POST WELD HEAT TREATMENT SV-DOC-TECH-002

dokumen-dokumen yang mirip
KUALIFIKASI WELDING PROCEDURE SPECIFICATION (WPS) DAN JURU LAS (WELDER) BERDASARKAN ASME SECTION IX DI INDUSTRI MIGAS

Oleh Wahyu Ade Saputra ( ) Dosen Pembimbing 1. Ir. Achmad Zubaydi, M.Eng., Ph.D 2. Ir. Soeweify, M.Eng

BAB IV PENGUJIAN MECHANICAL TEST.

BAB I PENDAHULUAN. Pengelasan berperan sangat penting dalam proses produksi, instalasi,

Pengaruh Waktu Tahan pada Perlakuan Panas Pasca Pengelasan terhadap Kekerasan dan Kuat Tarik Baja Karbon ASTM A106 Grade B

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Analisa Kekuatan Material Carbon Steel ST41 Pengaruh Preheat dan PWHT Dengan Uji Tarik Dan Micro Etsa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:

Jurusan Teknik Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

PENGARUH PREHEAT DAN POST WELDING HEAT TREATMENT TERHADAP SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN LAS SMAW PADA BAJA AMUTIT K-460

PENGARUH PERLAKUAN ANIL TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA SAMBUNGAN LAS PIPA BAJA Z 2201

BAB III METODE PENELITIAN

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: G-340

PENENTUAN WELDING SEQUENCE TERBAIK PADA PENGELASAN SAMBUNGAN-T PADA SISTEM PERPIPAAN KAPAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

PENGUJIAN MEKANIK PADA KUALIFIKASI WPS/PQR SMAW WELDING PIPA API 5L X42 BERDASARKAN API 1104

PENGARUH HEAT TREATMENT

PENGARUH TRAVEL SPEED PADA ROOT PAS MENGGUNAKAN KAWAT LAS ER 70S-6 PADA ROBOTIC WELDING TERHADAP KEKERASAN MATERIAL DAN MACRO

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN DAN MIKRO STRUKTUR PADA PIPA HEAT EXCHANGER

STUDI EKONOMIS PENGARUH POST WELD HEAT TREATMENT TERHADAP UMUR PIPA

RANCANG BANGUN SPESIMEN UNTUK KEBUTUHAN ULTRASONIC TEST BERUPA SAMBUNGAN LAS BENTUK T JOINT PIPA BAJA. *

Persentasi Tugas Akhir

BAB III DATA DESAIN DAN HASIL INSPEKSI

PENGARUH PROSES PREHEATING PADA PENGELASAN SMAW TERHADAP KEKUATAN TARIK MATERIAL BAJA ST 37

PENGARUH POSISI PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN TAKIK DAN KEKERASAN PADA SAMBUNGAN LAS PIPA

PENGARUH VARIASI SUHU POST WELD HEAT TREATMENT ANNEALING

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

PENGARUH VARIASI SUHU PREHEAT TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL SA 516 GRADE 70 YANG DISAMBUNG DENGAN METODE PENGELASAN SMAW

MENINGKATKAN KEKUATAN SAMBUNGAN LAS Q&T STEEL LOKAL DENGAN MGMAW TANPA PENERAPAN PH DAN PWHT

PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA PROSES PENGELASAN SMAW

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

JURNAL PENGARUH PEMBERIAN PANAS AWAL PADA HASIL PENGELASAN TIG TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS BAJA TAHAN KARAT 316L

Tugas Akhir. Studi Corrosion Fatigue Pada Sambungan Las SMAW Baja API 5L Grade X65 Dengan Variasi Waktu Pencelupan Dalam Larutan HCl

Tugas Akhir ANALISA PENGARUH LAS TITIK DAN URUTAN PENGELASAN TERHADAP DISTORSI DAN TEGANGAN SISA PADA PENGELASAN SAMBUNGAN PIPA ELBOW DENGAN METODE

Journal of Mechanical Engineering Learning

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

Diajukan guna melengkapi sebagai syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu ( S1 ) Di Susun oleh : : Hendry Purwanto NIM :

Abstrak. Kata kunci: Hydrotest, Faktor Keamanan, Pipa, FEM ( Finite Element Method )

1. PENDAHULUAN. Nomer :.. Tgl Terbit : 5 September 2013 Revisi :.. Halaman : 1 dari 7 UP PAITON

SKRIPSI / TUGAS AKHIR

2.10 Caesar II. 5.10Pipe Strees Analysis

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh pengelasan..., RR. Reni Indraswari, FT UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi permintaan konsumennya. Konsumen merupakan faktor yang

Ir Naryono 1, Farid Rakhman 2

TUGAS PENYAMBUNGAN MATERIAL 5 RACHYANDI NURCAHYADI ( )

BAB IV DATA DAN ANALISA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 1.1 Sistem perpipaan steam 17 bar

KARAKTERISASI SIFAT FISIS DAN MEKANIS SAMBUNGAN LAS SMAW BAJA A-287 SEBELUM DAN SESUDAH PWHT

ANALISA PENGARUH VARIASI ARUS TERHADAP HASIL LAS GMAW

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seperti diketahui bahwa, di dalam baja karbon terdapat ferrite, pearlite, dan

BAB I PENDAHULUAN. logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan. selain digunakan untuk memproduksi suatu alat, pengelasan

PENGARUH PWHT DAN NON PWHT DENGAN LAS SMAW TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PIPA ASTM A-106 GRADE B

Jurnal Teknik Mesin UNISKA Vol. 02 No.02 Mei 2017 ISSN

PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41

ANALISIS KEGAGALAN AKIBAT KOROSI DAN KERETAKAN PADA PIPA ALIRAN GAS ALAM DI NEB#12 PETROCHINA INTERNATIONAL JABUNG LTD

Pengaruh Variasi Arus terhadap Struktur Mikro, Kekerasan dan Kekuatan Sambungan pada Proses Pengelasan Alumunium dengan Metode MIG

PENGARUH PENGELASAN ALUMINIUM 5083

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISA LAJU KOROSI PENGARUH POST WELD HEAT TREATMENT TERHADAP UMUR PIPA PADA PIPA API 5L GRADE B

PT BORNEO MITRA SINERGI CONSTRUCTION/INSTALLATION PLAN

Oleh: Agung Mustofa ( ) Muhammad Hisyam ( )

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

I. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. cukup berat. Peningkatan akan kualitas dan kuantitas serta persaingan

BAB IV ANALISA HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab I Pendahuluan Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Analisis Pengaruh Ukuran Stopper Pada Sambungan Pelat Kapal Terhadap Tegangan Sisa Dan Deformasi Menggunakan Metode Elemen Hingga

Pengaruh Diameter Pin Terhadap Kekuatan dan Kualitas Joint Line Pada Proses Friction Wtir Welding Aluminium Seri 5083 Untuk Pre Fabrication

PERHITUNGAN SPESIFIKASI PENYAMBUNGAN PIPA GAS DAN INSTALASI PIPELINE GAS PADA PIPELINE PROJECT BOJONEGARA - CIKANDE

Analisis Kekerasan Pada Pipa Yang Dibengkokan Akibat Pemanasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

TUGAS AKHIR. Oleh : Winda Afrilia Rachmadani Dosen Pembimbing: Dr. Ir. H. C. Kis Agustin, DEA

ANALISIS KEKUATAN COMPRESIVE NATURAL GAS (CNG) CYLINDERS MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai

BAB I PENDAHULUAN. atau non ferrous dengan memanaskan sampai suhu pengalasan, dengan atau tanpa menggunakan logam pengisi ( filler metal ).

Pelaksanaan Uji Tarik

Pengaruh Variasi Arus dan Jenis Elektrode pada Pengelasan Smaw Terhadap Sifat Mekanik Baja Karbon

Pengaruh Variasi Arus dan Tebal Plat pada Las Titik terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las Baja Karbon Rendah

I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka

Analisis Perbandingan Laju Korosi Pelat ASTM A36 antara Pengelasan di Udara Terbuka dan Pengelasan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak

MATERIAL TEKNIK 5 IWAN PONGO,ST,MT

II-1 BAB II DASAR TEORI

Gambar 4.1 Penampang luar pipa elbow

RANGKUMAN LAS TIG DAN MIG GUNA MEMENUHI TUGAS TEORI PENGELASAN

BAB III LANDASAN TEORI. ur yang memikul gaya tarik aksial terfaktor N u harus memenuhi : N u. N n... (3-1)

ANALISIS KEBOCORAN PIPA REFORMER DI SEBUAH PERUSAHAAN PETROKIMIA

BAB 8. BEJANA TEKAN (Pressure Vessel)

Pengaruh Preheat Terhadap Struktur Mikro dan Sifat Mekanis Sambungan Las GTAW Material Baja Paduan 12Cr1MoV yang Digunakan pada Superheater Boiler

SKRIPSI PURBADI PUTRANTO DEPARTEMEN METALURGI DAN MATERIAL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA GENAP 2007/2008 OLEH

TUGAS AKHIR ANALISA KEKERASAN HARDFACING STELLITE-6 PADA MATERIAL BAJA SS 400

BAB II RESISTANCE TEMPERATURE DETECTOR. besaran suatu temperatur/suhu dengan menggunakan elemen sensitif dari kawat

KAPAL JURNAL ILMU PENGETAHUAN & TEKNOLOGI KELAUTAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan

METODE PENGUJIAN TITIK NYALA ASPAL CAIR DENGAN ALAT TAG OPEN CUP

Transkripsi:

Page 1 of 7 SUB-VENDOR POST WELD HEAT TREATMENT SV-DOC-TECH-002 22 Juni 2016 00 Untuk Dipublikasikan SVDR N/A N/A N/A Tanggal Revisi Deskripsi Tahap Revisi Disusun Diperiksa Disahkan

Page 2 of 7 Riwayat Revisi Tanggal Revisi Deskripsi Tahap Revisi Disusun Diperiksa Disahkan 22 Juni 2016 00 Untuk Dipublikasikan SVDR N/A N/A N/A

Page 3 of 7 INDEX 1. TUJUAN DOKUMEN 4 2. RUANG LINGKUP 4 3. DOKUMEN REFERENSI 4 4. SINGKATAN DAN KEPANJANGANNYA 4 5. POST WELD HEAT TREATMENT (PWHT) 4 5.1 SKUP PEKERJAAN PELAKU PWHT 5 5.2 PERALATAN PWHT 6 5.3 METODE OPERASI PWHT 6 5.4 INSPEKSI & PENGECHECKAN QUALITAS PEKERJAAN PWHT (HARDNESS TEST) 7

Page 4 of 7 1. TUJUAN DOKUMEN Memberikan Informasi tentang skup pekerjaan teknisi PWHT, metode operasi PWHT dan peralatan PWHT. Termasuk juga bahasan terkait dengan topik inspeksi pengecheckan qualitas pekerjaan pengelasan (Hardness Test). 2. RUANG LINGKUP Dokumen ini sebatas informasi terkait Post Weld Heat Treatment. Informasi pada dokumen ini tidak termasuk kegiatan Local PWHT, Pre-Heat WHT, Normalizing dan Dry-Out/Curing. 3. DOKUMEN REFERENSI ASME Section I ASME Section V ASME Section IX ASME B 31.1 ISO 9000 ISO 9001 Ruled for Construction of Power boiler Non Destructive Examination Welding,Brazing and Fusing Qualifications Process Piping,Code for Pressure Piping Quality Management System Fundamentals and Vocabulary Quality Management System - Requirements 4. SINGKATAN DAN KEPANJANGANNYA Dibawah ini merupakan Singkatan dan Kepanjangannya yang dipakai dalam dokumen ini. ASME ISO PWHT QC NDT NDE American Society of Mechanical Engineer International Organization for Standardization Post Weld Heat Treatment Quality Control Non Destruction Test Non Destruction Examination 5. POST WELD HEAT TREATMENT (PWHT) Bagian ini akan membahas informasi terkait Post Weld Heat Treatment selanjutnya akan disingkat PWHT. Sesuai dengan topik yang ditulis pada ruang lingkup dokumen. Heat treatment digunakan untuk melepas sisa tegangan efek dari suhu tinggi pada saat pengelasan dan pelepasan gradien suhu yang melekat pada material setelah pengelasan.

Page 5 of 7 5.1 SKUP PEKERJAAN PELAKU PWHT Pelaku yang terlibat dalam kegiatan PWHT harus berkompeten seperti telah lulus pelatihan khusus, pengalaman kerja dan pengetahuan terkait kode standard, perlatan serta requirement akan keselamatan kerja. Engineering Manager : Engineering Manager bertanggung jawab atas : Mengambil kebijakan jika terjadi perbedaan antara Spesifikasi Suatu Project Pekerjaan PWHT dengan Standard Referensi yang berlaku. Memastikan dan mengesahkan Dokumen Engineering Suatu Project Pekerjaan PWHT telah mengacu pada Standard & Kode terkait pekerjaan PWHT serta Spesifikasi Suatu Project Pekerjaan PWHT. NDE Engineer / Supervisor : Engineer or Supervisor bertanggung jawab atas : Identifikasi Komponen yang dibutuhkan terkait Suatu Pekerjaa PWHT termasuk menyiapkan Dokumen Permohonan PWHT. Mengimplementasikan Dokumen Engineering seperti Dokumen Prosedur Instruksi Pekerjaan PWHT, Keselamatan Kerja dan dokumen terkait lainnya. Memastikan Perlatan yang digunakan telah terkalibrasi dan layak pakai. Memonitor dan memastikan proses Pekerjaan PWHT dilaksanakan secara benar dan di area yang benar. Memeriksa dan mengesahkan Dokumen Laporan Pekerjaan PWHT dari hasil Pekerjaan PWHT yang telah dilakukan. Teknisi : Teknisi bertanggung jawab atas : Memasang peralatan PWHT dengan benar. Mengoperasikan perlatan PWHT dengan benar sesuai Dokumen Instruksi Kerja. Mencatat data Pekerjaan PWHT kedalam lembar Dokumen Laporan Pekerjaan PWHT. Melakuakn Pekerjaan PWHT dilaksanakan secara benar sesuai Dokumen Engineering yang berlaku.

Page 6 of 7 5.2 PERALATAN PWHT Semua peralatan harus bisa digunakan dengan aman. Operator harus memastikan bahwa semua peralatan masih terkalibrasi dengan valid sebelum melakukan aktifitas PWHT. Katalog terkait peralatan PWHT dari brand Cooperheat dapat dilihat pada : http://www.weldtech.kz/upload/files/pwht-cooperheat.pdf Alat Ukur Suhu Alat ukur suhu yang biasa digunakan adalah thermocouple. Ujung Thermocouple sensing tip : lokasi paling sensitif merespon perubahan suhu karena merupakan lokasi sambungan kedua metal elemen sensing (measuring junction),harus ditempel dengan capacitor discharge welding sehingga terjadi kontak antara sensing tip dan area yang di PWHT. Penggunaan minimum 6 jumlah thermocouple pada pipa berukuran diameter 8 NPS (DN200) dengan komposisi 3 sebagai pengukur utama 3 sebagai pengukur cadangan. Pemasangan thermocouple pada area PWHT harus simetris. Untuk ukuran pipa <= 10 NPS pada sudut jam 3 dan jam 9. Untuk Ukuran pipa >10 NPS pada sudut jam 12, 3, 6 dan 9. Temperatur Recorder harus terkalibrasi sesuai petunjuk manufaktur. Heating Element & Heat Treatment Unit Controller for Furnaces Heating element harus diletakkan pada posisi yang mendukung untuk terjadinya penyebaran panas secara merata. Heating Element Wire harus dirajut dengan Ceramic Beads Ceramic Pad Heater. Pastikan bahwa tidak terjadi kontak langsung antara pemanas berbahan bakar cair rendah sulfur, propane atau natural gas yang digunakan dengan area material yang akan di PWHT. Penambahan kerangka support harus disediakan dan harus sesuai dengan instruksi dari manufaktur, hal ini guna mencegah terjadinya perpindahan posisi/pergerakan selama PWHT berlangsung. Thermal Insulation dan Ceramic Beads Ceramic Pad Heater Salah satu brand insulation yang sering digunakan adalah Superwool fiber. Ketebalan minimum insulasi adalah 1 meliputi heating element dan setidak-tidaknya setebal 1 kali diameter pipa pada kedua sisi las-lasan. 5.3 METODE OPERASI PWHT NDE Engineer harus menyiapkan Dokumen Permohonan PWHT yang didalamnya menjelaskan tentang jangkauan suhu yang digunakan beserta Holding Time untuk setiap ragam material sesuai dengan Dokumen Spesifikasi Pekerjaan PWHT dan Kode & Standard referensi. Suhu dimonitor dengan menggunakan Thermocouples atau alat ukur suhu lain yang dapat diteprapkan sebagai alat pengukuran. Jangkauan suhu yang diterapkan dapat mengacu pada requirement umum dibawah ini dan harus di cantumkan pada Dokumen Heat Treatment Request Form : 1. Untuk jangkauan suhu operasi diatas 600 F (316 C) bisa merujuk kepada ASME Section III dan VIII Division 1. Suhu yang diterapkan diatur sehingga tidak boleh melebihi 600 F (316 C) per jam untuk ketebalan <= 2 (50 mm). Untuk material dengan ketebalan lebih dari 2 ( > 50 mm ), jangkauan suhunya tidak boleh melebihi 600 F ( 315 C ) per jam dibagi dengan satu setengah tebal material pada

Page 7 of 7 sambungan las-lasan. 2. Suhu yang uniform pada saat soak-time ( time periode yang dijaga pada suhu tertentu ) harus sesuai dengan Kode & Standard serta Spesifikasi Prosedur Pekerjaan Pengelasan. ( WPS Welding Procedure Specification) 3. Untuk jangkauan suhu operasi diatas 600 F (316 C) dengan pengaturan yang tidak melebihi 400 F ( 205 C) per jam pada ketebalan material <= 1 (25mm) masih bisa merujuk kepada ASME Section VIII Division 1. Pada material yang ketebalannya lebih dari 1 (25mm) suhu yang diterapkan tidak boleh melebihi 400 F ( 205 C ) per jam dibagi dengan satu kali tebal material pada sambungan las-lasan. 4. Suhu yang diterapkan tidak boleh kurang dari 100 F (38 C) di setiap interval waktu. Saat periode pemanasan dan pendinginan tidak disarankan terjadi variasi suhu melebihi 250 F (120 C) di area las-lasan sepanjang interval 4.5 meter. 5. Untuk mencegah deformasi atau terjadinya regangan, komponen untuk PWHT harus diberi support tambahan. 5.4 INSPEKSI & PENGECHECKAN QUALITAS PEKERJAAN PWHT (HARDNESS TEST) Inspeksi pengecheckan dan laporan terkait kegiatan PWHT dilakukan guna memverifikasi hasil pekerjaan PWHT. Inspektor akan memastikan bahwa performa PWHT sesuai dengan Kode & Standard serta Spesifikasi Kontraktual Pekerjaan PWHT. Batasan tingkat kekerasan yang berlaku pada material metal yang di las dan pada zona yang terkena panas Heat Affected Zone (HAZ), di tes sedekat mungkin dari ujung las-lasannya. Kriteria batasan kekerasan yang ditetapkan pada ASME B 31.3 Table 331.1.1 harus dipenuhi. Pada komponen welds,hot bends dan hot formed setidak-tidaknya harus memenuhi 10% dari nilai yang tertera. Dan untuk Locally Heat Treated tingkat kekerasannya harus memenuhi 100% nilai yang tertera. Kriteria batasan tingkat kekerasan untuk pengelasan material metal yang tidak sama,juga dispesifikasi pada Table 331.1.1. Untuk base material dan welding material-nya harus memenuhi nilai yang tertera dan ini berlaku untuk tiap-tiap materialnya. Metode Hardness Test Peralatan untuk mengukur tingkat kekerasan material harus dikalibrasi. Dan pengukuran harus berlangsung pada kondisi lingkungan yang diindikasi oleh Manufaktur pembuat alat pengukurannya. Cap pada las-lasan harus terlepas dan permukaan tanah sudah dihaluskan. Untuk tiap-tiap las-lasan yang dipilih dan diverifikasi harus diambil tiga kali pengukuran pada material metal yang di las dan HAZ. Nili rata-rata hasil pengukuran itu yang digunakan sebagai hasil pengukuran. Jika menggunakan metode pengukuran yang lain, nilai-nilai pengetesan yang didapat harus memenuhi kriteria yang tertera pada ASME B 31.3 Table 331.1.1.