13 Ekspor maupun impor merupakan faktor penting dalam merangsang pertumbuhan ekonomi suatu negara. Ekspor impor akan memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara, meningkatkan output dunia serta menyajikan akses ke sumber-sumber daya yang langka dan pasar-pasar internasional yang potensial untuk berbagai produk ekspor yang mana tanpa produk-produk tersebut maka negara-negara miskin tidak akan mampu mengembangkan kegiatan dan kehidupan perekonomian nasionalnya. Ekspor juga dapat membantu semua negara dalam menjalankan usaha-usaha pembangunan mereka melalui promosi serta penguatan sektor-sektor ekonomi yang mengandung keunggulan komparatif, baik itu berupa ketersediaan faktor-faktor produksi tertentu dalam jumlah yang melimpah atau keunggulan efisiensi alias produktivitas tenaga kerja. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan pada umumnya, setiap negara perlu merumuskan dan menerapkan kebijakan-kebijakan internasional yang berorientasi ke luar. Dalam semua kasus, kemandirian yang didasarkan pada isolasi, baik yang penuh maupun yang hanya sebagian, tetap saja secara ekonomi akan lebih rendah nilainya daripada partisipasi ke dalam perdagangan dunia yang bebar-benar bebas tanpa batasan atau hambatan apapun. 14 Dalam perekonomian terbuka, output yang diproduksi oleh suatu negara sebagian dikonsumsi oleh masyarakat dalam negeri dan sebagian lain dikonsumsi oleh masyarakat luar negeri. Tindakan mengekspor barang ke luar negeri merupakan injeksi terhadap aliran pendapatan. Di sisi lain, pengeluaran masyarakat sebagian untuk membeli produk dalam negeri dan selebihnya untuk mengkonsumsi impor barang luar negeri. Besar kecilnya ekspor(x) tergantung pada harga dalam negeri (P), nilai tukar (e) dan pendapatan luar negeri (Yf): 13 Jhingan, M.L., 2000 14 Todaro, Michael P dan Stephen C. Smith, 1993

19 X = X (P, e, Yf) (2.3) dimana X (P) < 0 ; X (e) < 0 dan X (Yf) > 0 Sementara impor (M) merupakan fungsi dari harga dalam negeri (P) dan nilai tukar (e) serta pendapatan dalam negeri (Y) sehingga: M = M (Y, P, e) (2.4) dimana M (Y) > 0 ; M (P) > 0 dan M (e) > 0 Selisih antar nilai ekspor dan impor mencerminkan nilai ekspor bersih (nett export). Nilai kurs pada persamaan ekspor dan impor tersebut menggunakan kurs nominal. Dengan memperhitungkan nilai kurs riil ke dalam persamaan ekspor dan impor maka fungsi ekspor bersih adalah sebagai berikut 15 : NX = NX (Y, Yf, R) (2.5) dimana NX (Y) < 0 ; NX(Yf) > 0 dan NX (R) < 0 NX : ekspor netto Y : pendapatan dalam negeri Yf : pendapatan luar negeri R : nilai kurs riil Apabila faktor-faktor lain dianggap tetap, maka kenaikan pendapatan luar negeri (Yf) akan mendorong permintaan luar negeri sehingga dapat meningkatkan ekspor negara mitra dagangnya. Depresiasi riil yang dilakukan oleh suatu negara akan mengubah harga relatif dan menyebabkan harga dalam negeri relatif lebih murah terhadap produk luar negeri sehingga akan mendorong ekspor dan mengurangi dorongan impor. Kenaikan pendapatan dalam negeri (Y) akan meningkatkan pengeluaran impor. 16 Permintaan ekspor juga akan dipengaruhi oleh pendapatan dari negara tujuan ekspor atau negara mitra dagang. Semakin tinggi pendapatan negara mitra dagang, maka semakin tinggi pula permintaan ekspor CPO-nya. Studi empiris mengenai perilaku ekspor dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan, dalam penelitian ini menggunakan salah satu pendekatan yang sering dilakukan, yaitu dengan lebih fokus pada sisi permintaan ekspor. Dalam hal ini, penawaran ekspor diasumsikan bersifat elastis (supply elasticities are perfectly elastic). 15 16 Dornbusch F. dan S. Fisher, 1990

20 Gambar 2.1. Permintaan dan Penawaran Ekspor P P P PH S XS S D PW MD PF D Q Q Q QH QW QF Negara Pengimpor Dunia Negara Pengekspor Sumber: Krugman, Paul R dan M. Obstfeld, 2000 Perubahan nilai tukar mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain dapat memberikan efek terhadap perubahan ekspor. Depresiasi mata uang suatu negara tidak secara langsung memperbaiki ekspornya, karena dalam jangka pendek akan memberikan efek negatif dan selanjutnya dalam jangka panjang akan berdampak pada perbaikan ekspor melalui kenaikan ekspor akibat meningkatnya daya saing internasional dan menurunnya impor karena efek pengalihan pengeluaran penduduk domestik serta meningkatnya permintaan agregat oleh penduduk luar negeri terhadap produk domestik sehingga ekspor dan Produk Domestik Bruto riil atau Gross Domestic Product (GDP) riil juga meningkat. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang terus meningkat setiap tahunnya, tidak terlepas dari peningkatan PDB yang dapat dikatakan cukup pesat, sehingga untuk mengetahui kondisi perekonomian suatu negara dapat dilihat dari perkembangan pendapatan nasional yang ditunjukkan dalam PDB. 2.3. Pertumbuhan Ekonomi Pada dasarnya pertumbuhan ekonomi merupakan masalah makro ekonomi jangka panjang, dimana pada setiap periode masyarakat suatu negara akan berusaha menambah kemampuannya untuk memproduksi barang dan jasa. Sasarannya berupa kenaikan tingkat produksi riil (pendapatan nasional) dan taraf hidup (pendapatan riil perkapita) melalui penyediaan dan pengarahan proses faktor-faktor produksi.

21 Pertumbuhan ekonomi didefinisikan oleh Simon Kuznets, sebagai kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya. Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang diperlukannya. Definisi ini mempunyai 3 (tiga) komponen: pertama, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari meningkatnya secara terus-menerus persediaan barang; kedua, teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajat pertumbuhan kemampuan dalam penyediaan aneka macam barang kepada penduduk; ketiga, penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya penyesuaian di bidang kelembagaan dan ideologi sehingga inovasi yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan umat manusia dapat dimanfaatkan dengan tepat. 17 Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi harus diketahui bagaimana perkembangan produksi riil suatu negara. Pertumbuhan riil yang mencapai 100% mengindikasikan tingkat kesejahteraan masyarakat telah menjadi dua kali lipat dibanding sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi dapat diketahui dari besarnya persentase pertumbuhan ekonomi tahunan. 18 Pertumbuhan ekonomi adalah suatu ukuran kuantitatif yang menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam satu tahun tertentu dibandingkan dengan tahun sebelumnya. 19 Perkembangan dinyatakan dalam bentuk persentase. Meningkatnya aktivitas perekonomian yaitu pendapatan nasionalnya atau PDB-nya, harus dilihat atas dasar harga konstan. 2.5. Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai pergerakan nilai tukar telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Untuk memenuhi relevansi dari penelitian ini, maka dalam tinjauan pustaka tesis ini akan diungkapkan beberapa hasil penelitian sebagai berikut: 17 Jhingan, M.L., 2000 18 McConnell, Campbell dan Brue Stanley L., 1996 19 Sukirno, Sadono, 2005

22 1. Thorny Samanhudi (2009) Penelitian dilakukan untuk mengetahui analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor pertanian Indonesia ke Amerika Serikat untuk komoditas karet, coklat dan CPO. Fungsi ekspor yang digunakan dalam penelitian dituangkan melalui persamaan sebagai berikut: Xind = f (ER,GDP,Pc,Qus) (2.6) Xind : volume ekspor Indonesia ER : nilai tukar rupiah GDP : GDP riil Ameika Serikat Pc : harga komoditi Qus : jumlah penduduk Amerika Serikat Kemudian model tersebut dispesifikasikan dengan persamaan berikut: Xind it = b 0 + b 1 ER 1it + b 2 GDP 2it + b 3 Pc 3it + b 4 Qus 4it + μ it (2.7) Hasil penelitian menemukan adanya pengaruh harga komoditi bahwa semakin meningkat harga produk komoditi maka akan mengurangi volume ekspor komoditas. Sama dengan faktor nilai tukar yang berhubungan negatif, artinya semakin meningkat nilai tukar (depresiasi) maka akan mengurangi volume ekspor komoditas. Sedangkan faktor GDP Amerika Serikat berhubungan positif, artinya semakin meningkat GDP AS maka akan meningkatkan volume ekspor komoditas. Untuk faktor jumlah penduduk AS tidak berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor komoditas. 2. Ernawati Munadi (2007) Penelitian dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia ke India dan mengetahui dampak langsung dari perdagangan bebas. Fungsi permintaan ekspor kelapa sawit yang digunakan dalam penelitian dispesifikasikan sebagai berikut: QX t = f (WPO t, PSTO t, EX, IP t ) (2.8) QX t : jumlah yang diekspor WPO t : harga minyak kelapa sawit dunia PSTO t : harga minyak kedelai dunia EX : nilai tukar rupiah IP t : indeks produksi India

23 Hasil analisis regresi terhadap permintaan ekspor mengindikasikan bahwa dalam jangka pendek permintaan ekspor kelapa sawit dari India dipengaruhi oleh rasio antara harga minyak kedelai dan harga minyak kelapa sawit dunia, dan indeks produksi India. 3. Zainal Abidin (2008) Penelitian ini menganalisis ekspor minyak kelapa sawit (CPO) Indonesia, dengan fungsi ekspor yang digunakan sebagai berikut: X = f (Pd t, Pf t, NT t, Ps t ) (2.9) X : ekspor CPO Pd t : harga minyak sawit domestik Pf t : harga minyak sawit internasional NT t : nilai tukar Ps t : harga minyak kelapa Hasil penelitian menyimpulkan bahwa harga minyak sawit domestik, harga minyak sawit internasional, nilai tukar dan harga minyak kelapa secara simultan berpengaruh signifikan terhadap ekspor minyak sawit Indonesia, sedangkan nilai tukar rupiah secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap ekspor minyak sawit Indonesia. 4. Peter G. Warr dan Frances J. Wollmer (2000) Penelitian ini menggambarkan hubungan permintaan jangka panjang untuk ekspor beras Thailand. Persamaan permintaan komoditas ekspor beras Thailand sebagai berikut: ln X t d = a 0 + a 1 ln (P t x / P t xw) + a 2 ln Y t w (2.10) X t d : volume ekspor beras Thailand P t x : harga ekspor beras Thailand di USA P t xw: harga ekspor gandum di USA Y t w : pendapatan riil negara USA 5. Doddy Budi Waluyo dan Benny Siswanto (1998) Penelitian ini menunjukkan bahwa elastisitas nilai tukar riil terhadap ekspor non migas yang cukup besar dan signifikan mengimplikasikan kebijakan depresiatif rupiah yang dilaksanakan di Indonesia cukup mempengaruhi

24 ekspor non migas, namun pengaruhnya tidak segera dan membutuhkan lag (efek tunda). Selain itu juga pengaruh nilai tukar dalam mendorong ekspor semakin besar dan semakin cepat. 6. Jardine A. Husman (2005) Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pemenuhan Marshall Lerner Condition pada perdagangan internasional Indonesia dengan delapan negara mitra dagang utama secara bilateral dan sekaligus mengetahui fenomena J- Curve pada masing-masing kasus Hasil penelitian ini menyatakan bahwa depresiasi nilai tukar akan memperbaiki neraca perdagangan Indonesia, dengan Marshall Lerner Condition terpenuhi pada hubungan perdagangan Indonesia. Sekalipun Marshall Lerner Condition terpenuhi, pengaruh depresiasi nilai tukar riil terhadap neraca perdagangan bilateral Indonesia relatif kecil. Kondisi ini menunjukkan bahwa terdapat faktor lain diluar nilai tukar yang lebih besar pengaruhnya terhadap kinerja nett export. 7. Siti Astiyah dan M. Setyawan Santoso (2005) Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh perubahan nilai tukar terhadap perilaku ekspor dan impor (trade flows) di Indonesia dan untuk menganalisis apakah depresiasi nilai tukar riil akan memperbaiki kinerja trade balance. Hasil estimasi dari penelitian ini mengindikasikan bahwa nilai tukar riil berpengaruh signifikan terhadap permintaan ekspor dan impor. Fungsi ekspor yang digunakan sebagai berikut: X d it = f (P x it, Y it, REER t ) (2.11) dimana X d it P x it Y it REER t : volume permintaan ekspor : harga barang ekspor : pendapatan riil tujuan ekspor utama barang : nilai tukar efektif riil REER digunakan dalam persamaan permintaan ekspor karena REER merupakan salah satu alat ukur untuk mengetahui daya saing produk ekspor dengan mitra dagangnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai tukar riil berpengaruh signifikan terhadap permintaan ekspor dan impor. Depresiasi REER tidak akan memperbaiki kinerja trade balance baik dalam jangka

25 pendek maupun jangka panjang. Dengan kata lain, meskipun REER dapat meningkatkan ekspor tetapi peningkatan tersebut akan digunakan untuk mengoffset peningkatan nilai impor sehingga trade balance tidak dapat meningkat secara signifikan.