PROFIL KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA BERBENTUK OPEN-START PADA MATERI BANGUN DATAR

dokumen-dokumen yang mirip
PROFIL KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA OPEN-ENDED MATERI PECAHAN BERDASARKAN TINGKAT KEMAMPUAN MATEMATIKA

BAB V PEMBAHASAN. A. Penerapan Metode Problem Solving. Berbicara tentang pemecahan masalah tidak bisa dilepaskan dari tokoh

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA PADA MATERI REGULA FALSI

IDENTIFIKASI TINGKAT KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF (TKBK) SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL OPEN ENDED PADA MATERI SEGIEMPAT DI KELAS VIII SMP

KECENDERUNGAN SISWA KELAS XII IPA SMA NEGERI 1 ROWOKELE DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMTIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DI SMP NEGERI 2 TELAGA

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 2 Tahun 2014

DISPOSISI MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH BERBENTUK OPEN START DI SMP NEGERI 10 PONTIANAK

PROFIL KEMAMPUAN PENALARAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH ARITMETIKA SOSIAL

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA MELALUI PEMECAHAN MASALAH TIPE WHAT S ANOTHER WAY Tatag Yuli Eko Siswono 1 Whidia Novitasari 2

Jurnal Saintech Vol No.04-Desember 2014 ISSN No

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sekelompok orang diminta untuk mengerjakan sebuah tugas yang tidak mudah

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 1 No.5 Tahun 2016 ISSN :

PROSES BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA DITINJAU BERDASARKAN KEMAMPUAN MATEMATIKA

KECERDASAN LOGIS-MATEMATIS SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA PADA MATERI KOMPOSISI FUNGSI

PROFIL KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH OPEN-ENDED PADA MATERI BANGUN DATAR SEGIEMPAT BAGI SISWA SMP

Profil Pemecahan Masalah Matematika Siswa Ditinjau dari Gaya Kognitif Reflektif dan Impulsif

MEMBANGUN KEMANDIRIAN BELAJAR MELALUI STRATEGI METAKOGNITIF MATEMATIKA

PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN OSCAR

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat, ditambah

PROFIL PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA OPEN-ENDED SISWA SMP BERDASARKAN TINGKAT KECERDASAN EMOSIONAL

Bella Agustin Hariyanto Bambang Soerjono. Program Sarjana, STKIP PGRI Sidoarjo Jalan Kemiri Sidoarjo. Abstak

PROFIL KEMAMPUAN MEMECAHAN MASALAH KESEIMBANGAN BENDA TEGAR SISWA KELAS XIA2 SMAN 1 SAMBIT PONOROGO DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi manusia. Kemampuan berpikir kreatif merupakan hasil dari interaksi

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No. 6 Tahun 2017 ISSN :

Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Ditinjau Dari Gender Di Sekolah Dasar

IDENTIFIKASI TINGKAT METAKOGNISI SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA BERDASARKAN PERBEDAAN SKOR MATEMATIKA

P 46 BERPIKIR KREATIF SISWA MEMBUAT KONEKSI MATEMATIS DALAM PEMECAHAN MASALAH

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA. Ardiyanti 1), Haninda Bharata 2), Tina Yunarti 2)

ANALISIS KESULITAN MEMECAHKAN MASALAH PADA MATA KULIAH FISIKA MODERN MAHASISWA CALON GURU FISIKA

ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PROGRAM LINIER

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING SEARCH, SOLVE, CREATE, AND SHARE PADA MATERI ALJABAR DI KELAS VIII SMP NEGERI 22 SURABAYA

Yonathan SMP Negeri 1 Tolitoli, Kab. Tolitoli, Sulawesi Tengah ABSTRAK

IMPLEMENTASI SCAFFOLDING UNTUK MENGATASI KESALAHAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH LINGKARAN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan ilmu yang penting dalam kehidupan manusia.

Alamat Korespondensi: Jl. Ir. Sutami No. 36A Kentingan Surakarta, , 2)

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 3 Tahun 2014

Representasi Mahasiswa Berkemampuan Matematika Tinggi Dalam Memecahkan Masalah Program Linier

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENGAJUAN DAN PEMECAHAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Konseptual. 1. Metakognitif. Menurut Flavell (1976) yang dikutip dari Yahaya (2005), menyatakan

KEMAMPUAN PENYELESAIAN MASALAH MATEMATIS SISWA DALAM MATERI KUBUS DI KELAS IX SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

STUDI KUALITATIF GAYA BERPIKIR PESERTA DIDIK DALAM MEMECAHKAN MASALAH FISIKA INTISARI

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA BERDASARKAN LANGKAH-LANGKAH POLYA PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL SISWA KELAS VII SMP N 1 BRINGIN

Please purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark.

PROSES BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS V SDN SIDOREJO LOR 03 SALATIGA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN. Abstrak

EFIKASI DIRI DAN METAKOGNISI SISWA KELAS X SMA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL GEOMETRI. Kata kunci: Efikasi, metakognisi dan penyelesaian masalah.

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA SPLDV BERDASARKAN LANGKAH PENYELESAIAN POLYA

IDENTIFIKASI TINGKAT BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI TIPE SOAL OPEN ENDED

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DALAM STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW)

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PECAHAN DALAM BENTUK CERITA PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 5 PALOPO

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Amira Yahya. Guru Matematika SMA N 1 Pamekasan. & Amira Yahya: Proses Berpikir Lateral 27

PROFIL BERPIKIR KRITIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNCP YANG BERKEMAMPUAN LOGIKA TINGGI DALAM PEMECAHAN MASALAH OPEN ENDED

Key Words: Identification Strategies, Problem solving, Surface Area and Volume Beams

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA PADA PEMBELAJARAN PROBLEM POSING BERKELOMPOK

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas dan bermoral. Untuk

ANALISIS KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN LANGKAH POLYA SISWA KELAS VII SMP

PROFIL BERPIKIR SISWA SMA DENGAN TIPE KEPRIBADIAN CHOLERIS DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI PERBEDAAN JENIS KELAMIN

SKRIPSI OLEH: ROFININGRUM FATIMAH NPM:

Nita Giovani, Budiyono Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo

ANALISIS PERILAKU PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA MATERI SEGIEMPAT KELAS VII SMPN 7 SURABAYA

Kata Kunci: pemecahan masalah, masalah nonrutin, kesalahan siswa.

BAB I PENDAHULUAN. ilmu-ilmu eksak. Suherman menjelaskan bahwa pelajaran matematika mempunyai

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

REPRESENTASI PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA OLEH SISWA SEKOLAH DASAR. Janet Trineke Manoy

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkup persekolahan. Suherman mendefinisikan pembelajaran adalah proses

BAB II KAJIAN TEORITIK

MULTIPLE REPRESENTASI CALON GURU DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI BERFIKIR KREATIF

P 1 Proses Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar (SD) Berkemampuan Matematika Tinggi Dalam Pemecahan Masalah Matematika Terbuka

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATA KULIAH ALJABAR DAN TRIGONOMETRI

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 3 Tahun 2014

1. PENDAHULUAN. berkemampuan rendah.

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 17 Mei 2016 dengan tujuan untuk

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

ANALYSIS OF STUDENT REASONING ABILITY BY FLAT SHAPE FOR PROBLEM SOLVING ABILITY ON MATERIAL PLANEON STUDENTS OF PGSD SLAMET RIYADI UNIVERSITY

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP

PROFIL PEMECAHAN MASALAH KONTEKSTUAL GEOMETRI SISWA SMP BERDASARKAN ADVERSITY QUOTIENT (AQ)

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN BELIEFS SISWA PADA PEMBELAJARAN OPEN-ENDED DAN KONVENSIONAL

KEMAMPUAN BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA (THE THINKING ABILITY OF STUDENTS IN SOLVING MATHEMATICS STORY PROBLEMS)

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II KAJIAN TEORETIS

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA. Oleh

PENGARUH PEMBELAJARAN PROBLEM POSING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA MTS KELAS VIII

PEMECAHAN MASALAH PADA SOAL CERITA UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR

Nur Cholisah Matematika, FMIPA, UNESA Kampus Ketintang Surabaya 60231, telp (031) , Ps. 304,

BAB I PENDAHULUAN (1982:1-2):

BAB I PENDAHULUAN. standar isi menyatakan bahwa, mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PADA BAHASAN HIMPUNAN DENGAN PENDEKATAN PROBLEM SOLVING UNTUK SISWA SMP KELAS VII

Alamat Korespondensi: Jalan Ir. Sutami No 36 A Kentingan Surakarta, , 3)

BAB III METODE PENELITIAN

P - 51 DIAGNOSIS KESALAHAN SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH FAKTORISASI BENTUK ALJABAR

UNION: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol 1 No 1, November 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Abstract. Keywords: Statistical Learning, Cooperatif Learning, Snowball Throwing. Abstrak

Pengembangan Soal-Soal Open-Ended pada Pokok Bahasan Barisan dan Deret Bilangan di Kelas IX A SMP Negeri 2 Tolitoli

Disusun untuk memenuhi syarat mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi S1 Pendidikan Matematika. Oleh YULIANA ISMAWATI JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. rendahnya kualitas atau mutu pendidikan matematika. Laporan Badan Standar

Transkripsi:

1 PROFIL KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA BERBENTUK OPEN-START PADA MATERI BANGUN DATAR ABSTRAK Octa S. Nirmalitasari UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA yoona_kibum@yahoo.com Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penilian ini adalah siswa kelas X-7 Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo. Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data tes kemampuan matematika siswa dan data hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematika berbentuk open start diperoleh dari tes tulis dan wawancara Hasil penelitian ini adalah, siswa kemampuan tinggi dalam memahami masalah, merencanakan pemecahan masalah, melakukan rencana pemecahan masalah dan memeriksa kembali pemecahan masalah termasuk kategori baik. Siswa kemampuan sedang dalam memahami masalah termasuk kategori cukup, dalam merencanakan pemecahan masalah termasuk kategori cukup dan tidak dapat dikategorikan, dalam melakukan rencana pemecahan masalah termasuk kategori cukup dan tidak dapat dikategorikan dan dalam memeriksa kembali pemecahan masalah termasuk tidak dapat dikategorikan dan kurang. Siswa kemampuan rendah dalam memahami masalah termasuk kategori cukup, dalam merencanakan pemecahan masalah termasuk kategori cukup dan kurang, sedangkan dalam melakukan rencana pemecahan masalah dan memeriksa kembali pemecahan masalah termasuk kategori kurang. Kata kunci : masalah, Masalah Open-Start 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah merupakan hal yang ingin dihindari oleh semua orang. Namun kenyataannya semua orang sulit untuk menghindari suatu masalah karena kehidupan selalu menghadirkan masalahmasalah yang harus dicari pemecahannya. Jika tidak berhasil untuk memecahkannya harus berusaha memecahkannya dengan cara yang lainnya sampai masalah tersebut terselesaikan. Dalam pelajaran matematika, soal dapat dinyatakan sebagai masalah dengan syarat soal tersebut dapat dimengerti oleh siswa dan menjadi tantangan bagi siswa untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, serta tidak dapat diselesaikan dengan prosedur rutin yang telah diketahui oleh siswa. Hudojo (2001:162) mengemukakan bahwa suatu pertanyaan (soal) merupakan suatu masalah apabila seseorang tidak mempunyai aturan yang digunakan untuk menyelesaikan pertanyaan tersebut. Terdapat berbagai jenis masalah dalam matematika, salah satunya adalah masalah matematika berbentuk open-start. Masalah matematika berbentuk open-start merupakan masalah matematika yang memiliki bermacammacam metode pemecahan tetapi hanya memiliki satu jawaban dimana langkah awal yang akan digunakan dalam pemecahan masalah masih belum jelas. Menurut Monaghany (2009), Ciri khas dari masalah matematika berbentuk open-start adalah saat siswa dihadapkan pada masalah berbentuk open-start, mereka tidak langsung mengetahui cara pemecahan yang harus digunakan, sebaliknya akan ada sedikit keragu-raguan dalam otak mereka

2 tentang apa yang ditanya, kapan langkah-langkah pemecahannya mencapai akhir, dan kapan jawabannya akan ditemukan. Maksudnya adalah saat diminta untuk mengerjakan soal matematika berbentuk open-start maka siswa tidak secara langsung mengetahui langkah apa yang akan digunakan untuk memecahkan masalah tersebut dan saat proses memecahkan masalah tersebut siswa juga belum yakin apakah langkah yang digunakan akan menuntun pada jawaban yang benar. Dalam menghadapi suatu masalah diperlukan suatu pemecahan masalah. masalah dapat diartikan sebagai suatu respon terhadap pertanyaan dimana pertanyaan tersebut belum diketahui metode pemecahannya (Monaghany: 2009). Menurut Polya (dalam Upu, 2003:31) mengartikan pemecahan masalah sebagai suatu usaha untuk mencari jalan keluar dari suatu kesulitan guna mencapai suatu tujuan yang tidak begitu mudah segera dapat dicapai. Menurut Polya (dalam Upu, 2003:34), dalam pemecahan suatu masalah terdapat empat langkah yang harus dilakukan yaitu : 1) Memahami masalah, 2) Merencanakan pemecahannya, 3) Menyelesaikan masalah sesuai rencana langkah kedua, dan 4) Memeriksa kembali hasil yang diperoleh (looking back). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tentang profil (gambaran) kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika berbentuk openstart dengan materi bangun datar yang dilakukan pada siswa SMA kelas X sebagai subjek penelitian. Kemampuan siswa dibedakan menjadi kemampuan tingkat tinggi, kemampuan tingkat sedang dan kemampuan tingkat rendah. Materi bangun datar dipilih karena siswa telah menerima materi tersebut sebelumnya dan materi bangun datar mudah ditemukan aplikasi masalahnya yang sesuai dengan karakteristik open-start. Untuk memperoleh profil kemampuan subjek maka setiap subjek diberi beberapa soal tes kemampuan awal. Kemudian dari hasil tersebut, dipilih dua siswa dengan kemampuan tinggi, dua siswa dengan kemampuan sedang dan dua siswa dengan kemampuan rendah untuk diberi soal tes berbentuk masalah open-start. Setelah itu, dilakukan wawancana pada enam subjek yang telah dipilih. Berdasarkan beberapa uraian di atas, penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana profil siswa kemampuan tingkat tinggi, tingkat sedang dan tingkat rendah dalam memecahkan masalah matematika. Oleh karena itu peneliti akan melakukan penelitian dengan judul Profil Kemampuan Siswa Dalam Memecahkan Masalah Matematika Berbentuk Open-start Pada Materi Bangun Datar. A. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana profil kemampuan siswa tingkat tinggi dalam memecahkan masalah matematika berbentuk open-start pada materi bangun datar? 2. Bagaimana profil kemampuan siswa tingkat sedang dalam memecahkan masalah matematika berbentuk open-start pada materi bangun datar? 3. Bagaimana profil kemampuan siswa tingkat rendah dalam memecahkan masalah matematika berbentuk open-start pada materi bangun datar? B. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: 1. Profil kemampuan siswa tingkat tinggi dalam memecahkan masalah matematika berbentuk open-start pada materi bangun datar. 2. Profil kemampuan siswa tingkat sedang dalam memecahkan masalah matematika berbentuk open-start pada materi bangun datar. 3. Profil kemampuan siswa tingkat rendah dalam memecahkan masalah matematika berbentuk open-start pada materi bangun datar. 2. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Masalah matematika Terdapat bermacam-macam teori tentang definisi dari masalah. Suherman (2003:92) menjelaskan bahwa suatu masalah biasanya memuat suatu situasi yang mendorong seseorang untuk menyelesaikannya akan tetapi tidak tahu secara langsung apa yang harus dikerjakan untuk menyelesaikannya. Sumardyono (2010:1) berpendapat bahwa tidak setiap soal dapat disebut sebagai masalah.

3 Ciri-ciri suatu soal disebut masalah paling tidak memuat dua hal yaitu: a. Soal tersebut menantang pikiran (challenging). b. Soal tersebut tidak otomatis diketahui cara penyelesaiannya. Dari beberapa definisi di atas, maka peneliti mendefinisikan bahwa masalah merupakan pertanyaan atau soal yang cara pemecahannya tidak diketahui secara langsung. Sedangkan masalah matematika dalam penelitian ini adalah suatu pertanyaan atau soal matematika yang cara pemecahannya tidak diketahui secara langsung. 2.2 Masalah Matematika Berbentuk Open- Start Salah satu bentuk masalah dalam matermatika adalah masalah matematika terbuka. Foong (2009) mengemukakan masalah terbuka (open problem) adalah masalah yang tidak terstruktur dengan baik atau tidak lengkap dan tidak ada suatu prosedur yang pasti untuk mendapatkan solusi yang tepat. Monaghany (2009) membagi masalah matematika terbuka (open problem) menjadi masalah matematika berbentuk open ended dan open start. Perbedaan tersebut terletak pada jawaban akhir dari permasalahan yang diajukan. Jika masalah open ended memiliki lebih dari satu cara pemecahan dan jawaban, maka masalah matematika berbentuk open-start memiliki jawaban yang tertutup. Maksudnya masalah open-start hanya memiliki satu jawaban akhir. Hellstrom (dalam Monaghany 2009: 22) menjelasakan tentang perbedaan masalah matematika berbentuk open-ended dengan masalah matematika berbentuk open-start sebagai berikut: Based one or different strategies (start) and one or different answers (ends), open start problem would be many strategies-one-answer test items. Maksud dari kutipan tersebut adalah masalah berbentuk open-ended memiliki banyak pemecahan, sedangkan masalah berbentuk open-start memiliki banyak metode pemecahan masalah. Pada penelitian ini, peneliti akan menfokuskan pembahasan pada masalah matematika berbentuk open-start. Monaghany (2009) menjelaskan syarat utama dari masalah berbentuk open-start adalah masalah tersebut harus memiliki jawaban akhir yang tertutup atau jawaban tunggal. Selain itu, seperti halnya masalah matematika lainnya masalah matematika berbentuk open-start, tidak bisa langsung diperkirakan cara pemecahannya. Berikut hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemecahan masalah berbentuk open-start menurut Monaghany (2009): 1. Pengetahuan dan pemahaman matematika yang dibutuhkan dalam pemecahan masalah harus sudah diketahui dengan baik. 2. Siswa tidak boleh familiar dengan masalahmasalah sejenis. Inti dari masalah berbentuk open-start adalah belum jelas langkah awal apa yang akan digunakan dalam pemecahan masalah. 3. Belum ada kepastian, apakah strategi pemecahan masalah yang digunakan akan berhasil, dan siswa harus menerima bahwa usaha lebih jauh mungkin akan dibutuhkan dalam pemecahan masalah. Dari pendapat-pendapat di atas, peneliti mendefinisikan masalah matematika berbentuk open-start sebagai masalah matematika yang memiliki bermacam-macam metode pemecahan tetapi hanya memiliki satu jawaban. Menurut Monaghany (2009), masalah openstart memiliki kelebihan, yaitu jawaban yang benar merupakan bukti dari proses pemecahan masalah yang telah terjadi. Maksudnya adalah hasil jawaban yang benar dari pemecahan masalah merupakan bukti dari keberhasilan bagaimana memulai untuk mendapatkan solusi dengan menggunakan strategistrategi yang didapat dari pengetahuan, keterampilan dan pemahaman dari pengetahuan matematika yang sudah ada. Dari penjelasan-penjelasan tentang masalah matematika berbentuk open-start di atas, berikut peneliti mengembangkan kriteria-kriteria penyusunan masalah matematika berbentuk openstart : 1. Dalam masalah matematika yang diajukan, tidak boleh ada petunjuk tentang langkah pemecahan yang harus digunakan. 2. Masalah matematika yang diajukan harus memiliki banyak metode pemecahan. 3. masalah matematika harus memiliki jawaban yang tertutup atau memiliki satu jawaban. Berikut contoh masalah matematika berbentuk open-start. 1.

4 Diagram di atas menunjukan dua lingkaran identik yang saling bertindihan. 4/5 dari masingmasing daerah lingkaran diarsir. Berapa pecahan yang mewakili daerah yang diarsir tersebut? Monghany (2009) Jenis jawaban yang ditanyakan pada masalah di atas sangat jelas, tetapi cara atau metode untuk mencari jawabannya belum jelas. Kemungkinan cara yang digunakan untuk menemukan solusinya bisa bermacam-macam, beberapa mungkin benar dan berhasil, dan beberapa mungkin bertentangan dan membutuhkan waktu. Tetapi cara apapun yang digunakan siswa, asal mereka menghasilkan jawaban yang benar, maka mereka akan tetap mendapat nilai penuh. Dalam masalah di atas juga terdapat keambiguan yaitu pada luas lingkaran dimana terdapatnya masalah. 2.3 Masalah Matematika Siswono (2008b: 35) mendefinisikan pemecahan masalah adalah suatu proses atau upaya individu untuk merespon atau mengatasi halangan atau kendala ketika suatu jawaban atau metode jawaban belum tampak jelas. Sedangkan Polya (dalam Upu, 2003:31) mengartikan pemecahan masalah sebagai suatu usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan guna mencapai suatu tujuan yang tidak begitu mudah segera dapat dicapai. Berikut definisi pemecahan masalah menurut PISA (dalam Monaghany: 2009) Problem solving is an individual capacity to confront and resolve situation where the solution path is not immediately obvious. Menurut Polya (1973:222) terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pemecahan masalah, yaitu: 1) Memahami masalah (understand the problem). 2) Merencanakan pemecahannya (devising a plan). 3) Menyelesaikan masalah sesuai rencana (carry out a plan). 4) Memeriksa kembali hasil yang diperoleh (looking back at the completed solution) Hudojo (2001:177) memberikan petunjuk langkah-langkah sistematik untuk menyelesaikan masalah yaitu: 1) Memahami masalah. 2) Perencanaan penyelesaian. 3) Melaksanakan perencanaan penyelesaian masalah. 4) Melihat kembali penyelesaian. Berikut indikator kemampuan pemecahan masalah bedasarkan tahap pemecahan masalah oleh Polya. Tabel 2.1. Indikator kemampuan pemecahan masalah bedasarkan tahap pemecahan masalah oleh Polya Tahap Masalah Oleh Polya Memahami Masalah Merencanakan Melakukan Rencana Memeriksa Kembali Indikator Siswa dapat menyebutkan informasiinformasi yang diberikan dan pertanyaan yang diajukan. Siswa memiliki rencana pemecahan masalah yang ia gunakan serta alasan peggunaannya. Siswa dapat memecahkan masalah sesuai langkah-langkah pemecahan masalah yang ia gunakan dengan hasil yang benar. Siswa memeriksa kembali langkah pemecahan masalah yang ia gunakan. 2.4 Profil Kemampuan Siswa dalam memecahkan masalah Matematika berbentuk Open-Start Terdapat berbagai pendapat mengenai definisi profil. Budiarto (2006) menjelaskan profil sebagai suatu gambaran alami mengenai konsep yang ditelaah. Dalam penelitian ini, yang dimaksud kemampuan pemecahan masalah berbentuk openstart adalah kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika berbentuk open-start dengan mengikuti langkah-langkah memahami masalah, merencanakan pemecahan, melakukan rencana pemecahan, dan memeriksa kembali pemecahan. Jadi, profil kemampuan siswa dalam penelitian ini merupakan gambaran tentang kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika berbentuk open-start dengan mengikuti langkah-langkah memahami masalah,

5 merencanakan pemecahan, melakukan rencana pemecahan, dan memeriksa kembali pemecahan. Keterangan : 3. MODEL, ANALISIS, DISAIN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Aliyah Sidoarjo semester genap tahun ajaran 2011/2012 pada bulan Januari minggu keempat. 3.3 Subjek Penelitian Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas X-7 Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo. 3.4 Rancangan Penelitian Berikut digambarkan alur rancangan penelitian ini 2 Siswa Kemampuan Tinggi Pemberian tes kemampuan matematika untuk mengelompokkan subyek penelitian 2 Siswa Kemampuan Sedang Pemberian tes kemampuan masalah matematika bebentuk Wawancara masing-masing subjek tentang langkahlangkah pemecahan masalah yang dilakukan Data hasil wawancara valid Data hasil tes Data hasil wawancara tidak valid Pemilihan subjek baru 2 Siswa Kemampuan Rendah Analisis kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika berbentuk open-start Subjek baru = Proses = Hasil = Urutan Kegiatan = Kegiatan Serentak 3.5 Prosedur Penelitian Prosedur penelitian yang dilakukan peneliti terdiri dari 4 tahap yaitu: 1. Tahap persiapan 2. Tahap pelaksanaan 3. Tahap analisis data 4. Penulisan laporan penelitian 3.6 Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Soal tes kemampuan matematika untuk mengelompokkan subjek. Tes pengelompokkan subjek berupa soal esay dan merupakan soal berbentuk masalah matematika. 2. Soal tes kemampuan pemecahan masalah. Tes kemampuan pemecahan masalah berupa soal esay dan merupakan masalah matematika berbentuk open-start. 3. Pedoman wawancara Pedoman Wawancara terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan kepada subjek pada saat wawancara 3.7 Teknik Analisis Data a. Menilai hasil tes kemampuan masalah matematika berbentuk open-start siswa berdasarkan pada pedoman penskoran yang telah dibuat. b. Menganalisis hasil wawancara untuk mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah berbentuk open-start siswa. Berikut peneliti mengembangkan indikator yang digunakan untuk menganalisis kemampuan siswa dalam memecahkan masalah berbentuk openstart. Indikator digunakan untuk data hasil tes dan data hasil wawancara. Profil kemampuan siswa dalam memecahka masalah matematika berbentuk open-start Gambar 3.1. Rancangan Penelitian

6 Table 3.2. Indikator kemampuan pemecahan masalah berbentuk open-start Tahap Penyelesaian Masalah Oleh Polya Memahami Masalah Merencanakan Melakukan Rencana Memeriksa Kembali Kategori Baik Baik Baik Baik Indikator Siswa dapat menyebutkan informasiinformasi yang diberikan dan pertanyaan yang diajukan dalam masalah matematika berbentuk openstart dengan lengkap dan tepat (K1.1) Siswa kurang lengkap dalam menyebutkan informasi yang diberikan dan kurang tepat dalam menyebutkan apa yang ditanya dalam masalah matematika berbentuk openstart.(k1.2) Siswa tidak dapat menyebutkan informasi-informasi yang diberikan dan tidak dapat menyebutkan apa yang ditanya dalam masalah matematika berbentuk open-start. (K1.3) Siswa memiliki rencana pemecahan masalah dan rencana tersebut dapat membantunya dalam memecahkan masalah matematika berbentuk openstart dengan tepat. (K2.1) Siswa memiliki rencana pemecahan masalah dan rencana tersebut kurang dapat membantunya dalam memecahkan masalah matematika berbentuk open-start.(k2.2) Siswa tidak memiliki rencana dalam memecahan masalah matematika berbentuk open-start.(k2.3) Siswa dapat menjelaskan langkah pemecahan masalah matematika berbentuk open-start yang ia gunakan dengan hasil yang benar. (K3.1) Siswa kurang dapat menjelasakan langkah pemecahan masalah matematika berbentuk open-start yang ia gunakan dengan hasil yang kurang benar. (K3.2) Siswa tidak dapat menjelasakan langkah pemecahan masalah matematika berbentuk open-start yang ia gunakan dengan hasil yang salah. (K3.3) Siswa memeriksa kembali langkah pemecahan masalah matematika berbentuk open-start yang ia gunakan secara menyeluruh. (K4.1) Siswa memeriksa kembali langkah pemecahan masalah matematika berbentuk open-start yang ia gunakan namun hanya sebagian. (K4.2) Siswa tidak memeriksa kembali langkah pemecahan masalah matematika berbentuk open-start yang ia gunakan. (K4.3). Untuk mengetahui profil kemampuan pemecahan masalah berbentuk Open-start subjek melalui hasil tes tertulis dan wawancara, digunakan kriteria sebagai berikut : Kemampuan siswa dalam memahami masalah, merencanakan pemecahan, melakukan rencana pemecahan dan memeriksa kembali pemecahan dilihat dari kecenderungan indikator setiap tahap kemampuan pemecahan masalah yang digunakan siswa dalam memecahkan keseluruhan masalah yang diberikan. Jika indikator kategori baik muncul paling banyak maka kemampuan pemecahan masalah subjek termasuk kategori baik. Jika indikator kategori sedang muncul paling banyak maka kemampuan pemecahan masalah subjek termasuk kategori sedang. Jika indikator kategori kurang muncul paling banyak maka kemampuan pemecahan masalah subjek termasuk kategori rendah. Jika indikator kategori baik, sedang dan kurang terdistribusi sama ke dua atau lebih masalah, maka kemampuan pemecahan masalah subjek tidak dikategorikan. Data hasil wawancara yang berupa data kualitatif yang sudah diperiksa keabsahannya kemudian dianalisis dengan langkah sebagai berikut: a. Mereduksi data b. Pemaparan data c. Menarik kesimpulan 4. HASIL Hasil Penelitian Analisis profil kemampuan siswa tingkat tinggi dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.1. Tabel analisis profil kemampuan siswa tingkat tinggi dalam memecahkan masalah matematika berbentuk open-start. Tahap Penyelesaian Masalah Oleh Polya Subjek 1 2 Memahami Masalah Baik Baik Merencanakan Baik Baik Melakukan Rencana Baik Baik Memeriksa Kembali Baik Baik Bedasarkan tabel analisis 4.1 di atas dapat digambarkan profil subjek dalam memecahkan masalah matematika berbentuk open-start yaitu : dalam memahami masalah matematika berbentuk open-start termasuk kategori baik, dalam merencanakan pemecahan masalah matematika berbentuk open-start termasuk kategori baik, dalam melakukan rencana pemecahan masalah matematika berbentuk open-start termasuk kategori baik, dan dalam memeriksa kembali pemecahan

7 masalah matematika berbentuk open-start termasuk kategori baik. Analisis profil kemampuan siswa tingkat sedang dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.7. Tabel analisis profil kemampuan siswa tingkat sedang dalam memecahan masalah matematika berbentuk open-start. Tahap Penyelesaian Subjek Masalah Oleh Polya 3 2 Memahami Masalah Merencanakan Tidak dapat dikategorikan Melakukan Rencana Tidak dapat dikategorikan Memeriksa Kembali Tidak dapat dikategorikan Bedasarkan tabel analisis 4.7 di atas dapat digambarkan profil subjek dalam memecahkan masalah matematika berbentuk open-start yaitu : dalam memahami masalah matematika berbentuk open-start termasuk kategori cukup, dalam merencanakan pemecahan masalah matematika berbentuk open-start termasuk kategori cukup dan tidak dapat dikategorikan, dalam melakukan rencana pemecahan masalah matematika berbentuk open-start termasuk kategori cukup dan tidak dapat dikategorikan, dan dalam memeriksa kembali pemecahan masalah matematika berbentuk openstart termasuk tidak dapat dikategorikan dan kurang. Analisis profil kemampuan siswa tingkat sedang dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.9. Tabel analisis profil kemampuan siswa tingkat rendah dalam memecahkan masalah matematika berbentuk openstart. Tahap Penyelesaian Masalah Oleh Polya Subjek 1 2 Memahami Masalah Merencanakan Melakukan Rencana Memeriksa Kembali Bedasarkan tabel analisis 4.9 di atas dapat digambarkan profil subjek dalam memecahkan masalah matematika berbentuk open-start yaitu dalam memahami masalah matematika berbentuk open-start termasuk kategori cukup, dalam merencanakan pemecahan masalah matematika berbentuk open-start termasuk kategori cukup dan kurang, dalam melakukan rencana pemecahan masalah matematika berbentuk open-start termasuk kategori kurang, dan dalam memeriksa kembali pemecahan masalah matematika berbentuk openstart termasuk kurang. 5. KESIMPULAN DAN DISKUSI 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan penelitian yang diperoleh maka dapat disimpulkan tentang profil siswa Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo dalam memecahkan masalah matematika berbentuk open-start berdasarkan tingkat kemampuan matematika siswa adalah sebagai berikut. 1. Profil kemampuan siswa tingkat tinggi dalam memecahkan masalah matematika berbentuk open-start pada materi bangun datar adalah : Dalam memahami masalah, merencanakan pemecahan masalah, melakukan rencana pemecahan masalah dan memeriksa kembali pemecahan masalah matematika berbentuk open-start termasuk kategori baik. 2. Profil kemampuan siswa tingkat sedang dalam memecahkan masalah matematika berbentuk open-start pada materi bangun datar adalah : Dalam memahami masalah matematika berbentuk open-start termasuk kategori cukup. Dalam merencanakan pemecahan masalah matematika berbentuk open-start termasuk kategori cukup dan tidak dapat dapat dikategorikan. Dalam melakukan rencana pemecahan masalah matematika berbentuk open-start termasuk kategori cukup dan tidak dapat dikategorikan. Dalam memeriksa kembali pemecahan masalah matematika berbentuk open-start termasuk tidak dapat dikategorikan dan kurang. 3. Profil kemampuan siswa tingkat rendah dalam memecahkan masalah matematika berbentuk open-start pada materi bangun datar adalah : Dalam memahami masalah matematika berbentuk open-start termasuk kategori cukup. Dalam merencanakan pemecahan masalah matematika berbentuk open-start termasuk kategori cukup dan kurang. Dalam melakukan rencana pemecahan masalah dan memeriksa kembali pemecahan masalah matematika berbentuk openstart termasuk kategori kurang. 5.2 Diskusi Dalam penelitian ini masih banyak kendala dan kekurangan. Salah satu kendalanya adalah kesulitan dalam mencari masalah matematika berbentuk open-start. Hal ini dikarenakan belum adanya kriteria yang pasti tentang penyusunan soal berbentuk open-start. Sehingga dalam menyusun masalah matematika berbentuk open-start, peneliti berpedoman pada teori-teori yang ada.

8 Kendala lain yang dialami adalah banyaknya siswa yang keberatan untuk menjadi subjek penelitian. Hal ini dikarenakan, siswa enggan mengerjakan soal matematika lagi. Selain itu, mereka takut tidak dapat mengerjakan soal yang diberikan karena tidak adanya persiapan. Kendala juga dialami saat akan melakukan wawancara. Hal ini dikarenakan waktu wawancara yang bersamaan dengan jam pulang sekolah sehingga subjek menolak untuk diwawancarai. Namun setelah peneliti membujuk subjek, mereka akhirnya bersedia untuk diwawancarai. Selain mengalami berbagai kendala, dalam penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan. Diantara kekurangan-kekurangan tersebut adalah pada soal nomer satu tes kemampuan pemecahan masalah matematika berbentuk open-start dimana peneliti hanya menyebutkan segiempat yang identik padahal yang dimaksud dalam soal adalah persegipanjang. Seharusnya peneliti menambahkan keterangan tambahan pada soal bahwa segiempat yang dimaksud adalah persegipanjang. Kekurangan lainnya dalam penelitian ini adalah langkah-langkah pemecahan masalah yang ditentukan peneliti sebagai acuan untuk menentukan kriteria pemecahan masalah matematika berbentuk open-start berdasarkan hasil tes tulis dan wawancara setiap siswa masih kurang terperinci, sehingga berpengaruh pada penyimpulan tentang profil kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika berbentuk openstart. DAFTAR PUSTAKA Budiarto, Mega Teguh. 2006. Profil Abstraksi Siswa SMP Dalam Mengkonstruk Hubungan Antar Segiempat. Disertasi Program Studi Pendidikan Matematika. Foong, Pui Yee. 2009. Mathematical Problem Solving. Di unduh secara online pada tanggal 9 oktober 2011 di http://books.google.co.id/books?id=rnd2_ QYymMcC&printsec=frontcover&hl=id#v =onepage&q&f=false Hudojo, Herman. 2001. Pengembangan kurikulum dan pembelajaran matematika. Malang : Universitas Negeri Malang. Komisi Tri Dharma Senat UNESA. 2000. Pedoman Penulisan dan Ujian Skripsi. Surabaya: UNESA University Press. Krulik, Stephen dan Rudnick, Jesse A. 1996. The New Sourcebook For Teaching Reasoning And Problem Solving In Junior And Senior High School. Boston: Allyn and Bacon. Monaghany John, dkk. 2009. Open-start mathematics problems: an approach to assessing problem solving. England: University of Leeds. Muiz, Abdul. 2008. Profil Pengajuan Masalah Matematika Siswa Kelas VII Madrasah Tsnawiyah An Namirah Tanah Merah Ditinjau dari Perbedaan Kemampuan Matematika dan Perbedaan Jenis Kelamin. Tesis. Tidak dipublikasikan Surabaya: Pascasarjana Unesa. Polya, G. 1973. How To Solve It. Princeton, New Jersey: Princeton University Press. Siswono, Tatag Yuli Eko. 2008b. Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif. Surabaya: Unesa University Press. Slameto. 2003. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Suherman, Erman. 2003. Strategi pembelajaran matematika kotemporer. Bandung. JICA UPI. Sumardyono. 2010. Pengertian Dasar Problem Solving. Makalah diunduh pada tanggal 1 November 2011 di http://p4tkmatematika.org/file/problems olving/pengertiandasarproblemsolving_s md.pdf Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cet 4. Jakarta. Balai Pustaka. Upu, Hamzah. 2003. Problem posing dan problem solving dalam pembelajaran matematika. Bandung: Pustaka Ramadhan.