BAB I PENDAHULUAN. bertindak sebagai perantara keuangan (financial intermediary), melakukan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menurut pasal 29 ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun

BAB I PENDAHULUAN. peran yang sangat penting karena perbankan mempunyai fungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan menurunnya tingkat likuiditas di pasar keuangaan, karena

BAB I PENDAHULUAN. atas dana yang diterima dari nasabah. Sesuai dengan Undang undang RI nomor

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi sebagai financial intermediary atau perantara pihak yang kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. taraf hidup rakyat banyak. Perbankan sendiri merupakan perantara keuangan

BAB I PENDAHULUAN. strategi dalam rangka mengefisienkan dana dari masyarakat seperti dengan

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu indikator penting untuk melihat keberhasilan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN PERBANKAN BERDASARKAN METODE CAMELS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Bank memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Krisis pada tahun 1997 telah berlalu, kini perbankan Indonesia dihadapkan

BAB IX ANALISIS KEBERHASILAN BANK. Alat likuid: uang kas di bank dan rekening giro yang disimpan di Bank Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. secara mikro maupun secara makro. Indonesia merupakan salah satu negara

-2- II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 NSFR dihitung dengan formula sebagai berikut:. Konversi mata uang asing menjadi rupiah dilakukan dengan mengg

BAB I PENDAHULUAN. yang wajar, serta pemenuhan modal yang memadai (Widati, 2012).

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAHANAN ASET LIKUID SEBAGAI DASAR PENERAPAN BASEL III PADA SEKTOR PERBANKAN OLEH

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan perekonomian suatu negara tidak lepas dari transaksi keuangan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di PT. Bank Sahabat Sampoerna karena pada tanggal 9 Mei

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

URGENSI MANAJEMEN LIKUIDITAS BANK : TARIK-ULUR (TRADE-OFF) ANTARA LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS

BAB I PENDAHULUAN. keemasan yang puncaknya ditandai dengan keberhasilan beberapa bank besar

BAB 1 PENDAHULUAN. (Nopirin, 2009:34). Kelangkaan dana yang dimiliki dunia perbankan memicu

ANALISIS KINERJA BANK

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir ini banyak bank yang dilikuidasi oleh Lembaga

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan terbesar didunia asal Amerika Lehman Brother, kredit

BAB I PENDAHULUAN. kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang berfungsi sebagai perantara (financial intermediary) antara

I. PENDAHULUAN. pesat sejak dikeluarkannya Paket Kebijakan Oktober 1988 atau yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas aset memburuk, tidak mampu menciptakan earning dan akhirnya modal

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dan menyalurkannya lagi terhadap masyarakat. Adanya proses globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan. Laporan mengenai rugi laba suatu perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. memperlancar lalu lintas pembayaran (Dendawijaya 2004:15) atau kredit macet. Dalam rangka menjaga agar bank-bank tersebut lebih

Sedangkan dalam PSAK No 31 mengenai akuntansi perbankan disebutkan sebagai berikut :

Secara umum kegiatan penghimpunan dana ini dibagi dalam :

BAB I PENDAHULUAN. bank (sistem bank). Bank menjalankan usahanya dengan menjual kepercayaan

BAB II LANDASAN TEORITIS

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Likuiditas adalah suatu hal yang fundamental bagi perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Situasi perekonomian global dan perdagangan bebas saat ini membuat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. operasional perusahaannya. Modal tersebut berasal dari dalam perusahaan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. aman dan percaya untuk menanamkan investasi atau dananya di bank.

DAFTAR ISI. Abstraksi Prakata. Daft ar Tabel dan Gambar

I. PENDAHULUAN. perbankan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah. Indikator perbankan nasional

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian sebagai wujud peningkatan kualitas hidup. Peningkatan kualitas hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu bentuk lembaga keuangan yang menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan bank yang berupa penghimpunan dan penyaluran dana dapat

I. PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian Indonesia pasca krisis ekonomi masih. belum sepenuhnya pulih. Pertumbuhan mulai menunjukkan trend yang

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap

PENDAHULUAN. Interpreasi definisi:

BAB I PENDAHULUAN. lembaga penghimpunan dana masyarakat. (Kuncoro, 2002:538) Setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Sektor perbankan berfungsi sebagai perantara keuangan

Asset Liabilities Management (ALMA) Muniya Alteza

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. di bidang perbankan. Bank merupakan lembaga keuangan yang peranannya

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan pihak yang memiliki kekurangan dana. Dimana kegiatan. kepada masyarakat dalam bentuk pemberian kredit.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian, laporan keuangan merupakan suatu media penting

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997, telah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bank

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dengan ditandai adanya krisis global di Amerika Serikat, pada tahun 2008

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengaruh Risiko Usaha Terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) pada

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha terus-menerus memperoleh laba, ini berarti kelangsungan hidup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. telah menetapkan undang-undang mengenai Mortgage (Perumahan). Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pelayanan dalam bentuk jasa jasa perbankan. Bank memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. pembayaran bunga secara periodik. Menurut Abdul Halim (2015 : 9) obligasi

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH. Oleh : Junaedi,SE,M.Si

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lain, kemudian mengelola dana tersebut dan menyalurkannya kepada masyarakat atau

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi suatu bangsa memerlukan pola pengaturan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan di ukur dan ditentukan oleh uang sehingga eksistensi dunia

II. TINJAUAN PUSTAKA Institusi Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. Bank didefinisikan sebagai lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan rakyat Indonesia yang lebih sejahtera. Pembangunan dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak

BAB I PENDAHULUAN. Bagi masyarakat yang hidup di negara negara maju, seperti negara

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia memiliki peranan cukup penting. Hal ini dikarenakan sektor

I. PENDAHULUAN. satunya adalah penyaluran kredit guna untuk meningkatkan taraf hidup rakyat

BAB I PENDAHULUAN. bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam berbagai alternatif investasi.

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga keuangan yang menghubungkan antara pemilik dana dan yang membutuhkan dana. Bank yang dalam aktivitasnya bertindak sebagai perantara keuangan (financial intermediary), melakukan manajemen aset (assets management) dan manajemen kewajiban (liabilities management) untuk dapat menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Pada umumnya, bank mendapatkan keuntungan dengan menjual jasa-jasa keuangan dan menggunakan dana yang terhimpun untuk membeli aset-aset dengan karakteristik berbeda-beda yang dapat memberikan pendapatan kepada bank. Sebagai upaya untuk dapat menjalankan aktivitas perbankan dengan baik yang bertujuan menghasilkan keuntungan, perbankan harus memiliki kemampuan manajemen yang baik pula dari berbagai sisi. Menurut Mishkin dan Eakins (2012), dalam manajemen perbankan terdapat empat hal yang menjadi perhatian utama yakni, bank harus menyediakan dana yang cukup, bank harus berupaya menurunkan setiap resiko yang ada, bank harus mengelola penghimpunan dana, dan bank harus mengetahui jumlah kebutuhan modal. Agar pembayaran kepada penyimpan dana ketika terjadi deposit outflow yang dapat terjadi kapanpun, bank harus siap sedia dengan menahan sejumlah dana yang langsung dapat dicairkan. Oleh karena itu agar bank tetap dapat menjaga tersedianya dana sesuai yang dibutuhkan di saat-saat tertentu, bank harus melakukan manajemen likuiditas yang baik. Bank harus berupaya menurunkan

resiko yang dapat muncul dengan memiliki aset dengan likuiditas tinggi melalui diversifikasi aset yang dipegang, hal tersebut berkaitan dengan pengelolaan aset perbankan. Selanjutnya bank harus melakukan manajemen kewajiban (liability management), dimana bank harus dapat menghimpun dana dengan biaya rendah sebesar-besarnya. Dengan besarnya dana berbiaya rendah yang dimiliki, maka akan berperan pula menurunkan beban rata-rata. Dalam manajemennya, bank harus dapat menentukan jumlah modal yang harus disiapkan oleh bank itu sendiri lalu menghimpun sejumlah modal yang dibutuhkan, hal ini berkaitan dengan manajemen kecukupan modal dimana hal ini berkaitan pula dengan ketentuan regulasi perbankan mengenai pemenuhan capital adequacy ratio (CAR). Dalam aktivitas perbankan terdapat berbagai resiko dimana resiko yang harus dihadapi oleh manajemen perbankan memiliki unsur ketidakpastian. Contohnya, ketidakpastian nasabah akan memperbaharui pinjamannya, ketidakpastian tumbuhnya deposito dan sumber dana lainnya di bulan mendatang, ketidakpastian peningkatan harga saham dan pendapatan perbankan, dan ketidakpastian naik dan turunnya suku bunga pasar. Bank biasanya akan memperhatikan dengan serius resiko-resiko yang dapat terjadi selaras dengan tujuannya mendapatkan keuntungan yang sebesarbesarnya, hal ini dikarenakan pendapatan dapat menurun tanpa terduga sebelumnya yang dapat disebabkan oleh faktor dari dalam maupun dari luar bank, seperti kualitas sumberdaya manajemen bank, perubahan kondisi perekonomian, kompetisi antar bank, atau hukum dan regulasi.

Dalam menjalankan aktivitas sebagai penyedia jasa keuangan, perbankan setiap harinya akan menghadapi resiko likuiditas. Hal ini berkaitan dengan ketersediaan dana bank dalam menyelesaikan kewajibannya terhadap para nasabah. Nasabah dapat kapan saja melakukan penarikan dana yang berada di rekening banknya. Oleh karena itu, bank harus tetap menyediakan sejumlah dana berupa aset yang likuid atau mudah untuk dicairkan sebagai upaya penyelesaian kewajiban yang harus segera dibayar. Meningkatnya resiko likuiditas ini disebabkan oleh dua hal yaitu dari sisi kewajiban (liabilitas) dan dari sisi aset (Saunders dan Cornett, 2008). Resiko likuiditas yang disebabkan dari sisi liabilitas terjadi ketika nasabah bank melakukan penarikan tunai secara tiba-tiba. Oleh karena itu, menurut Aspachs et al. (2005) bank sangat rentan terhadap goncangan likuiditas yang disebabkan sisi liabilitas dari neraca keuangan bank itu sendiri. Dalam memenuhi kebutuhan pencairan dana nasabah, bank akan mencari tambahan dana atau menjual aset yang dimiliki. Aset yang paling likuid adalah kas yang tersedia, sehingga bank akan menggunakan aset ini untuk memenuhi permintaan nasabah. Seperti yang telah disebutkan bahwa bank akan berupaya untuk mendapatkan keuntungan bunga dari dana yang disimpan oleh nasabah, namun cadangan kas yang dimiliki oleh bank tidak akan menghasilkan bunga sama sekali karena kas bersifat diam (idle). Dalam menghasilkan pendapatan bunga, bank biasanya akan menginvestasikan dana yang didapatkan pada aset yang kurang likuid atau yang memiliki jatuh tempo dalam jangka waktu cukup panjang. Walaupun bank menginvestasikan dana yang dihimpun dari masyarakat ke aset

yang memiliki waktu jatuh tempo, aset-aset tersebut tetap dapat dilikuidasi oleh bank walaupun pada beberapa jenis investasi harus mengeluarkan biaya cukup tinggi ketika dicairkan. Bank dalam upayanya untuk dapat menyelesaikan kewajiban terhadap nasabah yang ingin menarik dana segera, akan menggunakan alternatif lain. Selain dengan cara mencairkan investasi, bank akan meminjam tambahan dana kepada pihak lain. Penyebab resiko likuiditas yang kedua berada dari sisi aset, seperti kemampuan untuk menyediakan kecukupan dana dalam pelaksanaan penyaluran pinjaman yang bersifat komit. Ketika nasabah menarik uang dari pinjaman komitmen, bank harus mencari dana untuk menyeimbangkan keuangannya. Hal ini mengakibatkan bank membutuhkan likuiditas tambahan. Sebagai upaya menjaga kondisi bank tetap mampu mengatasi resiko yang ada, pembuat regulasi mengenai perbankan mengatur beberapa hal, salah satunya adalah mengenai likuiditas bank. Likuiditas perbankan diatur agar bank dapat menyelesaikan kewajiban-kewajibannya ketika ditagih. Kewajiban-kewajiban tersebut dapat muncul tiba-tiba seperti telah disebutkan di atas. Sehingga manajemen bank harus mampu mengukur posisi likuiditas banknya dan lebih baik apabila dilakukan pengukuran harian. (Michael Babad. The Globe and Mail. November 2012) Ketika keadaan global dalam kondisi krisis, banyak para pemilik dana menarik simpanan dari rekening banknya. Dengan banyaknya arus kas keluar yang mengalir, maka bank membutuhkan lebih banyak kas dan aset likuid yang siap dicairkan. Sehingga apabila komposisi aset yang dimiliki oleh bank didominasi oleh aset yang tidak

likuid, yang disebabkan oleh lebih mengutamakan keuntungan maka bank dapat menghadapi masalah likuiditas. Bank akan kekurangan dana untuk dapat memenuhi permintaan nasabah. Dengan begitu bank akan berusaha mencari tambahan dana dari pihak lain. Ketika bank tidak mampu menemukan sumber tambahan dana untuk dapat menyelesaikan kewajibannya, bank akan menuju kondisi bankrut. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Leo de Haan dan Jan Willem van den End (2013) terhadap 62 bank di Belanda menunjukkan bahwa penahanan aset likuid dipengaruhi oleh jumlah kewajiban (liabilitas) dimana aset likuid yang ditahan oleh bank akan lebih besar dari jumlah kewajiban bank, namun hal ini tidak terlalu berpengaruh bagi bank yang memiliki kemampuan modal yang besar. Penahanan aset likuid juga dipengaruhi oleh jatuh temponya kewajiban bank dimana ketika bank memprediksi akan adanya arus kas keluar di bulan mendatang maka bank akan meningkatkan aset likuid, namun bank secara rata-rata tidak mengurangi aset likuid yang ditahan walaupun jika diprediksi di bulan mendatang akan ada arus kas masuk. Masalah likuiditas merupakan penyebab krisis keuangan global yang terjadi pada tahun 2008. Krisis yang terjadi pada tahun 2008 timbul dari Amerika Serikat dengan isu subprime mortgage. Bank pada saat itu dengan mudah menyalurkan dana berupa kredit perumahan dengan tingkat resiko yang sangat tinggi, bahkan ada yang memberikan kredit tanpa jaminan namun dengan tingkat bunga tinggi. Dengan melakukan hal ini, bank berharap akan menghasilkan keuntungan yang sangat besar karena pasar perumahan sedang sangat baik pada

tahun-tahun sebelumnya. Bank cenderung menggunakan prediksi arus kas jangka panjang mereka untuk memutuskan seberapa besar aset likuid yang akan mereka tahan, dan sebagian besar dari bank-bank melihat hingga 1 tahun ke depan tanpa memperhitungkan kemungkinan-kemungkinan jangka pendek. Berdasarkan pengalaman-pengalaman yang telah terjadi pada dunia perbankan, the Basel Committee of Banking Supervision (BCBS) menerbitkan berbagai kebijakan dalam usaha agar jasa keuangan perbankan memiliki ketahanan dalam menghadapi berbagai macam kondisi krisis keuangan. Pada krisis keuangan global tahun 2008-2009 terlihat betapa dunia perbankan sangat rapuh dalam menghadapi kebutuhan likuiditasnya. BCBS dalam hal ini memiliki kapasitas dalam menerbitkan berbagai peraturan yang dirumuskan di dalam peraturan Basel I, Basel II, dan yang terakhir adalah Basel III. Kumpulan dari gubernur-gubernur bank sentral dunia dalam Bank for International Settlement (BIS) merasa peraturan yang tertuang dalam Basel II belum cukup untuk dapat menjadi acuan bagi dunia perbankan dalam mengantisipasi kondisi krisis yang dapat terjadi. BIS melakukan pertemuan pada tanggal 23-24 Juni 2011 di Basel, Swiss. Dan dari pertemuan tersebut terlahir peraturan baru yang disebut Basel III yang merupakan upaya pematangan dan kelanjutan dari Basel II. Peraturan yang dirumuskan di dalam Basel III terbagi menjadi dua dokumen, yaitu Basel III: A global regulatory framework for more resilent banks and banking systems dan Basel III: International framework for liquidity risk measurement, standards and monitoring.

Salah satu rumusan dalam Basel III adalah mengenai standar likuiditas bagi perbankan. Standar likuiditas tersebut dibagi menjadi dua jenis menurut jangka waktunya yaitu, Short term: Liquidity Coverage Ratio (LCR) dan Long term: Net Stable Funding Ratio (NSFR). Untuk memperkuat kemampuan likuiditas perbankan, pada Basel III diperkenalkan standar likuiditas dalam jangka pendek dimana bank dapat memenuhi kebutuhan likuiditasnya dalam rentang waktu 30 hari ke depan. LCR memaksa bank untuk menahan aset yang bersifat likuid atau aset yang berkualitas tinggi setidaknya sama dengan net cashflow bank dalam jangka 30 hari ke depan. Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa perlu untuk menganalisis apa yang menjadi patokan manajemen bank dalam menentukan jumlah aset likuid yang harus mereka tahan untuk kebutuhan likuiditasnya dan penelitian ini diberi judul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penahanan Aset Likuid Sebagai Dasar Penerapan BASEL III Pada Sektor Perbankan.

1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan penelitian, maka yang menjadi perumusan masalah adalah sebagai berikut bagaimana pengaruh Liability, Cash Outflow, Cash Inflow, dan Net Cashflow terhadap jumlah Liquid Asset yang ditahan oleh 5 bank terbesar di Indonesia sebagai dasar penerapan Liquidity Coverage Ratio? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis pengaruh Liability, Cash Outflow, Cash Inflow, dan Net Cashflow terhadap jumlah Liquid Asset yang ditahan oleh 5 bank terbesar di Indonesia sebagai dasar penerapan Liquidity Coverage Ratio. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti, bank, investor, dan peneliti selanjutnya. 1. Bagi bank, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebagai bahan pertimbangan bagi bank dalam memanajemen aset agar tetap dalam posisi likuiditas yang aman. 2. Bagi investor, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk memilih bank sebagai tempat berinvestasi dengan kualitas manajemen aset yang baik. 3. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk melakukan penelitian yang lebih dalam pada faktor-faktor manajemen bank menahan Liquid Asset.

4. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat sebagai dasar pemikiran apabila diminta untuk memberikan pendapat berkaitan dengan cara bank dalam manajemen Liquid Asset.