BAB I PENDAHULUAN. antara suami, istri dan anak akan tetapi antara dua keluarga. Dalam UU

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menginginkan bahagia dan berusaha agar kebahagiaan itu tetap menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah merupakan makhluk sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang memiliki harapan untuk membentuk sebuah keluarga dan untuk

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

BAB I PENDAHULUAN. sunnatullah yang umumnya berlaku pada semua mahkluk-nya. Hal ini merupakan

H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6

BAB I PENDAHULUAN. Ajaran agama Islam mengatur hubungan manusia dengan Sang. Penciptanya dan ada pula yang mengatur hubungan sesama manusia serta

BAB I PENDAHULUAN. untuk akad nikah.nikah menurut syarak ialah akad yang membolehkan seorang

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak jaman dahulu hingga saat ini. Karena perkawinan merupakan suatu

Prosiding SNaPP2014Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN EISSN Sri Turatmiyah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa secara berpasangpasangan. yaitu laki-laki dan perempuan. Sebagai makhluk sosial, manusia

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

BAB I PENDAHULUAN. menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. yang didukung oleh umat beragama mustahil bisa terbentuk rumah tangga tanpa. berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan yang bernilai ibadah adalah perkawinan. Shahihah, dari Anas bin Malik RA, Ia berkata bahwa Rasulullah SAW

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan makhluk-nya di dunia ini berpasang-pasangan agar mereka bisa

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam. Sinar Baru al Gesindo, Jakarta. Cet. Ke XXVII. Hal. 374.

ALASAN HAKIM DALAM MEMUTUSKAN MENOLAK PERKARA PEMBATALAN PERKAWINAN (Studi Kasus Di Pengadilan Agama Kota Malang Nomor: 406/Pdt.G /2006/PA.

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama

I. PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan hidup seluruh umat manusia sejak zaman. dibicarakan di dalam maupun di luar peraturan hukum.

BAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya ditulis dengan UUP) menjelaskan, Perkawinan ialah ikatan lahir bathin

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia untuk menikah, karena menikah merupakan gharizah insaniyah (naluri

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. mulia dibanding makhluk lainnya. Manusia memiliki fitrah untuk saling

BAB 1 PENDAHULUAN. dan perempuan dari kedua jenis tersebut Allah menjadikan mereka saling

PEMBATALAN PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO 1 TAHUN 1974 DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM FAKTOR PENYEBAB SERTA AKIBAT HUKUMNYA

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan yang ada di negara kita menganut asas monogami. Seorang pria

BAB I PENDAHULUAN. yang ditakdirkan untuk saling berpasangan dan saling membutuhkan 1. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

BAB IV. ANALISIS YURIDIS TERHADAP PUTUSAN MAJELIS HAKIM MENOLAK PERMOHONAN IWA<D} PERKARA KHULU DALAM GUGATAN REKONVENSI (No. 1274/Pdt.G/2010/PA.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah SWT telah menghiasi alam semesta ini dengan rasa cinta dan kasih

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut urusan keluarga dan urusan masyarakat. 1. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke-tuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA TENTANG DUDUK PERKARANYA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. 1. Pertimbangan Hakim dalam Memutuskan Perceraian (Putusan. Banyuwangi) perspektif UU No.

BAB I PENDAHULUAN. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Apabila mereka melangsungkan perkawinan maka timbullah hak dan

BAB I PENDAHULUAN. Qur anul Karim dan Sunnah Rosullulloh saw. Dalam kehidupan didunia ini, Firman Allah dalam Q.S. Adz-Dzaariyat : 49, yang artinya :

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-nya, baik pada manusia, hewan, maupun, tumbuh-tumbuhan. Ia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1975 dan Peraturan Menteri Agama Nomor 3 dan 4 Tahun 1975 bab II

BAB I PENDAHULUAN. hidup seluruh umat manusia, sejak zaman dahulu hingga kini. Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu manusia wajib berdoa dan berusaha, salah satunya dengan jalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan dalam agama Islam disebut Nikah yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi oleh Negara. Perkawinan menurut Pasal 1 Undang-undang Nomor 1

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

BAB I PENDAHULUAN. keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami isteri memikul amanah dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena

SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN PERCERAIAN KARENA FAKTOR KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (STUDY KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. bersama yang disebut dengan lembaga perkawinan. merupakan ibadah (Pasal 2 Kompilasi Hukum Islam). 2

BAB I PENDAHULUAN. satu dengan yang lainnya untuk dapat hidup bersama, atau secara logis

II. TINJAUAN PUSTAKA. UU Perkawinan dalam Pasal 1 berbunyi Perkawinan adalah ikatan lahir batin

TINJAUAN YURIDIS DAMPAK PERKAWINAN BAWAH TANGAN BAGI PEREMPUAN OLEH RIKA LESTARI, SH., M.HUM 1. Abstrak

TINJAUAN TEORITIS ASAS MONOGAMI TIDAK MUTLAK DALAM PERKAWINAN. Dahlan Hasyim *

BAB I PENDAHULUAN. agar hubungan laki-laki dan perempuan mampu menyuburkan ketentraman,

BAB I PENDAHULUAN. serta membutuhkan manusia lainnya untuk hidup bersama dan kemudian

BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA TENTANG DUDUK PERKARANYA

BAB I PENDAHULUAN. dengan melangsungkan Perkawinan manusia dapat mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 1 Sedangkan menurut

KUISIONER HASIL SURVEI TESIS

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dalam ikatan yang sah sebagaimana yang diatur dalam Islam,

Falasifa, Vol. 7 Nomor 1 Maret

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1974 Tentang perkawinan BAB I DASAR PERKAWINAN. Pasal 1. Pasal 2

AKIBAT HUKUM PERCERAIAN TERHADAP HARTA. BERSAMA di PENGADILAN AGAMA BALIKPAPAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, perkawinan tidak hanya mengandung unsur hubungan manusia. harus memenuhi syarat maupun rukun perkawinan, bahwa perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. seorang wanita untuk membentuk rumah tangga (keluarga) yang bahagia dan

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat dan saling berinteraksi. Manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa. adanya atau dengan membentuk sebuah keluarga.

SOAL SEMESTER GANJIL ( 3.8 )

BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN

BAB III PUTUSNYA PERKAWINAN KARENA MURTAD MENURUT HUKUM POSITIF. A. Putusnya Perkawinan karena Murtad dalam Hukum Positif di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak

BAB I PENDAHULUAN. bentuknya yang terkecil, hidup bersama itu dimulai dengan adanya sebuah keluarga.

BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA TENTANG DUDUK PERKARANYA

MENGENAL PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Oleh: Marzuki

BAB I PENDAHULUAN. Sunnatullah yang berlaku pada semua makhluk-nya, baik pada manusia, Allah SWT sebagai jalan bagi makhluk-nya untuk berkembang, dan

BAB I PENDAHULUAN. sahnya perkawinan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di

BAB IV. ANALISIS DASAR DAN PERTIMBANGAN MAJELIS HAKIM DALAM PENETAPAN PENGADILAN AGAMA BLITAR NO. 0187/Pdt.P/2014/PA.BL

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh Undang-Undang. 1 Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam setiap perjalanan hidupnya, sudah pasti memiliki

BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA MALANG NOMOR: 786/PDT.G/2010/PA.MLG PERIHAL KUMULASI PERMOHONAN IZIN POLIGAMI DAN IS BAT NIKAH

bismillahirrahmanirrahim DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA. Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan

Dengan adanya masalah pokok diatas maka dapat pula dikemukakan dua sub masalah, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarikmenarik

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa hidup bersama dengan orang lain. Naluri untuk hidup bersama

Setiap orang yang melaksanakan perkawinan mempunyai tujuan untuk. pada akhirnya perkawinan tersebut harus berakhir dengan perceraian.

BAB IV. Putusan Pengadilan Agama Malang No.0758/Pdt.G/2013 Tentang Perkara. HIR, Rbg, dan KUH Perdata atau BW. Pasal 54 Undang-undang Nomor 7

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kamus bahasa arab, diistilahkan dalam Qadha yang berarti

IZIN POLIGAMI AKIBAT TERJADI PERZINAAN SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DI PENGADILAN AGAMA YOGYAKARTA

AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP. ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora)

bismillahirrahmanirrahim

BAB III METODE PENELITIAN. perceraian terbanyak di Jawa Timur setelah Banyuwangi. memudahkan proses penelitian skripsi ini.

BAB I PENDAHULUAN. Hak dan kewajiban tersebut harus dipenuhi oleh pasangan suami istri yang terikat

BAB I PENDAHULUAN. Akomodatif artinya mampu menyerap, menampung keinginan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. melindungi hak-hak perempuan dalam perkawinan. 1 Disamping itu pencatatan. bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkawinan merupakan salah satu asas pokok yang paling utama dalam kehidupan rumah tangga yang sempurna. Perkawinan bukan hanya merupakan satu jalan yang amat mulia untuk mengatur kehidupan rumah tangga dan keturunan akan tetapi juga dapat dipandang sebagai satu jalan menuju perkenalan antara satu kaum dengan kaum yang lainnya. Pertalian perkawinan adalah pertalian yang seteguh-teguhnya dalam kehidupan rumah tangga, bukan saja antara suami, istri dan anak akan tetapi antara dua keluarga. Dalam UU Perkawinan No 1 Tahun 1974 tentang Dasar perkawinan Pasal 1 Perkawinan didefinisikan sebagai ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga, rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa. 1 Pencantuman berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa adalah karena negara Indonesia berdasarkan kepada Pancasila yang sila pertamanya adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Sampai disini tegas dinyatakan bahwa perkawinan mempunyai hubungan yang erat sekali dengan agama, kerohanian sehingga perkawinan bukan hanya mempunyai unsur lahir atau jasmani akan tetapi juga memiliki unsur batin atau rohani. 2 Dalam perspektif Kompilasi Hukum Islam (KHI) seperti yang terdapat dalam pasal 2 dinyatakan bahwa perkawinan dalam 1 Prof. R Subekti, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, cet. Ke-37 (Jakarta: PT Pradnya Paramita, 2006), hal. 537-538 2 Amirul Nuruddin, Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indnesia, (Jakarta: kencana 2004), hal. 43

hukum Islam adalah akad yang sangat kuat atau miitsaaqon gholiidhan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah. Kata miitsaaqon gholiidhan ini diambil dari firman ALLah SWT yang terdapat pada surat An-nisa ayat 21: Artinya: Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, Padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami-isteri. dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu Perjanjian yang kuat. 3 Walaupun pada dasarnya melakukan perkawinan itu adalah bertujuan untuk selama-lamanya, tetapi adakalanya ada sebab-sebab tertentu yang mengakibatkan pernikahan tidak dapat diteruskan dan harus putus ditengah jalan atau terpaksa putus dengan sendirinya, dengan kata lain terjadi perceraian antara suami dan istri. Dalam mengarungi bahtera rumah tangga, adakalanya saat-saat dalam kehidupan manusia tidak mungkin baginya melanjutkan hubungan yang akrab bagi kedua belah pihak, sudah merupakan sifat manusia bahwa sekalipun dia telah mencapai segenap prestasi dan menigkatkan keilmuan namun kelemahannya sebagai manusia tetap lebih menonjol. Ketika perkawinan tidak lagi bisa di pertahankan maka jalan terbaik adalah perceraian, dari pada terseret kelain hal yang lebih banyak mudorotnya sehingga banyak hal-hal lain yang menjadi korban maka perceraian harus dilakukan apabila keadaan seperti itu timbul. Banyak terjadi rusaknya perkawinan yang disebabkan karena salah satu pihak menemui celah pada pihak lain atau 3 Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahannya: QS An-Nisa : 21

merasa tertipu atas hal-hal yang belum diketahui sebelum berlangsungnya perkawinan, alasan lain biasanya adalah hal-hal yang membatalkan akad nikah yang dulunya tidak atau belum diketahui. Pembatalan perkawinan merupakan suatu putusan pengadilan yang diwajibkan melalui persidangan bahwa perkawinan yang telah dilangsungkan tersebut mempunyai cacat hukum. Hal ini dibuktikannya dengan tidak terpenuhinya persyaratan atau rukun nikah atau disebabkan dilanggarnya ketentuan yang mengharamkan perkawinan tersebut. Pembatalan perkawinan hanya dapat diputuskan oleh pengadilan yang daerah kekuasaannya meliputi tempat dilangsungkannya suatu perkawinan itu, atau di tempat tinggal kedua mempelai atau di tempat tinggal suami atau istri. Pengajuan permohonan pembatalan perkawinan ini dilakukan oleh yang berhak mengajukannya. 4 Perkara pembatalan perkawinan yang berkenaan dengan akad nikah berarti membatalkan perkawinan. Pembatalan perkawinan bisa terjadi karena syaratsyarat yang tidak terpenuhi pada akad nikah atau karena hal-hal lain yang datang kemudian dan menyebabakan batalnya perkawinan tersebut. Ada dua rukun pernikahan dalam islam, yaitu ijab (permohonan) dan qabul (penerimaan). Menurut mazhab maliki ada 5 syarat nikah. Pertama, wali jika nikah tanpa wali tidak sah nikahnya. Kedua, mahar atau mas kawin. Ketiga, mempelai laki-laki. Keempat, mempelai perempuan yang bukam dalam masa iddah dan bukan sedang ihram. Kelima, adanya sighah ( ucapan) yang memberikan pengertian ijab dan qabul. 5 4 Djoko Prakoso, S.H., I Ketut Murtika, S.H., Asas-asas Hukum Perkawinan di Indonesia, (Jakarta: PT Bina Aksara, 1987), hal. 87 5 A.Rahman Doi, Karakteristik Hukum Islam (Jakarta : Raja Grafindo Persada. 1996) hal. 250

Hasil putusan merupakan pernyataan hakim yang dituangkan dalam bentuk tertulis dan diucapkan oleh hakim dalam sidang terbuka untuk umum,sebagai suatu produk pengadilan (Agama) dan sebagai hasil dari suatu pemeriksaan perkara gugatan berdasarkan adanya suatu sengketa. Putusan peradilan perdata termasuk peradilan Agama, yaitu membuat perintah untuk melaksanakan suatu putusan, jadi suatu putusan selalu bersifat condemnatoir (menghukum), atau bersifat constitutoir (menciptakan). Perintah dari pengadilan ini, jika tidak dilaksanakan dengan suka rela, dapat diperintahkan untuk dilaksanakan secara paksa yang disebut dengan eksekusi. 6 Dalam memutus perkara permohonan pembatalan perkawinan, hakim tidak selalu mengabulkan permohonan pemohon. Terkadang hakim juga menolak permohonan pembatalan perkawinan yang diajukan oleh pemohon. Maka dalam penelitian ini peneliti akan membahas tentang pembatalan perkawinan dimana istri mengajukan permohonan pembatalan perkawinan kepada Pengadilan Agama Kota Malang karena suami dianggap memalsukan identitas ketika menikah dengan istri keduanya. Sedangkan ketika mengajukan permohonan ini, suami telah meninggal dunia. Dengan adanya permohonan pembatalan perkawinan tersebut, maka peneliti ingin mengetahui apa sebenarnya alasan pemohon dalam mengajukan perkara pembatalan perkawinan, sehingga majlis hakim menetapkan bahwa perkara tersebut merupakan perkara pembatalan perkawinan, akan tetapi mengapa Pengadilan Agama Kota Malang menolak perkara tersebut. 153 6 Sulaikin Lubis, Hukum acara perdata peradilan Agama (Jakarta: Kencana 2006), hal.

Dengan adanya putusan Pengadilan Agama menolak perkara pembatalan perkawinan tersebut, maka peneliti mengangkat tema penelitian ini dengan judul ALASAN HAKIM DALAM MEMUTUSKAN MENOLAK PERKARA PEMBATALAN PERKAWINAN (Studi Kasus Di Pengadilan Agama Kota Malang Nomor: 406/Pdt.G /2006/PA.Malang) B. Rumusan Masalah Dari uraian diatas yang sudah dijelaskan maka permasalahan yang akan dibahas adalah : 1. Apa yang menjadi dasar Hukum bagi Hakim dalam memutuskan Perkara Pembatalan Perkawinan? 2. Alasan Hukum Bagi Hakim Memutuskan Menolak Perkara Pembatalan Perkawinan. C. Tujuan 1. Untuk mengetahui dasar hukum yang digunakan majlis hakim dalam memutuskan perkara pembatalan perkawinan. 2. Untuk mengetahui alasan hakim mengapa hakim menolak perkara pembatalan perkawinan tersebut. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat secara teoritis a. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai acuan bagi mahasiswa agar dapat menjelaskan tentang pengertian perkara pembatalan perkawinan mulai dari teori, tindakan serta aspek yuridis yang

mengatur baik dari Undang-undang No 1 Tahun 1974 maupun dalam Kompilasi hukum Islam. b. Untuk mengetahui dan memproleh gambaran tentang perkara pembatalan perkawinan, dasar pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara pembatalan perkawinan yang ada di Pengadilan Agama Kota Malang serta akibat hukum atas putusan tersebut. 2. Manfaat secara praktis Untuk memperoleh gambaran yang nyata tentang perkara pembatalan perkawinan yang dilakukan masyarakat terhadap syari at perkawinan dan penyelesaiannya, sehingga dapat menambah pengetahuan dan jadi bekal dalam penekunan profesi nantinya. E. METODE PENELITIAN a. Jenis Penelitian Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian lapangan, disebut penelitian lapangan karena penelitian ini dilakukan pada masyarakat tertentu, yang dalam hal ini Pengadilan Agama Kota Malang. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kasus (Case Study) yaitu suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam terhadap suatu atau gejala tertentu. Ditinjau dari wilayahnya maka penelitian kasus hanya meliputi daerah atau subyek yang sangat sempit, tetapi ditinjau dari sifat penelitian kasus lebih mendalam. 7 7 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: Bina Aksara, 1986), hal. 115

b. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif ini yang digunakan adalah wawancara, pengamatan dan pemanfaatan dokumen. 8 Dan penelitian Kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut. Sebagaimana yang diungkapkan Bagdan dan Taylor 9 mendefinisikan Metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan indifidu tersebut secara holistic (utuh). c. Sumber Data Menurut Lofland, 10 sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Dalam hal ini yang digunakan penulis ada dua macam sumber data, yaitu: a) Data Primer Data primer adalah data yang diambil dengan cara mengamati atau mewawancarai yang merupakan sumber data utama. 8 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2002), hal. 5 9 Ibid.,hal 4. 10 Ibid., hal. 157

b) Data Sekunder, Data sekunder antara lain berasal dari sumber tertulis yaitu, sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi dan dokumen resmi. 11 d. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: a. Dokumentasi, yaitu data yang bersumber dari bahan-bahan tertulis, dokumendokumen, dokumentasi (foto lapangan), laporan-laporan resmi serta arsip-arsip. Di gunakan metode ini, karena mampu memberikan realitas yang ada kepada peneliti sesuai dengan rekapitulasi data atas segala kegiatan dan kejadian yang berlangsung dilapangan. Yang nantinya dapat di gunakan peneliti sebagai bahan untuk melanjutkan penelitian selanjutnya khususnya dalam paparan data dan analisa data. Dalam hal ini penulis memilih Pengadilan Agama Kota Malang sebagai lokasi Dokumentasi dalam penelitian tersebut, dikarenakan di Pengadilan Agama Kota Malang terdapat kasus yang berkaitan dengan judul peneliti. b. Wawancara. Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari tes wawancara (interviewer). 12 Interview (wawancara) digunakan 11 Ibid., hal, 158 12 Suharsimi Arikunto, Op.Cit., hal. 126

karena wawancara atau percakapan (Tanya jawab) secara langsung terhadap beberapa orang yang dianggap kompeten terhadap penelitian ini, untuk dimintai keterangan mengenai segala sesuatu yang diperlukan, serta berhubungan dengan fokus penelitian mampu untuk memberikan kejelasan-kejelasan kepada peneliti dalam menjawab permasalahan-permasalahan yang ada di dalam penelitian ini. Dalam hal ini yang menjadi responden adalah para pihak yang berperkara dan Hakim Pengadilan Agama Kota Malang beserta staf Pengadilan Agama Kota Malang. Wawancara digunakan untuk mendapatkan data tentang gambaran umum dari permasalahan. e. Analisis Data Setelah data terkumpul dianalisis dengan menggunakan analisis isi (content analysis). Pengolahan selanjutnya dengan menggunakan analisis data kualitif tidak lepas dari masalah yang mendasar diawal penelitian yaitu: 1. Latar belakang masalah 2. Permasalahan 3. Tinjauan pustaka (kerangka teori atau pemikiran dan konsepsional) 4. Hasil penelitian berupa penemuan data yang kemudian diolah dan disajikan Proses analisa datanya, terdiri dari penetapan fokus permasalahan tentang segala hal yang akan di teliti. Selanjutnya proses pencarian permasalahan akan di sinkronkan dengan teori dan tinjauan pustaka yang relevan dan dapat mendukung

peneliti dalam menjabarkan temuan-temuan penelitian berdasarkan temuan dilapangan tentunya. Untuk selanjutnya akan ditarik kesimpulan dan ditutup dengan saran diakhir penelitian. Proses analisa data yang dipakai disini adalah proses analisa isi dari data yang didapat peneliti melalui hasil wawancara dan dokumentasi dengan sumber-sumber terkait dengan penelitian ini.