SNI Standar Nasional Indonesia. Baja tulangan beton. Badan Standardisasi Nasional

dokumen-dokumen yang mirip
SNI. Baja Tulang beton SNI Standar Nasional Indonesia. Badan Standardisasi Nasional BSN

SNI. Baja tulangan beton SNI Standar Nasional Indonesia ICS ~ Stanzfardisasi. w $$: '" Nasioi:al. -..

Baja tulangan beton SNI 2052:2014

Baja tulangan beton dalam bentuk gulungan

SNI Standar Nasional Indonesia

Baja tulangan beton hasil canai panas Ulang

Baja profil kanal U proses canai panas (Bj P kanal U)

Baja profil siku sama kaki proses canai panas (Bj P Siku sama kaki)

Baja profil I-beam proses canai panas (Bj.P I-beam)

Jaringan kawat baja las untuk tulangan beton

BAJA TULANGAN BETON BERSTANDAR SNI 2052:2014

Teknologi Beton II. B e t o n B e r t u l a n g

Baja lembaran lapis seng (Bj LS)

Baja lembaran, pelat dan gulungan canai panas (Bj P)

Baja lembaran lapis seng (Bj LS)

Kawat baja tanpa lapisan untuk konstruksi beton pratekan (PC wire / KBjP )

Spesifikasi batang baja mutu tinggi tanpa pelapis untuk beton prategang

Baja lembaran dan gulungan lapis paduan aluminium seng (Bj.L AS)

Gambar 2.1 Baja tulangan beton polos (Lit 2 diunduh 21 Maret 2014)

Spesifikasi anyaman kawat baja polos yang dilas untuk tulangan beton

Batang uji tarik untuk bahan logam

SNI 0123:2008. Standar Nasional Indonesia. Karton dupleks. Badan Standardisasi Nasional ICS

TEKNIK PEMBESIAN STRUKTUR BETON BANGUNAN GEDUNG

SNI 7273:2008. Standar Nasional Indonesia. Kertas koran. Badan Standardisasi Nasional ICS

Kayu lapis untuk kapal dan perahu

Papan partikel SNI Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Pusat Standardisasi dan Lingkungan Departemen Kehutanan untuk Diseminasi SNI

PENGUJIAN KUAT TARIK DAN MODULUS ELASTISITAS TULANGAN BAJA (KAJIAN TERHADAP TULANGAN BAJA DENGAN SUDUT BENGKOK 45, 90, 135 )

Kayu gergajian Bagian 1: Istilah dan definisi

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah

BAB II LANDASAN TEORI. Sebelum melakukan retrofitting, harus diperhatikan beberapa hal: 1. Melakukan peninjauan ke lapangan.

Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton

Katup tabung baja LPG

Kayu bundar Bagian 2: Pengukuran dan tabel isi

SNI 0103:2008. Standar Nasional Indonesia. Kertas tisu toilet. Badan Standardisasi Nasional ICS

Semen portland campur

Bambu lamina penggunaan umum

PEMERIKSAAN MUTU DAN UKURAN BAJA TULANGAN DI PASARAN KOTA PALU ABSTRAK

Mur roda untuk kendaraan bermotor roda empat

Kayu lapis dan papan blok bermuka kertas indah

Pemanfaat tenaga listrik untuk keperluan rumah tangga dan sejenisnya Label tanda hemat energi

Semen portland pozolan

SNI Standar Nasional Indonesia. Semen portland putih

Kayu bundar jenis jati Bagian 3: Pengukuran dan tabel isi

Kayu gergajian Bagian 2: Pengukuran dimensi

METODE UJI UJI KUAT TEKAN BETON UJI MODULUS ELASTISITAS BETON UJI KUAT TARIK BAJA

PELATIHAN MANDOR PEMBESIAN / PENULANGAN BETON

ANALISA KUAT TARIK BESI BJTP Ø 16 mm YANG ADA DIPASARAN ROKAN HULU (Study kasus besi BJTP Ø 16 mm besi SS, GS dan HHS) HERMANSYAH (1) NIM:

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 06/M-IND/PER/2/2008

Katup tabung baja LPG

Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana)

Cara uji kuat lentur beton normal dengan dua titik pembebanan

EVALUASI PENERAPAN BAJA TULANGAN BETON DI INDONESIA

Cara uji berat isi beton ringan struktural

Semen portland komposit

SNI 7827:2012. Standar Nasional Indonesia. Papan nama sungai. Badan Standardisasi Nasional

KAJIAN MUTU BAJA TULANGAN SIRIP YANG TELAH TERKOROSI SEPULUH TAHUN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Cara uji slump beton SNI 1972:2008. Standar Nasional Indonesia

Cara uji kekakuan tekan dan kekakuan geser bantalan karet jembatan

Air demineral SNI 6241:2015

Cara uji slump beton SNI 1972:2008

Spesifikasi lembaran bahan penutup untuk perawatan beton

Cara uji kuat tekan beton dengan benda uji silinder

Spesifikasi saluran air hujan pracetak berlubang untuk lingkungan permukiman

SNI Standar Nasional Indonesia

Cara uji fisika - Bagian 4: Pemeriksaan kemasan kaleng produk perikanan

Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica)

Spesifikasi bukaan pemisah jalur

Spesifikasi kereb beton untuk jalan

METODE PENGAMBILAN DAN PENGUJIAN BETON INTI

.:::: Powered By Ludarubma ::::. KAYU CENDANA

Semen portland komposit

Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan

KAJIAN EKONOMIS BAJA TULANGAN BETON

KAYU LAPIS DAN PAPAN BLOK PENGGUNAAN UMUM

Rambu evakuasi tsunami

SPESIFIKASI PIPA BAJA BERGELOMBANG DENGAN LAPIS PELINDUNG LOGAM UNTUK PEMBUANGAN AIR DAN DRAINASE BAWAH TANAH

Cara uji bliding dari beton segar

Tuna dalam kemasan kaleng

Kayu lapis indah jenis jati Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan penandaan

SNI Standar Nasional Indonesia. Filet kakap beku Bagian 1: Spesifikasi

Kertas dan karton - Cara uji daya serap air- Metode Cobb

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles

BAB VII TINJAUAN KHUSUS OPTIMASI PEMBESIAN BORED PILE. Material merupakan komponen yang penting dalam menentukan

Penempatan marka jalan

Spesifikasi blok pemandu pada jalur pejalan kaki

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH TEMBAGA TERHADAP KUAT TARIK BAJA

Kertas dan karton - Cara uji kilap Sudut 75 derajat (75 )

Air mineral SNI 3553:2015

ANALISA BESI BETON SERI KS DAN SERI KSJI DENGAN PROSES PENGUJIAN TARIK

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

SPESIFIKASI TEKNIK KOMPOR GAS BAHAN BAKAR LPG SATU TUNGKU DENGAN SISTEM PEMANTIK MEKANIK KHUSUS UNTUK USAHA MIKRO

ASSOSIASI MASYARAKAT BAJA INDONESIA (AMBI)

Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles

Materi Praktis Pekerja Konstruksi Pekerjaan Besi Beton Buku 4 (empat)

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan beton untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

PT Bhirawa Steel Surabaya adalah rolling mill modern di Indonesia, produsen baja tulangan dengan pengalaman lebih dari 4 DEKADE (mulai 1973 sekarang)

Cara uji kepadatan tanah di lapangan dengan cara selongsong

Transkripsi:

Standar Nasional Indonesia Baja tulangan beton ICS 27.180 Badan Standardisasi Nasional

Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Jenis... 2 5 Syarat mutu... 2 6 Cara pengambilan contoh... 7 7 Cara uji... 7 8 Syarat Penandaan... 9 9 Syarat lulus uji... 9 10 Cara pengemasan... 10 Bibliografi... 11 i

Prakata Revisi Standar Nasional Indonesia (SNI) 07-2052-1997, Baja tulangan beton dilaksanakan karena dalam rangka upaya mempersempit peluang adanya produk Baja tulangan beton non standar yang kita kenal dengan istilah besi beton banci, adanya usulan dari produsen produk baja tulangan beton mengingat sejak tahun 1984 standar yang dimaksud belum pernah diadakan revisi. Standar ini disusun berdasarkan hasil pembahasan rapat-rapat teknis dan rapat prakonsensus dan terakhir dibahas dalam rapat konsensus pada tanggal 12 November 2001, yang dihadiri wakil-wakil oleh produsen, konsumen, lembaga uji dan instansi terkait lainnya. Standar ini disusun oleh Panitia Teknik Industri Besi Baja dan Produk Baja Pusat Standardisasi dan Akreditasi, Departemen Perindustrian dan Perdagangan, dan ditulis sesuai dengan Pedoman BSN No. 8 tahun 2000, penulisan SNI. ii

Baja tulangan beton 1 Ruang lingkup Standar ini meliputi acuan normatif, istilah dan definisi, jenis, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan, syarat lulus uji, dan cara pengemasan baja tulangan beton. 2 Acuan normatif SNI 07-0371-1998, Batang uji tarik untuk bahan logam, SNI 07-0408-1989, Cara uji tarik untuk logam, SNl 07-0410-1989, Cara uji lengkung tekan, 3 Istilah dan definisi 3.1 baja tulangan beton baja berbentuk batang berpenampang bundar yang digunakan untuk penulangan beton, yang diproduksi dari bahan baku billet dengan cara canai panas (hot rolling) 3.2 bahan baku yang digunakan billet baja sesuai Standar Nasional Indonesia 3.3 ukuran nominal ukuran sesuai yang ditetapkan 3.4 toleransi besarnya penyimpangan yang diizinkan dari ukuran nominal 3.5 diameter dalam ukuran diameter tanpa sirip pada baja tulangan baton sirip 3.6 sirip melintang setiap sirip yang terdapat pada permukaan batang baja tulangan beton yang melintang terhadap susut batang baja tulangan beton 3.7 rusuk setiap sirip atau celah memanjang yang searah dan sejajar dengan sumbu baja tulangan beton 1 dari 11

3.8 gap (rib) lebar rusuk atau celah 3.9 ikat dua batang atau lebih baja tulangan beton diikat secara kuat, rapih dan harus memiliki ukuran, jenis serta kelas baja yang sama 3.10 bundel dua ikat atau lebih baja tulangan beton dengan ukuran nominal, jenis serta kelas baja yang sama 3.11 lot dua bundel atau lebih baja tulangan beton dengan ukuran nominal, jenis, serta kelas baja yang sama ditumpuk dalam satu kelompok 3.12 karat ringan karat yang apabi!a digosok secara manual tidak meninggalkan cacat pada permukaan 3.13 cerna luka pada permukaan baja tulangan yang terjadi akibat proses canai 4 Jenis Berdasarkan bentuknya, baja tulangan beton dibedakan menjadi 2 (dua) jenis yaitu baja tulangan beton polos dan baja tulangan beton sirip. 4.1 Baja tulangan beton polos Baja tulangan beton polos adalah baja tulangan beton berpenampang bundar dengan permukaan rata tidak bersirip, disingkat BjTP. 4.2 Baja tulangan beton sirip Baja tulangan beton sirip adalah baja tulangan beton dengan bentuk khusus yang permukaannya memiliki sirip melintang dan rusuk memanjang yang dimaksudkan untuk rneningkatkan daya lekat dan guna menahan gerakan membujur dari batang secara relatif terhadap beton, disingkat BjTS. 5 Syarat mutu 5.1 Sifat tampak Baja tulangan beton tidak boleh mengandung serpihan, lipatan, retakan, gelombang, cerna yang dalam dan hanya diperkenankan berkarat ringan pada permukaan 5.2 Bentuk 5.2.1 Baja tulangan beton polos Permukaan batang baja tulangan beton harus rata tidak bersirip. 2 dari 11

5.2.2 Baja tulangan beton sirip 5.2.2.1 Permukaan batang baja tulangan beton sirip harus bersirip teratur. Setiap batang diperkenankan rnempunyai rusuk memanjang yang searah dan sejajar dengan sumbu batang, serta sirip-sirip lain dengan arah melintang sumbu batang. 5.2.2.2 Sirip-sirip melintang sepanjang batang baja tulangan beton harus terletak pada jarak yang teratur. Serta mempunyai bentuk dan ukuran yang sama. Bila diperlukan tanda angkaangka atau huruf-huruf pada permukaan baja tulangan beton, maka sirip melintang pada posisi di mana angka atau huruf dapat ditiadakan. 5.2.2.3 Sirip melintang tidak boleh membentuk sudut kurang dari 45 terhadap sumbu batang, apabila membentuk sudut antara 45 sampai 70, arah sirip melintang pada satu sisi, atau kedua sisi dibuat berlawanan. Bila sudutnya diatas 70 arah yang berlawanan tidak diperlukan. 5.3 Ukuran dan toleransi 5.3.1 Diameter, berat dan ukuran sirip Diameter dan berat per meter baja tulangan beton polos seperti tercantum pada Tabel 1. Diameter, ukuran sirip dan berat per meter baja tulangan beton sirip seperti tercantum pada Tabel 2. Tabel 1 Ukuran baja tulangan beton polos No. Penamaan Diameter nominal (d) (mm) Luas penampang Nominal (L) (cm 2 ) Berat nominal per meter (kg/m) 1. P.6 6 0,2827 0,222 2. P.8 8 0,5027 0,395 3. P.10 10 0,7854 0,617 4. P.12 12 1,131 0,888 5. P.14 14 1,539 1,12 6. P.16 16 2,011 1,58 7. P.19 19 2,835 2,23 8. P.22 22 3,801 2,98 9. P.25 25 4,909 3,85 10. P.28 28 6,158 4,83 11. P.32 32 8,042 6,31 3 dari 11

No Penamaan Diameter nominal Tabel 2 Ukuran baja tulangan beton sirip Luas Penampang nominal Diameter dalam nominal Tinggi sirip melintang Jarak sirip melintang Lebar rusuk memanjang min maks (maks) (maks) Berat nominal (d) (d o ) mm cm 2 mm mm mm mm mm Kg/m 1 S.6 6 0,2827 5,5 0,3 0,6 4,2 4,7 0,222 2 S.8 8 0,5027 7,3 0,4 0,8 5,6 6,3 0,395 3 S.10 10 0,7854 8,9 0,5 1,0 7,0 7,9 0,617 4 S.13 13 1,327 12,0 0,7 1,3 9,1 10,2 1,04 5 S.16 16 2,011 15,0 0,8 1,6 11,2 12,6 4,58 6 S.19 19 2,835 17,8 1,0 1,9 13,3 14,9 2,23 7 S.22 22 3,801 20,7 1,1 2,2 15,4 17,3 2,98 8 S.25 25 4,909 23,6 1,3 2,5 17,5 19,7 3,85 9 S.29 29 6,625 27,2 1,5 2,9 20,3 22,8 5,18 10 S.32 32 8,042 30,2 1,6 3,2 22,4 25,1 6,31 11 S.36 36 10,18 34,0 1,8 3,6 25,2 28,3 7,99 12 S.40 40 12,57 38,0 2,0 4,0 28,0 31,4 9,88 13 S.50 50 19,64 48,0 2,5 5,0 38,0 39,3 17,4 CATATAN Cara menghitung luas penampang nomnal, keliling nominal, berat nominal dan ukuran sirip adalah sebagai berikut: a) Luas penampang nominal (L) 0,7854 x d 2 L = (cm 2 ) dibulatkan sampai 4 angka berarti 100 b) Keliling nominal (K) K = 0,3142 x d (mm) dibulatkan sampai 1 angka desimal c) Berat = 0,785 x L (kg/m) dibulatkan sampai 3 angka berarti d) Jarak sirip melintang maksimum = 0,70 d dibulatkan sampai 1 angka desimal e) Tinggi sirip minimum = 0,05 d dibulatkan sampai 1 angka desimal Tinggi sirip maksimum = 0,10 d dibulatkan sampai 1 angka desimal f) Jumlah berat rusuk maksimum = 0,25 K dibulatkan sampai 1 angka desimal 5.3.2 Toleransi diameter Toleransi diameter baja tulangan beton polos dan sirip seperti pada Tabel 3 4 dari 11

No Diameter (d) (mm) Toleransi (mm) Penyimpangan kebundaran (%) 1 6 + 0,3 2 8 < d < 14 + 0,4 3 16 < d < 25 + 0,5 Maksimum 70 dari batas toleransi 4 28 < d < 34 + 0,6 5 d > 346 + 0,8 CATATAN 1. Penyimpangan kebundaran adalah perbedaan antara diameter maksimum dan minimum dari hasil pengukuran pada penampang yang sama dari baja tulangan beton 2. Untuk baja tulangan beton sirip, d = diameter dalam Beberapa bentuk baja tulangan sirip beton seperti pada gambar berikut Gambar 1 Beberapa jenis baja tulangan beton sirip a), b), dan c) 5 dari 11

5.3.3 Panjang Panjang baja tulangan beton ditetapkan 6 m, 9 rn, dan 12 m 5.3.4 Toleransi panjang Toleransi panjang baja tulangan beton ditetapkan minus 0 mm (-0 mm) plus 70 mm (+ 70 mm). 5.3.5 Toleransi berat 5.3.5.1 Toleransi berat per batang Toleransi berat per batang baja tulangan beton polos dan sirip ditetapkan seperti tercantum dalam Tabel 4 Tabel 4 Toleransi berat per batang Diameter nominal (mm) Toleransi (%) 6 d 8 ± 7 10 d 11 ± 6 16 d 28 ± 5 d 28 ± 4 5.3.5.2 Toleransi berat per lot Toleransi berat per lot baja tulangan beton polos dan sirip ditetapkan seperti tercantum dalam Tabel 5 Tabel 5 Toleransi berat per lot Diameter nominal (mm) Toleransi (%) 6 < d < 8 ± 6 10 < d < 11 ± 5 16 < d < 28 ± 4 d < 28 ± 3,5 5.4 Sifat mekanis Sifat mekanis baja tuiangan beton ditetapkan seperti tercantum pada Tabel 6 6 dari 11

Tabel Sifat mekanis Kelas baja tulangan BjTP 24 BjTP 30 BjTP 30 BjTP 35 BjTP 40 BjTP 50 CATATAN Nomor Uji tarik batang uji Batas ulur Kuat tarik Regang kgf/mm 2 kgf/mm 2 an (N/mm 2 ) (N/mm 2 ) (%) No. 2 Minimum 24 Minimum 39 20 No. 3 (235) (380) 24 No. 2 Minimum 30 Minimum 45 18 No. 3 (295) (440) 20 No. 2 Minimum 30 Minimum 45 10 No. 3 (295) (440) 18 No. 2 Minimum 35 Minimum 50 18 No. 3 (345) (490) 20 Sudut lengkung Uji lengkung Diameter pelengkung 180 0 3 x d 180 0 d > 16 = 3xd d > 16 = 4xd 180 0 d 16 = 3xd d > 16 = 4xd 180 0 d 16 = 3xd 16<d 40 = 4xd d 40 = 5xd 180 0 5 x d No. 2 Minimum 40 Minimum 57 16 No. 3 (390) (500) 18 No. 2 Minimum 50 Minimum 57 12 180 0 d 25 = 5xd No. 3 (490) (620) 14 d > 25 = 6xd 1. Hasil uji lengkung tidak boleh terletak pada sisi luar lengkungan 2. Untuk baja tulangan sirip > S.32 nilai renggang dikurangi 2 % Untuk baja tulangan sirip S.40 dan S.50 dikurangi 4 % dari nilai yang tercantum pada tabel 6. 3. 1 kgf/mm 2 = 9,81 N/mm 2 6 Cara pengambilan contoh 6.1 Pengambilan contoh dilakukan oleh petugas yang berwenang 6.2 Petugas pengambil contoh harus diberi keleluasaan oleh pihak produsen atau penjual untuk melakukan tugasnya 6.3 Pengambilan contoh dilakukan secara acak (random) 6.4 Jumlah contoh uji 6.4.1 Setiap kelompok yang terdiri dari nomor leburan dan ukuran yang sama diambil satu contoh uji 6.4.2 Setiap kelompok yang terdiri lebih dari satu nomor leburan (campuran) dari satu ukuran dan satu kelas baja yang sama, diambil 1 (satu) contoh uji setiap 25 (dua puluh lima) ton sebanyak-banyaknya 5 (lima) contoh uji 6.4.3 Contoh untuk uji sifat mekanis diambil sesuai dengan kebutuhan masing-masing, maksimum 1,50 mm yang dipotong dari salah satu ujung batang baja tulangan beton dan tidak boleh dengan cara panas. 7 Cara uji 7.1 Uji sifat tampak Uji sifat tampak dilakukan secara visual tanpa bantuan alat untuk memeriksa adanya cacatcacat seperti pada butir 5.1 7 dari 11

7.2 Uji ukuran, berat dan bentuk 7.2.1 Baja tulangan beton polos 7.2.1.1 Baja tulangan beton polos diukur pada satu tempat untuk menentukan diameter minimum dan maksirnum. 7.2.1.2 Pengukuran dilakukan pada 3 (tiga) tempat yang berbeda dalam 1 (satu) contoh uji dan dihitung nilai rata-ratanya. 7.2.1.3 Penentuan berat ditetapkan berdasarkan berat nyata (aktual) yang diperhitungkan dengan panjang contoh uji. 7.2.2 Baja tulangan beton sirip Baja tulangan beton sirip diukur jarak sirip, tinggi sirip, Iebar rusuk, diameter dalam dan sudut sirip. 7.2.2.1 Jarak sirip Pengukuran jarak sirip dilakukan dengan cara mengukur 10 (sepuluh) jarak sirip yang berderet kemudian dihitung nilai rata-ratanva. 7.2.2.2 Tinggi sirip Pengukuran tinggi sirip dilakukan terhadap 3 (tiga) kali buah sirip dan dihitung nilai rataratanya. 7.2.2.3 Lebar rusuk Pengukuran terhadap lebar rusuk dilakukan dengan mengukur lebar semua rusuk atau celah kemudian hasil pengukuran lebar masing-masing rusuk dijumlahkan. 7.2.2.4 Diameter dalam Diameter dalam diukur sekurang-kurangnya 3 (tiga) pada tempat yang berbeda dalam jumlah contoh uji. 7.2.2.5 Sudut sirip melintang Pengukuran sudut sirip melintang dilakukan dengan membuat gambar yang diperoleh dengan cara mengelindingkan potongan uji di atas permukaan lempengan lilin atau tanah liat, kemudian dilakukan pengukuran sudut sirip pada gambar lempengan tersebut 7.3 Uji sifat mekanis 7.3.1 Batang uji tarik dan lengkung harus lurus dan kulit canai tidak boleh dikerjakan (dihilangkan) 7.3.2 Jumlah batang uji Uji tarik dan lengkung dilakukan masing-masing 1(satu) kali percobaan dari masing-masing potongan contoh uji 7.4 Pelaksanaan uji 7.4.1 Uji tarik Uji tarik dilakukan sesuai SNI 07-0408-1989, Cara uji tarik untuk logam, dengan batang uji sesuai SNI 07-0371-1998, Batang uji tarik untuk bahan logam (batang uji tarik no. 2 untuk diameter < 25 mm dan batang uji tarik no. 3 untuk diameter 25 mm). untuk menghitung batas ulur dan kuat tarik baja tulangan beton polos dan sirip digunakan nilai luas penampang yang dihitung dari diameter nominal contoh uji. 8 dari 11

7.4.2 Uji Iengkung Uji lengkung dilakukan sesuai SNI 07-0410-1989, Cara uji lengkung tekan. 8 Syarat Penandaan 8.1 Setiap batang baja tulangan beton harus diberi tanda (marking) dengan huruf timbul yang menunjukkan inisial pabrik pembuat serta ukuran diameter nominal. 8.2 Setiap batang baja tulangan beton harus diberi tanda pada ujung-ujung penampangnya dengan warna yang tidak mudah hilang sesuai dengan kelas baja seperti pada Tabel 7. Tabel 7 Tabel untuk tanda kelas baja tulangan beton Kelas baja Warna BjTP 24 Hitam BjTP 30 BjTS 30 biru BjTS 35 merah BjTS 40 kuning BjTS 50 hijau 8.3 Setiap kemasan, harus diberi label dengan mencantumkan: 8.3.1 Nama atau nama singkatan dari pabrik pembuat 8.8.2 Ukuran (diameter dan panjang) 8.3.3 Kelas baja 8.3.4 Nomor lembaran (No. Heat) 8.3.5 Nomor seri produksi dan tanggal produksi 8.3.6 Nomor SNI 9 Syarat lulus uji 9.1 Kelompok dinyatakan lulus uji apabila contoh yang diambil dari kelompok tersebut memenuhi butir 5 (Syarat mutu) dan butir 8.1. 9.2 Apabila sebagian syarah-syarat tidak dipenuhi, dapat dilakukan uji ulang dengan contoh uji sebanyak 2 (dua) kali jumlah contoh uji yang pertama yang berasal dari kelompok yang sama. 9.3 Apabila hasil kedua u]i ulang semua syarat-syarat terpenuhi, kelompok dinyatakan lulus uji. Kelompok dinyatakan tidak lulus uji kalau salah satu syarat pada uji ulang tidak dipenuhi. 9 dari 11

10 Cara pengemasan 10.1 Baja tulangan beton yang ukuran, jenis, dan kelas baja yang sama, dibundel dan diikat secara kuat, rapi, dan kokoh. 10.2 Baja tulangan beton yang ditekuk dengan panjang yang sama harus diikat secara kuat, rapih, dan kokoh. 10 dari 11

Bibliografi JIS G 3112-91, ASTM A615-99, Steel bar for concrete reinforcement, Standard spesification for deformed and plain billet bars for concrete reinforcement 11 dari 11