PENGENDALIAN PERSEDIAAN DUA ESELON DENGAN MENGGUNAKAN METODE JOINT ECONOMIC LOT SIZE (JELS)

dokumen-dokumen yang mirip
Data untuk Perhitungan Biaya Kirim Data untuk Perhitungan Biaya Simpan Pembeli Data untuk Perhitungan Biaya

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

PENENTUAN JOINT ECONOMIC LOT SIZE PADA PEMASOK KURSI LIPAT DAN PEMBELINYA DENGAN PERMINTAAN PROBABILISTIK DAN LEAD TIME VARIABEL

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha

Jl. Veteran 2 Malang

MODEL PERSEDIAAN PEMASOK-PEMBELI DENGAN PRODUK CACAT DAN KECEPATAN PRODUKSI TERKONTROL

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN GUDANG KARPET MENGGUNAKAN ECONOMIC ORDER INTERVAL PROBABILISTIC MODEL

MODEL PERSEDIAAN TERINTEGRASI PADA SUPPLY CHAIN DENGAN MENGAKOMODASI KEBIJAKAN PEMBELIAN BAHAN BAKU

Koordinasi Persediaan Rantai Pasok Desentralisasi dengan Lead Time yang Terkontrol dan Mekanisme Revenue Sharing

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

Usulan Pengendalian Persediaan Produk Kursi Lipat (Folding Chair) dengan Menggunakan Metode Joint Economic Lot Size di PT Chitose Indonesia

UJI KENORMALAN DATA. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N 12. Most Extreme Differences Absolute.152. Kolmogorov-Smirnov Z.525

BAB I PENDAHULUAN I-1

UKURAN LOT PRODUKSI DAN BUFFER STOCK PEMASOK UNTUK MERESPON PERMINTAAN PROBABILISTIK

MODEL PERSEDIAAN TERINTEGRASI PADA SISTEM SUPPLY CHAIN YANG MELIBATKAN PEMASOK, PEMANUFAKTUR DAN PEMBELI

Sistem Pengendalian Persediaan Dengan Permintaan Dan Pasokan Tidak Pasti (Studi Kasus Pada PT.XYZ)

PENDEKATAN SEDERHANA UNTUK FORMULASI MODEL UKURAN LOT GABUNGAN SINGLE-VENDOR MULTI-BUYER

Seminar Nasional IENACO 2015 ISSN

VIII PENGENDALIAN PERSEDIAAN BERAS ORGANIK

MODEL PERSEDIAAN TERINTEGRASI PRODUSEN DAN PENGECER DENGAN KESALAHAN INSPEKSI, KENDALI WAKTU TUNGGU, DAN LEARNING IN PRODUCTION

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang diinginkan perusahaan tidak akan dapat tercapai.

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG DENGAN DEMAND DAN LEAD TIME YANG BERSIFAT PROBABILISTIK DI UD. SUMBER NIAGA

PENGARUH PENENTUAN JUMLAH PEMESANAN PADA BULLWHIP EFFECT

Tyas Dessandie, Sutanto, dan Pangadi Program Studi Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113

Perencanaan Jumlah Pembelian Bahan Baku Kimia di CV. Prima Maju Jaya dengan Mempertimbangkan Fluktuasi Harga

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengendalian Persediaan Bahan Baku Semen Dengan Kendala Kapasitas Gudang Menggunakan Model Probabilistik Q

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MODEL JOINT ECONOMIC LOT SIZE PADA RANTAI PASOK

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang kita lihat dan rasakan sekarang ini persaingan di dunia bisnis

PENGURANGAN BULLWHIP EFFECT DENGAN METODE VENDOR MANAGED INVENTORY

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 DATA. Primatama Konstruksi departemen PPIC (production planning and inventory

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom

ANALISIS PERBANDINGAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN PENDEKATAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY

PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN GUDANG MENGGUNAKAN ECONOMIC ORDER QUANTITY PROBABILISTIC MODEL

MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MODEL KEBIJAKAN CAN ORDER PADA DUA ESELON RANTAI PASOK DENGAN SISTEM VENDOR MANAGED INVENTORY

BAB I PENDAHULUAN. di bidang produksi atau pembuatan kertas rokok (cigarette paper). Produk kertas

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Ir. Rini Anggraini MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi MANAJEMEN.

Perbaikan Sistem Persediaan Karpet dan Spon di UD Luas, Surabaya

RANCANGAN SISTEM PERSEDIAAN BAHAN BAKU KERTAS MENGGUNAKAN MODEL PERSEDIAAN STOKASTIK JOINT REPLENISHMENT DI PT KARYA KITA *

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Model Persediaan Just In Time (JIT) Terintegrasi dengan Mengakomodasi Kebijakan Material

BAB I PENDAHULUAN. antar perusahaan pun merupakan hal yang sangat penting. Karena jika hal hal

Model Sistem Persediaan Dua Eselon Dengan Mempertimbangkan Interaksi Antar Fasilitas

Rancangan Sistem Persediaan Bahan Baku Kertas Menggunakan Model Persediaan Stokastik Joint Replenishment di PT KARYA KITA *

PENENTUAN UKURAN LOT GABUNGAN UNTUK PEMBELI DAN PEMASOK TUNGGAL DAN USULAN SISTEM VENDOR MANAGED INVENTORY (VMI) PADA PT.PUTRA ALAM TEKNOLOGI

JAZILATUR RIZQIYAH DEVIABAHARI Dosen Pembimbing : Prof. Ir. Suparno, MSIE., Ph.D PROPOSAL TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK INDUSTRI ITS SURABAYA

Manajemen Operasi Aulia Ishak, ST, MT

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ARTIKEL ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY EOQ PADA PERUSAHAAN KECAP MURNI JAYA

PENGEMBANGAN MODEL INTEGRASI PRODUKSI-PERSEDIAAN SINGLE VENDOR SINGLE BUYER KONDISI PROBABILISTIK DENGAN ADANYA LOSSING FLEXIBILITY COSTS

BAB III METODE PENELITIAN

RANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN KOMPONEN MOBIL PANSER MENGGUNAKAN METODE MULTI ITEM SINGLE SUPPLIER DI PT.

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Permintaan Konsumen

PERANCANGAN PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PIPA PVC DI PT. DJABES SEJATI MENGGUNAKAN METODE JUST IN TIME (JIT) ABSTRAK

ANALISIS BULLWHIP EFFECT DALAM MANAJEMEN RANTAI PASOK

PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU KEMASAN MINUMAN RINGAN UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA PERSEDIAAN. Mila Faila Sufa 1*, Rizky Novitasari 2

III. METODE PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN

MODEL PERSEDIAAN DETERMINISTIK STATIS WAKHID AHMAD JAUHARI TEKNIK INDUSTRI UNS 2015

MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI

BAB X MANAJEMEN PERSEDIAAN

Usulan Manajemen Persediaan pada PT X yang Meminimasi Expected Total Cost dengan Mempertimbangkan Known Price Increase

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

kegiatan produksi pada sistem manufaktur, kegiatan pemasaran pada sistem distribusi

Perencanaan Persediaan Bahan Baku dengan Metode Heuristik Silver Meal dan Part Period Balacing (Studi Kasus: PT. Mega Andalan Kalasan)

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BAJA MS DI DIREKTORAT PRODUKSI ATMI CIKARANG

BAB III LANDASAN TEORI

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT. SANTOSA AGRINDO. Ira Mutiara 1, Moh. Mukhsin 2

MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 4 FORMULASI MODEL

BAB I PENDAHULUAN I-1

PERENCANAAN DAN PENJADWALAN DISTRIBUSI PRODUK DENGAN METODEDISTRIBUTION REQUIREMENT PLANNING (DRP) DI ARNEZ DE LOURDES PALEMBANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Anadiora Eka Putri, Nughthoh Arfawi Kurdhi, dan Mania Roswitha Program Studi Matematika FMIPA UNS

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN. By: Rini Halila Nasution, ST, MT

Perbaikan Sistem Distribusi dan Inventori pada PT. Blue Sky Biotech

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai peneltian terdahulu, penelitian sekarang, dan landasan teori sebagai dasar penelitian.

PENENTUAN JOINT LOT SIZE ATAS PERTIMBANGAN JUMLAH PRODUK CACAT DENGAN MODEL VENDOR MANAGED INVENTORY (VMI)

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

USULAN KEBIJAKAN PERSEDIAAN KATEGORI OBAT KERAS DAN OBAT BEBAS PADA APOTEK 12 PT

USULAN PENERAPAN PENJADWALAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA DI PD BLESSING

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. berkembang pesat. Setiap perusahaan berlomba-lomba untuk menemukan

Prosiding Manajemen ISSN:

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh konsumen sehingga produk tersebut tiba sesuai dengan waktu yang telah

Transkripsi:

PENGENDALIAN PERSEDIAAN DUA ESELON DENGAN MENGGUNAKAN METODE JOINT ECONOMIC LOT SIZE (JELS) Santoso 1*, David Try Liputra 2, Yoanes Elias 3 1,2,3 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Kristen Maranatha Jl. Prof. drg. Surya Sumantri No. 65, Bandung 40164, Jawa Barat *Email: santoso_ajiank@yahoo.com Abstrak Persaingan saat ini bukan lagi antar perusahaan melainkan antar rantai pasok. Salah satu perusahaan yang menghadapi hal ini adalah PT X (pihak pemasok), yang bergerak di bidang manufaktur busa poliuretan. Pihak pemasok dan pihak pembeli (pihak distributor) memiliki permasalahan terkait dengan belum adanya integrasi sehingga menyebabkan kedua pihak memiliki kebijakan masing-masing dalam mengendalikan persediaan. Perbedaan kebijakan inventori ini mengakibatkan total biaya pengendalian persediaan gabungan kedua eselon menjadi besar. Oleh karena itu, pada penelitian ini diusulkan metode pengendalian persediaan yang terintegrasi antara pihak pemasok dan pihak pembeli. Langkah pertama yang dilakukan adalah peramalan permintaan produk busa secara famili untuk periode yang akan datang dan kemudian diagregasi. Setelah itu, dilakukan perhitungan biaya pengendalian persediaan dengan metode yang diterapkan saat ini, yaitu economic production quantity (EPQ) di pihak pemasok dan periodik di pihak pembeli. Terakhir, dilakukan perhitungan biaya pengendalian persediaan usulan dengan menggunakan metode joint economic lot size (JELS). Dari hasil perhitungan, diperoleh total biaya pengendalian persediaan saat ini dan usulan masingmasing sebesar Rp6.216.650,50 dan Rp1.365.270,28 per bulan. Penerapan metode usulan ini menghasilkan integrasi hubungan antara pihak pemasok dan pihak pembeli dalam satu rantai pasok yang menyebabkan penurunan total biaya pengendalian persediaan sebesar Rp4.851.380,22 atau 78,04% per bulan. Kata kunci: integrasi rantai pasok, pengendalian persediaan, EPQ, periodik, JELS 1. PENDAHULUAN Seiring dengan era globalisasi yang semakin maju, persaingan antar perusahaan pun semakin meningkat. Harga barang yang murah dan berkualitas, serta pelayanan yang cepat menjadi pilihan utama bagi setiap konsumen. Namun, persaingan yang terjadi dewasa ini bukanlah persaingan antar perusahaan saja, tetapi juga persaingan antar rantai pasok. PT X adalah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur busa poliuretan. Perusahaan ini bekerja sama dengan beberapa distributor di berbagai kota di Indonesia untuk memasarkan produknya. PT X (pihak pemasok) dan pihak pembeli (pihak distributor) memiliki permasalahan terkait dengan belum adanya integrasi dimana kedua pihak memiliki kebijakan masing-masing dalam pengelolaan persediaan, yaitu metode economic production quantity (EPQ) di pihak pemasok dan metode periodik di pihak pembeli. Akibatnya, sering terjadi perbedaan antara ukuran lot yang diproduksi oleh pihak pemasok dengan ukuran lot yang dipesan oleh pihak pembeli sehingga menyebabkan total biaya pengendalian persediaan gabungan dari kedua eselon tersebut menjadi besar. Hal ini tentunya akan menimbulkan masalah pada jaringan rantai pasok karena setiap pihak yang terlibat hanya memikirkan metode pengendalian persediaan yang menguntungkan bagi pihaknya sendiri saja. Padahal, keuntungan bagi salah satu pihak belum tentu menguntungkan bagi pihak lainnya. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengusulkan metode pengendalian persediaan yang terintegrasi antara pihak pemasok dan pihak pembeli, yaitu joint economic lot size (JELS) sehingga diharapkan kedua pihak tersebut dapat menjadi satu rantai pasok yang memiliki daya saing tinggi. Dikarenakan adanya keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya, maka dalam penelitian ini terdapat beberapa batasan yang digunakan agar ruang lingkup penelitian tidak menyimpang dari tujuan yang ingin dicapai, yaitu sebagai berikut: Pihak-pihak yang diteliti hanya pihak pemasok dan pihak pembeli (dua eselon). Penelitian ini hanya meneliti satu pihak pembeli, yaitu pembeli yang memiliki skala pembelian lebih besar dibandingkan pembeli lainnya (sekitar 20% dari keseluruhan pembeli), dimana 276

pembeli ini juga bersifat independen dari pembeli lainnya sehingga produksi dapat dilakukan tanpa menunggu permintaan dari pembeli lainnya. Jenis produk yang diteliti adalah busa tipe D-13 Hard Putih, dimana permintaan terhadap jenis busa ini adalah yang paling banyak dan bersifat repetitif. Kemudian, dalam penelitian ini juga terdapat asumsi bahwa tidak ada perubahan biaya-biaya terkait yang digunakan selama penelitian dilakukan. 2. METODOLOGI Untuk mencapai tujuan penelitian yang diinginkan, terdapat beberapa langkah sistematis yang dilakukan pada penelitian ini, yaitu sebagai berikut: Melakukan peramalan permintaan produk busa yang diteliti untuk periode yang akan datang secara famili dan kemudian dilakukan proses agregasi. Melakukan perhitungan biaya pengendalian persediaan dengan metode yang diterapkan saat ini, yaitu metode EPQ di pihak pemasok dan metode periodik di pihak pembeli. Melakukan perhitungan biaya pengendalian persediaan dengan metode yang diusulkan pada penelitian ini, yaitu metode JELS. Metode JELS dapat dikatakan sebagai metode integrasi antara pihak pemasok dan pihak pembeli yang bertujuan untuk meminimisasi total biaya pengendalian persediaan gabungan dari kedua eselon tersebut. Metode ini memberikan formulasi koordinasi antara kebijakan produksi dari pihak pemasok dengan kebijakan pemesanan dari pihak pembeli sehingga dapat diperoleh ukuran lot produksi di pihak pemasok yang sama dengan ukuran lot pemesanan dari pihak pembeli. Metode JELS yang digunakan pada penelitian ini diadaptasi dari metode yang dikembangkan oleh Ben-Daya dan Hariga (2004) dengan permintaan probabilistik/stokastik dan lead time yang bervariasi. Pada metode ini, jumlah pemesanan dari pihak pembeli akan dikirim dalam beberapa lot pengiriman dan pihak pemasok akan melakukan produksi dalam ukuran batch yang merupakan kelipatan integer dari ukuran lot pengiriman. Untuk lebih jelasnya, langkah-langkah perhitungan metode JELS selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 1. Berikut ini adalah notasi-notasi yang digunakan pada penelitian ini dalam perhitungan total biaya pengendalian persediaan dengan metode JELS: D Rata-rata permintaan per bulan Standar deviasi permintaan P Kapasitas produksi per bulan, P 1 p p Kecepatan produksi N Jumlah hari kerja per bulan n Frekuensi pengiriman dari pihak pemasok ke pihak pembeli Q Ukuran lot pengiriman dari pihak pemasok ke pihak pembeli s Reorder point K Biaya set-up pihak pemasok A Biaya pesan pihak pembeli dengan ukuran lot pemesanan sebesar nq F Biaya kirim untuk pihak pembeli dengan ukuran lot pengiriman sebesar Q h v h S b Biaya simpan pihak pemasok Biaya simpan pihak pembeli Safety stock L Q pq Delay time Biaya kekurangan persediaan (back-order) pihak pembeli Safety factor L Q Lead time, b b k F ' k Proporsi permintaan yang tidak dapat dipenuhi dari persediaan ' F k Service level, Fk 1 F k k Partial expectation/perkiraan kekurangan persediaan parsial ETC Expected total cost/total biaya gabungan kedua eselon 277

Mulai Langkah 0: Tetapkan nilai ETC* = 0 Tetapkan nilai n = 1 Langkah 1: Hitung nilai Q awal dengan rumus: Q A K 2D F n h h 1 Dp 1 Dp n b v 2 Langkah 2: Cari nilai k dan hitung nilai ψ(k) dimana: ' F k h b Q D kasus back-order Langkah 3: Hitung nilai Q* dengan rumus: A K 2D F k pq b * n Q h bp k hb hv n 1 Dp 1 2Dp k pq b ' F k Setelah itu, hitung nilai safety stock (S) dan reorder point (s) dengan rumus: S k pq b s D( pq b ) k pq b Langkah 4: Hitung nilai Q * Q Q * Q 0? Tidak Ya Langkah 5: Hitung nilai ETC* dengan rumus: D A K Q ETC Q,n F h b h v n1 Dp 1 2Dp Q n 2 D pq b b k h pq b k Q ETC* ETC(Q,n)? Tidak Maka ETC(Q,n) menjadi ETC* ; Q* menjadi Q ; s* menjadi s Jadikan n + 1 = n Ya Maka nilai n* atau n optimal adalah n 1 Selesai Gambar 1. Bagan alir algoritma metode JELS 278

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini, langkah pertama yang dilakukan adalah meramalkan permintaan terhadap produk busa yang diteliti, yaitu busa tipe D-13 Hard Putih, yang terdiri dari empat jenis ukuran sebagai berikut: D-13 Hard Putih 145 cm x 2,0 mm, D-13 Hard Putih 145 cm x 2,8 mm, D- 13 Hard Putih 145 cm x 5,0 mm, dan D-13 Hard Putih 145 cm x 5,8 mm. Dengan beragamnya jenis busa yang diteliti, maka peramalan dilakukan secara famili untuk meminimisasi error yang terjadi sehingga dapat diperoleh hasil peramalan yang lebih akurat. Setelah itu, dilakukan proses agregasi dengan mewakilkan busa-busa jenis lainnya menjadi busa D-13 Hard Putih 145 cm x 2,0 mm untuk mempermudah dalam perhitungan. Data hasil peramalan permintaan agregat dari produk busa tersebut di atas ditunjukkan pada Tabel 1. di bawah ini. Tabel 1. Hasil peramalan agregat busa D-13 hard putih 145 cm X 2,0 mm Periode (2014) Jumlah Permintaan (rol) Periode (2014) Jumlah Permintaan (rol) Januari 539 Juli 549 Februari 528 Agustus 534 Maret 619 September 625 April 726 Oktober 737 Mei 743 November 753 Juni 655 Desember 664 Total Permintaan (rol per tahun) 7.672 Rata-rata Permintaan (rol per bulan) 640 Langkah berikutnya adalah melakukan perhitungan biaya pengendalian persediaan dengan metode yang diterapkan saat ini baik di pihak pemasok maupun di pihak pembeli. Pihak pemasok saat ini menggunakan metode EPQ, dimana produksi akan dilakukan ketika tingkat persediaan telah mencapai reorder point dengan ukuran lot produksi optimal, yaitu sebesar Q = 1.500 rol. Di sisi lain, pihak pembeli saat ini menggunakan metode p(t,e) atau yang biasa disebut sebagai metode periodik, dimana pemesanan dilakukan di saat waktu review yang telah ditetapkan, yaitu selama t = 7 hari sekali dengan tingkat persediaan maksimum sebesar E = 500 rol. Lead time pengiriman adalah bersifat variabel, yaitu diasumsikan dipengaruhi oleh kecepatan produksi terhadap ukuran lot yang diproduksi oleh pihak pemasok ditambah dengan delay time karena transportasi, waktu non-produktif, dll., sehingga dirumuskan menjadi: LQ pqb. Data-data yang dibutuhkan untuk perhitungan biaya pengendalian persediaan saat ini di pihak pemasok dan pihak pembeli masing-masing ditunjukkan pada Tabel 2 dan Tabel 3. Langkah terakhir yang dilakukan pada penelitian ini adalah perhitungan biaya pengendalian persediaan dengan menggunakan metode yang diusulkan, yaitu metode JELS. Metode ini pada intinya ingin mengintegrasikan kebijakan pengendalian persediaan antara pihak pemasok dengan pihak pembeli sehingga bisa memiliki nilai Q yang sama (ukuran lot produksi atau lot pengiriman di pihak pemasok sama dengan ukuran lot pemesanan di pihak pembeli) dengan total biaya gabungan kedua eselon yang lebih kecil. Data-data yang dibutuhkan untuk perhitungan biaya pengendalian persediaan usulan dengan menggunakan metode JELS adalah gabungan dari datadata yang ada di pihak pemasok dan pihak pembeli. Tabel 2. Data-data pihak pemasok Notasi Keterangan Nilai Satuan D Rata-rata permintaan 640 rol/bulan P Kapasitas produksi 1.500 rol/bulan Q Ukuran lot produksi 1.500 rol N Hari kerja 25 hari/bulan h v Biaya simpan 893,66 Rp/rol/bulan K Biaya set-up 257.962,50 Rp/set-up L Lead time 0,04 bulan 279

Tabel 3. Data-data pihak pembeli Notasi Keterangan Nilai Satuan D Rata-rata permintaan 640 rol/bulan σ Standar deviasi 87,34 rol/bulan A Biaya pesan 16.000 Rp/pesan F Biaya kirim 1.160.000 Rp/kirim h b Biaya simpan 490,39 Rp/rol/bulan t Waktu siklus pemesanan 0,23 bulan π Biaya back-order 45.201,16 Rp/rol b Delay time 0,04 bulan p Kecepatan produksi 0,00067 bulan/rol P Kapasitas produksi 1.500 rol/bulan E Persediaan maksimum 500 rol Berdasarkan data-data pada Tabel 2 dan Tabel 3 di atas, diperoleh hasil perhitungan dengan menggunakan metode JELS yang memberikan total biaya gabungan kedua eselon yang terkecil sebesar Rp1.365.270,28 adalah pada saat frekuensi pengiriman sebanyak satu kali dengan ukuran lot pengiriman sebesar 1.415 rol di pihak pemasok, serta reorder point sebesar 801 rol dan safety stock sebesar 171 rol di pihak pembeli (per bulan), seperti dapat dilihat pada Tabel 4. Selain itu, dari hasil perhitungan diperoleh pula perbandingan total biaya pengendalian persediaan saat ini dan usulan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5. Dari hasil perbandingan tersebut, diketahui bahwa metode JELS yang diusulkan pada penelitian ini mampu menurunkan biaya di pihak pemasok dan pihak pembeli masing-masing sebesar Rp492.168,42 dan Rp4.359.211,80 per bulan. Frekuensi Pengiriman n (kali) Tabel 4. Hasil perhitungan metode JELS Ukuran Lot Reorder Point Safety Stock Pengiriman s (rol) S (rol) Q (rol) Total Biaya Gabungan ETC (Rupiah) 1 1.415 801 171 1.365.270,28 2 1.074 643 159 1.607.572,66 Tabel 5. Perbandingan Total Biaya Pengendalian Persediaan Pihak Biaya Metode Saat Ini Biaya Metode JELS Selisih Biaya (Rupiah) (Rupiah) (Rupiah) Pemasok 878.609,44 386.441,02 492.168,42 Pembeli 5.338.041,06 978.829,26 4.359.211,80 Total 6.216.650,50 1.365.270,28 4.851.380,22 Penurunan biaya pada masing-masing eselon maupun penghematan total biaya gabungan kedua eselon dapat tercapai dengan menerapkan metode usulan dengan berbagai ketentuan di pihak pembeli dan pemasok seperti yang masing-masing dapat dilihat pada Tabel 6 dan Tabel 7. Jika dilihat secara keseluruhan, maka penerapan metode JELS yang diusulkan pada penelitian ini dapat memberikan penghematan total biaya gabungan kedua eselon sebesar Rp4.851.380,22 atau 78,04% per bulan. Untuk lebih jelasnya, perbandingan total biaya pengendalian persediaan dengan menggunakan metode saat ini dan metode JELS juga dapat dilihat pada Gambar.2. Tabel 6. Ketentuan penerapan metode JELS di pihak pembeli No. Parameter Notasi Nilai Satuan 1 Jumlah lot pemesanan ekonomis nq 1.415 rol 2 Frekuensi pemesanan n 1 kali 3 Ukuran lot pemesanan Q 1.415 rol 4 Reorder point s 801 rol 5 Safety stock S 171 rol 280

Tabel 7. Ketentuan penerapan metode JELS Di pihak pemasok No. Parameter Notasi Nilai Satuan 1 Jumlah lot produksi ekonomis nq 1.415 rol 2 Frekuensi pengiriman n 1 kali 3 Ukuran lot pengiriman Q 1.415 rol Gambar 2. Perbandingan total biaya metode saat ini dengan metode JELS 4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan pada bagian sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa metode JELS yang diusulkan pada penelitian ini terbukti mampu memberikan manfaat yang signifikan bagi PT X dan distributornya sebagai pihak pemasok dan pihak pembeli, yaitu penurunan total biaya pengendalian persediaan gabungan kedua eselon. Hal ini dikarenakan metode JELS dapat mengintegrasikan kebijakan pengelolaan persediaan antara pihak pemasok dan pihak pembeli dalam satu rantai pasok, sehingga ukuran lot produksi di pihak pemasok sama dengan ukuran lot pemesanan di pihak pembeli. Untuk selanjutnya, penelitian ini dapat dikembangkan dari model single-vendor single-buyer menjadi model single-vendor multiple-buyers, dengan tidak membatasi hanya satu pihak pembeli yang diteliti, tetapi semua pihak pembeli yang terlibat sehingga diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih baik lagi. DAFTAR PUSTAKA Bedworth, David D. dan Bailey, James E., 1987, Integrated Production Control System: Management, Analysis, and Design, Ed.2, John Wiley & Sons, Inc., Canada. Ben-Daya, M. dan Hariga, M., 2004, Integrated single vendor single buyer model with stochastic demand and variable lead time, Int. J. Production Economics, Vol.92, 75-80. Chopra, S. dan Meindl, P., 2007, Supply Chain Management: Strategy, Planning, & Operations, Ed.3, Pearson Education, Inc., New Jersey. Elias, Y., Santoso, dan Liputra, D. T., 2014, Usulan Pengendalian Persediaan Dua Eselon dengan Menggunakan Metode Joint Economy Lot Size (JELS) di PT Royal Abadi Sejahtera, Tugas Akhir, Fakultas Teknik, Universitas Kristen Maranatha, Bandung. Smith, S. B., 1989, Computer-Based Production and Inventory Control, Prentice-Hall International, Inc., New Jersey. Tersine, R. J., 1994, Principles of Inventory and Materials Management, Ed.4, Prentice-Hall International, Inc., New Jersey. 281